Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Boby Satpam Mesum

Mantap bang.. lanjutin cerita ini dri dulu ga pernah selesai, cerita khayan gw bang.
 
Bimabet
Titik Balik

Masih ingat dalam ingatan ane. Bulan September 2021 lalu adalah sebuah titik balik dalam kehidupan ane. Ane melangkahkan kaki keluar rumah segera setelah sepagian tadi buru-buru mandi dan berdandan rapi. Dengan berpakaian kemeja putih dengan celana katun warna hitam, tak ketinggalan memakai sepatu, yang meskipun sudah tampak lusuh tapi masih cukup bersih itu ane mantap menatap masa depan.

Yang dipikirkan ane saat itu, ane harus mengikuti petunjuk sobat ane yang dia arahkan tempo hari.

"Tumben Aa... Mau kemana kamu pagi-pagi sudah bangun?" ujar istri ane yang bertanya keheranan ane sepagi ini sudah ke luat rumah.

"Aa dapat kabar dari temen, Neng. Kantor tempat temen Aa kerja lagi kebanjirang kontrak baru. Jadi lagi butuh banyak pegawai." jawab ane.

"Perusahaan apa, Aa?" tanya bini ane lanjut.

"Perusahaanya jasa keamanan. Dia punya banyak klien di dalam dan luar negeri. Lagi butuh banyak orang buat jadi satuan pengamanan buat ditempatkan di perusahaan rekanan mereka."

"Jadi, Aa juga mau melamar Satpam?"

"Iya." jawab ane mantap.

"Tapi kan Aa...."

"Kenapa? Sarjana Hukum?" ane potong perkataan bini ane itu. Lalu ane mendekat kepadanya dan menggenggam tangan wanita yang tengah hamil besar itu.

"Neng tau sendiri. Sekarang cari kerja susah. Apa yang kita alami belakangan ini, Aa gak mau mengalaminya lagi." ujar ane. Lalu ane usap perutnya yang tengah hamil anak ke dua kami itu.

"Buat Neng, buat anak-anak, buat keluarga kita, cuma ini yang bisa Aa lakukan sekarang. Sekali lagi, Aa gak mau kejadian yang lalu-lalu kembali menimpa keluarga kita." kata ane menegaskan.

Bini ane pun langsung terisak menangis. Mungkin merasa bersalah atas kejadian yang lalu-lalu. Dia memeluk ane dengan sangat erat.

"Maafin Neng, Aa. Neng suka bikin susah Aa. Bikin Aa sakit hati. Huuuuuu.." ujarnya.

"Udah, Neng. Kita udah berjanji gak akan bahas itu lagi. Sekarang kita buka lembaran baru. Kawan Aa kebetulan udah punya pangkat di perusahaan itu. Dan dia bisa rekomendasiin Aa." kata ane menjelaskan sambil mengusap-usap kepalanya. Sementara ia masih menangis di pelukan ane.

Sekilas kelibatan-kelibatan memori itu muncul di kepala ane. Terbayang apa yang sudah terjadi. Bukanya ane mau ungkit ya Hu. Refleksi aja apa yang udah ane lalui.

Hmmm... setelah 7 tahun lamanya ane menimba ilmu jadi Mahasiswa, tepatnya masih di bulan yang sama, September tiga tahun yang lalu, ane di wisuda dan mendapat predikat sebagai Sarjana Hukum. Saat wisuda itulah ane ketemu dengannya, seorag gadis bertubuh montok yang sedang membawa bunga.

















"Cantik kan, Aa??" ujar ibu ane. Ia terlihat seperti hendak memperkenalkan gadis itu di hari ane wisuda.

"Siapa ini Mak?" tanya ane.

"Ini Evi..." jawab Emak ane itu. Dan usut punya usut ternyata ane dijodohkan dengan gadis itu. Dan saat itu Evie baru aja lulus SMA. Orangnya lumayan cantik, mulus, montok. Dan bemper depan sama bemper belakangnya Hu, beuh oke punya.

Bulan Desember kita menikah dan ane beruntung dapet perawan dia. Walau ane bukan pria pertama yang pernah singgah di hatinya. Setelah menikah, Evi ane boyong ke Jakarta. Ane mencoba peruntungan merantau ke ibu kota berbekal ijazah Sarjana Hukum. Namun semua tidak berjalan sesuai rencana.

Belum sebulan di Ibu Kota, Corona merajalela. Pemerintah menerapkan PPKM. Orang-orang banyak dirumahkan. Ane yang saat itu baru jadi pencari kerja tak bisa berbuat banyak. Yang udah kerjacaja pada PHk apalahi ane yang baru mau nyari. Tapi hidup harus tetap berjalan. Ane pun mulai mencari nafkah jadi ojek online, calo dan kerja serabutan atau freelance.

Namun, makin ke sini biaya hidup makin berat. Dan bertambah berat saat setelah kelahiran anak pertama. Listrik dan kontrakan mulai nunggak-nunggak. Tak ayal rumah kontrakan kami serinh didatangi petugas penagihan PLN atau yang punya kontrakan. Untuk makan sehari? Jangan tanya, sering kami cuma makan sehari sekali. Itu pun tiap hari nasi goreng. Jangan bayangkan kayak nasi goreng lestoran. Cuma nasi, garam atau sama kecap.

"Aa, Neng mau kerja bantu Aa cari uang." Evi berkata sesuatu lah yang mengagetkan ane. Ane yang saat itu lagi makan pun sampe keselek.

"Mau kerja apa Neng?" jawab ane sambil meneguk segelas air karena keselek tadi.

"Neng ada yang nawarin kerja. Dan kalo mau katanya tinggal masuk aja." jawab istri ane.

"Kerja di mana, Neng?"

"Di PES, Aa.." jawabnya.

"Di rental PS? Emang Neng ngerti gitu soal game PS?" tanya ane penasaran.

"Ihhh bukan Aa. Di PES. Itu yang di ruko depan."

Deg!!!!

Betapa kagetnya ane... PES yang dimaksud istri ane adalah Pattaya Eksekutif Spa.

"Itu kan panti pijat?" batin ane.

Jelas awalnya ane tentang. Gila aja bini ane mau jadi Terapis Spa. Meskipun itu tempat spa elit dan bukan panti pijat esek-esek tapi gimana pun, seekslusif dan seketat apapun Salon Spa kayak gitu ya ada aja. Suhu-suhu tau sendiri. Bayangin bini ane di SSI cowok lain terus abis tu pegang-pegang, disuruh HJ, BJ, FJ.... uwasu!!

Tapi lama-lama akhirnya ane luluh juga. Karena tekanan ekonomi tentunya. Dan juga utamanya tempat kerjanya deket dari kontrakan ane. Tinggal jalan kaki. Kerjanya juga dari jam 4 sore sampe 10 malem. Jadi ane sore bisa pulang jagain anak sementara dia kerja. Pun kerjanya di bagian kasir. Bukan terapis katanya, itu yang membuat ane saat itu percaya.

Walau pun emang saat itu ekonomi keluarga ane terbantu, tapi tekanan batinnya Hu. Mulai dari digosipin tetangga, belum rasa cemburu ane. Jangan-jangan gini, jangan-jangan gitu. Plus kejadian yang emang terjadi. Ane bersumpah, ane gak mau miskin terus. Ane gak mau kejadian-kejadian yang makan ati itu terjadi lagi. Ane gal mau juga dialami anak cucu ane. Cukup ane yang merasakan. Dan ini adalah kesempatan ane untuk merubah hidup. Setidaknya ane bisa punya penghasilan tetap. Gak hidup senen-kemis kayak gini lagi. Ane gak mau bini ane dilecehkan lagi. Dan dianggap murahan.

Evi masih memeluk sambil terisak-isak. Ane belai kepalanya, ane angkat dagunya. Lalu ane kecup bibirnta yang merah merekah itu. Sejenak kami bibir kami saling memagut.

"Assalamu 'alaikum...." pamit ane.

"Walaikum salam, Aa...." Evi menjawab sambil memandang terus punggung ane yang berjalan sambil menuntun motor hingga tak terlihat lagi di belokan gang.

Tiba di tempat yang dituju, ane segera mengecek papan nama yang terpampang di depan sebuah gedung. Ane ingin memastikan bahwa nama perusahaan sesuai dengan informasi yang disampaikan Rio. Rio itu adik angkatan ane waktu kuliah. Beda dua tahun. Tapi dia lulus duluan dan mendapat pekerjaan tidak lama setelah kelulusan. Nasib baik mempertemukan ane sama dia sekitar seminggu yang lalu.

"Bang Boby!!!!????", Rio tampak kaget saat secara tak sengaja ketemu ane di jalan. Ia segera turun dari mobil BMW seri terbaru berwarna hitam miliknya.

Kita pun ngobrol ngalor ngidul. Dia bercerita kalo Rio sudah menjadi manager di sebuah perusahaan keamanan. Dan tanpa ane bercerita Rio tampaknya tau kondisi ane dari jaket ojol yang ane kenakan. Rio pun ngomong kale perusahaanya lagi butuh banyak orang buat jadi security. Dan tanpa ba bi bu lagi ane menyambar kesemparan itu.

"Tapi gak apa-apa Bang jadi Satpam?" tanya dia.

"Ya gak apa-apa lah." jawab ane.

"Yaudah, ane rekomendasiin. Abang lengkapi berkas-berkasnya dam dateng ke alamat ini." dia ngasih ke ane sebuah kartu nama dan ada tertera alamat perusahaan dia.

"PT. Gada Laksana ya namanya. Tempatnya di blok U No. 2. Cari saja staf HRD nya namanya Stella. Orangnya masih muda, cantik." Rio memaparkan petunjuk tentang kantor tempatnya bernaung dengan sangat jelas. Bahkan informasi tentang karyawati yang akan mengurus proses rekrutmen calon anggota Satpam pun dijelaskan sama dia.

Ane segera mendekati pintu depan yang dijaga Satpam. Sesuai tugasnya, Satpam itu memberi hormat dan salam ke ane. Namun kelihatan sekali gerakan dan kalimat yang disampaikannya masih kaku. Dilihat dari gerak-geriknya mungkin dia adalah Satpam baru. Ane senyum-senyum sendiri membayangkan ane juga akan seperti dia nanti.

"Mau melamar jadi Satpam." ane menjawab dengan sigap ketika Satpam itu menanyakan tujuann ane.

Kantor itu tampak mewah, eksklisif dan elit. Peralarannya terlihat modern dan canggih. Ruangan depan yang tampak luas dan mewah. Customer service yang cantik-cantik menyambut klien. Dan klien perusahaan ini tampaknya banyakm karna. Karena ane liat beberapa orang yang keluar masuk lalu lalang di kantor ini.

Ane pun diarahkan menuju sudut yang tersedia tempat duduk seperti ruang tunggu. Di sana ane diukur tinggi dan berat badan terlebih dahulu oleh seorang petugas, serta diminta untuk melengkapi biodata. Di situ juha terlihat ada sekitar delapan hingga sepuluh orang yang sama-sama sedang melamar. Agaknya perusahaan ini memang sedang membutuhkan banyak tenaga kerja.

Selesai di tahap awal, ane langsung diwawancarai seorang laki-laki yang berwajah sangat galak, terlihat keras dan tegas. Tidak tampak ada senyum apalagi tampang kelembutan. Sepertinya dia adalah pemimpin yang disegani atau malah mungkin ditakuti. Semua orang yang lewat di depan mejanya selalu memberi hormat dan salam.

"Bangke si Rio gak ada manis dan cantiknya kalo begini," ane sedikit berpikir suudzon pada kawan ane itu.

Apalagi setiap kali melontarkan pertanyaan, jawaban yang disampaikan harus dengan cara sigap dan tegas pula. Si Bapak galak itu betul-betul menguji kesungguhan para pelamar yang hendak bergabung menjadi Satpam. Dia sama sekali tidak menginginkan ada calon anggota yang hanya coba-coba dengan profesi ini. Sebab, tantangannya cukup berat. Perlu kesungguhan dan komitmen.

"Kamu benar-benar siap?" tanyanya dengan suara keras. Ane kaget, sehingga hanya mengangguk dan mengiyakan dengan suara pelan.

"Jangan hanya mengangguk. Bicara yang keras supaya terdengar oleh semua!" si Bapak Galak malah makin keras berbicara. Ane opun buru-buru menjawab ulang dengan lebih lantang.

"Siap pak. Saya bersedia jadi Satpam di perusahaan bapak". Si Bapak pun mengajak bersalaman dan mempersilakan ane melanjutkan ke tahap berikutnya.

"Huuuffttt..." ane menarik nafas panjang sebelum diminta naik ke lantai 3 menemui bagian HRD. Ane merasa lega karena telah melewati tahap kedua.

"Selamat siang... Saya mau bertemu dengan bagian HRD." tanpa malu-malu ane menuju suatu ruangan yang terbentang luas di lantai 3. Ada banyak karyawan di sana. Dua orang laki-laki, empat orang lainnya perempuan. Berjejer dua deret membentuk sebuah gang di tengah-tengah. Ane segera menebarkan pandangan dan mencari tahu siapa yang bakal menanggapi salamnya. Ternyata seorang karyawati yang duduk paling dekat tangga segera menjawab.

"Silakan duduk di sebelah sini." sambil tersenyum sangat manis staf HRD itu menunjukkan sebuah kursi di depan mejanya.

Ketika ane mendekat, karyawati itu mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Ane tak membuang-buang waktu langsung menanggapi.

"Kapan lagi bisa bersalaman dengan perempuan semanis ini." pikir ane yang diam-diam terpesona dengan kecatikanya.

"Saya Stella. Staf HRD yang akan membantu proses administrasi dan registrasi".

"Nama saya Boby Gunawan." jawab ane.

Nah ini baru bener cantik. Manis. Muka ane sedikit memerah karena gugup saat staf HRD perempuan itu tersenyum. Tapi akhirnya dengan keluwesannya berbicara, proses wawancara lanjutan pun berjalan lancar.

Intinya, jika ane berminat menjadi Satpam maka ane harus bersedia mengikuti pendidikan selama kira-kira dua minggu. Nanti setelah selesai akan mendapatkan ljazah Gada Pratama. Dengan ijazah itu menunjukkan kompetensi sebagai satpam.

Sebenarnya pas interview sama Bu Stella tadi ada sesuatu yang menarik. Tapi ane simpan ceritanya nanti buat episode berikutnya. Untuk episode sekarang cukup dulu lah ya. Nanti ane lanjut lagi.​

Bersambung.....
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd