Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Birahi Lelaki

Siapa yang akan menjadi Istri dari Arman


  • Total voters
    379
Status
Please reply by conversation.
Si perempuan hanya mengangguk dan menyiapkan dirinya untuk tusukan berikutnya. Ia menahanposisinya sedangkan si lelaki perlahan mulai menarik kontolnya keluar sedikit, lalu memasukkannya kembali dengan perlahan. Dengan sabar, ia masih menggunakan tempo lambat untuk membuka permainan mereka malam ini. Sedangkan jam di dinding ruang rapat menunjukkan pukul 6 sore, waktu shalat maghrib. Dua insan yang sedang dibasahi nafsu birahi itu tidak peduli dengan azan maghrib yang sedang berkumandang. Si perempuan tidak peduli dengan pesan Kak Hafzah yang selalu mewantinya untuk tidak berdekatan dengan lawan jenis.

“Persetan dengan Kak Caca. Gw pengen ngewe”, ujar si perempuan dalam hati.

Sebenarnya ini masih misterius, siapa cewe jilbab peach ini, banyak yg bilang kalau ini ada nayla, cuma di situ ada ucapan di hati bawah persetan dg kak caca? who caca ini? jika caca ini tokoh lain lagi maka teori jilbab peach ini bener nayla, tp kalau caca ini panggilan dari kak cecilia maka peluangnya di sini ada di yasmin karenadg umur yg sama ada peluang dia manggil kaka karena cewe kan kadang gitu

tp y good job TS nya
 
Bab 10: Rencana

Cad-Hafzah-Azizah-hafshahcoacoh-3.jpg

Hafzah Azizah

“Gob*ok! Dasar lonte gob*ok. Capek-capek gw ajarin lo dan ngasih yang ena-ena ama lo. Sekarang begini ketika lo dikasih kerjaan? Emang lonte ngga tahu diuntung kamu”, hardik Pak Herman pada Kak Hafzah yang berlutut di depannya sembari memegang pipinya yang ditampar Pak Herman. Ia mulai menangis.

“Kamu tahu berapa tawaran buat Yasmin? Hampir 10 juta bego. Emang bego kamu ya”, Pak Herman masih emosi.

“Maaf pak. Maaf. Saya ngga sadar tadi”, Kak Hafzah menangis sembari tertunduk memandangi lantai ubin berwarna putih di rumah tersebut. Suara dan badannya bergetar.

“Jangan panggil saya pak! Panggil saya tuan! Dasar lonte rendahan bego. Udah diangkat jadi dosen buat hidup sendiri, masih aja bego kamu”, Pak Herman belum berhenti menghina dan merendahkan kak Hafzah.

“Ampun tuan. Tadi saya khilaf marah ama dia. Ampun tuan. Jangan marah”, pinta Kak Hafzah dengan suara yang mengiris hati.

“Jangan cuma bisa minta maaf bego. Kalau mau ngomong makanya dipikir dulu pake otak, dasar lonte kamu. Bukannya mikir pake otak, malah mikir pake memek”,

“……..”, Kak Hafzah hanya bisa menangis menerima cacian Pak Herman. Ia benar-benar tidak bisa apa-apa sekarang.

“Besok. Saya ngga mau tahu. Kamu bawa Yasmin ke sini. Kan kamu yang supervisor posko KKNnya dia”, Pak Herman mulai mendapatkan ketenangannya.

“Nggak bisa tuan. Dia udah berhenti dari pengajian dan nggak mau ketemu sama saya lagi tuan. Maafkan saya tuan”, Kak Hafzah menangis tersedu-sedu.

Bukannya makin tenang, pernyataan itu malah membuat Pak Herman seperti meledak. Ia benar-benar emosi dan marah sekarang. Ia menarik jilbab beserta rambut Kak Hafzah sehingga membuatnya berdiri. Ia melihat tajam kepada wajah Kak Hafzah.

“Maaf tuan. Ampuni hamba ini”, pinta Kak Hafzah.

PLAAAAAAKKK!

Pak Herman lagi-lagi menampar Kak Hafzah. Setelah sebelumnya di pipi kanan, sekarang giliran pipi kiri kak hafzah yang jadi korban kekasaran Pak Herman. Dengan kasar, ia menarik niqab hitam yang dikenakan Kak Hafzah hingga talinya putus dan kepala Kak Hafzah tersentak karena tarikan tersebut. Terlihatlah wajah cantik kak Hafzah yang mulus. Tidak berhenti sampai di situ, pak Herman juga menarik ujung jilbab lebar berwarna merah muda yang dikenakan oleh Kak Hafzah.

“Buka ini sialan. Buka. Lo ngga pantes pake begini. Lo itu lonte gw. Buka!”, hardik pak Herman sembari menarik jilbab yang dikenakan Kak Hafzah dengan sangat kasar.

Bukan hanya itu, Pak Herman dengan brutal menyerang Kak Hafzah yang terduduk lemah dengan wajah penuh air mata dan rambut hitamnya yang tergerai. Dengan kasar, pak Herman menarik-narik kerah baju terusan yang dikenakan Kak Hafzah. Dengan segenap tenaga, Kak Hafzah mencoba menahan tangan Pak Herman. Adegan tarik-tarikan tidak bisa dihindari. Pak Herman yang punya badan lebih besar dan sedang marah jelas punya kekuatan lebih dominan ketimbang Kak Hafzah yang sedang tergoncang.

BRRREEEET!!

Robeklah baju terusan berwarna hitam yang Kak Hafzah pakai. Bukan Cuma di bagian atas, pak Herman meneruskan aksinya tersebut hingga ke bagian rok. Kini, pakaian tersebut memperlihatkan tubuh polos Kak Hafzah yang di dalamnya hanya memakai BH berwarna putih dan celana dalam berwarna hitam berenda. Ia berusaha melucuti baju terusan yang sudah terbelah bagian depannya tersebut.

“gw bilang buka bego! Pelacur kayak lo tuh ngga pantes pake baju kayak begini. Buka bego!”, hardik pak Herman.

PLLAAAAAKKKK!!

Lagi-lagi, tamparan keras Pak Herman membuat telinga Kak Hafzah berdenging saking kerasnya tamparan itu. Air matanya sudah menganak sungai. Kini, hanya menyisakan BH dan celana dalam yang menutupi tubuh Kak Hafzah. Tidak sampai situ saja, pak Herman merobek lagi baju terusan tersebut hingga membuatnya menjadi dua bagian. Dengan penuh amarah, ia menyeret kak Hafzah yang masih tersedu-sedu dengan kasar menuju kamarnya.

“Jangan tuan. Jangan hukum hamba tuan. Hamba mohon.”, kak Hafzah tidak bisa menyembunyikan tangisnya.

“Lonte yang ngga becus harus dihukum. Kamu harus dihukum dengan hukuman itu”,

“Ampun pak”.

Setelah beberapa menit saling bergelut, akhirnya Pak Herman berhasil mengikat kedua tangan kak Hafzah dan mengikatkan kedua ujungnya ke kaki ranjangnya. Kedua tangan Kak hafzah kini meregang sehingga tidak ada lagi tambahan penutup tubuhnya yang polos yang kini hanya dibalut BH dan celana dalam. Ia masih belum berhenti menangis. Kondisinya benar-benar menyedihkan.

“Ampun tuan. Ampun tuan. Jangan hukum hamba. Hamba emang pelacur tuan. Iya, hamba emang lonte rendahan tuan yang ngga bisa hidup tanpa kontol tuan”,

“Hooo. Bagus. Kamu udah tahu posisi kamu ya. Syukurlah kamu udah inget sekarang. Tapi hukuman harus tetap dilaksanakan”, Ia lalu memelorotkan celana dalam yang dikenakan Kak Hafzah dan memasukkan vibrator ke memek kak Hafzah setelah terpasang, ia memasang lagi celana dalam Kak Hafzah.

“Oke. Sekarang, kamu dengarkan bapak”, ujar pak Herman.

“Iya pak!”, jawab kak hafzah dengan suara yang bergetar.

Pak Herman menekan tombol aktivasi vibrator, vibrator tersebut bergetar dan menggaruk memek Kak Hafzah. Ia menggelinjang hebat menahan gesekan di memeknya.

“AAARRGGGH. KONTOL! AMPUN KONTOL! HAMBA SUKA KONTOL!”, teriak Kak Hafzah. Pak Herman mematikan getaran vibrator.

“Hoooo. Kamu masih inget toh lonte. Kirain dengan pekerjaan kamu, kamu udah lupa tempat kamu”, kata Pak Herman.

“Oke. Gini ya Caca. Sebenarnya bapak ngga mau nyiksa kamu. Bapak maunya kita ena-ena terus sama-sama. Tapi kamu tuh kadang ngga becus kalau kerja”, jelas Pak Herman memulai pembicaraan.

“Ampun tuan. Hamba menyesaaaaahhh…”, Pak Herman kembali menekan tombol getar vibrator hingga membuat Kak Hafzah menggelinjang lagi.

“KONTOL! AMPUN KONTOL! HAMBA SUKA KONTOL!”, Kak Hafzah kembali meneriakkan kata password untuk meminta Pak Herman berhenti memainkan vibrator.

“Jangan jawab kalau kamu ngga kusuruh ya pelacur. Dengerin dulu makanya. Pake kuping dengernya, bukan pake memek”,

“Oke,”, Pak Herman hendak melanjut ucapannya.

“Bapak sebenarnya udah bosen sama kamu Caca. Bukan berarti udah ngga mau make kamu lagi ya. Cuma bapak pengen mainan baru lagi. Makanya kamu saya suruh nangkep Yasmin. Eh, malah kamu lepasin. Padahal udah ada tawaran hampir 10 juta buat bapak supaya pelanggan bapak itu bisa tidur dengan Yasmin semalam”, jelas Pak Herman. Ia lalu menekan tombol aktivasi vibrator.

Tubuh Kak hafzah menggelinjang hebat dan membuatnya menengadahkan kepalanya ke atas. Pak Herman berkata, “Bilang iya kamu. Jangan Cuma diem aja”.

“Tapi karena kamu udah ngelepasin buruan kita. Sekarang, kita ganti target. Kita incar Nadila, adiknya Nayla”, jelas Pak Herman. “Ngomong kamu!”, perintah Pak Herman.

“Haaa. Haa. Haa. Kenapaah harus diaaah tuanhh”, napas Kak Hafzah tersengal-sengal karena tubuhnya terus distimulasi melalui getaran vibrator di memeknya. Ia benar-benar kelojotan mendapat perlakuan seperti itu.

“Bapak emang pengen dia. Putri itu susah ditebak dan susah dijebak. Kalau Nurmala itu bapaknya polisi, jadi bapak lihat cuma Nadila yang aman buat dimainin”, jelas Pak Herman lagi.

Masih dengan dada yang kembang kempis, Kak Hafzah masih mencoba mencerna apa yang disampaikan oleh Pak Herman padanya. Matanya nampak menerawang ke langit-langit kamar Pak Herman. Ia telah sampai di puncak kenikmatannya. Memeknya banjir karena terus digaruk oleh vibrator.

“Eh. Lonte! Jawab! Malah dienakin. Baru juga begitu udah nyampe lo. Katanya pelacur”, hardik Pak Herman pada Kak Hafzah yang masih tersengal-sengal.

“I, I, iya tuan. Apapun yang tuan perintahkan. Siap hamba laksanakan. Tapi, bagaimana dengan Nayla tuan? Kan dia pasti kaget kalau adiknya ngga pulang-pulang?”, tanya Kak Hafzah.

“Tenang. Kakaknya udah bapak suruh kirim buat tugas di luar daerah selama satu semester. Lusa sudah berangkat. Makanya, dia ngga jadi supervisor KKN”, jelas Pak Herman. Ia benar-benar memanfaatkan jabatannya sebagai wakil rektor 1 untuk memanipulasi berbagai hal untuk kepentingan pribadinya.

“Ya udah, bapak mau lihat dulu hasil pekerjaan kamu”, Pak Herman pergi meninggalkan Kak Hafzah yang terbaring dengan keringat bersimbah. Tubuhnya mengkilat disinari cahaya lampu kamar.

Pak Herman naik ke lantai dua untuk mengecek Cecilia yang masih tertidur karena efek dari obat tidur yang Kak Hafzah campurkan pada minumannya. Tidak perlu berlama-lama, Pak Herman mengangkat tubuh perempuan malang itu ke dalam sebuah kamar, mengikatnya di sana, dan menyiapkan dua buah kamera di sana. Tidak berapa lama, ia meninggalkannya setelah melucuti jilbab dan pakaian Cecilia dan hanya menyisakan hot pants dan tanktop yang digunakan Cecilia sebagai dalaman.

Sementara di bawah, Kak Hafzah kembali mengerang karena Pak Herman tidak henti menekan tombol vibrator sehingga lagi-lagi, cairan cinta Kak Hafzah luber dan membasahi seprei Pak Herman. Tubuh kak Hafzah benar-benar lemas malam itu karena dibuat mencapai klimaks berkali-kali. Tanpa ampun, Pak Herman terus menyiksa tubuh Kak Hafzah dengan kenikmatan yang bertubi-tubi.

Setelah memotret tubuh indah Cecil, Pak Herman bergegas turun. Membereskan beberapa barangnya yang belum dia ambil. Memastikan pintu tertutup, lalu ia kembali ke kamarnya. Sedangkan di dalam kamar, Kak Hafzah sudah tertidur akibat kelelahan dengan lendir-lendir yang masih melekat dan belum sempat ia bersihkan. Pak Herman melepaskan ikatan pada tangan Kak Hafzah yang merupakan sobekan pakaian Kak Hafzah yang tadi dibelah dua oleh Pak Herman.Tidak tahan melihat tubuh polos budak seksnya, Pak Herman melucuti semua pakaian kak Hafzah yang tersisa. Begitupun dengan pakaiannya. Setelahnya, ia pun menggauli tubuh polos Kak hafzah hingga memuntahkan pejunya ke atas perut Kak Hafzah. Setelahnya, ia pun tidur dengan Kak Hafzah dalam kondisi sama-sama telanjang bulat.

(Keesokan harinya – Kampus Stiska)

Hari ini, gw baru saja menyelesaikan pembekalan terakhir untuk KKN. Untuk makan siang, hari ini gw janjian dengan teman-teman seposko gw. Setelah keluar dari kelas pembekalan, bersama dengan Toni yang kebetulan satu ruangan denganku, gw segera menuju kantin kampus. Nampaknya teman posko KKN gw udah ada di sana. Maklum, pemateri di kelasku dan Toni sangat lelet menjelaskan. Setelah beberapa menit berjalan dari kelas menuju kantin dan mencari teman-teman seposkoku, akhirnya gw bisa menemukan mereka tengah asyik ngobrol satu sama lain. Beberapa di antara mereka sedang makan.

Hemi-Thania-7.jpg

Hemi Thania
chindyaa-Bi-Pb-o-KAIFh.jpg

Chintia Karisma
amirathallya-Batc-BQcg-Dm5.jpg

Fathia Almira

“Lho? Yasmin belum datang ya?”, tanyaku pada Hemi ketika memperhatikan dan sadar bahwa kami baru 7 orang.

“Iya. Katanya sih mereka udah OTW ke sini. Kalau si Arie ngga ada kabar”, jawab Hemi.

“Ya udah kalau begitu, kita bahas apa yang bisa dibahas dulu ya sembari tungguin mereka”, gw mengambil alih forum seakan-akan gw adalah ketua dari posko kami, padahal belum ditentukan.

Setelah beberapa menit menjabarkan tentang apa-apa yang mesti diperhatikan teman poskoku, akhirnya Yasmin datang dengan tergopoh-gopoh.
Yasmin-fathia-New-6.jpg

Yasmin fathia

“Eh, Sorry ya gaes. Tadi pemateri di kelasku lelet banget”, jelas Yasmin tentang keterlambatannya.

“Elleh, paling juga tadi pulang ke kost buat dandan lagi kan bu?”, tiba-tiba Fathia menyambar.

“Eh, maksud kamu apaan Thia?”, Yasmin merasa tersinggung dengan ucapan Fathia.

“Udah-udah, kita lanjut aja rapatnya. Kan udah bagus Yasmin bisa datang”, ah, si Toni emang bisa aja masuk-masuknya.

Kami pun kembali melanjutkan pembicaraan tentang persiapan sebelum berangkat KKN. Di saat itu pula kami semua menyepakati akan mengangkat ketua posko saja terlebih dahulu. Gw pun mendapat jatah untuk menjadi ketua posko. Sedangkan Yasmin dan Hemi menjadi sekretaris dan bendahara posko kami. Setelah sempat berbincang ngalor ngidul, akhirnya Lathifa menjadi orang pertama yang pulang.

“Oh ya, gw pulang duluan ya geng”, pamit Fathia pada kami.

Tidak berapa lama, Rian dan Chintia juga kembali. Katanya sih karena mereka kebetulan memang tinggal berdekatan. Disusul Rika dan tidak lupa Hemi pun gw suruh pulang karena udah malam. Sedangkan gw dan Toni menjadi orang terakhir karena kami pun baru memesan makan ketika teman kami bergantian pulang kembali. Sepanjang makan, Toni protes kepadaku karena tidak menahan Yasmin lebih lama lagi. Gw hanya tertawa saja. Setelah makan dan pulang, gw pun melewati H-3 dan H-2 pemberangkatan dengan mempersiapkan barang. Sedangkan barang yang harus kubeli rasanya sudah terpenuhi ketika gw dan Yasmin pergi berbelanja tempo hari. Selama masa persiapan tersebut, pikiran gw sama sekali tak pernah mengingat Nadila. Tanpa gw sadari, Nadila dalam bahaya. (Bersambung ke Bab 11: harinya ).
 
Terakhir diubah:
Makasih updatenya hu...
Ternyata kak hafzah ada udang di balik lobang...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd