Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Birahi Lelaki

Siapa yang akan menjadi Istri dari Arman


  • Total voters
    379
Status
Please reply by conversation.
Bab 4: Malam Kamis

(Rabu – Kampus fakultas psikologi STISKA)

Gw menghela nafas setelah membaca chat terakhir Hemi. Ah, rencana gw buat ena-ena bareng Hemi malah dibatalin ama Riana. Dari pada terus memikirkan apa yang sedang direncanakan oleh Riana pada Hemi, aku kembali ke dalam ruang rapat dan membereskan barang-barangku.
Nayla-Arisma-Sienna-15.jpg

(Nayla Arisma Sienna)
Putri-Kaneshia-reistaputrii-30.jpg

Putri Kaneshia
Yasmin-Fathia-1.jpg

Yasmin Fathia

Di dalam ruangan, Kak Putri, kak Nay, dan Yasmin masih mengetik. Namun, Yasmin yang melihatku masuk dan membereskan barang, memalingkan wajahnya dari laptop dan melambaikan tangannya padaku. “Arman, kalau dosen udah ada kabarin ya. Telpon. Kerjaanku belum beres”, belum sempat aku menjawabnya, ia segera kembali dengan kesibukannya berpacu dengan keyboard laptop.

Aku mengambil HPku dan memeriksanya kembali. Tidak ada chat penting yang harus aku balas. Sedangkan di sebelahku, Pak Yunus nampak masih serius dengan laptopnya. Ia sesekali menarik makanan ringan yang disajikan di ruang rapat yang memang khusus untuk kami.

“Pak Yunus, entar bapak pulangnya jam berapa?”, tanya Kak Nayla kepada Pak Yunus. Aku berpaling demi melihatnya. Ah, dia lumayan cantik dan sepertinya aku cukup akrab dengan garis indah wajahnya. Seperti pernah melihatnya sebelumnya. Tapi dari namanya, aku tidak kenal dia. Barangkali dosen baru seperti halnya kak Hafzah.

“Kayaknya jam 7 malem deh Nay. Soalnya server kampus lagi bermasalah. Emang kenapa?”,

“Ohh. Kebetulan pak. Temenin Putri ama Yasmin ya entar. Soalnya kayaknya mesti cepat beres deh bagian mereka”,

“Oh, Siap deh kalau begitu. Bapak mah siap nemenin dede cantik ini”, goda Pak Yunus yang membuat Yasmin menundukkan wajahnya berpura-pura serius dengan laptop.

“Husss. Jangan digodain atuh mereka pak. Mereka kan masih muda”, respon Kak Nayla.

“jadi bapak mesti godain kamu gitu?”, jawab Pak Yunus.

“Astaghfirullah. Bapak. Inget istri di rumah pak”, tegur Kak Nayla yang mengenakan jilbab panjang berwarna peach tersebut kepada pak Yunus.

“istri saya udah meninggal nak”,

“Ups. Maaf Pak. Saya ngga tahu. Afwan banget pak. Saya tidak tahu. Afwan pak”, kak Nayla mundur perlahan sembari memberikan kode permintaan maaf dengan tangannya.

Kreeeek..
Cad-Hafzah-Azizah-hafshahcoacoh-1.jpg

Hafzah Azizah
Nurmala-Aindina-C-5.jpg

Nurmala Aindina

Terdengar pintu ruang rapat dibuka. Nampak dua orang perempuan bercadar dari luar masuk. Dari warna pakaiannya, aku tahu kalau yang di depan adalah kak Caca dan yang mengikut di belakangnya adalah Nurmala. Mereka berjalan beriringan menuju Kak Nayla. Kak Caca dan Kak Nay nampak memperbincangkan sesuatu. Aku berusaha mencuri dengar pembahasan mereka. Terdengar mereka beberapa kali menyebut nama Pak Herman. Kak Nay nampak mengangguk-angguk mendengar penjelasan dari kak hafzah. Tidak berapa lama, kak Hafzah menjelaskan sesuatu kepada Kak Putri dan Yasmin. Aku berdiri dan bersiap pergi, sekarang sudah hampir jam 12 siang.

“Mau kemana kamu man?”, tegur Kak hafzah ketika aku masih memegang pintu hendak keluar.

“Eeeeh, ada kuliah kak. Entar bali lagi kalau udah beres”, jelasku dengan sedikit dongkol karena ditegur begitu.

“emang kuliahnya selesai jam berapa?’,

“Saya ada kuliah sampai sore kak. Ampe jam 5 barangkali”, jawabku berhadapan dengannya meski jarak kami cukup jauh sebenarnya.

“Hooo. Ya udah. Kamu ngga usah ke sini lagi. Besok aja ke sininya lagi. Lagian kerjaan kamu udah beres kan?”,

“Iya kak. Kata Pak Yunus sih begitu”, jelasku semabri melirik pak Yunus yang kini kulihat mengutak-atik HPnya.

“Ya udah kalau begitu”,

Aku pun memutar gagang pintu dan membuka pintu. Gw berjalan menuruni tangga dan sampai di lantai satu. Setelahnya, aku berjalan ke bagian belakang gedung dekanat dan menyusuri koridor. Tepat di sebuah ruangan kelas, aku berhenti dan masuk ke dalamnya. Nampak baru beberapa orang di dalam kelas. Mereka nampak memperbincangkan sesuatu. Sepertinya tentang KKN.

“Man, lo udah lihat pembagian kelas pembekalan KKN ngga?”, tanya seorang teman lelakiku.

“Belum sih. Emang kapan sih pembekalannya?”,

“Dua minggu depan. Soalnya katanya keburu ama bulan puasa”, aku sedikit terkejut mendengar jadwal pembekalan yang dipercepat. Memang sih kampusku sangat seperti sensitif dengan bulan puasa.

Menurut kabar yang aku dapat, waktu kuliahku sisa dua minggu lagi. Kami akan libur di minggu pertama bulan puasa. Lalu, minggu kedua dan ketiga, kami akan kembali berkuliah. Dan jadwal pembekalan KKNku akan dilaksanakan seminggu sebelum bulan puasa.

Setelahnya, aku terhanyut dengan perbincangan dengan teman sekelasku. Nyatanya, siang ini dosenku tidak jadi masuk. Sedangkan untuk jadwal sore hariku, aku tetap masuk dan memanggil Yasmin yang katanya pekerjaannya sudah hampir beres. Katanya, dia akan mengerjakannya ketika kuliah sore kami sedang berlangsung. Katanya, di ruang rapat yang tersisa hanya Kak Putri, Cecil, Kak Nayla, dan Pak Yunus.

“jadi entar lo masih mau balik ke ruang dong?”, tanyaku pada Yasmin.

“Iya. Tapi Cuma buat ngelapor ama Putri sih kalau pekerjaanku udah beres”,

“Lho? Kok ke Kak Putri?”, tanyaku penasaran.

“soalnya tadi kata Kak Nayla begitu man”

Dosen kami masuk dan kami lalu berfokus pada mata kuliah. Aku mencatat beberapa kata kunci yang menurutku penting untuk mata kuliah ini. Sedangkan Yasmin, yang duduk persis di depanku kulihat sibuk dengan laptopnya meski kulihat ia juga mencatat beberapa hal di catatannya.

Setelah bubar kelas, aku memutuskan untuk segera pulang saja. Sebab Toni katanya ngajakin aku sparing buat main PES di kamarku. Entah kenapa lagi itu anak. Sedangkan Yasmin yang awalnya searah denganku yang mau ke parkiran, naik ke lantai dua untuk ke ruang rapat.

“Yasmin, kamu ganti jilbab ya?”, tegurku pada Yasmin yang kulihat jilbabnya sekarang berwarna peach barangkali.

“Hehe. Iya man. Tadi soalnya gerah, jadi ganti jilbab dengan bahan yang lebih adem. Hehe. Perhatian amat sih lo”, Ia memasang senyum. Aku tidak peduli dan membalikkan badan menuju parkiran.
Putri-Kaneshia-reistaputrii-30.jpg

Yasmin Fathia

Menuju parkiran motor, aku berpapasan dengan Kak Putri yang nampaknya juga sudah mau pulang. Aku hendak berteriak memanggilnya, namun aku masih ragu apakah yang kulihat tadi memang Kak Putri. Soalnya kalau pun memang Kak Putri sudah mau kembali, harusnya kan dia mengabarkannya ke Yasmin. Mau ngasih tahu Yasmin, tapi udah jauh dan di parkiran. Mau ngechat, HP udah mati. Aduh, serba salah sih. Tapi ketimbang terjebak terus di dalam tanda tanya, aku memutuskan untuk gas pulang saja. Toh kalau yang kulihat tadi memang Kak Putri, harusnya dia sudah memberitahukan hal itu kepada Yasmin. Aku tidak begitu peduli sebenarnya dengan Yasmin, meski dia cantik, aku sebenarnya sedikit kesal dengan kelakuannya yang terlalu sering menyuruhku mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan laptop dan tidak mau belajar tentang urusan begituan. Meski pada akhirnya dia mau belajar, dia paling banter hanya bisa ngetik di microsoft word. Ah, cewek benar-benar rumit. Ketimbang terus mengumpat di atas motor, aku menggas motorku pulang menuju kostanku.

(ruang rapat – Menjelang malam)

Lampu ruangan rapat nampak remang-remang dan terkunci dari dalam. Seorang perempuan dengan jilbab panjang berwarna peach nampak terbaring di atas meja rapat dengan kaki yang terjuntai ke bawah. Tubuhnya terlentang pasrah di atas meja dengan rok yang tersingkap memperlihatkan liang kenikmatannya yang menantang para pejantan. Seorang pria berjanggut cukup lebat nampak sedang membuka kemeja yang ia kenakan dan melonggarkan celananya. Lalu, ia mengeluarkan pedangnya yang sudah siap tempur dengan betina di hadapannya.

“Pelan-pelan ya pak. Saya masih capek soalnya dari kuliah”, ujar perempuan yang nampaknya sudah mencapai puncak kenikmatannya tadi dengan permainan tangan si bapak-bapak. Si lelaki hanya mengangguk, entah paham atau tidak dengan permintaan si cewek.

Lalu, dengan senjata yang teracung keras, si bapak mengarahkannya tepat ke lubang kenikmatan perempuan yang masih mengenakan pakaian lengkap tersebut. Setelah kepala senjatanya sudah menempel ke memek perempuan tersebut, bapak itu memegang kedua paha perempuan yang sangat mulus itu. Dengan perlahan, ia mendorong senjata tumpulnya masuk. Si perempuan nampak meringis menahan sakit. Ia memejamkan matanya dan menggigit bibir bawahnya menahan suaranya. Si lelaki berfokus untuk tidak membuat si perempuan menjerit kesakitan.

“Sssssshhhh….Ahaaahhhh. Iyaaa pak. Di situuuuh”, si perempuan tidak bisa menahan suaranya. Ia masih memejamkan matanya.

Setelah sampai di ujung perjalanannya, si pejantan lalu mendiamkan sejenaknya kontolnya di dalam memek sang betina. Ia melihat kembali tubuh perempuan yang masih berpakaian lengkap tersebut. Dadanya naik turun menandakan ia mencoba mengatur napasnya yang saling memburu. Tangan kanan si bapak dengan nakal meremas toket perempuan tersebut. Si perempuan hanya tertawa dan berusaha menangkis tangan pria berjanggut lebat itu. Meski nampak itu hanya basa basi saja karena mereka berdua tersenyum bertanda menikmati sentuhan yang terjadi.

“Aku masukin ya nak”, ujar si bapak-bapak itu.

Si perempuan hanya mengangguk dan menyiapkan dirinya untuk tusukan berikutnya. Ia menahanposisinya sedangkan si lelaki perlahan mulai menarik kontolnya keluar sedikit, lalu memasukkannya kembali dengan perlahan. Dengan sabar, ia masih menggunakan tempo lambat untuk membuka permainan mereka malam ini. Sedangkan jam di dinding ruang rapat menunjukkan pukul 6 sore, waktu shalat maghrib. Dua insan yang sedang dibasahi nafsu birahi itu tidak peduli dengan azan maghrib yang sedang berkumandang. Si perempuan tidak peduli dengan pesan Kak Hafzah yang selalu mewantinya untuk tidak berdekatan dengan lawan jenis.

“Persetan dengan Kak Caca. Gw pengen ngewe”, ujar si perempuan dalam hati.

Perlahan, si perempuan mulai mendesah seiring lelaki itu mempercepat genjotannya. Badannya yang tersodok bergerak-gerak mengikuti tusukan demi tusukan benda tumpul milik si pejantan ke liang kenikmatannya. Ia sudah tidak bisa menahan dirinya lagi meski ia harus berusaha sebisa mungkin agar persetubuhan mereka tidak didengar oleh siapa-siapa.

“Ahhh. Ahhh. Aaaahhh. Pak Yunussss. Terus Paaaak. Aaahhh”

(Kost Saputra – malam hari)

“Ah. Chelsea mah emang noob”, ejekku pada Toni yang baru saja kubantai 5 – 1.

“Si kampret. Baru juga menang sekali udah sombong tadi gw udah menang dua kali yee”, respon Toni.

“yeee. Itu kan tadi lo make barca. Messi mah ngga ada obat ngelawan bek lamban Arsenal”, balasku lagi.

“Kalah ya kalah aja. Jangan banyak alesan lo”, Toni tidak mau kalah.

“lagian tadi gw cuma kalah 2 – 1 ama 1 – 0 doang kok. Ini kalau agregat, lo kalah bego”, aku tetap ngotot membela Arsenal.

“Ya tapi lo udah dua kali kalah.”

Braaak!

Terdengar pintu terbuka dan dipukul dengan cukup keras. Kami berbalik dan melihat Kak varian berdiri dengan hanya mengenakan celana boxer dan baju dalam saja. Ia nampak berkeringat dan masih terengah-engah.

“Berisik banget sih kalian”,

“hehe. Maaf kak. Maaf”, aku merasa tidak enak dengannya.

“Kalian udah makan belum?”, tanya Kak Rian langsung ke intinya.

“Belum sih kak. Rencanya habis pertandingan ini, kami tentuin siapa yang nraktir”, Toni menjelaskan.

“Addeh. Kalau urus PS emang kalian paling suka ribut ya”, gw dan Toni hanya bisa cengengesan mendengar kalimat tersebut.

“Ya udah. Gw minta tolong ke kalian. Beliin gw dua porsi nasi campur ya. Sekalian ini uang buat kalian beli makan juga”, Kak Toni memberikanku selembar uang seratus ribuan.

“Lo? Kok Kak Varian dua? Emang sanggup ngabisinnya?”, tanya Toni ceplas ceplos.

“Ya elah. Si bego. Di sebelah ada Puspita tahu. Dia juga laper katanya”, jelas Kak Rian.

Aku dan Toni akhirnya berhenti sejenak dari kegiatan kami. Setelah berpakaian (kami tadi tidak pakai baju dan hanhya pakai celana pendek saja), kami pun segera berboncengan dengan motorku menuju tempat makan langganan kami. Dengan sedikit bercanda tentang Kak Varian dan pacarnya, kak Puspita, kami melewati jejeran warung menjual aneka makanan. Kami hanya punya satu tujuan, warung langganan andalan kami.
nindiarst97-Bnqode2l-Da-B.jpg

Puspita Aresti

Setelah mendapat pesanan kami, akirnya gw dan Toni pulang. Gw pesan nasi dengan ayam goreng krispy, sedangkan Toni memesan nasi ayam lalapan. Kami lalu memacu motor kembali ke kost. Sesampainya di kost, kami menyerahkan pesanan dan uang kembalian Kak varian kepada Kak Puspita. Katanya sih Kak rian sedang mandi. Meski kami berdua tahu kalau mereka berdua sering bercinta, setiap kali Kak Puspita keluar dari kamar kak Rian, selalu saja ia mengenakan jilbab.

Di kamarku, HPku menyala dan memberikan sebuah notifikasi pesan masuk: 2 unread chat from Yasmin (BERSAMBUNG ke insiden jilbab peach)
 
Terakhir diubah:
Wah asiiik nich cerita ahwat lagi
Smoga aja g'macet dan slalu bikin ngecret wkwkwkwk
Siapakan yg jd peliharaan pak yunus ato jangan2 dah banyak nich lorban2nya pak yunus wkwkwk
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd