Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Bukan Aladdin

Bimabet


“Yah, gimana mas, aku kan belum nyepong kontol mas Paijo?” Tanya Vina

“Wah, nanti aja Vin di hotel. Dah mau beres nih jam makan siang.” Ujarku

“Oke deh kalo gitu..” kata Vina..



Akupun kembali ke ruang kerja menyelesaikan tugas-tugas. Yang jelas aku sudah tak sabar ingin segera sore dan mantap mantap dengan karyawan terseksi di kantor itu. Aku merasa menjadi orang paling beruntung sedunia karena bisa mendapatkan kenikmatan seks gratis berkat bantuan jin lampu.



Aku melihat Vina sudah mengendarai mobilnya, dengan segera aku mengambil motorku dan mengikuti Vina dari belakang. Tak lama kami sudah sampai di hotel. Aku mencoba mencari aman agar tidak dicurigai dengan menunggu di luar. Setelah Vina memesan kamar dan naik lift, aku kemudian mengikutinya.



“Kamar 418” Vina mengabariku lewat whatsapp.

Aku pun segera masuk dan naik ke atas dengan lift. Aku ketuk pintu, Vina membukanya. Pakaiannya belum diganti masih yang tadi, namun aku pasti akan bisa melihatnya telanjang.



“Eh ayo masuk mas.” Ujar Vina.

Aku kemudian masuk ke kamar dan duduk di kursi yang ada di kamar. Vina sudah berbaring di atas kasur menyalakan TV.

“Gak buru-buru kan mas?” ujar Vina.

“Eh nggak Vin, santai aja hihi.” Ujarku, walau sebenarnya si Joni sudah gak sabar pengen ngerasin memek kamu Vin.

Vina lalu melepas blus yang baju, jilbab dan celananya, tinggal celana dalam dan bra yang masih menempel di tubuhnya. Aku hanya melongo tidak percaya, ternyata lebih indah dari yang kubayangkan. Perfect, sudah montok, putih, mulus lagi. Tak ada cacat. Ingin rasanya aku langsung menindih dan ngentot Vina, namun aku coba menahan diri.



“Vin, body kamu bagus banget, body goals banget pokoknya. Beruntung banget pacar kamu wkwkwkwk” ujarku.

“Ih, kan pacar aku mas Paijo hihi” ujar Vina.

Si Joni ku sudah ngaceng maksimal walau masih ditutupi celana.

“Mas, aku mau mandi dulu ya.” Ujar Vina.

“Oke Vin. Mau aku mandiin? Hihi” tanyaku.

“Ih mas nakal wkwkw” ujar Vina.

Vina kemudian masuk kamar mandi dan mandi. Aku kemudian membuka bajuku tinggal tersisa sempakku saja. Vina keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk. Terlihat di tangannya ada bra dan celana dalamnya. Wah Vina telanjang guys.



“Ayo mas Paijo mau mandi dulu?” Tanya Vina.

“Iya vin..” aku kemudian masuk kamar mandi, aku mandi dengan cepat saja. Pengen cepet-cepet ngentot sih.

Aku kemudian keluar dengan hanya mengenakan handuk. Aku lihat Vina juga masih mengenakan Handuk saja di atas kasur. Aku segera mendekat dan berbaring di samping Vina.

“Vin, aku boleh mints sesuatu gak?”

“mau minta apa mas? Tanya Vina

“Aku pengen kamu pakai jilbab, bawahnya gak apa2 telanjang.” Ujarku.

“Oh kirain apa.” Ujar Vina. Vina lalu segera memakai jilbabnya. Dia membuka handuknya, terlihatlah tubuh telanjang hanya dengan jilbab.

“Gimana mas? Aku seksi kan?” Tanya Vina menggodakku

“Aaaahhh iya Vin.. cowok-cowok pasti sange ngelihat kamu begini.” Ujarku.

“Ayo atuh a, sini biar Vina layanin. Tadi kan belum sempet disepong di kantor.” Ujar Vina

Aku segera mendekati Vina lalu membuka handuk, aku dalam keadaan telanjang juga.

“Vin, kamu seksi banget..” ujarku..

“Hihi ayo atuh Vina dipeluk, jangan didiemin aja..”

Mata kami saling menatap, wajah kami semakin mendekat…dekat dan dekat…sehingga aku rasakan nafasnya menentuh wajahku. Tangan kananku meraih dagunya yang lembut seolah tidak ada tulang di dagunya itu. sedikit aku tarik dagunya sehingga bibirnya terbuka, sengal nafasnya bisa aku rasakan. Matanya terkatup. Akupun mendekatkan bibirku dengan bibirnya, aku pagut lembut…vina tidak membalas juga tidak menolak. Kembali aku pagut bibirnya, lembut dan manis kurasakan. Ku pagut bibir atas dan bawahnya bergantian. Kali ini vina mulai merespon, vina membalas pagutanku dengan memagut bibirku juga, basah dan indah. Pagutan kami semakin liar, aku pindahkan kedua tanganku disamping wajahnya dengan posisi jari jempol menempel ke pipinya yang lembut. Keempat jariku berada di bawah telinganya yang masih tertutup jilbab. aku semakin menarik wajahnya mendekatiku, kecupanku semakin liar yang aku yakin membangkitkan gairahnya. “mhh…ummm….aummmmm…” bergantian kami mengecupi bibir kami.
Kini tangan kiriku melingkari leher hingga kepundak belakangnya, sedangkan tangan kananku menyusup melalui bawah jilbab putihnya yang lebar kemudian mencari gundukan lembut dan besar tepat di dadanya. Tangan kananku menyentuh sebongkah gundukan lembut yang sudah tidak tertutup bra. “Mhh…payudara yang sangat indah” tangan kananku pun mulai meremas lembut payudara itu. “ehhhmmm…mhhmhh…mmhhhhh” Vina kaget dan mendesah sambil tetap berpagutan dengan bibirku. Sekitar 2 menit meremas remas dada kirinya, meremas lembut dan sesekali memilin putingnya yang kecil dan nampak sudah mengeras. “mhhh…ummmmm,….aahhh,…mmhh…..mmmm….mmmmp hh….” mulutnya terus meracau mencoba menikmati setiap remasanku, matanya masih saja terpejam seolah vina tidak mau melihat kejadian ini atau vina sedang berusaha benar-benar meresapi rangsangan yang aku buat. Aku tarik pundaknya sehingga tubuhnya terbaring ke samping kiriku, dan aku pun menarik bibirku dari bibirnya dengan sedikit suara kecupan yang menggambarkan dua bibir yang sudah lengket dan sulit dilepaskan. “mhuachh…aahhh” wajahnya memerah dan matanya masih terpejam, cantik sekali.
Kini tangan kananku mengangkat jilbabnya ke atas, memberikan ruang agar kepalaku bisa masuk kedalamnya. Aku mencium bau harum dari keringatnya yang mulai mengalir. Aku meihat leher jenjangnya yang putih dan halus, tanpa membiarkan waktu berlalu aku segera mengecupnya lembut dan kecupanku semakin ganas di lehernya “aahhh….eengg…ehhhh…aahhh….aaahhh….” mulutnya tak berhenti meracau. Tangan kanannya meraih belakang kepalaku dan menekankan kepalaku agar semakin menempel di lehernya, sedangkan tangan kirinya mendekap punggungku. Aku tidak lupa meninggalkan cupang di lehernya, lalu ciumanku pun turun ke dadanya yang berukuran 36C. Aku mulai mencium payudara kanan vina, aku lakukan masih di dalam jilbabnya. tangan kananku sibuk meremas payudara kanannya.
“aaahhhh…massss….ahhh…..mhhh…masss…..aduuh h…..mhh…..” Vina tidak kuat menahan rangsangan ini, kepalanya menggeleng ke samping kanan dan kiri, tangan kanannya semakin kuat membekap wajahku ke arah dadanya. Kini tangan kananku melepas remasan di dadanya, mulai turun ke bawah, menyentuh kakinya. tangan kananku membelai-belai paha kirinya dan ciumanku sekarang sudah mendarat di payudara kirinya. “ahhh…maaasss….maassss… …ahh…”, nafas Vina semakin tersengal-sengal, aku tidak lupa meninggalkan cupang juga di payudara kirinya yang sangat lembut. Kontolku semakin tegang. Lalu aku tarik wajahku dari dadanya, aku duduk di samping tubuhnya yang terbaring. Bulir keringat mulai membasahi wajahnya yang putih, nafasnya tersengal, matanya masih terpejam, bibirnya terbuka sedikit.
Kedua tangannya meremas kain sprei kasurnya itu. Kini aku berada di kedua kakinya, aku kangkangkan kakinya. Ciumanku mendarat di bagian bawah perut, “eenngg…ahhh…” aku tau vina merasa geli dan terangsang hebat. Memek muda berwarna pink yang sangat indah, ditumbuhi bulu halus yang rapih tercukup. Baunya pun sangat wangi. Tapi aku tidak ingin buru-buru, aku ingin Vina membiasakan suasananya dulu. ciumanku jatuh ke pahanya, ke bagian sensitif paha belakang sambil mengangkat kakinya ke atas. lalu pada saat yang tepat aku mulai turunkan ciumanku di antara selangkangannya. “mmaasss…ahh…”, aku mencoba menjilati bagian luar memeknya dari bawah ke atas, memek itu mulai lembab dan basah. Lalu aku renggangkan lebih luas lagi kakinya, dan aku sibak labia mayora dan labia minora memeknya, aku temukan lubang ke wanitaan yang masih sempit namun berwarna merah seakan bekas luka atau lecet. Aku tidak mempedulikan, karena aku melihat cairan bening meleleh dari dalam lubang kewanitaan Vina, lalu aku jilati dan lidahku pun nakal mencoba masuk ke dalam lubang kewanitaan itu, terus mencari dan mencari…lalu kecupanku pindah ke atas menemukan benjolan kecil tepat di bawah garis memek atas, aku gigit-gigit kecil, aku cium aku sedot, tidak ketinggalan tangan kananku mencoba sedikit demi sedikit masuk ke memeknya. “aahhhhh…uuhhh….mhh….phhh…ahhh…maasss… aahh..massss…aduuhh…aaahhh…ahhh…” kepalanya bergeleng tidak teratur ke kanan dan kekiri, kedua tangannya semakin kuat menggenggam sprei yang dikenakan pada kasur busa tersebut. ciumanku semakin kuat dan ganas, cairan kewanitaan semakin deras keluar dari lubang kewanitaan Vina. secara bergantian lidahku merangsang lubang memek dan clitoris, dan tangan kananku pun tidak tinggal vina. Jika lidahku sedang merangsang klitoris maka jari tangan kananku berusaha meransang pubang memek, juga ketika lidahku bermain-main dan mencoba masuk lebih dalam ke lubang memek, jempol tanganku merangang dengan menggesek dan menekan-nekan clitoris Vina. “aaahhh….aaaaa…uuuu…enhhhh…eeemmm…ahh… aaaa….” Tangan kananya sekarang meremas-remas rambutku dan menekan kepalaku agar lebih dalam lagi mengeksplorasi memeknya. Sekitar 15 menit aku mengekplor memeknya, vina menjambak rambutku dan kemudian mendorongku.
Sekarang posisi kami sama-sama duduk, nafasnya tersengal-sengal tapi sekarang vina membuka matanya menatapku, keringat mengucur dari tubuh kami. Tiba-tiba bibirnya langsung menyerbu bibirku, ciuman kali ini amat liar terkadang gigi kami beradu, lidah kami saliang bertukar ludah, lidahku coba masuk ke rongga mulutnya, menjilati dinding-dinding mulutnya. Aku sangat kaget ketika ciumannya turun ke leherku dan ke dadaku. Kontolku yang diameternya 4 cm dan panjangnya hampir 15 cm mengacung tegak, kini tangan kananya menggenggam kontolku, aku pun berdiri dan kini wajah ayunya berada di depan kontolku hanya beberapa senti saja. ku lihat vina menelan ludah, apa mungkin vina kaget dengan ukuran ini atau mungkin vina masih ragu melakukan ini. Aku pegang kepalanya yang masih menggunakan jilbab putih yang mulai kusut. kudekatkan kontolku dengan bibirnya.

“Kulum sayang…ciumi sayang…ayo…” lalu vina buka bibirnya sedikit dan mencium ujung kontolku, kaku, tapi menimbulkan sensasi yang dahsyat, karena bibirnya yang lembut, hangat dan basah menyentuh ujung kontolku, hal yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. “cuup..mppuhmm..uhhmm…” bibirnya berkali-kali mengulum ujung kontolku, sedikit-demi sedikit kulumannya semakin masuk. Aku lihat vina masih kaku dan belum lihai melakukan itu, tapi bagiku sensasi luar biasa. “mhhh…aauuuummm…uummhh” akhirnya mulutnya berani memasukkan kontolku, walau tidak sampai masuk semua, karena kontolku terlalu panjang dan itu akan menyakitkannya. “shh…ahh…terus Vin…keluar masukin…” Vinapun mengikuti perintahku vina memaju mundurkan kepalanya. “aahh…sayang…terus”…”mhh..uhmmhh..cuuupp..mu uh” Vina terus melakukan aktifitasnya. hanya 5 menit lalu vina berhenti, “Mas…Vina ngga tahan…” vinapun menarik tubuhku dan aku kini sama-sama duduk berhadapan. Aku tahu, vina dalam kondisi puncak, vina tidak dapat lagi menahan libidonya, akupun merebahkannya dan menindihnya. Aku regangkan kedua kakinya. Vina tampak pasrah vina memandangiku dan memperhatikan kontolku yang tepat dihadapan memeknya.

Kini kuarahkan ujung kontolku mendekati lubang kewanitaannya “Tahan ya Vin…agak sakit…” Tangan kananku menggenggam batang kontol dan digesek-gesekkan pada clitoris dan bibir kemaluan Vina, hingga Vina merintih-rintih kenikmatan dan badannya tersentak-sentak. Aku terus berusaha menekan senjataku ke dalam kemaluan Vina yang memang sudah sangat basah itu. Pelahan-lahan kepala kontolku menerobos masuk membelah bibir kemaluan Vina. “Tahan maasss…sakii..t” vina merintih sambil menggigit bibir bawahnya. Aku pun menghentikan kegiatanku sementara, sambil menunggu aku maju mundurkan kepala kontolku ke bibir kemaluannya supaya bibir kemaluannya mulai menyesuaikan. Matanya masih terpejam dan terus menggigit bibir bawahnya, nafasnya tersengal. Sedikit demi sedikit aku masukkan kembali, pelan tapi pasti. Setiap kontolku masuk vina melengguh menahan sakit. Memeknya masih sempit tapi tanpa halangan kontolku mulai masuk ke dalam. Dengan kasar Aku tiba-tiba menekan pantatku kuat-kuat ke depan sehingga pinggulku menempel ketat pada pinggul Vina. Dengan tak kuasa menahan diri dan berteriak, mungkin sakit. Dari mulut Vina terdengar jeritan halus tertahan, “Aduuuh!.., ooooooohh.., aahh…sakii…t....”, disertai badannya yang tertekuk ke atas dan kedua tangan Vina mencengkeram dengan kuat pinggangku.

Beberapa saat kemudian aku mulai menggoyangkan pinggulku, mula-mula perlahan, makin lama semakin cepat dan bergerak dengan kecepatan tinggi diantara kedua paha halus gadis semok tersebut. Vina berusaha memegang lenganku, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak dengan hebat akibat dorongan dan tarikan kontolku pada kemaluannya, giginya bergemeletuk dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri kanan. Vina mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk membukanya sebentar dan melihat wajahku, dengan takjub. Vina berusaha bernafas dan …:” “maasss…, aahh…, ooohh…, ssshh”, sementara aku tersebut terus menyetubuhinya dengan ganas.Vina sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap kali Aku menggerakkan tubuhku, gesekan demi gesekan di dinding liang memeknya. Setiap kali aku menarik kontolnya keluar, dan menekan masuk kontolku ke dalam memek Vina, maka klitoris Vina terjepit pada batang kontolku dan terdorong masuk tergesek-gesek dengan batang kontolku yang berurat itu. Hal ini menimbulkan suatu perasaan geli yang dahsyat, yang mengakibatkan seluruh badan Vina menggeliat dan terlonjak, sampai badannya tertekuk ke atas menahan sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Sementara tanganku yang lain tidak dibiarkan menganggur, Tanganku merengkuh punggungnya yang melengkung menahan nikmat, kemudian aku sibak jilbabnya dan terlihat dua payudara indahnya .Aku tarik punggungnya sehingga maskin melengkung ke atas, aku pun terus bermain-main pada bagian dada Vina dan Mencium dan menggigit kedua payudara Vina secara bergantian. Ia berusaha menggerakkan pinggulnya, akan tetapi paha, bokong dan kakinya mati rasa. Tapi ia mencoba berusaha membuatku segera mencapai klimaks dengan memutar bokongnya, menjepitkan pahanya, akan tetapi aku terus menyetubuhinya dan tidak juga mencapai klimaks. Ia memiringkan kepalanya, dan terdengar erangan panjang keluar dari mulutnya yang mungil, “Ooooh…, ooooooh…, aahhmm…, ssstthh!”. Gadis ayu itu Semakin erat mendekap kepalaku agar semakin rekat dengan payudaranya, aku tahu pelukan itu adalah penyaluran dari rasa nikmat dan klimaks yang mungkin sebentar lagi vina rasakan. Kedua pahanya mengejang serta menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya, membiarkan bokongnya naik-turun berkali-kali, keseluruhan badannya berkelonjotan, menjerit serak dan…, akhirnya larut dalam orgasme total yang dengan dahsyat melandanya, diikuti dengan suatu kekosongan melanda dirinya dan keseluruhan tubuhnya merasakan lemas seakan-akan seluruh tulangnya copot berantakan. Vina terkulai lemas tak berdaya di atas kasur dengan kedua tangannya terentang dan pahanya terkangkang lebar-lebar dimana kontolku tetap terjepit di dalam liang memeknya. Selama proses orgasme yang dialami Vina ini berlangsung, memberikan suatu kenikmatan yang hebat yang dirasakan olehku, dimana kontolku yang masih terbenam dan terjepit di dalam liang memek Vina dan merasakan suatu sensasi luar biasa, batang kontolku serasa terbungkus dengan keras oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa mengurut-urut seluruha kontolku, terlebih-lebih pada bagian kepala kontolku setiap terjadi kontraksi pada dinding memek Vina, yang diakhiri dengan siraman cairan panas. Perasaanku seakan-akan menggila melihat Vina yang begitu cantik dan ayu itu tergeletak pasrah tak berdaya di hadapanku dengan kedua paha yang halus mulus terkangkang dan bibir kemaluan yang kuning langsat mungil itu menjepit dengan ketat batang kontolnku.

Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Aku membalik tubuh Vina yang telah lemas itu hingga sekarang Vina tertelungkup di dipan dengan kaki terjurai ke lantai, sehingga posisi pantatnya menungging ke arahku. Aku ingin melakukan doggy style, tanganku kini lebih leluasa meremas-remas kedua buah payudara Vina yang kini menggantung ke bawah, tanganku menyusup lewat kemeja bagian bawah. Dengan kedua kaki setengah tertekuk, secara perlahan-lahan aku menggosok-gosok kepala kontolku yang telah licin oleh cairan pelumas yang keluar dari dalam memek Vina dan menempatkan kepala kontolku pada bibir kemaluan Vina dari belakang. Dengan sedikit dorongan, kepala kontolku tersebut membelah dan terjepit dengan kuat oleh bibir-bibir kemaluan Vina, vina melengguh agak kencang..”aahhgg….” ketika kontolku mulai menyeruak ke dalam memeknya lagi. Kedua tanganku memegang pinggul Vina dan mengangkatnya sedikit ke atas sehingga posisi bagian bawah badan Vina tidak terletak pada dipan lagi, hanya kedua tangannya yang masih bertumpu pada kasur. Kedua kaki Vina dikaitkan pada pahaku. Kutarik pinggul Vina ke arahku, berbarengan dengan mendorong pantatnya ke depan, sehingga disertai keluhan panjang yang keluar dari mulut Vina. “Oooooooh…aahh…shhh…ahh….!”, kontolku tersebut terus menerobos masuk ke dalam liang memeknya dan Aku terus menekan pantatnya sehingga perutnyaku menempel ketat pada pantat Vina yang setengah terangkat. Aku memainkan pinggulnya maju mundur dengan cepat sambil mulutku mendesis-desis keenakan merasakan kontolku terjepit dan tergesek-gesek di dalam lubang memek Vina yang ketat itu. “Ahh…ahhh…aahh…maasss..a.duuu..hh…mhh…terus s…” mulutnya terus mengaduh, tanda nikmat tiada tara yang vina rasakan. Tubuhnya maju mundur terdorong desakan kontolku. Karena bagian pantat lebih tinggi dari kepala .Tangannya sambil terus meremas seprei dan merebahkan kepalanya di kasur. “shhh…ahh.maass.kakk…aahh..aduuhh…maass….” semakin kencang teriakannya semakin menunjukkan kalau vina akan merasakan klimaks untuk kedua kalinya. Akupun mempercepat doronganku. “terus..mass…ahh…jangan berhenti…ahh…,…” Vina meracau semakin tidak karuan. dan….vinapun mendongakkan kepalanya ke atas disertai lengguhan panjang “aaaaaaa……….hhhhhh….” vina klimaks untuk kedua kalinya. Aku cabut kontolku dari lubang memeknya, aku lihat cairan bening semakin banyak meleleh dari memeknya. Tubuhnya melemas dan lunglai ketika aku lepaskan.
Setelah aku biarkan vina istirahat beberapa menit sambil meresapi orgasme untuk kedua kalinya. Kemudian Aku merubah posisi permainan, dengan duduk di sisi tempat tidur dan Vina kutarik duduk menghadap sambil mengangkang pada pangkuanku. Aku menempatkan kontolku pada bibir kemaluan Vina yang tampak pasrah dengan perlakuanku, Lalu aku mendorong sehingga kepala kontolku masuk terjepit dalam liang kewanitaan Vina, sedangkan tangan kiriku memeluk pinggul Vina dan menariknya merapat pada badanku, sehingga secara perlahan-lahan tapi pasti kontolku menerobos masuk ke dalam kemaluan Vina. Tangan kananku memeluk punggung Vina dan menekannya rapat-rapat hingga kini badan Vina melekat pada badanku. Kepala Vina tertengadah ke atas, pasrah dengan matanya setengah terkatup menahan kenikmatan yang melandanya sehingga dengan bebasnya mulutku bisa melumat bibir Vina yang agak basah terbuka itu.Dengan sisa tenaganya Vina mulai memacu dan terus menggoyang pinggulnya, memutar-mutar ke kiri dan ke kanan serta melingkar, sehingga kontolku seakan mengaduk-aduk dalam memeknya sampai terasa di perutnya. Karena stamina yang sudah terkuras dengan dua klimaks yang didapatnya, goyangan Vina semakin melemah. Aku pindahkan kedua tanganku ke arah pinggangnya dan tanganku mulai membantu mengangkat dan mendorong pinggul Vina agar terus bergooyang. Aku lihat kontolku timbul tenggelam dibekap lubang memeknya yang hangat. Rintihan tak pernah berhenti keluar dari mulutnya. “shh…ah…sshhh…ahhh..” Goyangannya teratur, setelah sekian lama dengan posisi itu, vina mulai bangkit lagi libidonya, dengan tenaga sisa vina mulai membantu tangaku dengan menggerakkan pinggulnya lebih cepat lagi. Kedua tangannya kini merangkul kepalaku dan membenamkannya ke kedua gunug kembarnya yang besar dan halus. Aku tahu vina akan mengalami klimaksnya yang ketiga. Aku kulum dan lumat payudaranya, kepala vina menengadah merasakan nikmat yang tiada tara atas rangsangan pada dua titik tersensitifnya. Tak berselang kemuvinan, Vina merasaka sesuatu yang sebentar lagi akan kembali melandanya. Terus…, terus…, Vina tak peduli lagi dengan gerakannya yang agak brutal ataupun suaranya yang kadang-kadang memekik lirih menahan rasa yang luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu datang lagi, Vina tak peduli lagi, “Aaduuuh…, eeeehm..ahh…maasss…aahhh…”, Vina memekik lirih sambil menjambak rambutku memeluknya dengan kencang itu. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhnya mengejang, terhentak-hentak di atas pangkuanku.Kemudian kembaliku gendong dan meletakkan Vina di atas meja dengan pantat Vina terletak pada tepi dipan dan kasur, kedua kakinya terjulur ke lantai. Aku mengambil posisi vinantara kedua paha Vina yang kutarik mengangkang, dan dengan tangan kananku menuntun kontolku ke dalam lubang memek Vina yang telah siap di depannya. Aku mendorong kontolku masuk ke dalam dan menekan badannya. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuh Vina yang terkapar lemas dan pasrah terhadap apa yang akan aku lakukan.Badan gadis itu terlonjak-lonjak mengikuti tekanan dan tarikan kontolku. Vina benar-benar telah KO dan dibuat benar-benar tidak berdaya, hanya erangan-erangan halus yang keluar dari mulutnya disertai pandangan memelas sayu, kedua tangannya mencengkeram Sprei. Dan aku sekarang merasa sesuatu dorongan yang keras seakan-akan mendesak dari dalam kontolku yang menimbulkan perasaan geli pada ujung kontolku. Aku mengeram panjang dengan suara tertahan, “Agh…, terus”, dan pinggulku menekan habis pada pinggul gadis yang telah tidak berdaya itu, sehingga buah pelirku menempel ketat dan batang kontolku terbenam seluruhnya di dalam liang memek Vina. Dengan suatu lenguhan panjang, “Sssh…, ooooh!”, sambil membuat gerakan-gerakan memutar pantatnya, aku merasakan denyutan-denyutan kenikmatan yang diakibatkan oleh semprotan air maniku ke dalam memek Vina. Ada kurang lebih lima detik aku tertelungkup di atas badan gadis ayu tersebut, dengan seluruh tubuhku bergetar hebat dilanda kenikmatan orgasme yang dahsyat itu. Dan pada saat yang bersamaan Vina yang telah terkapar lemas tak berdaya itu merasakan suatu semprotan hangat dari pancaran cairan kental hangat ku yang menyiram ke seluruh rongga memeknya.

Setelah aku berbaring, menikmati sisa-sisa kenikmatan, tiba-tiba Vina berteriak..
“Aaaaaarrrggghhhh…. Tidak….. Mas Paijo…. Apa yang sudah kita lakukan???...”
“Waduh? Kok efeknya sudah gak berjalan ya? Sial… Vina dah sadar kayaknya..”
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd