Mulustrasi cerita, tokoh utama:
Titien Mokoginta, gadis Manado umur 21 thn
http://www***mbar123.com/wizard_89809.jsp?id=a65b8a416faHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzLzgyYzBjNjUyOTYyNjUyNy5qcGc%3D&hash=031ac01d2b11b6d51f6e968f3936a87e2ae4cfd7
Naya Tan, gadis Manado/keturunan Chinese umur 19 thn
http://www***mbar123.com/beras_53719.asp?id=30ed1a05d7aHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzLzMzNmIzMzUyOTYyNjUzOS5qcGc%3D&hash=3e51437fc7bdee6af58c3e6d456b9dd9fa9e1799
Edo Putra, cowok Manado umur 23 thn
http://www***mbar123.com/simsalabim_42d2bc642292b287f52021a674eaddabeffa07fd.html?id=e9e40e88ebaHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzLzI5ODE2MDUyOTYyNjU3MC5qcGc%3D&hash=3efdd77d9fc24ceb0c529415f3e7b62c57b83c90
Brian Solomon, cowok California berdarah British/Irlandia umur 24 thn
http://www***mbar123.com/opensesame_d2c79609f1a1f578e5b0f065769a1707f47f8d6d.jsp?id=8a9715f840aHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzL2RjNTcxMzUyOTYyNjU1MC5qcGc%3D&hash=faa182fc773fd2f98c19f421a9b0e2c297aee907
Brenda Marciano, gadis California berdarah Itali umur 23 thn
http://www***mbar123.com/painful_8374.html?id=bf3695b39daHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzL2IxZjI3ZjUyOTYyNjUzMy5qcGc%3D&hash=3408eb6dac613df58c57aeedc9edd6e48c32343b
Shaun Garcia, Cowok California berdarah Rumania, umur 25 thn
http://www***mbar123.com/beras_50b3e3f29e41295eabd47c5f5fa1959ad1188afb.asp?id=8d43cb6c30aHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzL2JiMWVjMDUyOTYyNjU2Mi5qcGc%3D&hash=e397f7b7a3dae7e3ed948a67ed1bd77eb57aaeaf
Episode 9 A forbidden taste
POV Naya
“Suara apa ini... pagi-pagi berisik amat!” terdengar suara saxophone dengan nada naik turun.
Kayaknya Brian lagi latihan.. ada nada-nada teratur pada awalnya ... sebuah lagu instrumen yang sangat indah. Tapi kemudian sampai di tengah berubah jadi kacau lagi... Brian seakan-akan masih mencari not yang pas!
Duh, anak itu kalo latihan bisa berjam-jam lagi, kayaknya dari tadi jam 5 pagi, tapi waktu itu violin dan gitar tidak terlalu ribut kayak trumpet … eh ini saxophone ato terompet, sih? Lupa lagi, kemarin sih Kak Titien sudah jelasin perbedaan dua alat musik itu, tapi bagiku sama aja. Sama-sama berisik!
Apa ia gak sadar yah ada cewek cute, cantik dan manis lagi terganggu dari tidur. Pengacau... masih pagi-pagi lagi, Eh sudah jam 7 lewat. Aku langsung bangun.
Kak Titien sudah tidak lagi di kamar, ia lagi bantu masak-masak dengan pembantuku di kos. Tumben... sudah rajin sekali yah, eh dia mah dari dulu memang rajin. Pasti ia lagi menyiapkan segala sesuatu untuk outing hari ini. Ia semangat sekali jadi tour guide… apa lagi ada si Romeo yang terus mendekati.
Sejak awal, semua langsung tahu kalo mereka berdua gak bisa dipisahkan. Dan, kayaknya Romeo romantis banget, gak sama bule ku yang serampangan, kadang lupa kalo aku sudah di sampingnya. Pasti si Dickhead lagi main X-box pake Kinect… dari tadi ada suara orang lompat-lompat.
Lucu juga yah, biasanya orang olah raga nonton video areobik … bukan sambil main game.
Eh… hari ini kita ke mana yah? Oh iya… kita akan ke kebun... yah benar! Ini ide kak Titien. Ke kebun sawah, telaga dan buah-buahan yang berada di desa Kolongan 20 km sebelah timur kota Manado. Hebat juga Kak Titien... saya saja belum pernah ke sana, eh ia sempat-sempat mengatur paket seperti ini. Dan saya yakin kayak kemarin, pasti pengalamannya seru sekali.
Kemarin salah satu ide dari Kak Titien adalah membuat keramik di desa Pulutan. Ide yang pertama tidak masuk akal bagiku, masak orang bule jauh-jauh datang mau buat keramik tanah liat. Ternyata pengalamannya seru sekali, Shaun dan Brian terus-menerus menceritakan pengalamannya membuat keramik. Edo juga ternyata tertarik. Nyesal aku tidur di mobil...
Eh iya, Shaun kemarin memberiku hadiah, ditaruh di dalam dos dan dibungkus rapi, katanya suatu kenang-kenangan berharga supaya aku ingat terus dirinya. Kayaknya surprise deh! Pasti hasil karya tangannya.
Tadi malam aku sudah mau buka, tapi dilarang. Katanya nanti cari waktu yang pas... apa dia tahu ultahku sudah dekat?... bangga juga lho membuka hadiahnya di depan kawan-kawanku pas ultah. Pasti mereka cemburu melihat hadiah keren dari bule ganteng... dan pasti aku akan berbunga-bunga melihat isinya. Apa artinya ia cinta padaku? Aku jadi tambah penasaran.
Waktu aku cerita keinginanku, eh Kak Titien hanya tertawa terpingkal-pingkal. Hadeh!!! Pasti ada sesuatu yang ia sembunyikan.
‘Dickhead... aku masih ingat ciuman kita di Bukit kasih.’ Bisikku. Apa lagi kamu sudah ku ijinkan kemarin mengrepe-grepe dadaku. Dan aku tauh kau menyukaiku sejak awal, walau aku tidak yakin itu cinta atau nafsu belaka. Tapi kamu harus ingat baik-baik, aku ini tetap gadis perawan dan sampai kamu pulang tetap akan masih perawan! Kamu itu Cuma cinlok aja, OK!?!
Aku masih ingat janjiku kepada Kak Nando dan Kak Titien untuk memberikan perawanku kepada orang yang benar-benar aku cintai… kamu itu hanya sebatas suka, tapi… that’s it. Well,‘I like everything about you’ termasuk kontolmu yang brondong...., sampai ke bawa mimpi loh tadi malam. Ihhhhhh! Naya.... jangan mesum dulu dong pagi-pagi.
“Selamat pagi, Romeo” Brian hanya mengangguk dan melanjutkan musiknya.
Edo dan Shaun kayaknya masih tidur.
Titien sedang menyiapkan kue agaknya. Mirip biji-biji kecil, di taruh di toples. Aneh juga yah... kok kecil-kecil, terus agak lembek dan tidak garing. Saya coba merasa beberapa hasil tangannya...
“Humph!!! Ahhhh....” Aku lari ke wastafel membuang kue yang ku makan. Aku segera berkumur dan membersihkan mulut.
“Kak Titien... biasanya kakak jago masak. Tapi kali ini sangat mengecewakan deh...” ujarku mengagetkannya dari belakang.
“Hadeh! Kamu makan itu?” Tanyanya...
“Emangnya itu kue apa, kak?”
“Itu bukan kue, Naya. Itu umpan ikan yang rencana kita gunakan waktu mancing sebentar!”
Yah ternyata aku terjebak lagi.
Umpan itu dibuat dari campuran gluten sama makanan anjing dan ditaruh daging ikan mentah. Direbus aja seperti itu. Jadi jijik aku...
“Ini salah Kak Titien... masak umpan taruh di toples... dikira kue”
“Eh... kamu aja yang langsung makan gak pake tanya-tanya! Eh kamu taruh di mana umpannya?”
“Tadi di meja!” Tapi ternyata meja sudah kosong... umpannya sudah hilang.
“Awh! Titien kue apa ini?” terdengar suara Edo di ruang tamu.
Begitu kami melihat keruang makan, tampak Edo, Shaun dan Brenda sementara mengumpat-umpat karena makan kue yang rasa aneh.... Saya dan Titien langsung tertawa. Jadi gak tega mo jelasin ke mereka apa itu. Nanti aja mereka lihat di kolam pancing.
POV Edo
Hebat juga si Titien bisa merancang paket wisata seperti ini. Kami masih di kebun buah-buahan. Ada mangga, manggis dan rambutan. Minumnya kelapa muda langsung dari batoknya.
Ketiga tamu kami sangat menikmatinya... mereka asyik panjat-panjat di atas pohon. Bagi mereka ini adalah pengalaman pertama makan buah duku dan rambutan, apa lagi langsung di atas pohon... Brenda pake hotpants. Brian dan Shaun malah sudah melepas celananya dan hanya pake boxer aja naik pohon, pakaiannya segera dibawa Titien ke mobil, sekalian pergi mencari duren dengan pemilik kebun.
Apalagi tadi kami melewati persawahan penduduk. Jalan di litir sawah menikmati alam yang indah... Dari tadi Brian dan Shaun terus memuji keindahan alam di tempat ini. Katanya lebih indah dari yang dibayangkan. Waktu tiba di dangau, Brenda sempat minta difoto-foto, kali ini menggunakan kamera profesional milik Shaun.
Dan Titien serta Naya terus aja ceria menemani cowok-cowok bule tersebut. Titien menceritakan soal bagaimana menanam padi dan merawatnya sampe panen. Ia tahu banyak mengenai pertanian. Ia juga bercerita tentang irigasi dan pengaturan air. Wah! Memang dari dulu ia terkenal pinter.
Eh... Naya kayaknya sudah berubah deh! Kini ia makin mesum... tidak lagi seperti sebelumnya gadis mungil yang imut dan polos. Masak kemarin aku lihat sendiri tangannya masuk ke celana Shaun untuk memegang kontolnya... Wah... gile juga tu anak. Berani sekarang yah!
Kemarin mataku sempat silau melihat Shaun mengrepe-grepe tokednya... eh si Naya malah hanya tertawa dan terus menyerang kontol Shaun... sampe dia terlepas. Kepalaku jadi nyut-nyut melihatnya.
Naya itu salah satu incaranku... mungkin gadis tercantik ke dua setelah Titien. Eh gak... sama-sama nomor satu. Dua-duanya sangat cantik dan memiliki kecantikan yang berbeda. Titien mengarah ke cantik yang anggun, sedangkan Naya cantik menggoda.
Beruntung amat dua bule itu bisa dekat-dekat dengan gadis idola Manado. Eh saya juga beruntung kok... Brenda itu sangat cantik.... sexy dan hot! Eh ia juga rada genit, tapi sekali-sekali muncul tomboynya. Mau dapat dimana cewek kayak gitu... hayoo? Lihat gayanya diatas pohon... benar-benar natural. Persis kayak kemarin waktu menggodaku.
Setelah kemarin dibuat penasaran di Bukit Doa, Brenda langsung menarikku di mobil dan menuntut. Terpaksa aku harus mengeluarkan ilmu yang ku dapat dari bokep dan ajaran teman, jariku harus kerja keras membelah memeknya yang legit... gayanya yang seksi membuat saya mengerjainya habis-habisan dengan jurus-jurus terdasyhatku. Untung saja jariku mengenai titik yang tepat.
Desahannya top sekali... apa lagi waktu memandangku dengan nafsu sementara memeknya diobok-obok. Wajahnya sangat cantik dengan ekspresi yang sangat menggoda. Tapi akhirnya jariku menang juga. Ia sampe dua kali orgasme dan minta-minta ampun...
Setelah itu giliranku... ia membuka celanaku dan menyuruhkan tidur terlentang. Tak puas-puasnya tangannya bekerja dan mengocok kontolku. Tangannya juga sangat ahli... membuatku berkali-kali hampir orgasme. Pas sudah mau keluar ia akan meremas pangkal helmku, membuat gairah jadi down lagi. Ia sungguh pinter membuat cowok kentang terus... kayaknya mo balas dendam perbuatanku di Bukit Kasih.
Dan akhirnya ia mulai mengemutku... tekniknya hebat, kontolku sampe menyentuh kerongkongannya di bagian dalam... huh! Luar biasa enaknya... sayang.. pas enak-enaknya hampir keluar, tiba-tiba muncul dua anak begal itu membuka pintu. Eh pake teriak-teriak kaget segala.
Bubar deh kenangan oral pertamaku, memang aku sempat petting beberapa kali, bukan cuma dengan ex-ku. Malah sampe buat cewek-cewek puas, tapi baru sekarang aku di oral. Dan kini aku belajar hal yang baru, ternyata kentang itu sangat menyakitkan.... mudah-mudahan malam ini ada lanjutannya.
Titien sudah datang dengan pemilik kebun. Mereka membawa durian besar-besar 10 buah... wah pesta ini. Orang bule kan gak tauh makan durian! Pasti aku yang dapat banyak. Brenda dan Brian kelihatan mereka bingung buah apa itu...
“Ini duren kan?” Tanya Shaun.
“Yah... ini buah paling enak sedunia. Dan kita belum akan jalan kalau kalian belum mencobanya.”
“Ih bau! I dont like it!” Brenda tidak mau dekat-dekat.
Shaun dan Brian terus memperhatikan pemilik kebun membelah buah duren sesuai ruasnya, dan menyajikannya di atas meja bambu. Setelah enam buah yang dibuka, Titien menyuruh Brian mulai...Ia memberikan kepada Brian, yang memegang buah itu dan memperhatikannya. Brian mulai menggigit kecil ujungnya...
“Gimana... enak toh” tanya Titien.
“Rasanya seperti ... seperti menggigit puting mu sayang!” bisik Brian kepada Titien mesra.
“Hush.... makan dulu. Belum makan sudah mesum” Titien langsung memerah.
“Jadi kalo sudah habis makan boleh kan” Brian terus bertanya.
“Ihhhhh! Maunya….” kepalanya dijitak Titien.
Brian memakan durian itu dengan lahap, malah mau tambah. Tapi dengan satu syarat, disuap lagi seperti tadi. Titien sih oke-oke aja. Brian ternyata nakal juga, habis makan duriannya justru jari Titien yang dijilat. Titien kayaknya gak bisa mengelak, tangannya ditahan Brian yang sementara mengisap telujuknya. Eh sambal tertawa ia justru mencowel muka Brian dengan tangan yang masih cemot dengan durian. Brian membalas ….
Huh! Bikin cemburu aja. Dua sejoli itu terus aja bercanda. Mereka sangat cocok bersama, tapi kadang lupa teman. Pikirnya dunia hanya milik berdua. Eh... tapi ada saingannya... ternyata Naya juga sudah dekat-dekat dengan Shaun. Mereka berdua juga selalu bersama, walau banyakan berantemnya.
“Ayo Shaun... jangan bilang kamu takut” kata Naya mulai memanas-manasin
“Kalo aku makan emangnya kamu kasih apa?” Tantang Shaun.
“Emangnya kamu mau apa?” Naya tak mau kalah.
“Kalo aku makan 3 buah, kamu harus rela aku bugilin...” Bisik Shaun!
“Ih.... maunya! Ini tiga yah” Naya terus tertawa tapi ia memilih 3 durian yang paling besar. Gayanya memang begitu, centil dan suka main api dan segala sesuatu pake taruhan. Sekarang sampe menyerempet di hal-hal berbau mesum. Tambah genit yah!
“Ok! Deal is deal!” Shaun mulai makan durian dengan lahapnya. Ternyata sudah lama ia suka durian. Baru aku tauh kalo ada bule suka durian. Naya jadi kaget ketakutan melihatnya. Dengan cepat Shaun menghabiskan 2 buah, tinggal 1 lagi. Pasti sebentar lagi Naya akan teriak panggil Titien.
“Eh... dealnya gak jadi yah!”
“Enak aja, aku sudah capek-capek makan!” Shaun membuat gerakan seperti menyelanjangi.
“Gak mau... eh, Kak Titien, tolong dong!”. Naya lari lagi ke tempatnya Titien yang masih tertawa-tawa melihat canda mereka. Muka Titien sudah berlepotan dengan durian, pasti ulah Brian.
Aku mengambil satu potong dan kasih sama Brenda. Ia hanya menutup mata dan mulut tidak mau sama sekali. Walau ku paksa ia tetap menutup mulutnya kuat-kuat. Tubuhnya langsung ku peluk dari belakang... sedang buah durian berputar-putar depan wajahnya.
"Ayo dong makan, sayang!" Brenda masih menutup mata... tapi aku ada ide... secara tiba-tiba tangan kiriku meremas toketnya...
“Ahhhh... hap” Brenda teriak... tapi aku sudah siap. Ketika mulutnya terbuka karena berteriak, potongan durian langsung masuk. Brenda terbelalak tidak percaya sudah ada durian di mulutnya. Ia kaget tapi tak berani teriak…
Mulutnya terus diam dan coba menikmati buah itu. Tangannya di taruh di kepala… dengan ekspresi muka yang lucu. Ah... Brian dan Shaun melihat kami, tapi hanya tertawa-tawa. Eh… ia lupa tanganku yang satunya masih terus berada di dada kirinya.
“Ternyata enak sekali... tapi kok baunya gitu yah!” Brenda akhirnya menyukainya.
“Edo.... Makasih yah sudah mengajariku makan Duren” Brenda tersenyum
“Anytime honey.... tenang saja, aku juga suka membelai toket mu kok!” Brenda ngamuk... ia baru sadar sempat ku cabuli. Tanganku langsung dicubit kuat-kuat.
Ketiga tamu bule itu sekarang jadi doyan durian... pastilah mereka suka. Ini durian paling enak... Titien yang memberitahu kami tipe-tipe durian lokal dan impor dan rasanya yang berbeda-beda.
“Titien... bilang dong sama pak petani, aku mau diajari lagi hal baru” kata Brian...
“Apa tuh...!” kata Titien...
“Aku mau belajar belah duren!” kata Brian dengan innocent-nya. Titien jadi merah...
Naya dan aku langsung tertawa kuat-kuat ... Brian masih terbegong dengan muka melongo, ia tidak mengerti artinya.
“Romeo, kalo yang itu nanti Titien yang ajar... tapi sebentar malam di kamar, jangan di sini!” ujarku sambil tertawa. Brian masih bingung.
POV Shaun
“Astaga, jadi itu umpannya?”
Ekspresiku seperti seorang yang melihat hantu. Titien sementara menaruh umpan di pancingan tradisional. Edo dan Brenda datang mendekat untuk mencari tahu yang mana umpannya.
“Ahhhh!” Brenda berteriak berbarengan Edo.
“Ini pasti perbuatan dua anak jahil itu!” Kata Edo.
Brian mendekat dan bertanya-tanya apa masalahnya. Naya langsung cerita mengenai umpan yang dibuat Titin tadi pagi di dapur, dikira ‘kue’ sehingga sempat dimakan bertiga tadi. Naya pun menceritakan adonan istimewa kue itu, yang langsung disambut dengan rasa jijik. Eh... sampe Naya sendiri kelihatan menahan rasa jijik.
“Lho, kok kamu juga jijik, kan kamu dan Titin yang buat?” tanyaku kepada Naya.
“Sebenarnya yang pertama mencicipinya justru si Naya...” Jawab Titien sambil tertawa.
“Siapa suruh gak tanya-tanya sudah langsung makan.”
“Kalo begitu, kamu juga harus makan kue ini... supaya sama!” Aku menuntut. Titien langsung mengelak, bersembunyi di belakang Brian. Mereka tampaknya kompak saling melindungi.
“Sudah-sudah... ayo mulai memancing!’ Brian kembali memutuskan. Ia cocok jadi pemimpin, selalu memberikan arahan. Semua merasa segan padanya. Padahal ia juga suka bercanda.
Kami berenam berpencar mencari spot yang nyaman untuk memancing. Kolam ini memiliki beberapa spot pancing yang menjorok ke kolam. Disana ada tempat duduk dari bambu, bisa untuk 2-3 orang.
Kolam pancing tersebut berada di kampung yang sama. Disitu ada beberapa telaga besar, dan sebuah restoran ikan mujair. Nama restorannya, Pondok Pantera, masih sedikit dikunjungi. Padahal tempatnya indah sekali. Mungkin karena jalan masuknya berupa lorong yang sempit sehingga banyak yg tidak tahu. Eh, mungkin saja tempat ini nanti rame waktu sore ato malam.
Dari mana Titin tahu tempat ini? Mungkin dari pemilik kebun tadi. Kebetulan pemiliknya adalah saudara dekat dengan pemilik kebun buah tadi.
Kami berenam masing-masing memegang alat pancing tradisional dari bambu kering, namun terbukti sangat ampuh. Setiap lemparan, tidak tunggu lama, umpanya menjadi rebutan ikan-ikan. Ternyata umpan buatan Titien sangat efektif, terbukti banyak ikan yang langsung mendekat. Heran, dari mana ia tahu cara buat umpan.
Baru sekarang aku merasakan serunya memancing. Aku sih pernah tapi gak dapat-dapat ikan, jadi malas. Tapi ini jauh berbeda, hanya dalam waktu 30 menit ember yang dibawah sudah penuh dengan ikan besar-besar.
Rencananya ikan ini akan kita bakar untuk makan siang. Wah! Selama hidup belum pernah aku dapat pengalaman seperti ini. Titien itu sangat hebat merancang paket wisata, kami bukan hanya melihat alam, tapi berinteraksi langsung dengan kehidupan di sini.
Tangan cekatan Titien dan Naya terus mempersiapkan makanan, fish and chip: ikan bakar, kentang goreng dan dabu-dabu – saos pedas mentah khas manado. Ikan yang dibakar langsung kami sambar, makan menggunakan peralatan seadanya.
Bau ikan yang harum membuat lapar, padahal baru jam 12. Titien dan Naya ternyata cekatan makan pake tangan sedang kami dan Edo harus pake garpu.
Ikan mujair yang langsung di makan terasa enak dan gurih. Apalagi makan sambil duduk-duduk sejenak menikmati keindahan telaga yang besar dan luas ini. Airnya bening dan cukup dalam, ada tempat yang dua meter katanya. Pasti segar kalo mandi. Si pemilik sih sudah ijinkan kalo kami mau mandi, asal hanya di telaga ini.
Dari jauh kami lihat ada orang lain yang datang untuk mancing, tetapi di telaga satunya. Untung kami datang pagi-pagi, ternyata waktu siang tempat ini agak rame juga. Tampak di sana ada segerombolan anak sekolahan juga datang ke tempat itu. Mungkin juga akan mandi-mandi. Tetapi mereka kayaknya singgah dulu di kios sebelah untuk makan.Untunglah, privasi kami masih aman untuk 30 menit kedepan.
“Byurrr... Eh!” terdengar suara ada yang jatuh di air.
Ternyata si Brenda. Ia teriak-teriak minta tolong karena terpeleset jatuh. Anak itu sangat tidak cocok dibawa ke alam, cocoknya dibawah ke hotel, hehehe. Padahal tadi ia dengan lincah lewat jalan setapak di litir sawah. Jangan-jangan ia sengaja...
"Tolong dong!" Brenda berseru sambil mengangkat tangan kepayahan. Segera saya melihat ke arah Brian yang juga melirik sambil tersenyum penuh arti. Kami berdua tahu Brenda adalah perenang yang ulung, pasti ia hanya pura-pura. Dan benar, kelihatannya Edo semakin panik hendak menyelamatkan Brenda...
“Edo... tolong dong!” Edo kena jebakan, ia mendekat ke arah Brenda. Titien dan Naya kelihatannya sangat kuatir. Naya malah sudah suruh-suruh aku cepat menolong. Tapi Edo sudah menjulurkan tangannya untuk menarik Brenda keluar.
Sementara Edo mencari posisi pijakan yang kuat, Brenda kelihatan memicingkan matanya ke arah saya dan Brian. Kami berdua masih tersenyum.
“Ehhhh!! Byurr....” Edo sempat berteriak sebelum ditarik Brenda jatuh ke air. Brian dan saya langsung tertawa-tawa... Naya dan Titien juga tertawa, tak mengira kalau Brenda hanya mempermainkan Edo.
“Tolong!!!” seruan Edo.
“Eh! Edo tidak tahu berenang! Brian tolong dong!” Titien bermohon kepada Brian.
“Eh kamu juga, lompat dong tolong Edo!” Naya mulai mendorongku.
“Cepat!!!” Teriakan Titien diiringi dengan lompatan Brian ke air. Melihat Naya sudah gugup saya jadi gak tega dan ikutan lompat.
“Hihihihihi” Terdengar tawa dari Titien dan Naya... Eh juga Edo dan Brenda. Ternyata bangsat itu juga tauh berenang. Yah, basah deh. Titien dan Naya langsung mengejek kebodohan kami.
“Romeo, ayo kita tangkap dua anak jahil itu, mereka harus diberi pelajaran!”
Brian dan aku cepat-cepat cari tempat untuk naik, siap menangkap Naya dan Titien.
“Awas kalau ketangkap! I’m going to strip your clothes off...” Titien dan Naya mulai lari menjauh sambil tertawa-tawa.
Brian mengejar Titien yang lari ke sebelah kanan, sementara Naya yang lari ke sebelah kiri adalah bagianku.
“Eits tidak bisa lari kau...”
Titien terpojok, didepannya ada saluran air, Ia takut melompat. Terpaksa ia menyerah dan membiarkan tangannya ditarik oleh Brian. Tak lama kemudian keduanya sudah di air, masih berpegangan tangan.
Naya masih lolos... cepat sekali si mungil itu lari... namun tiba-tiba...
“Ahhhh... Byurrrr!” Naya berhenti tiba-tiba, berbalik arah dan lompat ke dalam telaga. Aku langsung lompat turun dan mendekatinya di telaga, takut kenapa-kenapa.
“Ada apa Nay!” ia keliatan masih kaget. Aku langsung memegang tangannya dan membelai pundaknya. Naya memelukku hangat.
“Yah, basah deh! Tadi ada kodok besar... aku takut!”
“Hahahaha.... rasain! Mending dari tadi langsung nyerah aja, gak pake cape kejar-kejaran.” Kataku sambil nyengir. Kini aku memeluknya dari belakang.
Dari jauh kulirik Brian dan Titien lagi ciuman. Pasti si Romeo mengambil hadiahnya hasil kejar-kejaran tadi. Eh... ternyata Naya juga melihatnya. Wah.. kesempatan ini
POV Titien
"Auhhh, ihh mesum." Aku menghidar dari pelukan Brian yang mencoba menangkapku. Hush, sudah di kolam masih bercanda.
Namun kemudian ia segera memelukku, pasti sudah kangen dari tadi baru kesampaian. Aku biarkan aja, apalagi tangannya tersembunyi di air yang dalamnya sampe ke dada.
Brian membelai-belai punggungku, tapi ku tahu sebenarnya sasarannya di dadaku. Tanganku melindungi dua toketku dari jarinya yang nakal. Ia kembali mencium pipi dan leherku, pasti ada maunya. Aku pura-pura aja cuek. Tak lama kemudian bibirku berhasil dikecup dengan ciuman yang panas.
Tangannya turun kebawah, mungkin membetulkan boxernya... kelihatan sempat menarik-narik sesuatu. Kemudian kini menggenggam tangan kananku, memaksanya turun ke bawah. Aku bertahan... bahaya ini, karena tangan satu tidak cukup untuk melindungi toket dari jarinya yang lihai.
Walaupun kita masih bercanda tertawa di sela-sela ciuman,
tangan kanan kami masih saling tarik menarik. Ia menarik
ke bawah dan aku bertahan terus diatas. Tak lama kemudian Brian tampak kegelian. Ciumannya terlepas.
"Tien, gapain main-main di pahaku? Auw, jangan cubit dong, sakit!" Ia mengerang, gak tauh antara sakit dan geli. "Auw... jangan di helm dong sayang,"
Aku jadi penasaran apa uang terjadi. Ih.. ada gerakan beberapa ekor ikan di dekat selangkangannya. Tangan kiriku langsung menggenggam tangan kirinya.
"Heh... kalo tanganmu disini, siapa yang mainkan kontolku?" Tanya Brian binging. Astaga! Tak lama kemudian ia berteriak kesakitan. "Auuhhh, ampun!" Brian memegang kontolnya sambil teriak kesakitan.
"Kenapa, kenapa?" Aku meraba-raba di daerah selangkangannya tapi kaget celananya sudah terbuka dan kontolnya yang sudah di luar. Secara sekilas rabaan ternyata kontolnya lagi mengecil loyo. Tanganku pun merasakan sentuhan ikan-ikan disekelilingnya. Ah pasti kontolnya lagi menjadi santapan ikan. Jangan-jangan digigit belut ato disengat ikan lele.
"Duh kacian, hilang begalnya deh, hihihi....!" Kontolnya sempat kuurut dan kucubit.
"Auw, sakit dong Tien! Bukannya membantu malah ... terus kalo kontolku jadi apa-apa yang rugikan kamu?" Brian jadi bingung, gak tau harus meringis atau tertawa.
"Siapa suruh pikirannya mesum melulu..."
"Eh, siapa yang mesum. Kontolku lagi digigit ikan dibilang mesum!" Brian membela diri.
"Terus, kenapa boxermu sudah terbuka?' Tanyaku menyelidik.
"Eh... gini, tadi ku buka karna siapa tahu kamu mau pegang-pegang" Nah kan benar tebakanku, ia mau mencabuliku.
"Ih... mesum" aku kembali mencubitnya. Kali ini di pinggang. Takut jangan nanti impoten, gimana? Hihihi.
------
POV Shaun
Melihat Brian dan Titien berciuman, aku juga memanfaatkan waktu. Tiap kali waktu Titien dicium, pasti Naya mau juga.
Sambil berpelukkan tanganku menyusup dibalik tanktopnya dan membelai perutnya yang seksi. Permukaan air yang sampai di lehernya menyembunyikan tanganku. Naya diam saja tapi ia melindungi toketnya dengan tangan kiri dari luar baju.
"Naya, kamu sangat cantik, sayang!" Tanganku menarik dagunya membuat ia mengadah keatas, dan kembali suatu ciuman mesra memanaskan gairah kami berdua. Naya menyambut manuver lidahku, dan membalas dengan gerakan yang sama. Gadis ini cepat sekali belajar... kontolku mulai tegang menempel di atas bokongnya.
Sementara belaian tanganku mulai naik, menuju ke dua bukit yang kenyal. Naya melonggarkan pertahanan tangannya, memberikan akses bagiku untuk membelai. Ketika tanganku membekap bulatan yang padat dan kenyal, serta meremasnya dengan lembut, terdengar keluhan Naya.
Tangan ku yang satu mencari mangsa lain, yaitu gundukan kecil di selangkangannya. Celana karetnya menyisakan celah sempit bagi jariku yang mulai menjangkau semak belukar yang dipangkas pendek. Walau penuh perjuangan, tanganku mulai menjangkau... aku semakin terangsang. Ini akses paling jauh yang pernah Naya kasih. Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.
Sementara itu ku rasa tangan Naya sudah mencubit perut di bagian atas celanaku. Sempat kuatur kontolku supaya jangan terjepit dalam boxer kecilku, disaat berdempetan dengan tubuh belakangnya. Tanganku kembali ke toketnya, tapi segera dipengang oleh tangannya.
"Hey, lihat ada bule ciuman," ada suara orang dari belakang. Anak-anak sekolah itu sudah mulai berdatangan. Naya segera tersadar dan mengibaskan tanganku. Ia menjauhiku, mungkin malu.
"Ih, Shaun mesum!"
"Sayang, nanti lanjut lagi, yah" kataku lembut.
"Ih... ngarap!" Naya hanya tersenyum. Kami berdua berenang ke arah teman-teman. Titien dan Brian juga sudah di sana. Gadis itu malah sudah senyum-senyum melihat Naya.
"Ehm ... cie cie, yang lagi asik pacaran," Ejek Titien.
"Ih gak lah ... kita tadi lagi cari jeruk bali yang jatuh di telaga!"
Naya menjawab asal-asal.
"Gak percaya kalo cari jeruk! Cocoknya lagi nyodok-nyodok mangga!" Ejek Titien lebih menjurus lagi. Pasti ia tahu tanganku mempetreli toket Naya yang kecil namun padat itu dalam air.
"Bukan mangga, Tien. Kok aku lihat tadi lebih mirip nyolok jambu kayaknya!" Brian melirikku dan meledek.
"Eh, enak aja... mentang-mentang gue kecil gini!" Naya protes.
"Sudah... sudah, gak kecil kok! Justru buahnya Naya padat dan membulat, ukurannya pas digenggam dan putingnya menantang lho." Kataku membela Naya... siapa bilang payudara mungil itu tidak indah!
"Apa? Astaga... Jadi tadi sudah sempat...., Ih! Hahahaha" Titien terbelalak memandang Naya... tak dapat meneruskan kata-katanya kemudian tertawa... Semua yang lain juga tertawa.
"Ihhhh, Dickhead, kok ngomong jorok gitu.... ih sebel!" Tangan Naya langsung memukul-mukul pangkal lenganku. Ia kelihatan malu sekali.
Sementara aku hanya bingung menahan sakit serangan Naya. "Apa salahku?"
- [ ]