Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Boby Satpam Mesum

Ini alurnya maju mundur ya suhu? Atau 1 dan 2 itu cuma pembuka?
 
Stella Staf HRD
Part 1






Stella Mariana, 25 tahun usianya. Dia seorang wanita karir yang mandiri. Cerdas, pintar dan cantik tentunya. Stella memiliki kecantikan alami yang membuat setiap orang betah memandangnya. 160 cm tinggi badanya. Dan selain sepasang payudaranya yang montok dan bentuk tubuhnya yang proporsional, dengan kulit halusnya tentu sangat menggoga iman lelaki.

Satu tahun yang lalu, Stella menikah dengan seorang laki-laki. David, nama laki-laki itu. Namun, David bukanlah laki-laki yang bertanggungjawab. Dia seorang pengangguran. Keseharianya hanya main judi slot dan menghambur-hamburkan uang.

Memang, David pria yang tampan dan rupawan. Memiliki tubuh tinggi 175cm dan tubuh proporsional seperti model-model Korea. Playboy cap kecoak yang hanya bisa jadi benalu istrinya. Bukan tidak tau Stella akan kelakuannya, namun cinta telah membutakan mata dan logika wanita cerdas itu.



Plok..plok..plok..
Plok..plok..plok..
Plok..plok..plok..

Suara dua kelamin yang tengah beradu itu terdengar mengisi ruangan sebuah kamar. Di kamar itu terdapat sebuah foto pasangan pengantin yang terpasang di dinding kamar tersebut. Sosok David dan Stella terlihat dalam foto itu. Namun bukan Stella yang tengah digenjot David di ranjang pengantin mereka. Melainkan seorang wanita lain yang merupakan istri tetanga mereka.

"Ouhhh.. ssshhhh.. aaahhh.. terussh maasshh.mm aaaahh..." desis wanita itu saat digenjot oleh David.

Penis David yang panjang namun kecil itu tampak mentok ke ujung rahimnya. Namun walau tampak tidak terlalu memenuhi penis wanita itu, panjang penis David cukup membuat wanitu istri tetangganya itu mabuk kepayang.

Hentakan dan genjotan David tampak diimbangi oleh goyangan pinggul perempuan itu dari bawah. Mereka tampak begitu menikmati permainan cinta mereka. Bibir mereka saling berpagut, pun payudara perempuan itu yang tidak lebih besar daripada payudara milik istrinya terus menjadi sasaran jamahan, cupangan dan kenyotan David.

"Oouhhh mash..m teruss maaasss uuuuhh...."

Crotttt.. crotttt...

David memuntahkan spermanya sesaat sebelum perempuan itu mencapai klimaks. Terlihat sedikit raut kekecewaan perempuan itu. Tapi tampaknya perempuan itu cukup puas bisa bercinta dengan laki-laki type opa-opa korea seperti David.

...

Sementara itu, waktu menunjukan pukul 21.00 ketika tampak seorang wanita tengah mengerjakan sebuah laporan. Wanita itu adalah Stella. Yang masih bekerja leras sampai larut malam sementara suaminya tadi sedang indehoy mengentot ria dengan istri tetangga mereka.

Sella hanya tampak tersenyum ketus saat menyaksikan adegan percintaan terlarang itu dari CCTV tersembunyi yang dipasang di kamar dan beberapa sudut bagian rumah mereka. Saking tersebunyinya, David sama sekali tidak menyadari keberadaan CCTV itu. CCTV itu tersambung ke HP Stella.

Namun, tanpa sepengetahuan Stella, bukan hanya ke HP Stella sambungan CCTV itu. Lantas ke siapa juga dong? Ke Rio! Lho kok bisa? Karena Rio lah yang memasang, mensetting dan memprogram CCTV tersebut. Rio, pria bertubuh mungil dan berkacamata itu masuk ke perusahaan ini bareng dengan Stella. Namun, karena memang Rio pada dasarnya Genius karirnya melesat dan kini menempati posisi sebagai manager HRD.


Rio sebenarnya menyukai Stella sejak dulu. Namun, usianya yang lebih muda membuat Rio kikuk dan ragu untuk mengungkapkan perasaannya. Stella bukan tidak tau perasaan Rio, wanita seperti Stella sangat peka pada situasi. Namun, karena Rio tidak pernah mengungkapkan perasaanya Stella pun lehih memilih menikah dengan David. Pria yang ternyata diketahuinya merupakan seorang bajingan tengik setelah mereka menikah. Namun bagaimana pun nasi sudah menjadi bubur.

Rio bisa melihat adegan perselingkuhan David dari CCTV tanpa sepengetahuan Stella. Ia hanya bisa menghela nafasnya....

"Kasian Stella..." batin Rio.

Rio keluar dari ruangannya. Ia tampak menuju pantry dan menyeduh dua buah pop mie. Ia tau bahwa pop mie adalah kesukaan Stella. Setelah menyeduh ia pun segera menuju meja kerja Stella.

Suasana kantor sudah tampak sepi. Hanya mereka berdua yang mesih belum pulang. Dan satpam yang berjada di luat tentunya.

"Ibu pasti lapar. Belum makan malam kan?" ujar Rio sambil menyodorkan satu cup pop mie kepada Stella.

"Terimakasih banyak, Pak Rio. Anda tidak perlu repot-repot seperti itu." ujar Stella dengan nada datar. Namun Rio bisa menangkap maksud mengejek dari nada dan mimik wajahnya.

"Udah sih Mbak, gak usah ngeledek gitu. Emang aku udah kayak bapak-bapak apa?" ujar Rio merajuk.

Rio memang tak tampak seperti Bapak-bapak. Tingginya yang hanya 160cm malah membuatnya kayak anak SMA. Usianya pun baru 23 tahun. Karena kepintaran dan kejeniusannya di usia yang masih sangat muda itu ia sudah mencapai titik karir seperti ini.

"Hahahahaha.." Stella hanya tertawa menanggapi pria yang sudah dianggap seperti adiknya itu merajuk.

"Laaah siapa suruh panggil aku ibu.?" balas Stella.

"Ya kan Mbak udah ibu-ibu. Udah nikah. Udah jadi Binorrr.." ejek Rio.

"Dasar kamu..." jawab Stella.

Suasana hangat terjadi antara mereka berdua. Setelah menyantap pop mie bersama, tak lupa Rio ikut membantu menyelesaikan pekerjaan staff istimewanya itu.

"Sini, biar Rio tandatangan sekarang Mbak." pinta Rio.

"Silahkan Bapak Manager....", ujar Stella saat memberikan berkas laporan itu. Kembali dengan nada mengejeknya.

Stella masih duduk di ruangan Manager HRD itu sambil memperhatikan Rio menandatangani berkas-berkas pekerjaannya. Stella tampak memainkan rambutnya dengan ujung-ujung jarinya. Dan entah apa di pikirannya, jemarinya yang lentik membuka tiga kancing kemejanya sehingga belahan dadanya yang montok dan mulus itu terkespose.

"Rio..." panggil Stella dengan suara lembut.

"Ya, Mbak..." jawab Rio. Ia agak kaget saar Stella beranjak dari tempat duduknya. Stella lalu mendekati Rio, dan memutarkan kursi manager muda itu hingga menghadap ke arahnya.

Saat Rio tengah menghadap ke arahnya, Stella menundukan badanya sehingga belahan dada dan payudaranya yang indah itu tampak menggantung indah di hadapan Rio.

Payudara itu tampak montok, kenyal dan mulus. Urat kebiru-biruan tampak menerawang di payudara yang putih itu. Pun bulir-bulir keringat tampak menghiasi pori-pori gunung kembar itu. Padahal AC ruangan saat itu cukup dingin. Ini pertanda bahwa wanita ini sedang dalam keadaan birahi.

Ia condongkan mukanya hingga mendekat ke wajah Rio. Jarak kedua wajah mereka sangat dekat, dan wajah keduanya tampak memerah.

"Kamu panggil Mbak apa tadi?" tanya Stella.

"Yang.. ma..ma mana.. Mbak?? tanya Rio terbata-bata karena gugup dengan tingkah Stella.

Dalam posisi ini naluri lelaki Rio pun terpancing. Kemaluannya mulai berdiri. Ia menelan ludah melihat benda kenyal yang tergantung di dada Stella. Sementara wajah yang punya nya sangat dekat dengan wajahnya dengab bibir yang merah merekah.

"Tadi, setelah bilang Mbak udah nikah.." jawab Stella menggoda.

"Binor?"

"Apa Rio???"

"Binor...."

"Sebut sekali lagi yang kencang!" pinta Stella. Dan jarak mereka pun kini semakin dekat. Nafas mereka saling memburu. Stella bisa merasakan nafas Rio yang mulai terengah-engah. Dan begitu pula sebaliknya. Suasana hening sesaat sebelum Rio mengatakannya lagi dengan agak kencang...

"BINOR!!!"

Tanpa tedeng aling-aling, Stella lansung melumat bibir Rio. Rio yang kaget hanya bisa terdiam. Kejadian ini sangat mengagetkan untuknya. Wanira yang disukainya, yang kini telah menjadi milik orang lain, sekarang tengah mencumbiinya. Sementara Stella dengan penuh gairah terus melumat bibir Rio. Sebagai wanita dewasa yang sudah bersuami tentu memiliki jam terbang yang cukup mumpini dalam bermain cinta.

Rio mulai membuka bibirnya dan mulai membalas ciuman Stella. Walaupun tampak masih kaku namun naluri Rio membuat bibirnya berusaha mengimbangi permainan Stella. Stella mulai membelai kepalanya, kini lidahnya ia masukan ke dalam rongga mulut Rio. Gayung pun bersambut, lidah Rio menyambut permainan lidah Stella di dalam rongga mulutnya.

Masih dalam kondisi saling bersilat lidah, kini Stella tampak duduk di atas pangkuan Rio. Rok mini nya tampak terangkant, memperlihatkan paha dan pantatnya yang berbalut celana dalam berwarna putih dan berenda.

Tubuh Stella tampak sedikit bergoyang-goyang menggesekan vaginanya di atas penis Rio yamg sudah ereksi itu. Walau masih dalam keadaan terbungkus busana, sensasi gesekan dan goyangan Stella membuat Rio makin terbakar birahi. Dan makin ganas mencumbui istri orag itu. Rio sudah tak ragu lagi menyedot lidah Stella dalam cumbuannya. Sementara tangan Rio secara naluriah mulai menjamahi setiap bagian tubuh Stella.

Gerakan perempuan itu makin lama makin bergairah. Akhirnya Rio berani melepaskan ciumanmya, dan mulai bereksplorasi dengan beralih menciumi bagian-bagian tubuh Stella yang lain. Leher, belakang telinga, kembali ke leher, lalu turun ke bagian belahan buah dadanya. Terlihat Stella juga menikmati permainan manager kecilnya itu.

Matanya Stella tampak sayu, bibirnya terbuka merekah. Dam mendesah....

"Shhhh... aaaaahh terusss Riooohhh.. uuuhhh.."


Rio tampaknya agak belum bisa mengendalikan keadaan. Dia tampak terburu dengan nafsunya. Dengan gugup dan terburu-buru jari-jemari Rio mulai mempreteli setiap kancing baju kemeja Stella. Hanya mata Stella yang sayu itu memandang Rio. Rio sama sekali tidak mengerti maksudnya. Tapi ah Rio rupanya tidak perduli ia terus mempreteli kemeja Stella hingga bagian tubuh atasnya terbuka dan menyisakan bra berwarna putih yang tampak kekecilan menampung buah dada wanita itu.

Tanpa menungga waktu Rio tampak ingin segera membuka lapisan terakhir yang menutupi gunung kembar wanita pujaanya itu.

"Sabar sayang..." ujar Stella saat menahan tangan Rio yang sedang meraiu tali BH di bahunya.

"Malam ini Mbak kasih sama Rio." lanjutnya dengan suara lembut.

Stella lalu meraih pengait BH nya di belakang. Dengan satu gerakan saja pengait itu terbuka, BH itu terlepas dari tubuhnya menampakan sepasang payudara indah yang menggangtung di dadanya. Payudara itu makin indah dengan dihiasi puting berwarna merah muda pada pucuknya.

Pemuda yang sudah tidak sabar lagi itu langsung menyambar buah dada Stella sebelah kiri. Mulutnya langsung memagut puting susunya dan mulai menyusu seperti bayi yang kehausan. Lidahnya terasa menari-nari di puting susu itu. Menyedot dan menghisapnya dengan rakus. Smentara tangan Rio memainkan susu Stella sebelah kanan. Diremasnya dan dipilin-pilinya puting susu kanan Stella.

"Aaaahhhh.. mhhh..m ohhhhhh riiooooo...."

Stella makin menekan kepala Rio membenamkan ke buah dadanya. Silih berganti Rio memainkannya. Kiri kanan, sedot dan remas. Kadang memilin dan menjilat. Kadang juga ia memainkan lidahnya dengan kencang di puting payudara Stella.

Rio lalu berdiri dan mengkat tubuh Stella. Entah tenaga dari mana Rio yang berbadan kecil itu bisa mengangkat tubuh Stella. Ia baringkan Stella di meja kerjanya. Dengan cepat ia pelorotkan celana dalam Stella dan Stella hanya pasrah saja. Rio lalu menunduk, tampak vagina Stella yang dihiasi bulu-bulu halus yang tercukur rapi. Tampak indah, merah merekah, mengap-mengap seolah minta dipuaskan.

Bibir Rio mengecup vagina Stella. Dicuiuminya bagian tubuh paling sakral dari wanita yang dikaguminya itu. Kedutan di vagina Stella tampak menyambut bibir Rio. Tanpa ragi dan jijik Rio tampak menciuminya seolah berciuman dan bercumbu dengan bibir. Lidah Rio mulai menyusuri tepian dan labia minora pada vagina Stella. Klitorisnya yang tampak menggemaskan tak luput dari serangan bibir Rio.

Dalam hitungan menit, kecupan mesra pemuda itu di vaginanya langsung membuat Stella bergetar hebat.

"Aaaaaaaaahhhh Riooooooooooo.."

Stella menyebut namanya saat mencapai orgasme. Ditekannya dalam kepala Rio ke vaginanya. Dan tanpa jijik Rio menyedot seluruh cairan orgasme Stella dan menelannya.

Tampak mulut Rio belepotan oleh cairan orgasme Stella. Rio tampak tersenyum dengan wajah polosnya. Sementara Stella masih terengah-engah dengan tatapan sayu dan senyum kepuasan memandang Rio.

"Oh Rio.." lirihnya.

Rio segera berdiri. Ia membuka resleting dan menurunkan celananya. Tampak penis Rio sudah tegang maksimal. Walau tak sepanjang milik suaminya, dan diameternya pun tidak terlalu besar, tapi rasanya cukup untuk bisa membuat Stella kembali terbang ke awang-awang.

Stella mengangguk. Memberikan persetujuan agar Rio segera mengeksekusinya. Rio maju dan mulai menempelkan kepala penisnya yang sudah mengeras itu telat di bibir vagina Stella.

Dengan lembut Rio usap-usapkan kepala penisnya itu di bibir vagina Stella. Diputar, kekanan, kekiri.

"Ssshhh... Rio... sekarang..." lirih Stella.

Kepala penis itu masih menggesek pelan vagina Stella. Perlahan tapi pasti kepala penis itu mulai menyeruak ke dalam. Rio sama sekali tidak menekannya ke dalam, namun membiarkan vagina Stella yang mengap-mengap itu perlahan menelannya. Rio amat menikmati detik-detik ini. Saat-saat Sang Lingga Pusakanya sedikit demi sedikit perlahan tapi pasti menembus Sang Yoni milik Dewi pujaan hatinya.

"Oh Mbak Stella...." lirih Rio menyebut namanya.

Saat setengah dari penis Rio sudah menyeruak masuk di vagina Stella..

"Astaghfirullahaladzim......" batin kesadaarnya berontak.

"Apa yang aku lakukan? Ini doaa besar! Dia bukan hak ku. Dia bukan miliku. Ini tak boleh terjadi Rio. Jika kau mencintainya kau harusnya menjaganya Rio!" begitulah suara batin kesadarn Rio hingga ia hanya berdiri mematung tak meneruskan aksinya.

Stella yang tadinya memejamkan mata menikmati saat-saat penyatian ini tiba-tiba membuka matanya.

"Ada apa Rio???" ujar Stella.

"Ini salah Mbak! Ini gak boleh terjadi. Ada laki-laki, Suami Mbak yang menunggu Mbak di rumah." jawab Rio.

"Lantas kenapa Rio? Kamu tau kan betapa bajingannya laki-laki itu? Dan aku tau sejak dulu kamu sudah menginginkan aku kan, Rio?"

"Iya saya memang menginnginkan Mbak Stella. Dan ketika saya melakukanya saya tak mau ada perasaan bersalah. Saya menginginkan Mbak seutuhnya. Saya mencintai Mbak Stella. Perasaan saya tulus, bukan seperti ini Mbak!"

"Kamu tau itu tak akan pernah terjadi, Rio. Jadi lakukanlah selagi aku memberi kamu kesempatan!" perintah Stella dengan nada tegas dan lugas.

"Anda bukan Mbak Stella yang saya kenal."

Rio mencabut kembali penisnya dari vagina Stella. Kembali merapikan celananya. Dan keluar menuju ke arah toilet. Dia meninggalkan Stella yang masih tampak kusut dengan tubuh bugilnya. Pakaianya berserakan di mana-mana. Nafas Stella naik turun antara perasaan marah, kesal dan birahi. Buah dadanya yang tak terbungkus busana itu masih dibiarkanya terekspose ke mana-mana dengan puting susu yang masih mengeras. Sementara vaginanya tampak masih mengap-mengap menuntut pemuasan syahwatnya.

Perlahan, air mata Stella sudah mulai merembes mengalir membasahi pipinya. Matanya masih menerawang ke langit-langit. Bibir merah Stella mulai bergerak dan berkata lirih......

"Terimakasih Rio. Kamu sudah menjagaku..."


Bersambung....

 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd