Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Boby Satpam Mesum

Stella Staff HRD
Part II


Sepasang payudara tampak bergonyang goncang ke atas dan ke bawah, mengikuti gerakan tubuh seorang wanita yang tengah berada bergoyang di atas tubuh seorang pria. Terlihat bagaimana batang kemaluan lelaki itu keluar masuk ke dalam liang kemaluan si wanita.

"Nggg... aaaahhhh... massshhh"

Perempuan itu sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap dia menggerakkan pantatnya menyodok liang senggama wanita itu. Semantara gesekan demi gesekan di dinding dalam liang senggama wanita itu membuatku lupa diri. Rasa geli, enak dan berbagai perasan yg ada di tubuhnya membuat pinggul perempuan itu mengeliat-geliat mengikuti tusukan-tusukan si pria.

Ia kemudian menarik tangan pria itu lalu ditempelkan di payudaranya. Tangan pria itu pun lalu meremas-remas payudaranya yang bergoyang bebas. Diremasnya payudara yang kanan dengan tangan kirinya. Perempuan itu dapat merasakan puting susuku mulai mengeras. Sodokan pria itu yang liar serta remasannya di payudara perempuan membuat perempuan itu makin semangat bergoyang.

Perempuan itu adalah Stella. Sedangkan Si Pria adalah David, suaminya. Tampak di luar sana, di suatu tempat Rio menyaksikan adegan sepasang suami istri itu lewat CCTV yang tayangannya sudah terambung ke HP miliknya tanpa sepngetahuan Stella.

Rio tampak menyesal, seandainya tempo hari Rio melanjutkan eksekusi mungkin tak akan seperti ini ceritanya. Sebulan belakangan ini Stella tampak menjauhi Rio. Mereka tak berbicara, namun Rio masih bisa mengobati kerinduan pada wanita pujaanya itu lewat CCTV yang terpasang di beberapa sudut rumah Stella yang juga tersambung ke HP Rio tanpa sepengetahuan Stella.

Seperti saat ini, saat Stella sedang melaksanakan hubungan badan dengan suaminya, Rio menonton sambil meremas dan mengocok batang penisnya. Stella terus bergoyang di atas tubuh suaminya. Sementara itu Rio terus mempecepat kocokan penisnya sambil memperhatikan wanita pujaan hatinya itu yang tengah bersetubuh dengam suaminya. Dan tak lama lagi, akhirnya.....

Crot...!!

"Aaaah..." lirih Rio. Rio keluar duluan sementara wanita pujaanya itu masih terlihat beegoyang di atas tubuh suaminya.

Seminggu kemudian keadaan mulai membaik. Stella sudah tak menghindarinya lagi. Mungkin Stella sudah melupakan kejadian tempo hari. Atau mungkin hubungan Stella dan suaminya sudah menuju ke arah perbaikan.

"Pagi Pak Rio.." sapa Stella dengan senyum manisnya. Stella tampak riang saat menyapa Rio. Walau Rio hanya membalasnya lewat anggukan kepala, tapi jauh di lubuk hatinya dia berbunga-bunga kembali disapa sang pujaan hati. Ingin rasanya Rio memeluk Stella, tapi ini di kantor dan suasana masih pagi tidak memungkinkan. Lagipula apakah kini Stella mau setelah penolakan Rio malam itu?

"Eh, Bu Stella. Tolong nanti Ibu ke ruangan saya ya?" pinta Rio.

"Baik, Pak." jawab Stella.

Tak lama kemudiam terdengar suara pintu diketuk saat Rio sedang memeriksa beberapa dokumen.

"Masuk."

Stella pun memasuki ruangan dan langsung duduk di kursi depan meja kerja Rio. Saksi bisu percumbuan mereka saat malam itu.

"Mbak, aku boleh minta tolong enggak?"

Stella sangat memahami jika Rio sudah memanggil dia Mbak, berarti percakapan ini akan bersifat pribadi. Rio meraih tangan Stella, ia tampak menggenggam kedua tangan Stella yang halus itu. Stella sedikit merasakan suatu getaran saat Rio menggenggam kedua tanganya itu. Rio melanjutkan.......

"Kita kan lagi ada recruitment. Kebetulan aku punya temen. Temen kuliah. Dia masih nganggur kasian. Aku rekomendasiin buat kerja di sini. Nanti Mbak bantu pas interview ya...." pinta Rio.

"Iya, minya tolong sih minta tolong. Tapi gak usah pegang-pegang juga dong. Mentang-mentang udah pernah pegang yang lain." ujar Stella.

Rio jadi malu dan langsung melepas genggaman tangan Stella.

"Bisa ya, Mbak bantu pas interview?"

"Jadi Pak Manager ini mau KKN nih? Masukin temenya pake jalur orang dalam?" kata Stella sambil mengangkat halis kanannya.

"Bukan gitu Mbak. Kasian. Dia udah berkeluarga, nganggur. Dia temen aku, satu jurusan waktu kuliah. Dia lulusnya waktu lama. 7 taun baru lulus. Pas lulus kehambat covid, gak ada yang nerima kerja."

"Bentar. Berarti dia sama kayak kamu kan, lulusan hukum? Lah kita mana bisa masukin dia ke bagian Legal? Masukin ke divisi kita juga udah penuh kan?" jawab Stella.

"Siapa yang mau masukin ke Legal Mbak? Kan perusahaan kita lagi butuh tenaga Satpam buat memenuhi kebutuhan klien-kilen kita Mbak." sanggah Rio.

"Jadi mau dimasukin jadi Satpam? Dia Sarjana loh Rio."

"Yah gimana lagi. Aku gak bisa masukin dia ke Legal apa ke HRD. Kentara banget KKN nya. Lagian dia juga bukan fresh graduate. Dia juga nyadar kok keadaanya. Apa aja yang penting dapet kerjaan." jawab Rio.

"Yaudah, nanti Mbak bantu dia pas interview. Btw, kapan berangkat ke Singapur? tanya Stella kembali.

"Paling nanti malem Mbak. Aku berangkat sama Si Boss. Makanya aku juga hari ini masuk sampe siang doang." jawab Rio kembali.

"Awas lho oleh-oleh nya..."

"Iya... iya.."

"Oya, siapa nama temen kamu itu?"

"Namanya Boby. Orangnya gendut tampangnya bloon."

"Okeh entar Mbak bantu pas interview. Kira-kira ada lagi yang bisa saya bantu Pak Manager??" tanya Stella kembali.

"Itu aja sih, Mbak." jawab Rio.

"Oke ya.. Ati-ati di Singapur. Jangan nakal." ujar Stella sambil mencubit pipi Rio saat hendak keluar ruangan.

Rio meraba pipinya yang memerah karena dicubit Stella. Dia tersenyum-senyum sendiri. Bahagia kalo Stella udah normal lagi.

===000===​


Alhamdulillah, wawancara ane waktu itu berjalan lancar jaya. Tapi ane agak heran kok gak susah-susah amat. Malah gampang-gampang. Apakah itu jebakan? Atau apakah karena power of orang dalam gara-gara Si Rio?

"Saya liat di CV dan berkas-berkas anda. Anda pernah menjadi Juara Tinju Tingkat Provinsi ya?" tanya Bu Stella.

"Itu waktu saya masih kelas 1 SMA Bu. Kebetulan waktu itu saya mewakili sekolah. Tingkat pelajar itu Bu." jawab ane.

"Iya maksud saya kenapa tidak amda teruskan? Itu kan awal yang bagus." tanya dia lanjut.

"Ya maklum Bu. Waktu itu saya masih muda. Dan ingin mencoba hal-hal baru."

"Maksud anda?"

"Saya waktu itu mencoba Judo dan Aikido, jadi saya berhenti bertinju."

"Oh ya. Hmmmm. Sepertinya untuk pekerjaan ini anda sudah mempunyai basic yang lumayan. Anda punya basic beladiri. Tinggal nanti skill anda diasah di pendidikan security."

"Selamat, anda diterima bergabung di perusahaan kami." ujar Bu Stella sambil berdiri hendak menyalami ane.

Bahagia ane rasanya diterima kerja. Walau cuma jadi satpam. Kebayang sekarang ane sudah punya penghasilan tetap. Dapat Gaji. Nanti ane bisa beli mobil, beli rumah, kawin lagi. Eh, ralat ralat. Enggak lah. Masa iya kawin lagi. Yang jelas ane bahagia banget. Exited banget. Dan gara-gara itu lah tragedi ane dan Bu Stella terjadi. Insiden ini yang ingin ane ceritakan sesuai janji ane di episode sebelumnya.

Jadi ane ini punya dua penyakit aneh. Mungkin semacam gangguan psikoligis. Penyakit ane ini berkaitan dengan hormon adrenaline. Hormon adrenaline yang muncul karena kondisi berbeda menghasilkan reaksi berbeda yang direspon oleh tubuh ane.

Pertama, ketika ane tegang, takut, merasa terancam atau dalam kondisi berbahaya. Jika itu terjadi semua tampak akan seperti slow motion. Waktu terasa berjalan lambat. Dan ane bahkan seolah bisa memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya dan tubuh ane akan merespon dengan gerakan reflek. Seperti contoh yang terjadi saat perampokan bank yang ane ceritakan di episode awal. Dengan reflek ane membanting salah satu perampok. Ane sebenarnya bisa merasakan ketika popor senjata laras panjang itu akan menumbuk tenguk ane. Tapi timingnya tak memungkinkan ane untk menghindar.

Yang kedua ialah jika terlalu senang, bahagia atau exited. Jika itu terjadi respon dari tubuh ane adalah ereksi. Ya, ereksi alias ngaceng. Konti ane akan ngaceng sengaceng-ngacengnya. Tegang maksimal. Tegak dan gagah. Dan itu hanya akan berakhir apabila dituntaskan. Atau bila ane ejakulasi. Baru itu bisa mereda.

Ane inget banget kejadian yang paling memalukan saat itu adalah waktu acara pernikahan ane. Ane saking bahagianya kawin, punya istri membuat penyakit ame kambuh. Konti ane tegang maksimal. Dan itu pas akad coba. Ane yang ngomong belepotan saking tegangnya dan konti ane maksimal jadi bahan tertawaan sodara-sodara yang hadir. Ane ceritain deh di episode khusus nanti.

Tuuutttt....

Aseli ane kumat saat itu. Kentara banget konti ane yang tegak di balik celana. Duh, mau ditaro di mana muka ane??

Bu Stella masih berdiri hendak menyalami ane. Sementara ane masih duduk karena takut dan malu kalo sampe diliat Bu Stella. Muka ane pucat pasi. Keringat dingin mulai mencucuri muka ane.

"Kenapa Pak?" ujar Bu Stella yang penasaean kenapa ane bertingkah kayak gini.

"Aaa... eeeee... mmmm... aaa.. anu bu.."

"Kenapa Pak? Anu kenapa?" tanya Bu Stella lagi dengan ekspreai keheranan.

"Aa.. anu.. sa.. saya.. anu .. bb.. bu.. anu.. saya..."

"Anu .. anu nya kenapa pak??" tanya lagi Bu Stella sambil mengangkat sebelah alis nya. Itu ekspresi yang paling membuat ane kikuk Hu. Cewek cantik menanyakan anu ane kenapa sambil mengangkat alis. Sementara ane tegang maksimal dgn kontol yang sedang ereksi.

"Aaa.. Anu saya.. ngaceng, Bu..." kata ane lirih.

Rona muka Bu Stella mendadak berubah. Ia mengernyitkan dahi. Saat dia melongok melihat ke bawah meja yang menghalangi tubuh bawah ane, ia tampak kaget. Tanganya menutupi mulutnya yang menganga.

Ane yakin dia bisa melihat dengan jelas tonjolan sebesar bonggol jagung dari balik celana bahan ane.

Matanya terlihat memandang ane jijik. Seperti melihat ane seorang kriminal mesum. Atau mungkin dia merasa seperti gadis suci di sarang penyamun.

"Bu. Bu. Bu.. Maaf.. Maaf sama sekali ini tidak seperti yang Ibu pikirkan."

Tanpa sadar ane langsung berdiri hendak memberi penjelasan pada Bu Stella sebelum dia berpikir macam-macam tentang ane. Bu Stella tampak memalingkan muka dan mencoba menutupi matanya dengan kedua telapak tangannya.

Sontak saja ane kembali duduk sambil menutupi burung ane yang tegang dengan kedua tangan ane.

"Beribu maaf Bu. Ini sama sekali tidak seperti yang Ibu pikirkan. Saya mohon Ibu tidak berpikiran aneh-aneh mengenai saya."

"Saya berani sumpah. Saya tidak ada maksud apa-apa. Saya pun tidak punya pikiran macam-macam. Ini semua karena penyakit saya yang kumat Bu."

"Saya terlalu tegang dan grogi pada wawancara ini. Dan jika saya terlalu tegang atau grogi, penis saya akan ereksi sebagai respon tubuh saya dari keadaa psikis saya itu."

"Saya sudah menderita penyakit aneh ini sejak SMP. Dan saya berani sumpah memang itu keadaan yang sebenarnya. Saya tidak ada pikiran macam-macam pada Ibu. Jadi saya mohon sekali lagi Ibu tidak berpikiran aneh-aneh pada saya."

Ane menjelaskan panjang lebar tentang kondisi ane itu. Tampaknya Bu Stella mulai mengerti. Dia menolehkan mukanya sambil tetap menutupi matanya dangan kedua tangannya. Tapi kali ini celah tangannya tampak dilonggarkan. Dia seperti mengintip dari balik celah jari-jari tangannya itu.

"Benar apa yang kamu katakan itu?" ujar Bu Stella sambil masih tetap mengintip dari celah jari tangannya.

"Benar Bu. Saya berani sumpah..." jawab ane.

Bu Stella kembali berbalik ke arah ane. Kini tangannya sudah tidak ditutup lagi. Namun ia masih tetap buang muka tak mau melihat ane. Tapi, ane melihat sudut matanya sepertinya masih tetap memandang ke arah tonjolan di celana ane. Antara dia kepengen liat tapi malu dan menjaga wibawa atau apa, yang jelas itu urusan dia lah.

"Terimakasih atas pengertian Ibu. Saya permisi dulu..." ujar ane.

Saat ane berdiri dan hendak meninggalkan ruangan. Tiba-tiba Bu Stella menghentikan ane.

"Mau ke mana kamu?"

"Saya mau keluar Bu. Kan katanya wawancaranya sudah."

"Terus kamu mau keluar dengan keadaan seperti itu? Terus apa kata orang di luar nanti? Dikira mereka gak akan berpikiran macam-macam apa?"

"Terus gimana Bu?" tanya ane.

"Ya tunggulah sampe itu nya kamu turun dulu." jawabnya.

"Nah, itu dia masalahnya Bu. Ini gak akan turun sebelum diselesaikan."

"Duh, ngerepotin banget. Yaudah keluarin aja!" ujarnya.

"Keluarin?"

"Iya keluarin. Kami kocok apa gimana yang penting keluar kan? Aku gak akan ngintip. Dan jangan lupa nanti kalo udah keluar kamu lap ceceran sperma kamu." Bu Stella memberi perintah sambil kembali membalikan badan membelakangi ane.

Tubuh Bu Stella cukup menggoda. Toketnya montok. Pinggangnya ramping tapi pinggul dan pantatnya bahenol. Saat ini dia dalam posisi membelakangi ane. Walau dia memakai busana kerja, tapi tak dapat menyembunyikan keseksian lekukan tubuhnya. Lumayan lah ada bahan.

Ane pun memelorotkan celane ane dan mulai mengocok kontol ane sambil memandangi tubuh belakang Bu Stella. Tak lupa sambil juga membayangkan lagi ngentod sama Lisa Blackpink yang imut-imut biar cepet ke luar.

5 menit berlalu, ane tak ada tanda-tanda mau keluar.

"Masih lama kamu?" ujar Bu Stella yang ternyata sudah membalikan badan ke arah ane. Kali ini dia tak menutupi matanya atau buang muka. Dan otomatis dia bisa melihat Si Jumbo yang tenggang maksimal di genggaman tangen ane secara utuh.

"Lho kok Ibu ngeliat ke sini." ujar ane.

"Yaudah sih. Aku perempuan bersuami, jadi udah gak aneh liat barang gituan. Lagian sama aja kan? Cuma beda ukuran doang...." jawabnya.

"Beda ukuran...." batin ane. Entah kenapa perkataannya tadi itu sedikit menaikan tensi libido ane.

"Beda ukuran? Emang besar mana Bu? Punya saya apa punya suami Ibu?" Dan itulah gobloknya ane malah nanya hal seperti itu ke Bu Stella.

Terlihat muka Bu Stella agak memerah. Tapi terlihat juga ada senyum di wajahnya.

"Jauh lah. Lebih gede punya kamu."

Ane tak menduga Bu Stella akan menjawab pertanyaan ane. Dia jawab pertanyaan ane sambil senyum-senyum gitu tau.

"Udah ah, gak usah bahas gituan. Kamu liat ke sini aja biar cepet."

Tiba-tiba Bu Stella membuka kancing kemejanya satu per satu. Semua kancing kemejanya sudah terlepas. Bu Stella menyibakan kemejanya dan tampaklah bra berwarna merah muda yang menampung kedua payudadanya. Aseli montok banget Hu susunya. Keliatan mulus, padat dan kenyal.

Mendapat asupan bahan seperti itu tentu and makin semangat mengocok kontol ane biar cepat keluar. Namun sayang, setelah lima menit kemudian tampaknya ane masih jauh untuk ngecrot. Belum ada sinyal-sinyal. Belum ada tanda-tanda.

Tiba-tiba terasa seperti ada tangan yang menghentikan kocokan ane. Saat ane membuka mata, ternyata itu Bu Stella!

Ia dengan pelan mendorong ane sehingga ane bersender ke dinding ruangan. Ane bagai kerbau dicocok hidung. Badan ane yang besar seakan tak bertenaga ikut terdorong oleh dorongan pelan seorang wanita.

Nafasnya tampak memburu saat dua meandang ane dengan muka memerah. Begitu juga ane, ane makin tegang saat dia mendekatkan mukanya ke ane. Dia berbisik ke ane....

"Kamu jangan salah arti. Ini biar cepet. Dan saya masih banyak pekerjaan." bisiknya lirih.

Ane sedikit merinding saat ujung lidahnya menyapi daun telinga ane. Dia menjilati dan menggigit-gigit pelan telinga ane. Tangannya yang halus itu tiba-tiba terasa menggenggam batang kemaluan ane dengan lembut. Dan dengan perlahan ia mulai menggerakan tangannya maju mundur di kontol ane yanh udah tegang itu.

"Shhh... aaahhh.." ane yang secara tak sadar mendesah lirih.

"Jangan berisik." bisiknya. Ia lalu menyumpal mulut ane dengan mulutnya. Stella menyerang bibir ane. Diciuminya bibir ane itu, dan ane pun membalas ciumanya. Kita saling cium layaknya pasangan kekasih. Saling lumat, saling hisap, lidah kami pun berbelit satu sama lain. Sementara tangan Bu Stella masih aktif nergerak di kontol ane.

Dengan bibir ane yang tetap aktif, tangan kanan ane mulai menelusuri badannya. Ane elus-elus pundaknya, lalu turun ke dada kanannya. Kuraba pela dari luar bra nya dan memulai remasan-remasan kecil. Bu Stella pun mulai menggeliat, dia sangat sexy. Wah gila, kenyal dan kencang toketnya Hu. Semakin ane perlama remasan-remasan ane itu, dengan sekali-kali ane raba perutnya.

Tangan ane yang masih meraha perutnya. Lalu ane mulai naik kedadanya. Ane masukan tangan ane ke dalam Bra nya dari arah bawah, lalu meremas kedua gunung kembarnya dari dalam. Terasa lebih enak ketika ane menjamah buah dadanya daei dalam Bra. Tak asa lagi yang menghalangi tangan ane untk merasakan kehalusan dan kekenyalan buah dadanya itu. Jari jemari ane dengan lincah meremas dan menjangkau putingnya. Dan puting Bu Stella tak luput dara jamahan ane. Ane permainkan putingnya. Jadi inget kayak lagi main PS Hu. Wkwkwkwk

Bu Stella makin bergairah. Bibirnya makin ganas menciumi ane. Dan tak luput tanganya makin berssemangat pula mengocok kontol ane.

Ahh, rasanya semakin nikmat, ane terkadang sampai memejamkan mata untuk menikmati sensasinya. Alhasil nafas ane mulai memburu, perjalanan menuju puncak sudah dimulai.

"Ooohhh... Bu Steee..laaaahhh.."

Hupppp....

Bu Stella menyumpal mulut ane dengan tangannya. Matanya memandang ke arah ane dan menggelengkan kepalanya. Pertanda mengingatkan ane agar jangan bersuara. Lalu ia dengan perlahan menarik kepala ane ke arah buah dadanya. Ane mengerti. Lalu dengan sigap ane angkat bra nya hingga kini kedua buah dadanya yang indah itu menggantung bebas dan terbuka.

Langsung ane sambar buah dadanya itu. Ane lumat putingnya. Lidah ane menari-nari di putingnya. And hisap. Ane sedot puting susunya seperti bayi. Bu Stella tampak menahan suara dengan menggigit bibir bawahnya. Tanganya di bawah sana makin cepat mengocok kontol ane.

Uh.... nikmat banget Hu.

Strategi jitu Bu Stella membiarkan ane menyusu di buah dadanya berhasil. Ane paham, dengan ane melumat susunya suara desahan ane bisa tertahan. Sambil menggigit bibir bawahnya, Bu Stella memeluk kepala ane dengan erat. Ia membenamkan kepala ane ke susunya. Hal ini adalah upaya yang dilakukanya agar dia tidak mendesah.

Aaahh.. Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Ane bisa merasakan getaran itu dari ujung kaki ane. Tubuh ane mengejang. Ane memejamkan mata ane sambil menyedot kencang payudara Stella. Wanita muda itu memeluk kepala ane dengan sangat kencang makin membenamkannya ke susunya.

Crot... Crottt ... Croootttt...!!!

Ane menyemprotkan sperma ane bersamaan dengan bergetarnya tubuh Bu Stella akibat rangsangan ane di payudaranya.

Nafas kami terengah-engah. Tangan kiri Bu Stella belepotan sperma ane. Tangan kanannya mengusap-usap dan membelai kepala ane dengan lembut. Sementara ane masih menyusu di payudaranya. Entah berapa lama kami dalam posisi seperti itu.

Bu Stella masih memejamkan mata saat ane masih melumat puting susunya. Ia lalu membuka matanya dan dengan lembut mendorong kepala ane dari buah dadanya. Ada sedikit kekecewaan saat ane kehilangan susunya itu.

Ketika ane melihat jam dinding yang terpasang di ruangan itu, jam menunjukan pukul 12 tepat. Artinya ane sudah satu jam lebih di ruangan itu.

"Cepet beresin Mas. Saya masih ada interview lagi." kata Bu Stella.

Kami pun segera merapihkan kembali pakaian kami. Tak lupa ane lap sperma ane yang berceceran di lantai. Cukup banyak tisu yang ane gunakan karena ane muncrat cukup banyak.

"Jangan lupa, tisunya jangan dibuang di kantor ini. Kamu buang di luar aja biar gak ada yang curiga." pinta Bu Stella.

Ane masukin tisu itu ke tas ane. Dan ane pun pamit ke Bu Stella saat dia masih masih make upan. Ane keluar ruangan wawancara, dan ane tutup kembali pintu ruangan itu. Tampak beberapa pasang mata memandang ane yang akhirnya keluar dari ruangan itu.

Saat ane melangkah pergi ada seorang pemuda menghampiri ane.

"Mas tadi ditanya apa aja sih, kok lama bener?" tanya nya.

"Wah, angel Mas. Angel.." jawab ane.

Bersambung..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd