UPDATE
Tiba – tiba pintu depan diketok. Tok.. tok..
“hello.. excus me... anybody home?” suara dari luar pintu..
Bu Tini bergegas memakai daster selutut, dan menuju pintu.
“sial, ganggu aja.” Aku intip dari pintu kamar, ternyata ada 2 orang wanita turis yang nampaknya ingin menyewa homestay. “wah bakal lama ini, nanggung banget lagi.” Ucapku.
Selang 5 menit, bu Tini kembali kekamar.
“maaf yah sayang, jadi kepotong.” Ucap bu tini sambil memegang daguku, sambil mengecup pelan bibirku
“kemana mereka bu?”
“itu lagi duduk di lobby, aku suruh tunggu 1jam, aku lagi mandi hehehe..”
Bu Tini langsung mendorongku kekasur, dan menduduki pinganggku.
“gantian yah, sayang.” Bisik bu Tini dikupingku sambil mengigit pelan.
Aku mengangguk, permainan bibir bu tini seperti wanita malam, liar bukan main. Lidah kami saling mengadu dan saling mengulum.
Tangan ku bergerilya dikedua payudaranya, ku mainkan pentilnya yang dari tadi menegang. Ku cubit dan ku pilin perlahan. Bibir bu Tini turun keleherku, membuat badanku bergerak tidak beraturan.
“ibu bales dendam yah, uughh..” ucapku
“udah lama gk begini.” Ucap bu Tini sambil menjilat dan mengigit puting kiriku.
Aku reflek, ku remas bongkahan pantatnya. “hhmm.. kenyal banget sih bu..” ucapku.
Lidah bu tini berputar diputingku, aku keblingsatan. Permainannya melebihi mbak Ajenk. Tangakku meraba mencari lubang vaginanya, ketika aku pegang bibir vaginanya, ternyata sudah basah. Ku mainkan jari tengahku didepan bibir vaginanya.
“mmmhh..” desah bu tini yang semakin tidak beraturan. Lidahnya berpindah ke puting kanannku, dan tangan bu tini memilin puting kiriku.
“akkhh.. bu enak banget..”
“baru awal kok sayang.”
Tiba tiba bu Tini mencupang dadaku,
“aduh ibu jangan..” tanganku yang dari vaginanya langsung mendorong pundak bu Tini.
“kenapa? Takut mbak Ajenk tau yah? Aku tau kok kamu kemarin main sama mbak ajenk.”
“hah? Masa sih bu?”
“mbak ajenk itu sepupu jauh ku sayang. Dia sengaja memang memancing kamu, dan katanya kamu punya penis lumayan gemuk dan berurat.”
Aku bengong dan tak bisa berkata.
“nikmati saja yah,”
Aku mengangguk, dan menjambak rambut bu Tini yang semakin beringas di dadaku.
Lidah bu Tini turun kearah perutku, dan tangannya membuka celana pendekku, digenggamnya penisku yang sudah berdiri tegak.
“gemuk banget sayang.”
“Cuma 15cm kok bu,”
Lidahnya bermain diatas perutku, dan tangannya bergerilya dipenisku. Tangaku masih tetap memegang rambut bu Tini.
“aku isep yah sayang. Bikin gemes banget.” Bu Tini turun ke penisku dan membuka mulutnya.
“uughh..” kulumannya lembut banget,
Setengah dari penisku masuk kedalam mulutnya. Kurasakan sedotan mulutnya dan permainan lidahnya yang sangat bringas. Penisku dikeluarkan dari mulutnya, lalu tangan kiri bu Tini menggenggam dan meremas batang penisku dan membuat urat urat disekitar penisku menonjol.
“uratnya banyak banget sayang.”
“jangan keras keras bu.”
Bu Tini menghiraukan, lidahnya bermain dikepala penisku, diputar putar lidahnya. Sesekali mencoba masuk kedalam lubang kepala penisku.
“bu.. uughh” desahku sambil menjambak rambutnya
Kepala bu Tini maju mundur sambil memasukkan penisku kedalam mulutnya. Tangan kananya bermain dibuah zakarku, diremas remasnya kedua buah zakarku. Tak Cuma disitu, bu Tini menjilati batang penisku dan menghisap kedua buah zakarku. Tangan kirinya masih sibuk menekan nekan penisku.
“angkat kakinya sayang.”
Aku mengikuti ucapan bu Tini. Tak disangka, diluar kepalaku. Lidah bu Tini turun dari buah Zakarku dan menjilati lubang anusku.
“bu jangan disitu. Akkhh...” badanku bergerak tidak beraturan.
Lidah bu tini memaksa masuk lubang anusku, naik turun lidahnya aku rasakan. Geli dan basah. Tangan kirinya meremas dan mengocok penisku, tangan kananya bermain dibuah zakarku.
“aku mau sperma kamu sayang,” ucap bu Tini
Aku tak mau kalah. Aku menarik pinggangku, dan membisikki
“69 yuk, kalau mau sperma ku.”
Bu Tini mengangguk dan aku kembali tiduran. Vagina bu Tini tepat diatas mulutku, aromanya membuat ku semakin beringas. Aku buka bibir vaginanya dengan tanganku. Ku jilati clitorisnya dan jari tengah ku masuk kedalam vaginanya mencari g-spotnya. Badan bu Tini bergerak merespon.
Bu Tini sibuk batang penisku. Dia kocok dan menjilati kepala penisku. Dia masukkan penisku kedalam mulutnya, aku merasakan amandelnya, dan bu Tini menggeleng gelengkan kepalanya, lalu kepala bu Tini naik turun bermain dengan penisku.
Aku sibuk dengan menjilati clitoris bu Tini, jari tengahku merasakan hangatnya vagina yang menjepit jepit. Ku percepat permainan lidahku di clitorisnya bu Tini. Gerakan pinggangnya bu Tini semakin tidak beraturan.
“mas.. mas... jangan cepet – cepet mas... akkh... akkh..”
Semakin dilarang, semakin aku percepat, aku gelengkan kepala ku.
“Masssss.. aku keluar.. akkhh...” bu Tini tiba tiba menegakkan badannya dan aku sedot clitorisnya.
Kurasakan cairan vaginanya yang putih keluar dari lubang vaginanya, dan mengenakan mulutku.
“mas tommy curang, akh..” ucap bu Tini sambil mengatur nafas.
“mainin lagi dong bu, tadi enak loh sedotan mulutnya.” Pintaku
Bu Tini kembali membungkukkan badannya, dan mengarahkan penisku didepan mulutnya. Masih dalam posisi 69. Penisku dikocok perlahan dan diremas, mulutnya bu Tini nampak tidak mau lepas dari kepala penisku.
Aku masih sibuk dengan vaginanya yang sangat basah. Aku jilati bibir vaginanya, dan dua jariku kembali masuk kedalam vaginanya. tangan kiriku meremas pantatnya bu Tini, nampak lubang anusnya. Jariku yang basah karena cairan vaginanya bu Tini, aku masukkan kedalam lubang anusnya perlahan. Pertama jari tengahku bermain didepan lubang anusnya. Sesekali pantatnya mengejang. Ketika jari tengahku masuk lubang anusnya, didalam anusnya langsung menjepit. Aku memancing clitoris bu Tini agar dia tidak kesakitan anusnya aku masukin jariku.
“mas kok gk kluar kluar.”
“masukin kesini dong bu,” ucapku sambil mencium clitorisnya
“anal? Gk mau akh.. sakit. Belum siap aku”
“gk kok bu, ini loh.. memeknya.” Ucapku kasar
“akh kamu ini mas, jangan lama lama yah, gk enak itu didepan ditunggu.”
“iya sayang, sini pindah.”
Bu Tini pindah, dan dengan posisi WOT, bu Tini mengarahkan penisku kelubang vaginanya, blessss... penisku masuk kedalam vaginanya. bu Tini tidak langsung menggoyangkan pinggangnya, tetapi dia diamkan dan aku merasakan vaginanya menjepit jepit penisku.
“full banget sayang” ucap bu Tini sambil terengah engah.
Aku angkat pantatnya bu Tini, lalu aku maju mundurkan pinggangku,
“aakkhh.. mmhhhh.. mmaasss.. pelan pelan saja..” ucap bu Tini sambil mengigit bibirnya dan memejamkan matanya.
Bibir bu tini mencium bibirku, dan penisku tak berhenti menggenjot vagina bu Tini yang basah banget. Ccppook.. ccppookkk... bunyi pahaku beradu dengan paha bu Tini.
“gantian mas,” bu Tini menegakkan badannya. Lalu pinggangya maju mundur cepat sekali.
“aakkkhh.. aakkhh..” aku merasakan dinding vaginanya yang terus menjepit penisku. Tangan kanan ku meraih vaginanya, dan mencari clitorisnya. Dan tangan kiri ku bermain di payudaranya.
“mas.. aku mau keluar lagi mas..”
“goyang yang cepet sayang.” Ucap ku sambil memainkan clitorisnya dengan cepat.
Tak berapa lama. “uughhhhhh...” lenguhan panjang bu Tini tanda orgasme yang kedua. Vaginanya mengejang ngejang.
“mas.. hebat banget..” ucap bu Tini merebahkan badannya dibadanku.
Aku balik posisi, sekarang aku diatas. Aku maju mundurkan pinganggku dengan cepat. aku remas kedua payudara bu Tini,
“aakkhh.. mas, ke..keluarin di mulut yah, jangan didalem. Aku mau sedot mas..” ucap bu tini terbata.
“iya”
5 menit aku menggoyang vagina bu Tini, keringat bercucuran dibadan kami.
“bu aku mau keluar.”
“sini mas sini..” bu Tini memegang pinggangku.
Aku arahkan penisku didepan mulut bu tini, dan dia mencoba memasukkannya ke mulut. Tangannya bu Tini menggenggam dan mengocok penisku.
“akkh... bu... kke... llluuaarr...” desahku panjang.
Bibir bu Tini menyedot penisku, crot... crot.. crot.. penisku menyemburkan spermaku, dan bu Tini terus mengocok penisku. Kulihat spermaku keluar dikit dikit dari mulutnya. Aku cabut penisku, dan aku rebahkan badanku disamping bu Tini. Aku mengatur nafasku. Aku lihat bu Tini yang masih sibuk dengan spermaku dimulutnya.
“ish ibu, kok gk dibersihin, ditungguin itu didepan.”
“hehehe.. aku udh lama gk rasain sperma mas. Makasih yah” ucap bu Tini mengusap rambutku.
Bu Tini beranjak dari kasurnya, dan pergi kekamar mandi. Aku mencari celanaku. Tak berapa lama bu Tini keluar dengan rambut diikat dengan handuk, dan memakai celana legging dan kaos.
“aku gimana ini bu?”
“nanti tunggu turisnya liat kamar, kamu langsung bergegas pergi yah sayang.” Cium bu Tini pelan dibibirku.
Bu Tini keluar kamar dan menemui kedua tamunya. Aku mengintip dari dalam sambil menunggu kode dari bu Tini, 15 menit aku lihat bu Tini berbincang dengan kedua turis tersebut.
Tiba – Tiba.
Bersambung.