Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Bayang Senyum Semu

Underarate ya ini cerbung. Padahal ts-nya rajin update. Kualitas ceritanya jg bagus. Tapi komennya baru nyampe page 4.

Ane rasa konfliknya bakalan lumayan dalem. Tidak melulu hanya petualangan seks saja. Bakal ada banyak drama. Asti dg "pekerjaanya", Damar sang penolong yg diam-diam punya perasaan kpd Asti, Tyo the good police yg belum tahu kekasihnya punya "pekerjaan rahasia", dan gembong koruptor yg berbalut bisnis lendir.

Semoga ts-nya konsisten buat update sampai bisa mencapai prefix tamat seperti cerita sebelumnya.
 
Underarate ya ini cerbung. Padahal ts-nya rajin update. Kualitas ceritanya jg bagus. Tapi komennya baru nyampe page 4.

Ane rasa konfliknya bakalan lumayan dalem. Tidak melulu hanya petualangan seks saja. Bakal ada banyak drama. Asti dg "pekerjaanya", Damar sang penolong yg diam-diam punya perasaan kpd Asti, Tyo the good police yg belum tahu kekasihnya punya "pekerjaan rahasia", dan gembong koruptor yg berbalut bisnis lendir.

Semoga ts-nya konsisten buat update sampai bisa mencapai prefix tamat seperti cerita sebelumnya.
Terimakasih suhu, semoga bisa sampe tamat ya....🙏🙇
 
Part 6

"Kamu baik2 saja?" tanya Damar saat Asti membuka pintu pent house. Damar baru saja melepas Mike keluar dari apartemen setelah menghabiskan semalam bersama Asti dan tanpa membuang waktu segera menuju Pent house menemui Asti. Hal yang paling menyiksa adalah menunggu pagi, memastikan tidak ada satupun kejadian buruk menimpa Asti. Walau bagaimana ketatnya Damar menyeleksi laki laki klien Asti, ia sangat sadar mereka adalah orang asing yang bisa saja sewaktu2 berbuat buruk pada Asti.
"Capek ...?" tanyanya lagi saat Asti hanya tersenyum dan tidak menjawab.
"Aku baik baik saja Mas ..." jawab Asti santai, menggigit sisa roti terakhirnya sebelum membereskan piring bekas sarapannya tadi bersama Mike.
"Mas sudah sarapan?"
"Sudah" jawab Damar seraya menghela nafas lega, menghempaskan dirinya di Sofa dan melirik kearah kamar tidur. Kebiasaan yang sulit dihilangkan untuk memenuhi rasa penasarannya pada malam yang dilalui Asti "Bukan klien yang sulit dipuaskan, kelihatannya ..." ujarnya saat Asti mendekat dengan secangkir kopi untuknya. Asti menggedikkan bahu.
"Mike hanya seorang suruhan .. umpan untuk mengetahui sebaik apa kualitas jasa yang kau sediakan mas" ujar Asti "Ini kesempatan kita mas " Asti menambahkan dengan mata berbinar.
"Maksudmu?" tanya Damar tak mengerti. Ia mendengarkan setiap cerita Asti dengan sungguh sungguh dan membelalakkan matanya lebar lebar saat Asti menyinggung Wisnu, pimpinan perusahaan tempat Mike bekerja.
"Wisnu Anggara?? Ooohhooo ... tidak As, tidak!! Aku tidak akan membiarkan dia mendekatimu. Tidak sejengkalpun!!" pekik Damar. Wajahnya memerah, rahangnya mengeras.
"Kenapa ....?" tanya Asti terkejut melihat reaksi Damar.
"Mas kenal Wisnu itu?"
"Siapa yang tidak kenal dia As .." Damar bangkit berjalan mondar mandir dihadapan Asti. Terlihat sekali ia begitu gusar "Pengusaha terkaya di Indonesia .. pemilik ratusan anak perusahaan yang cabangnya mengakar kemana2. Tidak ada satupun bisnis yang gagal di tangannya. Ia juga yang menopang dana banyak politikus ternama di negara kita"
"Nah itu ..." ujar Asti semangat "Mas .. aku ingin mas memberikan tarif semahal mungkin untuk dia mas .. aku akan lakukan apapun .. apapun .. untuk memuaskannya agar ia bisa mengucurkan uang lebih banyak untuk membayarku. Semoga dia klien terakhirku untuk bisa memenuhi biaya berobat Kanaya mas .. "
"Tidak As!!!" tepis Damar tegas "Dia orang yang licik .. orang yang kejam. Aku tidak menjamin apa yang akan ia lakukan kepadamu. Aku bukannya tidak tahu sisi kelam Wisnu Anggara. Aku tahu As.. aku tau pasti!!"
"Dari mana mas dapat info tentang Wisnu ini?" tanya Asti hati hati
"Aku cukup lama mengenalnya. Dia partner pertamaku membangun bisnis As. Kami memulai semuanya dari awal bersama sama" Nada suara Damar mulai melemah namun tetap penuh emosi. Asti bisa mendengarnya "Setelah semua berhasil .. dengan cara liciknya dia menyingkirkanku. Dia fitnah aku. Dia ambil semua perusahaanku dan mengirimku ke balik jeruji besi atas tuduhan kejahatan yang tidak pernah aku lakukan!!"
Asti terbelalak . Ia baru saja mendengar sisi lain dari Damar yang belum pernah ia ketahui sebelumnya
"Ia renggut kehormatan calon isteriku sebelum akhirnya menghabisi nyawanya. Dan untuk itu aku habiskan 10 tahun sia sia didalam penjara. Tanpa menyisakan sedikitpun untukku. Aku hancur As.. Dan hanya sedikit sahabat yang mau membantuku bangkit kembali dari keterpurukanku sampai aku bisa kembali seperti ini..."
Asti tertunduk "Maafkan aku mas Damar .. aku tidak tahu ..." bisiknya lirih
"Kenapa aku bisa tidak mengenali perusahaan tempat Mike bekerja As .. padahal aku sangat teliti. Aku tidak akan pernah tahu kalau bukan Mike sendiri yang menceritakannya kepadamu" ujar Damar. Ia menghampiri Asti, kembali menghempaskan tubuhnya di Sofa.
"Itu karena dia sangat lihai bersembunyi As. Dia bisa menjelma menjadi apapun yang ia mau .. melakukan apapun tanpa orang lain tau"
Asti menatap Damar yang kini tertunduk lesu.
"Ternyata Wisnu yang mereka maksud .. kalau tau begini aku tidak akan membiarkan Mike mendekatimu .." ujar Damar
"Mereka siapa?" tanya Asti heran. Damar menatap Asti dengan pandangan terkejut "Mereka siapa maksud mas?" tanya Asti lagi
Damar meraih tangan Asti, menggenggamnya erat erat
"As .. suatu saat nanti akan aku jelaskan semua. Tapi satu hal yang saat ini harus kamu tau .." ujar Damar "Wisnu Anggara adalah buronan polisi. Orang yang paling dicari-cari. Mafia dalang dari semua kejahatan yang tidak bisa dibuktikan. Isterinya sangat banyak dan walau mereka dibanjiri harta melimpah, mereka diperlakukan sangat keji. Kabarnya ia juga memiliki kelainan seks dan sangat suka melihat wanita menderita. Aku tidak bisa memberikanmu padanya As .. tidak bisa .."
Asti menatap mata Damar dalam dalam. Ia melihat luka dan kecemasan lebur menjadi satu. Genggaman Damar terasa bergetar. Ia menahan luapan emosi, Asti tau itu.
"Tapi ini kesempatanku mas ..." iba Asti "Biarkan ia menjadi Klien ku yang terakhir .. Mike bilang Wisnu bersedia membayar berapapun yang kita minta ..."
Damar menggeleng kuat kuat "Tidak As .. tidak .." ujarnya lagi.
"Mas ..." Asti mulai menitikkan air mata "Ini kesempatanku .. untuk segera keluar dari pekerjaan hitam ini dan membawa Kanaya berobat. Mas Damar sendiri bilang Mas ingin semuanya segera berakhir ..."
Damar menunduk dan mulai terisak. Ia sangat ingin Asti segera menuntaskan keinginannya membawa Kanaya pergi berobat ke luar negeri. Ia sadar ini memang kesempatan emas, namun resiko yang harus ditanggung begitu besar. Ia tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa Asti.
"Mas Damar bisa menjaga aku seperti biasa ... aku yakin aku akan baik baik saja .. hanya semalam mas .. dan semua selesai sudah ..." ujar Asti lagi.
Damar terhempas dalam kebimbangan. Ia memejamkan matanya seraya mendekap erat Asti dalam pelukannya.

"Akan aku pertimbangkan beribu ribu kali sebelum memutuskan apakah aku akan membiarkan Wisnu mendekatimu atau tidak ", Damar kembali menegaskan keinginannya kepada Asti seraya menutup pintu pent house. Pekerjaan hari ini telah selesai, dan Damar akan mengantar Asti kembali kerumahnya.
"Menurutmu, apa yang akan dilakukan Wisnu jika ia tahu bahwa kamu lah pemilik jasa yang aku berikan, mas?" tanya Asti "Atau jangan jangan dia sudah tahu?"
Damar termenung sejenak. Pintu lift yang mereka tunggu terbuka, seraya melangkah masuk Damar berkata "Aku sudah lama menyembunyikan diri semenjak kejadian itu As ... Aku merubah namaku, merubah seluruh identitasku karena aku tidak ingin dia mengetahui keberadaanku. Aku ingin melupakan semuanya. Dendam itu sudah aku kubur dalam dalam dan aku tidak menyangka akan terbuka lagi saat ini"
Asti terdiam. Memaksakan kehendaknya tentu akan menjadi beban bagi Damar. Namun disisi lain, bayangan kesembuhan Kanaya terpampang jelas didepan matanya.
"Dia orang yang sangat licik As", ujar Damar lagi. "Polisi sendiri kesulitan untuk menahannya atas kejahatan yang dia lakukan. Tidak ada bukti .. dan semua kaki tangannya sangat solid menutupi kejahatannya. Aku sendiri bertanya tanya mengapa dia semudah itu membiarkan Mike membongkar identitasnya. Pasti ada sesuatu ..."
Pintu lift terbuka. Matahari bersinar cukup terik siang itu.
"Sebelum pulang, antarkan aku singgah ke toko kue sebentar ya mas ..." pinta Asti "Aku mau membeli kue bolu kesukaan Kanaya"
Damar mengangguk, membuka pintu mobil dan perlahan menuju gerbang keluar apartemen. Dari sudut apartemen yang tidak terlihat, sepasang mata berkilat mengawasi kepergian mereka...

Damar menghentikan mobil didepan rumah Asti. Ia melihat Asti tampak ragu untuk turun. Matanya mengawasi sebuah mobil yang terpakir didepan mobil mereka.
"As...ada apa? " tanya Damar penuh selidik "Mobil siapa itu?"
"Bukan .. bukan siapa siapa mas ..." ujar Asti "Terimakasih mas Damar .. aku pulang dulu"
Damar mengangguk, menunggu Asti masuk ke halaman rumahnya sebelum kembali melaju meninggalkan rumah Asti.
Asti membalikkan tubuhnya setelah mobil Damar hilang di ujung jalan. Sekali lagi melirik mobil CRV yang sangat dikenalnya. Mobil Tyo. Ia melangkah masuk, memasuki ruang tamu dan melihat Tyo tengah duduk di sisi Kanaya yang terbaring tertidur di sofa. Wajah Kanaya pucat. Beberapa botol obat terlihat diatas meja tamu.
"Asti ..." sapa Bu De Lilik seraya menghampiri. Asti menyodorkan kantung plastik berisi Bolu pesanan Kanaya " Kanaya demam sejak semalam .. Bu De menghubungimu tapi tidak ada nada sambung .. akhirnya Bu De menghubungi Nak Tyo .."
Asti mengangguk cemas "Bagaimana keadaan Kanaya sekarang?" tanya Asti
"Demamnya sudah turun. Aku bawa ke dokter diujung jalan sana tadi" ujar Tyo dingin "Dari mana kamu As?"
"Kenapa ke dokter itu mas?" tanya Asti tanpa menghiraukan pertanyaan Tyo "Kanaya tidak bisa sembarangan minum obat. Harusnya dibawa ke dokter langganannya yang sudah tahu riwayat penyakit Kanaya"
"Panasnya sangat tinggi As .. sampai mengigau" sahut Bu De Lilik "Mungkin Nak Tyo mencari pertolongan yang cepat saja. Itu demamnya sudah turun sekarang"
"Itu yang bisa kamu katakan setelah aku menolong Kanaya? Kamu sendiri? Kemana kamu semalaman?" tanya Tyo dengan nada emosi
"Kenapa kamu jadi marah mas? Kanaya anakku .. aku yang tahu kondisinya .. wajar lah kalau aku kuatir kamu membawanya ke sembarang dokter begitu" timpal Asti
"Tapi buktinya aku yg ada disini saat dia butuh pertolongan. Bukan kamu ibunya!!" seru Tyo lagi dengan nada tinggi
"Kamu keberatan? Kalau keberatan ya sudah tidak usah ikut campur lagi dengan kondisi Kanaya!!" balas Asti tak kalah emosi
"Sudaahh!!" seru Bude Lilik mencoba meredakan ketegangan "Jangan ribut .. Kanaya baru saja tidur. Nanti dia terbangun mendengar suara kalian seperti ini ..."
Asti terduduk menutup kedua wajahnya dengan tangannya. Tyo bersandar pada Pintu tamu memandang Asti, wanita yang sangat dikasihinya.
"As .. aku perlu bicara" ujar Tyo. Suaranya melunak, mendekati Asti, meraih tangannya dan mengajak Asti menuju teras rumah. Asti menurut mengikuti Tyo.
"Apa yang kamu lakukan bersama Damar di Apartemen miliknya?" tanya Tyo. Suaranya bergetar namun berusaha tetap tenang. Asti memandang Tyo terkejut. Bagaimana Tyo bisa tau tentang ini? Tentang Damar? Lutut Asti bergetar. Seketika ia merasa begitu lemas.
"Mas Tyo ...." hanya itu yg bisa terucap dari mulutnya
"Aku tau siapa Damar, As ..." ujar Tyo "Dia adalah informan dari penyelidikan yang sedang aku lakukan saat ini. Yang menyita perhatianku sampai aku sedikit mengesampingkan kamu dan Kanaya"
Wajah Asti pucat. Apakah Tyo tau apa yang dilakukannya? Apakah ia harus menceritakan semua saat ini pada Tyo?
"Aku masih berusaha memiliki prasangka baik padamu As. Berdua saja dengan Damar di apartemen? Semalaman? Sulit bagiku untuk tidak menduga buruk. Tapi aku tunggu penjelasanmu" lanjut Tyo lagi "Sekarang As" ujarnya ketika melihat Asti mematung.
Asti menunduk, tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
"Aku melihatmu dengan mata dan kepalaku sendiri, keluar dari lift pent house berdua dengannya" lanjut Tyo seolah menjawab pertanyaan yang berkecamuk dalam pikiran Asti "Jadi jangan coba berbohong. Aku polisi. Dengan mudah aku bisa mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Tapi aku ingin mendengarnya dari mulutmu sendiri"
Asti merasa ini adalah akhir dunia. Jauh dilubuk hatinya ia tahu pasti cepat atau lambat ini akan terjadi. Dan saat ini, hanya sedetik saja jawabannya mungkin akan memisahkan tyo dari sisinya selamanya. Ia sangat mencintai Tyo. Namun Asti tidak punya pilihan lain.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd