Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Birahi Lelaki

Siapa yang akan menjadi Istri dari Arman


  • Total voters
    379
Status
Please reply by conversation.
Fokusnya kebanyakan, terlalu banyak tokoh jadi gak mendalami aja gt build character juga gak berasa, mending fokus di MC aja dulu
 
Bab 16: Seminar Proker

“Arman, bangun man. Udah pagi wey”, terdengar suara membangunkan Arman. Ia terbangun.

“Udah shalat belum Man?”, tanya Yasmin pada Arman.

“Eng? Emmm. Belum”.

“ya udah, shalat dulu gih man”, Arman hanya mengikuti perintah Yasmin tersebut.

Arman bangun, mencuci mukanya, berwudhu, lalu shalat shubuh meski matahari sudah memperlihatkan diri malu-malu dari balik gunung. Semalam, setelah puas melihat bintang, Arman mengambil bantal dan tidur di ruang tengah poskonya. Memang Arman sudah dua malam tidur di ruang tengah. Karena kamar lelaki sangat sempit. Ditambah, kebiasaan Toni yang sangat banyak bergerak ketika tidur. Di dalam kamar lelaki, semuanya belum bangun. Bahkan, Selina dan Yasmin yang berusaha membangunkan mereka pun sudah menyerah karena saking sulitnya dibangunkan. Hanya Arman yang relatif lebih mudah dibangunkan. Setelah beres shalat, Arman ke beranda rumah.
Whats-App-Image-2020-02-07-at-06-59-53.jpg

Fathia Almira

ichaaq12-B7-Vq9uc-J8-Zm.jpg

Selina Haerunnisa

“Udah bangun lo man?”, tanya Fathia.

“Iya nih. Mau ke mana kalian? Kok pake almamater segala?”, tanya Arman.

“Mau ke pasar lah. Mau para cowok ngga sarapan gitu?”, jawab Fathia sedikit meledek.

Dari dalam rumah, terdengar suara kaki yang sedikit terburu-buru.
Yasmin-fathia-New-6.jpg

Yasmin Fathia

Dari dalam rumah, Yasmin melangkahkan kakinya terburu-buru. Jilbabnya masih sedikit berantakan. Ia masih memakai almamaternya.

“Buru-buru amat bu”, tegur Arman.

“Haha. Soalnya tadi aku ganti jilbab dulu”, Yasmin menjawab.

“Yasmin mah gitu. Man. Banyak gaya”, ujar Fathia sembari melirik Arman seakan menggodanya.

“Ihhh. Fathia. Jangan gitu”, tegur Selina.

“Ya udah man. Kita berangkat ke pasar dulu ya. Chintia ama Hemi dibangunin tuh”, ujar Selina lagi.

“I, iya Lin”, Jawab Arman.

Mereka bertiga pergi ke pasar dengan berjalan kaki. Memang, di desa tempat Arman KKN itu, letak desa tidak begitu jauh dari posko, sehingga bisa ditempuh dengan berjalan kaki saja. Ketika Arman sedang mengutak-atik HPnya sembari berusaha untuk mencari koneksi internat agar bisa menton Youtube, samar-samar dari arah kamar perempuan yang dekat dengan pintu rumah tersebut keluar seorang perempuan yang masih mengenakan kemeja oranye yang semalam ia kenakan. Hanya saja, kali ini dia tidak mengenakan jilbab. Mendengan suara yang sedikit berisik di belakangnya, Arman berbalik mencari sumber suara.

“Eh. Ternyata kamu ya Mi”, tegur Arman oada Hemi yang berjalan pelan menuju dapur.

Hemi berbalik melihat Arman yang berdiri di pintu rumah itu. Dengan mata yang masih mengantuk dan wajah yang sangat lesu, Hemi lalu memalingkan wajahnya dari Arman berusaha berjalan menuju dapur rumah untuk mengambil air minum. Dari belakang Hemi, Arman mengikutinya.

“Hem. Oi. Hem”, Arman memanggil nama Hemi. Namun tidak digubris.

“Hemiii… Oi. Jangan gitu dong. Ih”, tegur Arman ketika berdiri di sebelah Hemi.

“Kenapa man? Gw haus, baru bangun”, tanya Hemi ketika ia sudah hendak mengambil gelas di lemari.

“Semalam lo dari mana ama Arie?”, tanya Arman.

“Kan udah dikasih tahu ama dia. Habis bareng Salman”, balas Hemi dengan suara parau khas orang baru bangun. Ia lalu ke arah galon dan mengisi gelasnya dengan air.

“:Lo bisa jujur ngga sih Mi? Gw serius”, tanya Arman. Hemi berpaling melihatnya.

“Lo semalam abis gituan kan ama Ari?”, tanya Arman dengan wajah serius. Sembari minum, Hemi mengangguk lesu mengiyakan pertanyaan Arman tersebut.

“Aduh. Lo ya mi. Bisa ditahan ngga sih?” , tegur Arman.

“Lo ngga tahu apa? Kalau kita di sini buat KKN? Entar kalau kalian ketahuan ngewe di sana, mampus kita”, tegur Arman lagi dengan suara yang ditahan agar tidak membangunkan temannya yang masih tidur.

“Ya elah man. Santai aja dong”, balas Hemi melihat wajah Arman.

“Gimana mau santai kalau lo ama Ari malah mesum?”, tanya Arman.

“Ngga kok. Ngga ketahuan. Toh juga gw ngga ada niatan buat ngelayanin si Ari mulu kali.Apalagi gratisan. Enak aja”, jawab Hemi lagi.

‘Maksud lo gimana Mi? Lo mau main kalau dibayar?”, tanya Arman.

“Ya iyyalah man. Gw udah tiga kali bareng Riana ngelayanin om-om”, jawab Hemi yang membuat Arman tidka bisa berkata-kata.

Ternyata benar, naiatan Riana untuk menjadikan Hemi sebagai wanita panggilan benar-benar sudah ia laksanakan. Hemi sendiri pun nampaknya sudah menikmati ladang uang barunya tersebut. Setelah bercengkrama sedikit dengan Ari, Hemi pun akhirnya kepincut dengan tawaran ngewe dengan Ari dengan sukarela. Maklum saja, untuk sementara waktu, hemi dan Riana tidak bisa memenuhi panggilan para penikmat mereka untuk bercinta satu malam. Mereka berdua sedang KKN.

Waktu kemudian berjalan dengan cepat hingga akhirnya jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Nampak, posko III desa Roka sudah mulai sibuk. Nampak Fathia yang membereskan beberapa lembar kertas. Sedangkan Toni, Rian, dan Chintia sudah berangkat duluan ke sekretariat karang taruna untuk mempersiapkan tempat untuk penyeleanggaraan seminar program kerja KKN mereka.

Ketika Arman menyuruh Yasmin untuk menelepon seseorang, di depan posko mereka sudah ada mobil yang berhenti. Mobil berwarna hitam itu membunyikan klaksonnya. Arman segera keluar dan melihat orang yang ada di mobil. Ternyata, dia adalah Kak Hafzah, sang supervisor KKN mereka. Ia akan menghadiri seminar porgram kerja KKN Arman.
Cad-Hafzah-Azizah-hafshahcoacoh-7.jpg

(Hafzah Azizah)

“Wah. Perjalnan ke sini susah juga ya man?”, tanya Kak Hafzah ketika keluar dari mobilnya.

“Eh. Kak Caca sendiri?”, tanya Arman ketika melihat Kak Hafzah meninggalkan mobil setelah menguncinya.

‘Emm. Iya. Ibu sendiri dari kota Alpa, kenapa ya?”, tanya Kak hafzah.

“Emm. Ngga kok kak. Heran aja sih tadi”, jawab Arman diplomatis.

Arman lalu mengekor pada Kak Hafzah dan naik ke atas rumah panggung yang menjadi posko mereka tersebut. Setelah bercengkrama bersama dengan para penghuni posko, kak Hafzah lalu meminta Arman untuk menemaninya menuju rumah kepala desa untuk bersilaturahmi dengannya.

Tiba di sana, Yuninda yang awalnya tidak mengenakan jilbab dan sedang duduk di teras rumahnya kaget bukan main dan segera lari ke dalam rumahnya. Melihat Kak Hafzah dan Arman, istri kepala desa mempersilakan mereka berdua duduk dan menikmati cemilan ala kadarnya. Mereka ngobrol hingga adzan maghrib berkumandang.

Setelah shalat isya, Arman dan semua teman poskonya diserta Kak hafzah sudah ada di balai desa yang juga digunakan sebagai sekretariat karang taruna. Beberapa deret kursi plastik terisi oleh para masyarakat yang hadir pada kesempatan tersebut. Fathia selaku sekretaris posko pun mulai membacakan rincian kegiatan dan membiarkan temannya satu per satu bergantian membacakan program kerja mereka selama melaksanakan KKN di desa tersebut.

Setelah kegiatan tersebut usai, para warga lalu bubar meninggalkan lokasi seminar. Tidak terkecuali Kak Hafzah, ia pulang menumpang mobil Kak Hafzah bersama mayoritas penghuni posko. Kecuali Arman, Rian, Yasmin, dan Chintia. Nampak Arman sedang bercengkrama dengan Salman, ketua karang taruna desa tersebut. Di tangan Arman nampak sebuah gitar yang ia mainkan.
Shania-Sari-Handayani-1-1.jpg

(Yuninda Shanti)
“Eh. Kamu belum pulang Nin?”, tegur Salman ketika melihat Ninda lewat depan balai desa.

“Eh. Iya nih kak. Baru mau balik sih ini”, jawab Yuninda dengan wajah malu.

“Ya udah. Sini aja dulu bentar. Main gitar ama Arman”, ajak Salman.

“Ehh. Ngga kok kak. Ngga usah. Aku mau balik duluan”, jawab Yuninda
Yasmin-Fathia-12.jpg

(Yasmin Fathia)

chindyaa-BXkdn-TYlc-Se.jpg

(Chintia Karisma)

“Kamu sama siapa Nin?”, tanya Yasmin ketika Ninda sudah hendak beranjak dari tempat itu.

“Enggg. Sendirian kak. Ngga apa kok”, jawab Yuninda.

“Kamu mau ditemenin ngga Nin?”, tanya Yasmin berusaha mendekati Yuninda. Dari belakang Yasmin, Chintia mengikuti.

Mereka bertiga nampak berbicara satu sama lain. Nampak beberapa kali Yuninda menggeleng menolak tawaran Yasmin dan Chintia. Sedangkan Rian, Salman, dan Arman hanya bisa melihat percakapan para wanita dari balai desa. Mereka masih asyik main gitar bersama. Namun, tidak berapa lama, Chinta kembali ke arah Arman.

“Man, gw ama Yasmin duluan balik ya. Sekalian mau temenin Yuninda”, ujar Chinta kepada Arman yang masih memegang gitarnya. Arman mengiyakan hal tersebut.

Ketiga gadis itu pun berjalan hingga menghilang ditelan kegelapan. Sedangkan para lelaki, masih tetap asyik bermain gitar dan bersenda gurau. Nampak kini gitar sudah berpindah ke Salman. Ia menyanyikan beberapa lagu yang ia kuasai.

“Eh, si Yasmin itu cantik juga ya man”, ujar Salman.

“Eh. Yasmin? Ohh. Iya sih. Emang cantik sih itu anak”, jawab Arman.

“Tampang-tampang minta dihalalin. Haha”, kelakar Salman.

“Haha. Bener juga si lo man”, Rian yang dari tadi diam juga ikut bicara.

“Terus, si Fathia menurut lo gimana?”, tanya Arman lagi pada Salman.

“Hmm. Idaman sih. Apalagi dia lebih pintar bergaul dari pada si Yasmin. Cantik juga. Hahaha. Bisa poligami ngga sih?”, tanya Salman pada Arman.

“Hahha. Ada ada aja lo Salman”, Arman ikut tertawa.

“Habisnya dua-duanya idaman”,

“Ya tapi sisain kita juga lah”, ujar Rian lagi.

“Nahh! Bener banget itu”, Arman menimpali Rian.

“Kalau Hemi gimana man?”, tanya Arman pada Salman.

“Wuihh. Si kecil? Lincah dan badannya ngga nahan. Hahaha”, jawab Salman. Arman hanya tertawa mendengar penjelasan dari Salman tersebut.

Malam itu, Rian, Salman, dan Arman asyik memperbincangkan mengenai lima orang perempuan yang tinggal di posko KKN tersebut. Hingga jam hampir menunjukkan pukul 12 malam, Arman dan Rian akhirnya pamit pada Salman untuk kembali ke poskonya. Karena jalan yang berbeeda, akhirnya Salman pun berpisah dengan Arman dan Rian. Sepanjang jalan, Arman yang malam sebelumnya selalu kepikiran dengan Nadila, sudah punya pengalih perhatian. Ia sudah tidak bergitu memikirkan Nadila. Meski sebenarnya, ia masih tidak mendapat kabar dari Nurmala mengenai kabar terbaru dari Nadila. Arman terus mendoakan yang terbaik untuk Nadila.

Ketika sampai di posko, Arman dan Rian yang tadinya berniat untuk segera masuk kamar dan tidur, malah terkejut ketika melihat 4 wanita sedang mengerjakan sesuatu, yang membuat Arman begitu terkejut sebenarnya adalah kehadiran dari Yuninda yang tadinya hendak pulang ke rumahnya.

“Lho. Kok lo ngga pulang Nin?”, tanya Arman kaget.

“Hehe. Tadi niatnya begitu kak. Tapi pintu udah keburu kekunci. Jadi, dari pada aku ngetok-ngetok bangunin mama, mending aku ikut Kak Yasmin aja.

“Eh. Bisa gitu ya?”, tanya Arman masih bingung.

“Hehe. Iya kak. Lagian juga aku udah bilang ke mama kalau misalnya aku telat pulang ke rumah, aku nginep di poskonya Kak Fathia aja”, jelas Ninda.

Terlihat Fathia malah mengambil pose peace dan nyengir melihat Arman yang masih bingung. Rian pamit untuk tidur, sedangkan Arman bergabung bersama Fathia, Yuninda, Chinta, dan Hemi yang nampaknya sedang bergelut dengan RPP yang sudah siapkan sebelumnya dari kota Alpa. (Bersambung ke Bab 17: Setelah Tiga Minggu)
 
Bimabet
Mkasih updatenya hu...
Ini arman nya mau dijadiin raja harem ya hu??
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd