Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Bayang Senyum Semu

Bimabet
Part 7

Asti membuka gerbang halaman rumahnya dan berjalan gontai. Air mata tak henti mengalir di kedua pipinya. Ia masih mendengar deru mobil Tyo yang melesat meninggalkannya. Asti menoleh sesaat dan perlahan menuju kursi teras rumahnya. Ia ingin berlama lama dalam belaian angin malam saat ini, berharap seluruh kegundahan hatinya segera berlalu.
Ia baru saja menceritakan apa yang selama ini ia rahasiakan dari Tyo. Mereka sengaja memilih lokasi pinggir pantai di kawasan Ancol agar jauh dari keramaian. Dalam waktu singkat Asti harus menata hatinya, mempersiapkan batinnya untuk bisa menerima apapun sikap yang akan ditunjukkan Tyo.
Asti menceritakan segalanya dengan lancar. Tentang pertemuannya dengan Damar, tentang alasan ia melakukan segalanya sampai dengan saat ini. Dan seperti apa yang telah diperkirakan Asti, Tyo sangat murka. Ia memang tidak mengeluarkan sepatah katapun, hanya berteriak sekuat tenaga kearah laut lepas setelah Asti menyelesaikan ceritanya. Wajah Tyo memerah, rahangnya terkatup rapat dan mengeras sepanjang perjalanan pulang kerumah Asti. Tidak ada sedikitpun suara yang keluar dari bibir mereka berdua. Asti sangat ingin menanyakan apa yang dirasa Tyo. Apakah ia membenci Asti dan ingin meninggalkannya? Tapi urung Asti lakukan karena ia menyadari, diam adalah yang terbaik dilakukan saat ini.
Asti menangis sejadi jadinya. Sekuat apapun ia merelakan Tyo pergi, namun tetap ada luka yang kini tergores dalam hatinya. Apa yang akan ia katakan pada Kanaya bila ia menanyakan Tyo? Apa yg harus ia jawab bila Bu De Lilik juga menanyakan hal yang sama.
Dering HP dalam tasnya menyadarkan lamunan Asti. Asti meraih HP dan membaca nama Damar pada layarnya. Asti menarik nafas dalam, berusaha menghentikan tangisnya saat menjawab telepon dari Damar.
"As .." suara berat Damar terdengar diujung sana. Asti berniat untuk tidak memberitahu Damar soal Tyo
"Kamu baik baik saja? Kenapa suaramu terdengar tak bersemangat begini?"
"Aku lelah mas ..." jawab Asti berusaha tenang "Kanaya sakit .. aku harus menjaganya seharian tadi ..."
Damar terdiam. Asti mulai merasa kuatir jika Damar tau atau Tyo datang menemuinya menyampaikan sendiri apa yang telah terjadi
"Ada apa mas?" tanya Asti
"Wisnu ..." ujar Damar ragu. Asti menegakkan duduknya bersiap mendengar berita lebih lanjut dari Damar.
"Mike menghubungiku lagi .. ia bilang Wisnu ingin segera bertemu denganmu ... Ia .. meminta aku mengatur jadwal untuknya ..."
"Kapan ....?" tanya Asti
"Entahlah As ... aku belum memberikan jawaban. Aku belum yakin ..." jawab Damar ragu
"Tapi aku yakin mas ...." potong Asti cepat "Biarkan aku melayaninya kali ini .. aku mohon ..."
Tinggal selangkah lagi, pikir Asti, dan ia akan bisa membawa Kanaya berobat. Sudah terlalu banyak derita yang ia alami. Sudah cukup kehilangan yang harus ia pikul sendiri. Kali ini ia melihat jalan terbuka lebar dihadapannya dan ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.
"Kita bicarakan besok ya As .. kita perlu bertemu agar bisa membahas ini dengan tenang. Aku harus memikirkan setiap detailnya demi keselamatanmu" ujar Damar. "Dan bila nanti aku pikir ini tidak akan berhasil, aku akan menolaknya. Dan kamu tidak boleh membantah itu. Aku tidak ingin kehilanganmu As .. aku menyayangimu ..."
Asti terhenyak. Sesaat hening. Asti tau apa yang Damar rasakan selama ini kepadanya. Tapi baru kali ini ia mendengar kata kata itu terlontar dari mulut Damar.
"Jam berapa besok Mas Damar akan menjemputku ...?" tanya Asti memecah keheningan
"Aku jemput kamu setelah makan siang ya ..." jawab Damar "Pastikan keadaan Kanaya stabil dulu. Kita bicarakan ini di pent house saja seperti biasa"
Asti menutup teleponnya. Melangkah masuk, menatap Kanaya yang tertidur lelap di Sofa. Bu De Lilik pun terkulai terduduk disamping Kanaya. Mata Asti berkaca kaca. Segera Sayang, bisik Asti dalam hati, kamu akan bisa bermain dan bersekolah seperti teman teman lainnya .. Asti membelai rambut Kanaya penuh cinta.

Asti mengeluarkan satu persatu menu makan siang dari dalam kantung plastik ke atas piring-piring yang telah disiapkan Damar. Siang ini mereka sengaja memilih bersantap siang di Pent House dengan menu cepat saji yang telah mereka beli sebelumnya.
"Kenapa kamu memesan makanan banyak sekali mas .." gumam Asti sambil menatap menu masakan yang berjejer di hadapannya "Siapa yang mau menghabiskan makanan sebanyak ini? Atau kamu .. mengundang orang lain untuk makan bersama kita?"
Damar menatap Asti sejenak seraya mengunyah sepotong Filet ikan gurame dalam mulutnya
"As ..." ujar Damar, menelan sisa makanan dan melanjutkan "Apa yang akan kita bicarakan ini memerlukan pemikiran serius. Tidak hanya pemikiran kita, tapi aku juga perlu pertimbangan dari orang-orang terkait yang aku percayai."
"Maksudmu ....?" tanya Asti
"Aku .. aku perlu bicara dengan Mike, sebagai orang yang cukup mengenal Wisnu Anggara" ucap Damar lagi. Asti mengangkat kedua alis matanya tinggi-tinggi.
"Yaa .. aku sudah lama tidak mengikuti sepak terjang Wisnu .. walau dulu aku sangat memahami kepribadiannya, aku perlu tau seperti apa ia sekarang" lanjut Damar.
"Jadi Mike akan kesini siang ini dan makan siang bersama kita sebelum membahas ini semua?" tanya Asti memastikan
"Ada satu orang lagi ...." Damar berdehem, terlihat sedikit gugup. Asti memandangnya dalam dalam. Seketika ia merasa sedikit tidak nyaman dengan begitu banyaknya orang yang akan ikut campur dalam rencana mereka
"Asti ... kamu pasti tahu bahwa ...." ucapan Damar terpotong oleh bunyi bel pintu dan ketukan yang cukup keras di pintu Pent House mereka. Damar hendak membukakan pintu saat ia mendapati Asti telah berjalan mendahuluinya ke arah pintu.
"Biar aku saja mas ...." ujar Asti sambil sedikit berlari. Damar menyusul tergopoh dibelakang Asti, mencoba menahannya untuk membuka pintu. Namun Asti telah terlebih dahulu membuka Pintu lebar lebar dan mendapati seseorang berdiri disana
"Mas Tyo????" seru Asti dengan mimik sangat terkejut. Seketika ia tidak dapat berkata apa apa. Wajah Asti pucat pasi, namun Tyo terlihat santai dan tersenyum sinis.
"Kenapa As ....?" tanya Tyo melewati Asti yang masih berdiri mematung dimuka pintu. Tyo melangkah masuk mendekati Damar dibelakang Asti yang juga memandang mereka dengan tatapan bingung.
"Kalian ... sudah saling kenal?" tanya Damar dengan nada ragu. Asti berbalik memandang Damar juga dengan tatapan tak mengerti
"Ada apa sebetulnya ini mas?" tanya Asti dengan suara bergetar "Jadi ini tamu kita yang mas maksud?"
"Iya As ..."jawab Damar masih dengan nada bingung "Ini Tyo, partner kerjaku di kepolisian"
"Partner?" tanya Asti dengan nada curiga "Partner apa ....? Kenapa mas Damar sampai bekerjasama dengan Mas Tyo? Ada urusan apa? Apa sangkut pautnya dengan aku mas?"
"Dia tidak menceritakannya padamu As?" tanya Tyo seraya tertawa kecil "Jadi Damar ini yang kau maksud sebagai teman yang menolongmu mengumpulkan rupiah dari pekerjaan tidak halal itu?"
Mata Asti mulai berkaca2. Ia tidak melihat perubahan air muka Damar yang mulai menegang dan memerah menahan emosi mendengar perkataan yang dilontarkan Tyo. Tyo berjalan perlahan mendekati Asti
"Kamu .. adalah umpan pancingan As ..." desis Tyo dengan nada yang tetap terdengar jelas "Damar adalah informan rahasia yang bekerja sama dengan ku untuk memancing sang Mafia target kami menampakkan diri. Dan kelihatannya .. ini berhasil ..."
Asti melirik Damar. "Benar begitu mas?" tanya Asti "Jadi kamu memang sudah tau semua ini akan berakhir seperti ini??"
"Tentu saja " Tyo menjawab "Ini sudah terpola dengan sangat baik.. dan semua terjadi sesuai rencana. Kamu ternyata sangat lihai memainkan peranmu sebagai seorang Pelacur yang menarik Wisnu Anggara keluar dari persembunyiannya".
Asti tersengal menahan nafasnya, mencoba menguasai perasaan yang berkecamuk di dadanya
Tyo kembali mendekatkan Bibirnya pada telinga Asti
"Berapa harus aku bayar untuk bisa mencicipi layananmu, As?" bisik Tyo "Berapa...?Aku bayar dan layani aku seperti kamu melayani ratusan pria bejat yang menjadi pelangganmu ..."
"Cukuuupp!!" jerit Asti menutup telinganya, berbarengan dengan gerakan tiba tiba Damar menarik mundur Tyo dan memukulnya tepat diwajahnya.
"Jaga Mulutmu!!!" Damar berteriak sekuat tenaga memandang Tyo yang terpuruk di lantai. Tubuh Damar jauh lebih besar dari Tyo. Asti melihat bibir Tyo sedikit mengeluarkan darah namun ia tetap menyeringai. Tyo bangkit, Asti menahan Damar yang terlihat masih emosi dan bersiap memukul kembali Tyo.
"Ayo pukul lagi..." tantang Tyo "Apa ada yang lebih sakit dari hatiku yang mengetahui bahwa umpan yang kamu sodorkan adalah calon isteriku sendiri!!!"
Damar terkesiap. Tubuhnya mematung mendengar kata kata Tyo. Ia melihat mata Tyo berkilat menahan emosi dan air mata yang siap mengalir di pipinya.
"Kaget??" seringai Tyo "Apa yang akan kamu lakukan kalau kamu jadi aku??? Apa??"
Damar memandang Asti yang menunduk disisinya
"Aku .. selama ini aku tidak tahu kalau ..." Damar tidak meneruskan kata katanya.
Keheningan sesaat terpecah saat ketukan di pintu Pent House yang masih terbuka tersengar, disusul suara seorang pria menyapa
"Selamat siang ...." Asti menoleh dan melihat Mike berdiri di pintu seraya memamerkan senyum khasnya kearah mereka.
 
Hanya bisa bilang wow.. mind blowing banget. Emosinya dpet. Kasihan Tyo.
Tapi brarti Tyo bakal memaklumi kalau wanitanya bukan calon istrinya. Di sini ane menangkap sisi keegoisan dr seorang Tyo.
Tapi bisa dimaklumi juga sih. Seorang laki2 pasti inginkan yang terbaik untuk yang akan jadi istri dan ibu utk anak2nya. Begitu juga seorang wanita pasti milihnya yg terbaik utk dijadikan suaminya.
 
Menarik bnget suhu big_o,ga nyangka tyo ikut diundang jg...jd pingin tahu perasaan damar nich stlh tau asti adl kekasih tyo...pdahal damar cinta pd asti...gmn y reaksi tyo klo tahu bhw damar cinta pd asti...smakin ga sabar nich,mdah2 an update nya bisa setiap hari hehehe (ngarep bnget 🤭)....btw mkasih update nya suhu...bner2 susah ditebak :beer:
 
Part 8

"Apa ... kedatanganku mengganggu ....?" tanya Mike perlahan, memandang Asti yang berdiri mematung dengan tatapan kosong dan air mata di pipinya. Damar dan seorang laki laki yang tidak dikenalnya menatap nya dengan tatapan tajam. Sang Pria asing tampak sedikit berantakan sementara Damar tak bergeming dengan raut wajah tegang.
"Ehm .. maafkan .." ujar Mike kikuk "Saya ... ehm .. mungkin lebih baik lain kali saya kembali lagi ..." Mike bersiap memutar badannya saat ia mendengar teriakan Asti.
"Tunggu Mike!" Mike menatap Asti yang berjalan gontai kearahnya. "Aku ikut ..." ujar Asti menggamit lengan Mike dan mengajaknya beranjak.
"Asti .. tunggu ..!"Asti merasakan cengkraman lembut tangan Damar pada lengannya "Mau kemana As....? Dengar dulu penjelasanku ..."
"Penjelasan apa lagi?" tanya Asti lemah. "Semua sudah jelas. Aku hanya umpan .. tidak lebih dari apapun .."
"Tidak begitu As .." bujuk Damar "As .. jangan pergi.."
"Cukup Mas!" hardik Asti. Ia menatap Damar dan Tyo bergantian "Setelah ini jangan pernah kalian mendekatiku lagi ..."
"Aku tidak lebih dari seorang wanita hina dan kotor bagimu mas" lanjut Asti kepada Tyo. "Aku hanya seorang ibu yang berusaha memberikan kehidupan bagi anak yang dicintainya. Namun cintaku untuk Kanaya dan dirimu rupanya tertutup oleh pemikiranmu yang negatif itu ...."
"Akan aku lupakan semuanya mulai saat ini .. Semua .." lanjut Asti "Semoga berhasil dengan tujuan kalian yang sudah tercapai ini."
Asti bergegas menggamit Mike menjauh, menuju lift yang segera terbuka membawa mereka turun. Air mata mengalir deras di pipi Asti, sampai Mike kemudian beralih menuntunnya memasuki mobil yang terparkir di lantai Basement.
Mike membiarkan Asti menangis tersedu tanpa berkata apa2. Sedetik kemudian Asti mendengar suara Damar diluar mobil memanggilnya, mengetuk kaca mobil kuat kuat sambil berusaha membuka pintu mobil yang telah dikunci oleh Mike dari dalam.
"Jalan Mike .." ujar Asti tak peduli. Mike tampak ragu melihat Damar yang terus memanggil Asti dengan suara samar.
"Mungkin sebaiknya kamu ...." Mike berusaha membujuk Asti namun Asti tetap berseru : "Jalan sekarang!"
Mike segera memacu mobilnya meninggalkan Damar yang masih terus meneriakkan nama Asti.
Damar memperlambat langkahnya saat mobil yang ditumpangi Mike dan Asti mulai menjauhi pagar Apartemen menuju Jalan Raya. Ia berteriak sekuat tenaga meluapkan emosi, berlutut dan merasa sangat gundah memikirkan apa yang akan terjadi dengan Asti. Nafasnya tersengal sengal menahan emosi. Sesosok tubuh berdiri di hadapannya. Damar menengadah dan melihat Tyo memandangnya dengan pucat. Emosi Damar memuncak kembali, dengan cepat meraih baju Tyo dan mendorongnya ke arah salah satu mobil yang terparkir di sekitar mereka.
"Kalau sampai terjadi sesuatu pada Asti ... Mati kau!!" desis Damar. "Mike adalah anak buah Wisnu dan entah kemana ia membawa Asti!!"
Tyo meronta berusaha melepaskan cengkraman Damar yang mulai terasa mencekik lehernya. Damar memahami tidak ada guna menyiksa Tyo terlalu lama. Itu tidak akan membawa Asti kembali padanya. Perlahan dilepaskannya cengkraman tangannya pada leher Tyo dan terduduk bersandar pada mobil di sampingnya.
Tyo mengatur nafasnya. Ia menatap Damar. Dikeluarkannya Handphone miliknya dari sakunya, membuka salah satu pesan yang ada didalamnya dan memberikannya pada Damar.
"Baca" ujar Tyo singkat. Damar menatap Tyo sebelum meraih HP yang disodorkan Tyo padanya. Seketika mata Damar membelalak membaca pesan yang terpampang di layar HP Tyo.
"Baru saja kuterima saat kamu berlari menyusul Asti ke Basement tadi" ujar Tyo tampak sedikit panik. "Bukan saatnya lagi kita berseteru, Mar"
Damar bangkit berjalan hilir mudik. Tyo melanjutkan "Asti dalam bahaya. Ia perlu kita".
"Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Damar
"Ikut aku ..." ujar Tyo. Ia sekali lagi melirik pesan dalam HP sekali lagi sebelum melangkah menuju mobilnya bersama Damar. Pesan dari Wisnu Anggara :
"Terimakasih atas kerjasamanya. Asti aman bersamaku".

Suasana dalam mobil yang melaju terasa sangat sepi. Mike sesekali melirik Asti yang masih memalingkan wajahnya keluar jendela. Mike tau Asti masih menangis. Ia sedikit menangkap bahu Asti yang terguncang lembut.
"As ..." Mike memberanikan diri menyentuh pundak Asti dengan lembut. Asti tak bergeming. Mike menarik nafas dalam "Kemana aku harus membawamu As? Pulang kerumahmu? Tapi kemana .. aku .. tidak tahu rumahmu .. aku belum .."
"Tidak ..." ucap Asti lemah "Aku tidak ingin pulang.. bawa aku kemanapun kamu mau ..."
Mike terdiam. Ia menatap lurus Jalan Tol yang terbentang dihadapannya. Suasana siang ini tidak terlalu ramai sehingga Mike bisa memacu mobilnya dengan agak cepat.
"As .. aku tahu kamu tidak ingin menceritakannya kepadaku saat ini" ucap Mike "Tapi .. kedatanganku tadi sebetulnya ingin membicarakan tentang ..."
"Wisnu Anggara" ujar Asti perlahan, namun Mike dapat mendengarnya dengan jelas.
"Aku tahu ...." ujar Asti lagi. Ia menatap Mike dalam, seolah tengah memikirkan sesuatu.
"Bagaimana sebetulnya perintah Wisnu kepadamu, Mike?"
"Hari ini Pak Wisnu memerintahkan aku untuk membicarakan .. ehm .. bagaimana bisa bertemu denganmu dan ..." Mike tampak gugup "Dan aku diharapkan membuat janji dengan Pak Damar ..."
Asti masih menatap Mike lekat-lekat, Mike bisa merasakan tatapan Asti yang menusuk. Ia mengalihkan kegugupannya dengan berusaha berkonsentrasi kepada jalan dihadapannya.
"Bawa aku kepada Wisnu sekarang" ujar Asti tiba tiba.
"Apaa??" pekik Mike. Ia segera mengarahkan mobilnya ke tepi dan menghentikannya di bahu jalan dengan lampu hazard tetap menyala "Sekarang As? Tapi .. tapi aku belum ..."
"Belum apa ...? Tanya Asti "Belum membicarakan tarif untik disepakati? Belum mengutarakan syarat2 yang diminta Wisnu kepada Damar? Belum apa?"
Mike menggigit ujung bibirnya. Tampak sekali ia cemas.
"Bawa aku kepadanya sekarang" pinta Asti lagi. Suaranya tenang. Ia menghapus titik terakhir air mata di sudut bibirnya "Kamu tidak perlu Damar lagi sekarang Mike .. detik aku melangkahkan kaki keluar apartemen bersamamu tadi, detik itu pula aku tidak punya hubungan bisnis apapun dengan Damar. Aku bebas sekarang .. bebas menentukan keinginanku sendiri."
Mike menatap Asti. Wajah cantik Asti terlihat lelah. Mike tidak tahu apa yang telah dilalui Asti tapi ia bisa melihat kesedihan dan kelelahan yang teramat sangat dari wajah pucat Asti.
"Ada yang ingin aku bicarakan dengan Wisnu. Bawa aku kepadanya sekarang" Ucap Asti meyakinkan Mike.
Mike menghela nafas dalam dalam, merebahkan kepalanya pada sandaran kursi, terdiam sesaat sebelum berkata "Baiklah ...."
Ia lalu kembali memacu mobilnya dengan hati hati, Diliriknya Asti yang menatap kedepan dengan pandangan kosong.
"Apa yang kau ketahui tentang Wisnu Anggara, As ...." tanya Mike.
"Pak Damar pasti sudah menggambarkan seperti apa calon klien berikutnya kepadamu .. seperti biasa bukan?"
Asti diam tak menjawab. Mike melanjutkan "Apakah .. hari ini tadi kamu .. memutuskan untuk menerima Wisnu sebagai klienmu atau tidak?" tanya Mike lagi.
"Pak Damar kemarin hanya menyebutkan akan bertanya lebih dulu kepadamu, apakah kamu bersedia atau tidak dan .. rencananya siang tadi aku akan mendengarkan kamu sendiri yang mengatakannya."
Asti menghela nafas dalam. Tanpa mengalihkan pandangannya ia menjawab
"Apa lagi pentingnya informasi tentang Wisnu Anggara saat ini untukku Mike ... Suka atau tidak, aku tidak punya pilihan lain ..."
"Maksudmu?" tanya Mike
"Wisnu Anggara lah satu satu nya orang yang dapat menolongku saat ini .. kuserahkan hidupku padanya .. demi anakku ...." ujar Asti terbata. Perlahan, cerita tentang Kanaya mengalir lancar dari mulut Asti, sampai kejadian sebelum Mike datang. Mike mendengarkan dengan serius tanpa bersuara semua cerita Asti.
"Apakah kamu tidak takut kalau Pak Wisnu melakukan hal buruk kepadamu nanti As? Seperti yang diceritakan Damar kepadamu ...." tanya Mike. Asti menggeleng.
"Aku sudah katakan kepadamu .. tidak penting lagi untukku. Aku hanya ingin anakku sehat .. apapun akan aku lakukan untuk kesembuhannya. "
Mike terdiam. Asti melanjutkan "Tapi aku tidak melihat bekas kekejaman Wisnu pada dirimu Mike ..."
Asti melihat sedikit perubahan pada raut wajah Mike. Asti melanjutkan "Kamu tampak baik baik saja .. menceritakan rencana Wisnu tanpa takut saat kita bertemu tempo hari .. Kamu sehat, gajimu dibayar dengan baik pastinya .." Asti mengarahkan pandangannya kepada interior mobil sedan keluaran terbaru milik Mike. Ia melanjutkan, "Kalau Wisnu jahat padamu, pasti aku bisa melihatnya Mike .. kamu jujur .. kamu polos dan apa adanya .. itu yang aku lihat pada dirimu".
Mike tersipu. Asti tersenyum. Entah mengapa ia merasa nyaman berada di dekat Mike. Ia tahu Mike akan melindunginya dan tidak akan mencelakakannya saat berperan sebagai penghubung dirinya dengan Wisnu Anggara.
"Aku .. hanya beberapa kali bertemu dengannya .. seingatku hanya dua kali ..." jelas Mike santai.
"Bagaimana bisa? Kamu kan karyawannya.." ujar Asti heran.
"Pak Wisnu sangat sibuk .. ia bukan tipe orang yang suka menampakkan diri kepada seluruh karyawannya yang jumlahnya ribuan dan tersebar di seluruh Indonesia ini ...." sambung Mike. "Tidak semua orang seberuntung aku dapat bertemu langsung dengannya. Mungkin sebagian besar karyawannya tidak akan mengenali Pak Wisnu jika ia berjalan dihadapan mereka sekalipun ..."
Asti menyimak semua cerita Mike dengan serius.
"Saat perekrutan sebagai karyawan? Kamu tidak bertemu dengannya?" tanya Asti penasaran.
"Tidak" jawab Mike "Aku bertemu dengan kepala perusahaan tempatku bekerja. Aku pertama kali bertemu Pak Wisnu saat ia memberiku tugas ini, dan kedua saat ia menanyakan hasil yang aku peroleh setelah melewati satu malam bersamamu"
"Seperti apa orangnya ...?" tanya Asti. Mike tersenyum.
"Sebutkan tipe laki laki idamanmu dan aku jamin Pak wisnu tidak memenuhi kriteria itu", jawab Mike sambil tertawa. "Ia sangat sederhana".
"Kenapa ia memilihmu untuk bertemu denganku?" tanya Asti dengan dahi berkerut "Maksudku .. ini sangat rahasia untuk laki laki sekelas Wisnu menyewa seorang pelacur seperti aku ..."
"Jangan berkata seperti itu As ..." tepis Mike lembut dengan pandangan masih lurus kedepan. "Bahkan sebelum aku tahu keadaan anakmu, aku menganggapmu sebagai wanita yang sangat istimewa .. kamu beda As .. "
Asti tersenyum getir. Dalam hati ia membenarkan perkataan Tyo. Apapun alasannya, ia akan tetap dianggap sebagai seorang pelacur. Ada rasa sakit saat Asti membayangkan Tyo. Namun segera ia tepis perasaan itu jauh2. Ia bukan wanita yang tepat untuk Tyo.
Tanpa terasa Mike telah membelokkan mobilnya memasuki halaman luas sebuah rumah megah. Asti merasakan degup jantungnya semakin cepat.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd