Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Birahi Lelaki

Siapa yang akan menjadi Istri dari Arman


  • Total voters
    379
Status
Please reply by conversation.
Bab 15: Ketua Posko

“Eh, serius kamu Nin?”, tanya Arman pada Ninda.

“Iya kak. Tadi waktu aku lagi beli sayur di warung Pak Tarkum, saya papasan sama mereka”, jelas Ninda pada Arman.

“Ooh. Udah lah kalau mereka sama Salman”,




Shania-Sari-Handayani-8.jpg

Yuninda Shanti

Ninda pun lalu masuk ke dalam posko. Ia membawa beberapa makanan ringan pemberian dari sang ibu. Sekalian katanya ia mau mengambil parang yang dipinjam oleh Rian. Ia lalu memperhatikan spanduk struktur kepengurusan dari posko KKN Arman.

“Eh. Kak Arman toh yang ketuanya. Haha. Di sini kak Arman ganteng yah Kak Fat?”, tanya Ninda pada Fathia yang tidak jauh darinya. Fathia hanya tertawa kecil.

Arman masih ada di teras melihat situasi di luar. Selain Arman, Chintia masih setia nangkring di tempatnya dari tadi untuk memeriksa jaringan. Maklum, jaringan di desa ini cukup parah. Bahkan, untuk sekadar nelpon pun mereka sangat kesulitan.

“Fuuuh. Jaringan di sini bener-bener parah deh”, keluh Chintia.

“Hahaha. Iya ya. Tapi toh mereka yang kayak Ninda bisa aman aja tinggal di sini”, balas Arman.

“Hmm. Iya sih Man. Tapi gimana ya. Susah banget gitu hidup tanpa jaringan”, balas Chintia

“Lagian juga kita nggak lama kok di sini. Sebulan doang udah beres”,

“40 hari Arman. 40 hari itu bukan sebulan”, jawab Selina yang muncul dari belakang Arman






ichaaq12-B9tk2-Hv-JX9.jpg
chindyaa-Bi4g-UMvgoe-G.jpg

Chintia Karisma

“Astaghfirullah. Kok kamu ngga pake jilbab kamu Chin? Diliatin orang tahu aurat kamu. Itu Arman bukan mahram kamu”, tegur Selina pada Chintia yang sering melepas jilbabnya. Bahkan, kemarin ia juga sempat ditegur oleh Selina karena tidak mengenakan jilbab saat mereka observasi keliling desa.


“Gerah tahu make jilbab mulu Lin. Lagian lo ngga pengap apa make jilbab setebel itu?”, jawab Chintia sinis.

“Astaghfirullah. Ini tuh kewajiban kita Chin sebagai perempuan”, jelas Selina.

Chintia yang memasang wajah cemberut dan kesal turun dari tempatnya nongkrong dan segera masuk rumah sembari menghentak-hentakkan kakinya sehingga terdengar berisik setiap kali ia menginjakkan kakinya pada lantai kayu rumah itu. Selina yang melihatnya, hanya bisa menggeleng tidak percaya melihat tingkah temannya tersebut. Arman hanya tertawa kecil melihat tingkah dua orang temannya yang sering berselisih tersebut.

“Udah Lin. Lain kali ngga usah ditegur tuh anak. Emang susah dikasih tahu dia”, saran Arman pada Selina.

"Tapi man…”, ucapan Selina terpotong melihat mata serius Arman. Ia lalu mengiyakan.

"Oh iya. Selin. Kamu tadi udah bicara sama Ibu RT soal rencana kita?’, tanya Arman pada Selina.

"Iya udah kok. Katanya bu RT, bisa aja kok kita adakan kegiatan itu”, jawab Selina.

Di teras rumah kini hanya ada Arman dan Selina yang membicarakan soal seminar program kerja mereka. Di dalam ruang utama yang sering mereka pakai untuk diskusi ada Yuninda dan Fathia yang bercengkrama. Di dalam kamar perempuan, Yasmin sedang asyik membaca buku, dan Chintia yang tadi marah-marah sedang mengutak-atik HPnya. Di dalam kamar lelaki, Rian dan Toni sudah tidur bahkan sebelum waktu shalat isya. Mereka masih sangat capek sehabis memperbaiki pagar bambu tempat mereka tinggal. Rian yang begitu telaten memakai parang dan gergaji, dibantu oleh Toni yang ternyata cukup juga mengerjakan kerja-kerja tukang tersebut.

“Kak Fat yang jadi bendahara ya?”, tanya Yuninda pada Fathia.

“Hehe. Iya Nin. Kaka diminta langsung ama Arman”,

“Ohh. Kaka yang ninja yang jadi sekreta…”, ucapan Yuninda tercekat karena Fathia segera menegurnya karena Selina –orang yang Yuninda sebut sebagai kaka ninja- sedang ada di luar bersama Arman dan bisa saja mendengar percakapan mereka.


*****

Suasana malam itu begitu sepi. Tipikal desa pada umumnya. Ditambah fakta bahwa sekarang sudah hampir jam 9 malam. Yuninda pun juga sudah pulang sepuluh menit yang lalu. Tersisa Arman yang masih asyik melihat suasana desa di teras. Selina sudah masuk ke dalam rumah, entah apa yang mau dia lakukan. Rian dan Toni masih tertidur di kamar.

“Lagi ngapain Man?”, tanya Yasmin yang muncul dari pintu. Arman membalikkan badannya demi melihatnya.




Yasmin-fathia-New-1.jpg

Yasmin Fathia

“Ehh. Yasmin. Ngga ngapa-ngapain sih min. Cuma ngeliatin kondisi desa doang. Damai banget”, ujar Arman.

“Ohh gitu. Kirain lagi kangen ama seseorang”,

“Emang siapa yang mau gw rinduin?”, tanya Arman

“Ehh. Ngga. Siapa tahu lo punya seseorang yang spesial gitu buat dirinduin”

“Hoo. Kalaupun ada, palingan itu orang itu lo tahu. Orang paling ribet di dunia ini”, ejek Arman pada teman sejurusannya tersebut. Yasmin memasang wajah kesal. Namun segera berubah menjadi tawa dan mendekati Arman.

“Awas lo ya man”, ia mencubit kecil pundak kiri Arman.

“Haha. Sorry deh kalau gitu. Jaaaangan dicubit juga bego”, di tengah perkataannya, Arman kesakitan karena dicubit oleh Yasmin.


Hemi-Thania-6.jpg


Hemi Thania

Dari gelapnya malam, terlihat seorang perempuan berjilbab jingga dan seorang lelaki dengan celana denim. Meski dalam gelap, Arman tahu bahwa itu adalah Hemi dan Ariendra. Dua orang itu berjalan menuju ke posko KKN mereka. Menaiki tangga rumah tersebut dan menyimpan sandal mereka pada tempat yang telah disiapkan.

“Dari mana aja lo berdua?”, tanya Arman pada Hemi dan Arie.

“Mana ngga ngabarin lagi”, yasmin menyambung pertanyaan Arman seakan tahu apa yang ingin ditanyakan lagi oleh Arman.

“Eh”, Hemi terkejut. Ia melirik Arie.

Dengan tanggap, Arie menjawab, “Ohh. Tadi Si Salman ngajakin gw ngeliat gubuk dekat sekretariat karang taruna. Terus balik ke sekretariat buat ngobrol-ngobrol doang”, jelas Arie.

“Lahh. Kan yang ketua posko gw. Kenapa Si Salman malah ngajakin lo Ri?”, tanya Arman lagi penasaran.

“Ngga tahu ahh. Lo lagi sibuk kali tadi”, Arie hanya melewati Arman. Sedangkan Hemi mengekor pada Arie.

Arman menangkap gelagat mencurigakan dari dua orang yang baru datang tersebut dan menahan Hemi dengan menangkap tangan kanannya.

“Kenapa Man?”, tanya Hemi yang terkejut tangannya ditangkap oleh Arman.

Arman menatap tajam pada Hemi. Namun, di ujung matanya ia dapat melihat Yasmin masih ada di teras rumah tersebut. Ia sebenarnya hendak menanyakan tentang kecurigaan gelagat Hemi dan Arie. Tapi ia putuskan untuk mengurungkan niatnya agar Yasmin tidak tahu mengenai hubungan Arman dengan Hemi.

“Ngga kok. Ngga jadi. Tadi mau nanyain proker. Tapi besok aja deh”, ucap Arman sembari memberi sedikit kdoe berupa kedipan mata pada Hemi.

“Oooh. Iya. Gw capek banget tadi. Ya udah yaa Man”, jawab Hemi. Ia lalu berlalu dan masuk ke dalam kamar perempuan.

(Rumah Pak Herman)


Cecilia-Triana-7.jpg

Cecilia Triana
Arisa-Salsa-Lestina-5.jpg

Nadila Aria Sienna

“Uooohhhh. Hooo. Hmmmf”

Nampak Kak Hafzah kini memegang pisang dan membimbing Cecilia untuk menyepongnya. Mengeluarkan, lalu memasukkan kembali pisang dari mulut Cecilia. Wajah Cecilia sudah dibanjiri keringat. Pakaiannya sudah basah karena keringat. Dengan menahan bagian belakang kepala Cecilia, Kak Hafzah berhasil mempertahankan posisi Cecilia tersebut. Pak Herman yang melihat adegan itu, hanya tertawa saja melihat Hafzah membimbing calon budak barunya tersebut. Sedangkan Nadila, dibiarkan Pak Herman sendiri untuk melakukan pelajaran menyepong tersebut.

“Hooo. Kamu pintar juga ya main pisang ya Dila”, puji Pak Herman.

Nadila hanya tersenyum sembari mengangguk. Setelah melirik pada Pak Herman, ia lalu melanjutkan kegiatannya. Menjilati tiap bagian pisang itu, lalu memasukkanya dan mengeluarkannya dari mulutnya dengan cepat seakan-akan pisang itu adalah batang kenikmatan lelaki. Pak Herman yang melihat gaya tersebut, menjadi ngaceng sendiri dan mendekati Nadila. Ia lalu menarik pisang dari tangan Nadila.

“Kamu udah biasa nyepong ya cantik?”, tanya Pak Herman. Namun Nadila menggeleng.

“Aku Cuma suka nonton doang pak”, aku Nadila, bohong.

“Hooo. Kamu nonton Nayla main ya? Hahaha”, tanya Pak herman yang membuat Nadila sedikit bengong mendengarnya.

“Hmm. Aku. Aku. Aku ngga pernah lihat Kak Nayla main pak. Aku cuma belajar dari film bokep aja pak”, aku Nadila.

“Ohhh. Hahaha. Kirain kamu diajarin ama Nayla itu. Hahaha. Sesekali, kamu belajar sama kakakmu yang cantik itu”, ujar Pak Herman yang malah membangkitkan tanya dalam pikiran Nadila.

“Ya udah. Sekarang, kamu lanjut aja ya nyepongnya sayang”, perintah Pak herman pada Nadila.

Hmmmfff. Hooohhh. Hmmfff

(Posko KKN Arman pukul 11 malam)



Yasmin-fathia-New-1.jpg


Yasmin Fathia
“Lho. Kamu belum tidur Yasmin?”, tanya Toni dengan suara setengah mengantuk. Arman dan Yasmin berbalik demi melihat Toni yang terbangun.

“Ehh. Ngga nih. Tadi lagi nungguin Hemi ama Arie. Cuma liatin bintang dari sini asyik juga ya Man”, jawab Yasmin tersenyum. Sangat manis.

“Iya Ton. Gw baru sadar kalau kita selama di kota Delta jarang banget ngeliat bintang”, kata Arman.

“Eh. Kamu udah makan belum Ton?”, tanya yasmin pada Toni.

“Ngga. Gw ama si Rian belum makan abis ngerjain pager tadi. Emang ada makanan ya?”, tanya Toni.

“Bentar ya. Gw cek dulu”, Yasmin pergi ke dapur meninggalkan Toni dan Arman berdua di teras rumah.

“Lo ngapain tadi ama Yasmin?”, tanya Toni pada sahabatnya.

“Cuma ngeliat bintang doang. Perasaan gw ngga tenang. Kayak ada yang bakal terjadi”, ujar Arman.

“Sama siapa?”, tanya Toni, penasaran.

“Lo inget sama Dila ngga? Mantan gw”, tanya Arman.

“Ooh. Yang lo bilang di kost kalau dia udah hijrah itu?”, tanya Toni.

“Iya. Entah kenapa gw jadi kepikiran ama itu anak. Gw juga kurang paham sih kenapa. Tapi dia selalu nempel sedari tadi waktu Hemi udah balik”,

“Lo ngga kangen ama dia kan?”, tanya Toni.

“Kangen sih iya Ton. Namanya juga mantan terindah gw. Tapi yaa, gw juga tahu kalau gw ama dia ngga mungkin bisa balik lagi”,

“Bener juga sih. Apalagi Kak Nayla susah banget tembusnya”, balas Toni.

“Dia sekarang gimana ya? Mana Nurmala yang gw suruh ngecek dia, mendadak bilang dia ngga ada kabar lagi. Aduh”, Arman nampak semrawut.

“Tenang aja bro. Dia pasti baik-baik aja kok. Entar, kalau lo udah…”, penjelasan Toni terpotong oleh suara kaki dari dapur dan muncul dari pintu rumah.

“Sorry Ton. Ternyata makanannya udah disikat ama Chintia tadi. Tapi gw udah beres masakin telor buat lo. Ngga apa kan?”, tanya Yasmin. Toni mengangguk dan masuk ke dalam rumah mengikuti Yasmin dan meninggalkan Arman. (Bersambung ke Bab 16: Seminar proker)
 
Terakhir diubah:
Sip ... mantap hu..dosis updated ditambah supaya betah dirumah
 
Yah kirain panjang hihihi ga apa2 deh asal update
 
Waduuuuuh kenapa koq malah kaya pa herman tokoh utamanyabya
 
Akhirnya bisa update di tengah pekan lagi karena wabah ini. Untuk sementara, barangkali ane bakal usahain buat update dua kali seminggu karena terjebak di WFH juga.
Tetep semangat hu nulis ceritanya:semangat:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd