Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Nenek, Dia dan Kontol​


"Doni… nenek punya penawaran….," ucapnya perlahan sembari mulai mengocok batang gue. Maju… mundur… maju… mundur… dengan sedikit memutar nan perlahan. "Lupakanlah umimu…. nenek bisa jadi pengganti dirinya." Maju… mundur… maju… mundur….

Badan gue mulai gelisah. Ih apa sih. Gak salah denger nih? Kok tiba-tiba nenek ngomong seperti ini? Aneh banget.

Nenek menggigit bibir bawahnya, meletakkan satu tangannya ke dada gue seraya merapatkan dua 'buah melon' yang juicy ke badan gue.

"Nenek… nenek bisa bantu kamu lupakan umimu…," desah nenek tepat di daun telinga. Nafasnya pun terdengar di gendang telinga. "Apakah hubungan haram membuatmu bergairah, Doni? Apakah penismu menjadi keras? Katakan pada nenek." Lalu nenek menelusuri kuping gue dengan ujung lidahnya.

Hiii… nenek kerasukan apa ini? Gue bergidik merinding. "Doni… Doni tidak akan melupakan umi."

"Shhhh… jangan katakan itu." Nenek mengecup gue lekat. Ia lahap bibir gue atas dan bawah. "Jangan melawan nenek." Nenek mulai mempercepat kocokannya.

"Ahhhh," lenguh gue.

Kedua kelopak mata nenek sayu. "Ah… besar sekali titit cucu. Tidak heran umimu takluk," gumamnya kecil hampir tak terdengar.

"Ahhh… tidak… tidak ada yang bisa nenek lakukan untuk membuat Doni meninggalkan umi."

"Jangan terlalu yakin."

Nenek membalikkan tubuhnya memunggungi gue. Dia menyampingkan kain jilbab di belakang. Kepalanya menoleh sedikit ke samping. Kedua tangannya ke belakang dan menarik resleting gamisnya setengah punggung, "Srrrrttt.t…"

"Doni… nenek tidak pakai apa-apa di balik gamis ini. Kamu tinggal lanjut tarik resleting ini sampai bawah, kamu akan bisa lihat tubuh telanjang nenek

Owh umi, cobaan apa ini? Gue menggeleng menolak penawaran nenek.

Nenek menungging,menghimpit penis gue ke perut, lalu ia gesek-gesek. "Tarik Doni… Setelah itu kamu mau ngapain dengan tubuh nenek, nenek kasih…," ucap nenek dengan suara semakin menggoda.

Himpitan kedua bongkah pantatnya begitu, ngghhh….. Gue terus bertahan, namun tak kuasa untuk tak menikmati.

"Masih keras kepala kah?"

Nenek tarik roknya yang basah melewati pantat. Astaga ia benar-benar tak pakai apa-apa! Badannya mulai meliuk-liuk bak striptease dancer. Bisa kalian bayangkan rasanya si otong yang terhimpit sempit. A…ahhhhh…. Kalau gue bergerak turun sedikit saja, pastilah bisa gue masukin batang gue ke memeknya dan gue entot nenek saat itu juga. Namun bayangan akan umi yang membuat gue bertahan.

"Cucu nakal, masih belum mau menyerah?"

Nenek berbalik. Lalu ia menyelam. Gue melihat dia mendekati batang gue dan ahhh… dia mengoral batang gue. Ahhh… gue menahan kepalanya, supaya berhenti. Tapi dia tepis tangan gue agar tak menghalanginya. Kenyotannya uhh… teknik apa ini…? Aahhh…. ilmu rahasia apa yang nenek pakai. Belum pernah seumur hidup gue merasakan hisapan dan kuluman macam ini.

Nenek keluar dari dalam air mengambil nafas. Ia mengusap air dari wajahnya. Bibirnya sumringah. "Akhirnya… setelah bertahun-tahun kesampaian juga bisa sedot batangmu. Daya tarik kamu…. Dari dulu nenek sudah curiga, kamu pasti anak dari laki-laki itu. Apalagi ketika kamu muncul tadi siang. Setelah sekian lama rupamu menjadi semakin mirip dengannya. Nenek bisa rasakan gairah nenek bergejolak seperti dulu. Nenek sudah bayar dia untuk pergi dari kehidupan nenek. Ternyata dia masih menanamkan taringnya dalam keturunanku. Kurang ajar, dia ambil uangku, tapi ternyata dia hamili juga putriku!"

"Hah… what!" Gue bingung mendengar kata-kata nenek. "Siapa yang nenek maksud?"

Nenek tidak menjawab menyelam lagi. Unggghhh… Penis gue kena hisap lagi. Daya sedot nenek memang berbeda dari wanita-wanita yang pernah bersama gue. Gue mulai agak goyah. Shhh… ahhh… pinggul mulai bergoyang. Ahhh… bagaimana ini….???

Dia keluar lagi. Nenek menempelkan tubuhnya dan berbisik. "Jadi begini rasanya, bercinta dengan keturunan sendiri….. tak heran umimu jadi binal seperti dulu." Lalu dia menyelam untuk ketiga kalinya. Kali ini gue tak kuat lagi. Geli-geli nikmatnya makin intens. Gue pegang kepalanya dan gue dorong penis gue lebih masuk ke dalam mulutnya. Gue ulangi berkali-kali. "Nenek…. Ahh…ahh….ahhh…" Gue kontolin mulut nenek beberapa saat sampai nenek mulai meremas-remas paha gue, dan berusaha menarik kepalanya.

Nenek keluar lagi dari air. Ia mengambil nafas dan tersenyum. Ia raih kedua tanganku dan menagkupkannya ke payudaranya dan meremas-remaskannya ke dadanya. "Bagaimana Doni, apakah kamu mulai berubah pikiran? Lupakan umimu. Kamu bisa pakai nenek untuk kepuasanmu. Nenek janji tidak akan menolak apapun keinginanmu."

"Kenapa nenek berbuat ini, nenek ingin meluruskan umi, tapi nenek sendiri…."

"Kamu tidak akan bisa mengerti perasaan seorang ibu… Seorang ibu akan berbuat apa saja untuk kebaikan anaknya, walaupun itu akan membakar dirinya sendiri. Biar nenek saja yang terbakar oleh daya tarikmu terkutukmu yang yang kau warisi dari ayah kandungmu. Nafas nenek makin memburu. Tangannya meraba-raba tubuh gue.

"Nenek pasti hanya mengarang cerita. Tidak mungkin ada laki-laki seperti itu. Aku adalah anak dari Estes Akram Caknoyo."

"Bukan, kamu adalah anak dari….." Nenek terdiam, tiba-tiba berkata dengan keras, "KONTOL!"

"Hah? Anak dari kontol?"

Nenek menggeleng. "Kontol! Kontol! Nenek sudah gak tahan. Ayo… berjanjilah Doni… lepaskan umimu…" Satu telapak tangannya menutup wajahnya. Ia terlihat stres. Tapi gue tetap tak memenuhi keinginan nenek.

"KONTOL!!!!" pekik nenek, "Penuhi hasratku, cu!" Ia menarik gue keluar dari kolam, dan mendorong gue agar tiduran di tanah. Matanya membesar melihat barang gue yang tegak menjulang. Gue rada bergidik. Sebab tatapan matanya seperti orang kelaparan. Ia mengangkangi kontol gue.

"Nek, nek….?" belum gue selesai berkata-kata, tanpa aling-aling ia menurunkan pinggulnya, bleesssss. Batang gue dapat merasakan setiap milimeter gesekan syaraf penis gue dengan dinding vainga nenek. "Ahhhhhh," gue dan nenek sama-sama melenguh.

"Cucu keras kepala, nenek goyang kamu sampai keluar, hemmm!" ucapnya dengan gemas. Pinggulnya bergerak maju mundur bak seorang penunggang kuda kawakan.

"Ahh…ahh….ah… nek…!"

Nenek begitu mendominasi. Rasanya Ia begitu berbeda dari umi. Nenek lebih agresif dan dominan. Gue tak bisa kemana-mana, penis gue terkunci di dalam vaginanya. Pinggulnya maju mundur dan berputar-putar, menggocek sana-sini. Ini lebih mirip gue diperkosa oleh nenek sendiri. "Shhh… memek nenek terasa penuh!" racaunya. "Ahh…ahh….ahhh," lenguhnya, "Enak benget titit cucuku… Owhh…owhhh… owhhh….aahh ahhh!!!"

"Nek.. .jangan nek…!" Gue berusaha menolak dia.

"Shhh… terima cinta nenek…." Dia beranjak dari bawah naik ke atas dan mengangkangi gue. Gue bisa lihat dengan jelas memeknya sebelum dia menduduki wajah gue. Kali ini dia gesek-gesek kemaluannya ke mulut gue. "Plissss… terima cinta nenek. Nenek sudah tergila-gila sama kamu… Nenek bisa gila kalau kamu tolak nenek. Ahh…ahhh… ahh…." Hampir-hampir gue gak bisa bernafas.


Tiba-tiba "ASTAGHFIRULLAHALAZIM!!!!"

Kakek muncul.

Kemunculan kakek tidak menghentikan nenek. Bahkan ia berbalik arah dan mengenyot penis gue.

"Aziza… apa yang kamu perbuat! Aziza sadar!" teriak kakek dan berusaha menarik nenek. Nenek menepis tangan kakek. Ia kelihatan gusar. "Nggg!" Tangannya mengibas-ibas mengusir kakek, tanpa berhenti mengulum batang gue.

"Nek.. ahhh…ahh….." Alis gue mengernyit. Mulut gue menganga. Rasanya seperti diangkat ke langit tujuh naik roket. Intensitasnya poll sampai ke puncak. "Ahhhh…ahhh…" Mau gue tahan bagaimana pun… gak bisa, "Akh!" gak bisa dan terpaksa.... Crottt! CROTT! CROOTT!! di dalam mulutnya. Badan gue sampai menggulung kayak trenggiling, saking gak kuatnya dengan letusan kenikmatan di alat kelamin gue.

Nenek mencabut mulutnya dari penis gue dan tersenyum ke gue dengan sperma mengalir dari sudut bibirnya. Glek! lehernya bergerak-gerak. Dia menelan sperma.

"AZIZA!"

Malam itu kakek mengurung nenek di dalam kamar. Nenek menggedor-gedor pintu, "Dok! DOk! Dok!" dan terus-menerus memanggil nama gue. "Doni…. Doni…. kemari Doni… nenek butuh kamu…. mmmhhh…. masukin penis kamu ke nenek, Doni… plissssss…. ahhh…ahh…ahhh!"

Kakek, gue dan dua orang tua berkumpul di depan kamar, berdiskusi.

"Ini jelas ada yang janggal. Mengapa tiba-tiba ia berubah menjadi seperti ini…," kata salah satu orang tua. Jangan-jangan ini guna-guna atau sejenisnya."

"Bisa jadi," timpal kakek, "Kita ruqiyah, bagaimana?"

"Tak ada jalan lain, kita ruqiyah, besok pagi," timpal yang lain.

Kakek memandang gue. Matanya seakan mencurigai gue, bahwa gue sedikit banyak ada kaitannya dengan semua ini.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd