Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis

sundul dlu yah hu, udah tenggelam jauh nih.. cerita bagus wajib di nanti :pandapeace:
 
Episode 3 – Menghindari Jebakan

“POV Deyara”

“Deya….. yuk ke rumah, ada surprise buat kamu!” Dinah menarik tanganku sehabis rapat panitia Ospek. Aku gak sangka ia sudah dekat.

Kali ini aku menolak. Dinah pasti bingung, tidak seperti biasanya. Ia memandangku bertanya-tanya. Perasaanku jadi gak enak. Apa benar ia seperti yang Rivo katakan?

“Ayo dong Deya, aku punya film baru… pasti kamu suka, creampie asia lawan cowok bule!” Dinah kembali merayuku…

“Itulah Din, aku gak berminat lagi sama film gituan, bikin stress aja! Aku gak mau lagi.” Aku menolak dengan lembut.

“Apaan sih! Kayak gak kenal aja… aku tauh kamu stress karena gak ada pelampiasan. Soal petting dengan Rivo kan? Udah, gak usah dipikirin playboy cap kapak itu!” Dinah kali ini menarik tanganku sehingga aku ikut dibelakangnya. Ia tersenyum saja sambil terus menarik tanganku menuju ke apartemennya yang hanya 100 meter dari gerbang kampus. Ia tahu sekali aku lagi bimbang, dan tarikannya kuat seperti menuntut aku harus ikut.

Semakin dekat ke apartemen Dinah, hatiku semakin berdebar dan tegang. Apa maksudnya ia memaksaku datang, jangan-jangan ada jebakan. Aku mulai mengingat kata-kata Rivo yang memperingatkan aku… dan kini aku gak mau terjebak lagi. Jangan pernah menerima minuman atau permen apapun, yang mungkin sudah dicercoki obat perangsang.

Dinah mungkin saja melihat keragu-raguanku dan mulai bercerita mencairkan suasana. Ia menceritakan soal keluarganya dan bagaimana orang tuanya yang menginginkan ia pindah kuliah di perguruan tinggi yang ngetop di Jawa. Tapi ia terlalu cinta dengan Manado, dan gak mau keluar. Dinah menceritakan masa-masa SMA dimana ia punya banyak teman, dan mereka suka menjelajah keindahan tempat-tempat wisata di seputaran Sulawesi Utara dan Gorontalo. Gadis itu pinter ngomong… gak heran ia kepake terus di senat mahasiswa.

“Eh, nanti minggu depan kamu ikut yah! Kita akan nginap di vila-nya Susan di pantai Pulisan!” Dinah mengundangku.

“Acara apaan sih?”

“Gini, kita-kita tim kreatif akan meeting kecil-kecilan dengan sie acara, sambil refreshing. Kamu mau kan ke pantai…” Dinah coba jelaskan.

“Siapa-siapa yang akan pergi?” Aku masih curiga.

“Kita-kita aja, banyakan cewek semua kok! Susan, Aku, Kesha dan Sari! Cowoknya malah hanya dua, Kak Beni dan Kak Marlon” Dinah menjelaskan, kelihatannya aman soalnya cowoknya justru yang alim-alim, tapi aku masih curiga.

“Sari yang anak Sastra kan?” aku kaget juga. Aku kenalan dengan cewek itu di rapat panitia, dan tahu banget kalo ia gadis baik-baik. Kelihatan sih dari pakaiannya yang tertutup dan penampilannya yang polos belum tercemar make-up tebal.

“Iya… juga ada beberapa teman cewek ingin ikutan, tapi yang kasih kepastian baru kita berempat. Aku sih baru lihat tempatnya dari foto-foto Susan… ternyata vila-nya mewah, ada 6 kamar besar-besar, juga beberapa kolam renang dan deck di pinggir pantai.” Dinah jago sekali menawarkan, aku sampai tertarik. Tapi hati kecilku tetap berbisik untuk berjaga-jaga.

“Aku pikir-pikir dulu, deh!” Aku menolak dengan halus.

“Deya… kamu harus hadir. Justru usul kamu soal acara pembukaan akan dibahas dengan sie acara di sana. Terus nanti aku ngomong sama ortu-mu, dan ada surat dari panitia kok!” Dinah gak mau dengar jawaban tidak. Apa karena ada udang di balik batu, yah?

Tak terasa kita sudah tiba di depan apartemen Dinah, kelihatannya sepi.

“Eh, motor siapa itu?” Aku jadi curiga kalau-kalau ada orang lain, ketika menunjuk ke Honda CBR yang tampak modis terparkir di depan garasi.

“Oh, itu motor temanku, si Kevin. Eh, kamu pasti kenal Kevin kan, orangnya cakep, lho! Pasti kamu suka…” Dinah makin promosi…

“Kevin?” Aku terdiam… Siapa gak kenal si playboy itu.

Kembali kata-kata dari Rivo mengiang di kepalaku… ‘Mungkin si Kevin, ia yang paling menggebu-gebu minta kamu’

“Deya, kenapa? Yuk masuk!” Dinah menarikku, tapi kali ini aku tidak bergerak, dan justru mengibaskan tangannya.

“Maaf Din, aku lupa sesuatu!” Aku cepat-cepat balik badan. “Aku pergi dulu, lupa ditungguin sudara di rumah!”

Dinah tidak sempat lagi menahanku, dan ia hanya melihat tubuhku yang berjalan cepat menjauh setengah berlari. Uh, hampir saja.

----

Tak terasa aku kini sudah berada di atas tempat tidurku sementara berpikir. Agaknya kata-kata Rivo banyak benarnya…

‘Deya, berikut harus lebih hati-hati. Yang tadi itu berbahaya sekali, bisa-bisa kamu dicercoki obat perangsang sambil menonton bokep… terus Kevin langsung muncul… ihhhhhh’ Aku mulai berpikir jauh.

Mulai kali ini aku harus menghindari Dinah…. Sayang sekali aku gak bisa mundur lagi dari kedudukanku sebagai anggota Sie Tim Kreatif di Panitia Ospek. Minggu depan tinggal rapat terakhir, persis sebelum liburan… apalagi tinggal 2 matakuliah yang akan ujian akhir.

‘Astaga, terus aku ngomong apa sama Dinah soal ajakannya ke vila Susan? Kayaknya itu jebakan, dan aku harus cari alasan. Aku harus gimana?’

Hampir 30 menit aku cari-cari ide tapi gak dapat. Kayaknya aku harus minta saran… eh, tapi jangan Nia, deh! Orangnya polos banget, gak tahu soal ini. Aku harus kontak siapa yah?

Sementara tanganku bermain-main dengan hape, tiba-tiba aku kaget ada sebuah video baru ada di hape-ku. Aku baru sadar… siapa yang kasih, yah? Pasti Dinah… ia tadi pinjam hapeku. Kayaknya video berdurasi singkat, mungkin 15 menit doing. Tanganku gemetar memegang hape sementara menonton video yang diputar…

‘Ih… kok film gituan? Dasar Dinah’ Aku menarik nafas, mujur suaranya sudah dikecilkan sebelumnya. Kalo tidak pasti malu…

Aku masih terus menonton, tak kuasa mematikan video… cowoknya bule, ganteng dan tentu saja besar pusakanya…

‘Astaga! Apa maksudnya ia kasih film porno ke hapeku?’

-----

Sore itu aku duduk-duduk di food court, di Manado Town Square-3. Matahari barusan terbenam dengan sempurna di laut Sulawesi. Indah sekali… penuh warna… paling tidak bisa menghangatkan suasana hatiku yang lagi stress…

Setelah menunggu 30 menit akhirnya cowok itu muncul juga… kelihatan dari jauh waktu masuk kawasan foodcourt. Ih, gak ngerti kalo lagi ditunggu princess Deyara… Aku sudah dari tadi lihat-lihat jam… minuman aja sudah habis di meja. Awas kamu, kalo sampe aku langsung marahin…

Tak mampu berpaling, mataku segera menemukan sosoknya yang tegap, tinggi, dan tambah ganteng… ‘Pasti semua cewek akan bangga jalan sama kamu… eh, semua, kecuali aku… hihihi…’ Ia berjalan dengan langkah mantap menuju kepadaku…

Hampir semua mata memandang cowok keren itu… ih, geer juga sih. Aku mengangkat tangan tanpa sadar menyatakan aku duduk disini. Ia melihatku dari jauh dengan mata elangnya…

“Halo sayang, sudah lama nunggu-nya?” Rivo memamerkan senyumnya yang banyak membuat cewek-cewek terkesima. ‘Huh… koq kamu tambah harum aja?’

“Eh, gak kok!” Hilang semua rencanaku untuk marah-marah. Cowok ini makin lama makin menawan aja…

‘Hush Deya… ingat, dia itu playboy! Dia sendiri yang ngaku.’ Aku harus terus memperingatkan diriku.

“Gimana sayang, kamu baik-baik aja, kah? Tumben minta ketemuan…. Pasti kangen aku, kan?’ Rivo makin geer... apa aku kelihatan terpesona yah?

“Hush, Rivo… stop panggil-panggil sayang. Aku bukan lagi pacar mu!” Aku kembali mengingatkannya… atau mungkin lebih tepat lagi mengingatkan diriku lagi.

“Kamu mau kita pacaran lagi? Aku masih menyayangimu, kok. Tahu gak, hampir tiap malam aku mimpiin kamu…” Rivo kembali merayu.

“Apaan sih… hush, kamu itu gak bisa kalo gak gombal” Aku nyengir aja… pede juga sih sama cowok blasteran ini yang terus mengejarku.

“Ini bukan gombal, Deya… aku selalu membayangkan kamu, kok… tiap malam sebelum tidur… sambil coli… hehehe!” Rivo hanya nyengir…

“Ih…. Mesum!” Kembali tanganku menutup telingaku, gak mau dengar… Kembali terbayang waktu kita petting malam minggu di mobil, bagaimana Rivo terpesona memandang tubuhku. Cowok itu masih menatapku tajam, dan aku tahu pipiku pasti sudah merah merona “Rivo… sudah, kalo kamu gitu terus, aku pulang aja.”

“Hehehe… sorry sayang! kamu sih, tambah seksi aja!” Rivo masih nyengir.

“Stop bercanda… aku mau ngomong serius. Kalo gini terus aku gak jadi ngomong, deh!” Aku menatapnya. Rivo kali ini diam, senyumnya perlahan memudar, tapi daya tariknya tetap kuat.

Aku menceritakan soal undangan Dinah ke villa milik Susan di pantai Pulisan. Walaupun menurut Dinah ada beberapa cewek yang hadir, aku yakin ini pasti jebakan. Apa Sari juga sama dengan aku? Gadis itu pasti terjebak sehingga ia mau aja diajak. Dinah… gitu lho.

Rivo masih berpikir, mukanya sampe mengerut… dan ia kelihatan serius. Aku tahu otak cemerlangnya akan memberikan jalan keluar. Tak lama kemudian ia tersenyum…

“Pikir apaan sih? Koq lama banget?” Aku gak sabar.

“Aku dari tadi gak bisa pilih mana yang lebih menarik, toket-mu atau memek-mu! Sama-sama indah!” Rivo menatapku… pasti wajahku sudah merah kayak udang rebus.

“Ihhh… mesum! Kamu tuh…” Kali ini aku gak tahan, dan langsung berdiri dan memutari meja ke arah cowok itu serta mencubitnya.

Rivo memegang tanganku sambil meringis menahan sakit… ia menariku sehingga duduk disampingnya. Ia masih menatapku dalam-dalam. Aku gak sadar tanganku sudah digenggam dari tadi.

“Eh, maaf… kelepasan ngomong. Gini, menurutku kamu ikut aja ke villa… tapi share locationmu… nanti aku akan membayangimu di sana.” Rivo mengemukakan rencananya… yang termasuk ia dan seorang teman premannya yang akan terus menjagaku. Tiap kali ada apa-apa, ia akan langsung datang menggebrek… ia juga akan datang kerumahku mengajarkanku jenis-jenis obat perangsang, dan bagaimana cara menanggulanginya. Ia juga punya stok obat untuk membuyarkan efek obat perangsang… dan macam-macam obat lainnya. Ia janji akan terus melindungiku…

“Dasar, playboy! Pasti sudah banyak wanita yang jadi korban mu kan?” Aku kembali menyudutkannya mengingat perbuatannya padaku.

“Deya… aku kasih tahu semua rahasiaku karena aku mau berubah. Tahu gak, kamu buat aku belajar arti cinta yang sebenarnya… dan aku berjanji seumur hidupku untuk melindungimu” kata-kata Rivo tidak terdengar kayak gombalan kali ini.

Aku terpesona… tak mampu berkata apa-apa, tapi hatiku jelas berterima kasih… ‘Rivo, kok sampai segitunya. Siapa yang gak kan tersanjung?’

Nanti aku sadar waktu pesanan tiba, cowok itu terus menggenggam tanganku selama ini.

-----

Akhirnya week-end pun tiba… cuaca benar-benar cerah, sangat mendukung untuk berlibur di pantai. Apalagi aku barusan menyelesaikan semua tugas akhir dan ujian… akhirnya semester ini selesai juga.

Aku lihat jam, sudah sekitar jam 1. Dasar tukang ngolor… janjiannya jam 12.

“Eh, mana Kak Beni dan Kak Marlon?” Aku bertanya ketika mobil Toyota Hiace menjemput aku. Semua sudah ada, kecuali kedua cowok itu.

“Mereka nanti nyusul dengan motor, katanya masih ada urusan!” Dinah menjawab sambil membantu mengangkat tas dan koperku. Rencana kita disana sampe hari minggu, jadi aku ngepak untuk dua malam.

Aku naik dan mengambil tempat di samping Sari. Gadis manis itu tersenyum kepadaku, dan kami langsung akrab di jalan. Kayaknya benar dugaanku, gadis ini orangnya baik-baik.

Eh aku baru perhatikan siapa yang bawa mobil. Kayaknya gak mungkin sopirnya Susan seperti yang dibilang Dinah. Kelihatan orangnya masih muda, mungkin seumur dengan Dinah… terus ganteng dan percaya diri. Dari tadi ia bercanda dengan Susan yang duduk didepan, dan sesekali menimpali cerita dari Dinah. Aku jadi bertanya-tanya… tak lama kemudian ia melihat kebelakang…

‘Astaga, itukan Kevin?’

Aku tambah yakin kalo ini jebakan. Aku harus melindungi diriku… dan segera WA ke Rivo. Ia membalas dengan rayuan… dasar!

Setelah lebih 2 jam perjalanan, akhirnya kita tiba di lokasi. Tempatnya terpencil… sekitar 1 km dari pemukiman penduduk, walaupun ada beberapa perahu nelayan terparkir dekat vila. Dari tadi aku menyisir lokasi, dan mendapati sebuah spot yang ada signal telkomsel di atas bukit yang barusan dilewati. Disitu tampak rame, ada beberapa anak muda sementara main hape… pasti lagi cari internet.

"Yah... sayang sudah sore", aku memandang jarum pendek di jam ku yang menunjuk sedikit di bawah angka 3. Akhirnya kami sepakat sore ini hanya mandi-mandi di kolam renang doang. Nanti besok baru eksplore pantai sambil mandi-mandi di laut. Apalagi villanya sendiri kelihatan bagus... lengkap lagi fasilitasnya.

Villa keluarga Susan kelihatan sangat modis dan modern, dengan gerbang dan pagar tinggi. Aku mencoba mencari celah untuk masuk… kayaknya gak ada, kecuali lewat pantai. Hanya ada satu batang signal hape tepat di teras rumah… gak cukup untuk mobile data. Gimana caranya kontak ke Rivo, yah?

Aku minta kamar berdua dengan Sari, dan jelas kelihatan Dinah agak kecewa gak sekamar denganku. Untung Sari mau kerjasama, eh mungkin karena udah akrab sejak di mobil. Aku tadi setengah memaksa minta kamar ini… karena bisa digrendel dari dalam. Juga jendelanya kuat dan pake pengaman besi. Padahal dari tadi dibujuk untuk tidur di master suite yang bisa memandang ke lautan.

Aku langsung mengatur barang-barangku di ruangan ini. Setelah itu keluar dan kumpul-kumpul dengan rombongan di teras belakang memandang lautan. Baru aku menyadari tempat ini indah sekali, letaknya diatas tebing yang menjorok ke laut kira-kira 6 meter diatas garis pantai. Ada tangga yang turun langsung ke pantai pasir putih yang indah. ‘What a private beach…’ Di sampingnya ada tangga pula yang menuju ke sebuah dek tersembunyi, tempat berlabuh sebuah yatch yang mewah. Di situ juga ada sebuah jalan mobil menuju kelaut… mungkin untuk menurunkan jetski ataupun speedboat. Sebuah villa yang sangat eksklusif.

“Eh, semua… kenalin ini sepupu gue dari Amrik… namanya Bren” Seorang cowok peranakan keluar dari salah satu kamar. Orangnya tampan dan macho… tapi senyumnya kelihatan jelas kalo ia sudah pengalaman dalam merayu wanita.

Kesha dan Dinah cepat sekali akrab dengan cowok itu, sedangkan aku dan Sari biasa aja. Walaupun Bren tampaknya melirikku dari tadi, tapi aku cuek aja. Sari sendiri kelihatannya malu-malu… apa ia sudah terpikat, yah? Aku tambah deg-degan, bukan terpesona… tapi makin yakin kalo ini jebakan. ‘And I walk straight to the trap!’

‘Apa Rivo dapat dipercaya? Jangan-jangan justru ia yang menjebakku kemari!’ Ihhh aku jadi makin deg-degan… Aku kembali menenangkan hatiku sambil mempertimbangkan situasinya…

‘Deya, jangan takut dulu. Gak apa-apa kok, palingan ujung-ujungnya kamu sendiri yang rasa nikmat… eh astaga, kok?!?’

-----

“Yeah… poin!” Aku berteriak lepas… permainan voli kolam ini ternyata seru sekali. Aku satu tim dengan Dinah dan Kevin, sementara lawan kami Sari, Kesha dan Bren. Susan sendiri lagi sibuk di dapur, menyuruh penjaga villa mempersiapkan makan malam sambil melihat-lihat kalau-kalau ada bahan makanan yang kurang… tuan rumah yang baik.

Kolam ini memang cocok untuk permainan voli kolam, ukurannya cuma 3x6 meter dengan kedalaman air sampai di dada. Terus ditengahnya ada net pendek sebagai pembatas kedua tim. Permainan sangat seru karena ternyata Kevin dan Bren gak jago-jago amat… hanya sebanding dengan kita. Padahal badan mereka tinggi-tinggi.

“Hahahaha…. Cari kesempatan kau Bren!” kami tertawa ketika Kesha dan Bren bertabrakan ketika mengejar bola yang jatuh persis diantara mereka. Kesha kelihatannya hanya tertawa-tawa padahal jelas-jelas dadanya sempat disenggol lengan Bren dari samping. Keduanya tidak apa-apa dan segera melanjutkan permainan.

“Awas kamu Bren, nanti berikut akan ku balas… hehehe!” Kesha balas bercanda sambil membetulkan kembali atasannya. 2-pieces bikininya yang minim itu tak mampu menutup lekuk tubuhnya yang seksi, yang asik lenggak-lenggok. Dinah juga pake bikini yang mirip, eh malah lebih mini lagi. Keduanya kayak bersaing tampil berani di depan kedua cowok ganteng ini, lengkap dengan gayanya yang seksi dan menggoda.

Sementara itu Sari dan aku berpakaian lebih tertutup. Sari memakai tanktop kuning diatas bikini, sehingga kelihatan lebih sopan. Ia juga mengenakan celana pendek hitam ketat sampai ke paha, yang biasa dipakai waktu senam. Aku juga mengenakan celana yang sama, dan bedanya hanya atasan doang, aku mengenakan 1-piece swimsuit.

Kali ini Dinah yang tabrakan dengan Kevin… tapi anehnya justru Kevin yang teriak…

“Aduh Din… hati-hati, hampir pecah kontolku ketabrak lututmu!” Kevin tampak kesakitan. Dinah hanya tertawa-tawa…

“Makanya jangan cari kesempatan, tanganmu yang gak kontrol pegang-pegang pantatku…!” Kata Dinah membalas.

Walaupun beberapa kali sempat tabrakan dengan Kevin, aku masih tauh diri dan menghindar sambil menjaga bagian-bagian tubuhku. Kelihatan jelas kalo tangan Kevin sengaja merambah ke mana-mana mencari kesempatan. Eh, bukan cuma Kevin koq, Bren juga.

“Yeah… masuk!” bola cepat dari Kevin tak mampu dihadang Sari dan Bren. Eh, malah Bren menyenggol dada-nya Sari telak dengan tangannya… kelihatannya sengaja tuh! Sari sampe kaget sampe teriak, tapi disambut dengan tawa oleh Kesha dan Bren…

“Bren… kamu sengaja yah!” Sari protes ke cowok itu.

“Maksudku supaya kamu tambah semangat, Sar! Lebih cepat kejar bola… makanya dikasih sugesti sedikit… hahaha!” Bren hanya tertawa sementara Sari masih ngamuk-ngamuk.

“Wah kalo gitu aku juga kasih sugesti ke Dinah dan Deya… ayo, jangan kalah yah… siapa yang kasih poin ke lawan, aku remas toket-nya, hehehe…” Kevin menyambut kata-kata Bren dengan mesum sambil melirikku… sementara tangannya menunjukan gerakan seperti meramas toket.

“Ihhhh… maunya!” Aku mengelak jauh-jauh… sementara Dinah hanya ketawa aja.

“Siapa takut? Tapi kalo kamu buat kesalahan, ku patahin kontolmu… mau?” Tantang Dinah. Astaga pertandingan ini ujung-ujungnya ke arah mesum… Dinah sih pake ngomong vulgar gitu.

Kali ini semua main dengan serius, gak berani buat kesalahan. Bren dan Kevin masih saling mengejek, panas-panasin. Kali ini bola mati di tangan Kesha…

“Eh, aduh… auw… gak mau… Sari, tolong dong!” Kesha mencoba menjauh, tapi tak mampu menepis kedua tangan Bren yang sempat menggrepenya dengan sukses. Tapi kayaknya walaupun teriak, Kesha gak sepenuh hati menolak tangan dari Bren.

Kali ini giliran Kevin. Cowok hanya pasrah dan mengangkat tangan ketika servisnya keluar, dan tangan Dinah dengan cepat mengelus kontolnya yang semakin menggembung.

“Hahaha… wah kalo gitu aku juga mau, dong!” Kata Bren. Kali ini entah sengaja, servis Bren yang nyangkut di net. Dan Ia justru menarik tangan Kesha dan ditempelkan ke kontolnya…

“Ahhhh….” Kesha sampe teriak kaget. “Ihhhh maunya…!” Tapi membiarkan aja tanganya digesekkan ke batang cowok. “Wah, udah tegang tuh! hehehe” Kesha makin genit aja.

Pertandingan tambah seru, dan kali ini aku buat kesalahan… astaga, Kevin langsung mendekat dan siap menjamah dadaku. Aku segera tempelkan tangan melindungi toketku, Kevin makin medekat tangannya sudah diangkat. Aku menjaga daerah toketku, ketika tangak Kevin mendekat. Tapi ternyata ia punya tujuan lain. Dengan cepat tangannya mengarah ke bokongku yang padat.

“Eh… Ahhhhhh….!” Aku berteriak geli. Tangan Kevin sukses mengelus dan meramas pantatku. “Ihhhh… najis!” Aku berteriak tapi mereka semua hanya tertawa-tawa melihat keberuntunganku… eh salah, kemalanganku.

“Ayolah Deya, aku tahu kamu kecewa tanganku gak jadi ke toket, padahal udah harap-harap cemas, iya kan?” Kevin mengejekku.

“Eh, berani macam-macam, ku patahkan batangmu…!” Aku mengancamnya.

“Hehehe... bilang aja kamu mau pegang kontolku. Lihat, udah tegang, lho!” Kevin makin mesum bercanda. Aku hanya diam tak mau melayaninya. Pertandingan kini diteruskan.

Setelah berbagi poin, agaknya Kesha dan Dinah udah pasrah dan membiarkan toket mereka diremas-remas oleh kedua cowok mesum itu. Tangan Kevin malah sempat berkali-kali menyelinap di balik bikini dan meraba toket Dina dari dalam. Tangan Bren juga sempat meramas toket Kesha sampai bikininya melorot. Kesha kembali protes sambil mencubit pinggang Bren. Sementara itu Aku dan Sari masih bertahan menghindar dan gak sempat diapa-apain.

“Masuk…. Sari yang gak tangkap!” Kevin memukul bola kuat di antara Sari dan Bren, dan tidak sempat dijangkau keduanya.

“Eh, bolanya lebih dekat ke Bren, bukan salah ku!” Sari mencoba membela diri, tapi gak digubris Bren.

“Eh, tunggu… Kesha, kamu kan lihat bukan salahku…!” Sari masih terus protes ke Kesha.

Sial bagi Sari ternyata Kesha sudah sepakat dengan Bren untuk mengerjainya. Ketika cewek itu bicara, Kesha memegang dua tangan Sari. Sementara itu Bren dari belakang datang merengguh kedua toket gadis manis itu dan meramasnya tanpa halangan… hampir 10 detik ia mengrepe dan memilin toket kenyal itu seenaknya. Sari malah sempat terpana saking kagetnya.

“Eh, aduh…. Kesha, lepasin dong… Bren, jangan gitu dong… aduh, ampun. Ahhhh….Eh, tolong…!” Sari memberontak ingin lepas, tapi tangannya dipegang erat oleh Kesha. Bren benar-benar untung banyak… Setelah lepas, Sari langsung mencubit tangan cowok itu kuat-kuat… apa Sari sudah terangsang?

“Aduh… ampun… ahhhh… eh, tolong!” Suara Kevin menirukan teriakan dari Sari, sambil menambah-nambah desahan seakan-akan gadis itu sempat mendesah nikmat sebelum sadar dan minta lepas. Lawakan Kevin membuat suasana tambah rame… semuanya tertawa sedangkan Sari hanya tersipu malu.

“Eh, gak kok!” Kata Sari tapi gak digubris orang-orang lain.

Sementara semua ribut tertawa, tiba-tiba servis Bren gak mampu terjangkau olehku… aku gak sadar Bren sudah servis.

Kevin mendekatiku dengan mesum… tangannya sudah terbuka seakan-akan siap meremas toket. Aku mundur sampai tersandar di sudut pinggiran kolam yang agak dangkal dan menutup toketku rapat-rapat. Sementara itu pantatku dilindungi sudut pinggiran kolam.

Kevin kayaknya stress tidak dapat menembus pertahananku.

“Deya… kamu pilih aja, mau digrepe-grepe toket dan memekmu atau mau pegang kontolku?” Kevin masih penasaran.

Karena aku diam aja, ia kelihatan bingung. Tapi tiba-tiba cowok itu nekad membuka celana dan mengeluarkan kontolnya didepanku… Dinah dan Kesha sampe kaget dan tertawa. Astaga, kontolnya lumayan besar… ternyata sudah tegang, kali ini sudah dekat sekali… dikit lagi bisa menyentuh perutku… Aku merasa bergidik melihat batangnya yang bergoyang-goyang jelas didepanku. OMG!

Di saat genting itu aku ingat ancaman ku tadi, pegang kontolnya dan remas kuat-kuat sampai patah! Dan tanpa sadar itu yang ku lakukan kepada cowok itu… malah tangan ku yang satu juga mengulek bijinya sampai hancur.

“Aduhhhhhhhhh…. awwww! Mati aku……” Kevin masih mengurut-ngurut alat vitalnya yang masih kesakitan. Batangnya hampir patah, dan bijinya kayaknya remuk, deh. Tangannya yang hampir menjamah toketku langsung kelihangan kekuatannya… aku tertawa sambil nyesal dikit… tadi itu aku pake sekuat tenaga. Bisa-bisa kontolnya beneran patah!

Kali ini giliran aku dan Sari yang tertawa-tawa, sementara Dinah, Kesha dan Bren masih kaget hampir gak percaya. Kevin masih terduduk kesakitan sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Gaya cowok itu sangat lucu persis kayak anak kecil yang teriak-teriak kesakitan. Hilang semua tampilan macho-nya… dengan kontol yang lemas tak punya daya.

Pada saat genting itu Susan keluar dengan jus orange 6 gelas ditaruh di atas baki. “Gimana pertandingannya… kedengarannya seru. Kevin udah kerjain Deyara, blum?”

“Hahahahaha….!” Kami semua tertawa dengan kata-kata dari Susan yang gak tauh apa-apa.

-----

Pertandingan masih terus dilanjutkan, tapi kali ini Kevin digantikan oleh Susan. Anak itu sudah pergi ke tempat tidur, udah hilang begalnya… hehehe. Sementara itu Bren tidak lagi berani mesum-mesuk ke Sari. Pokoknya suasana sudah berubah jauh… masih penuh canda, tapi gak terlalu mesum lagi.

Tapi kali ini aku memperhatikan kalo Dinah dan Susan sempat bisik-bisik sambil melirik ke arah jus orange milikku. Aku sengaja belum minum dan menempatkannya dekat kolam… pasti ada apa-apanya.

Sari juga belum minum jus-nya. Kayaknya ia mulai waspada. Tetapi setelah melihat yang lain gak masalah, ia mulai merasa enjoy dan menurunkan penjagaannya. Yang lain sudah minum, malah ada yang sudah hampir habis. Mereka kini mendesakku untuk segera meminum jus… sementara itu Sari udah gak sadar menuju ke minuman dan mengambil gelasnya.

Astaga, aku harus mencegahnya… ia sudah siap-siap untuk minum jus yang kelihatan dingin menyegarkan. Apa akal?

Tepat ketika Sari mendekatkan gelas ke mulutnya, bola servisku mengenai tangannya….

“Yah… tumpah deh! Curang ahhh… aku kan belum siap!” Sari protes.

“Eh, gak bisa Sari… tadi juga aku belum siap sudah di servis Bren!” Aku pura-pura senang karena dapat poin. Tapi intinya Sari gak jadi minum jus yang sudah tumpah itu.

“Tapi aku kan lagi minum…!” Sari masih protes.

“Ok deh, aku ambilin kamu air minum di belakang! Punyaku juga sudah kemasukan air kolam…” Aku cepat-cepat pergi ke dapur, membawa jusku kedalam dan mengambil air untuk kami berdua. Dinah dan Susan hanya memandang diam-diam. Kayaknya mereka kecewa.

Setelah 15 menit, minuman tersebut mulai menunjukkan efeknya… terlihat Kesha mulai gelisah. Eh, yang lain pada ikutan terangsang juga. Permainan kembali seru, dan mulai mengarah ke mesum lagi. Kali ini Bren jadi sasaran ejekan…

“Ayo dong Bren… masak Kevin doang yang berani nunjukin kontolnya… pasti punyamu kecil!” Kata Kesha gak malu-malu lagi.

“Oke aku buka, tapi kamu juga harus terlanjang, berani?” Bren balas menantang. Tapi Kesha masih menghindar.. masih tersisa sepenggal harga dirinya. Kali ini semua udah gak fokus di permainan lagi.

“Auww… nakal…. Ihhhh jahil banget, awas kalo ketangkap!” Susan berteriak kaget setelah toketnya diremas Dinah dari belakang. “Bren, tolong aku tangkap si jahil satu ini… kita petreli tubuhnya.” Susan menggiring Dinah yang lari ke arah mereka. Sementara itu Kesha menangkap kedua tangan Dinah dan memegangnya kuat-kuat.

“Ayo Bren… sudah ketangkap orangnya… cepat grepe dia!” Teriakan Kesha segera disambut cowok itu dengan meremas toket Dinah dari belakang. Persis yang mereka perbuat kepada Sari.

Dinah terus berteriak ketika di grepe-grepe cowok itu, tapi suaranya doang yang protes. Bahasa tubuhnya kelihatannya sudah mau-mau dari tadi, cowoknya ganteng sih, macho lagi… Sementara itu Susan sudah tiba dan mulai turut menggeranjangi Dinah.

Aku dan Sari segera naik dari kolam dan duduk disitu… kami merasa risih melihat bagaimana bikini Dinah sudah dipeloroti dan toketnya yang sekal jelas dipamerkan. Bren kini sudah berpindah tempat… kali ini masuk diantara Dinah dan Kesha, sehingga ia kini dapat mencomot toket Dinah dengan mulutnya yang rakus. Sementara Dinah terus mendesah menahan nafsu atas serangan beruntun dari Bren dan Susan.

Mulut Bren terus mengisap pentil kanan cewek itu yang sudah tegang berdiri… semetara toket yang satunya terus dipilin-pilin dengan kedua tangannya. Dinah terus mendesah… kayaknya sudah mabuk birahi. Ia membiarkan saja ketika tangan Bren kini turun membelai perut dan pinggangnya… dan menarik segitiga kecil pertahanan terakhirnya kebawah… Dinah kini sudah telanjang bulat, dengan memek gundul bersih terekspos sempurna dan langsung dipermainkan oleh Susan.

Kesha masih tertawa-tawa melihat Dinah mendesah keenakan, tanpa sadar pegangannya ke tangan Dinah makin melemah. Dan Dinah segera memanfaatkan situasi…

“Eh, apa ini… eh jangan… tolong! Aduh…” Kali ini justru kedua tangan Dinah yang memegang tangan Kesha dengan erat. Gadis itu gak bisa mengindar lagi setelah tangannya dipegang kuat. Dan perlawanannya yang stengah hati gak mampu mencegah bikininya yang mulai dilepas Susan yang kini melihat ada sasaran baru.

“Bren… gentian dong. Masak toket-ku doang yang di grepe. Tuh ada toket satu lagi dibelakangmu…!” Dinah memberitahu Bren yang segera balik belakang melihat Kesha yang sudah telanjang dada.

“Eh… aduh… jangan Bren, aku gak mau… ahhhhh… ooohhh… gak, gak boleh…!” Bren kini mulai nenen di toket Kesha yang gak kalah besarnya. Justru kelihatan toket Kesha masih lebih keras dan kenyal dari toket Dinah yang sudah agak turun. Pentilnya yang berwarna merah muda dan terletak di bagian atas menambah keindahan tubuh gadis itu. Kesha memang menawan… Bren langsung kelihatan bernafsu melihatnya.

“Aku gak mau… ahhhhh…. ooohhh…. gak, gak boleh!” Kali ini Dinah yang meniru kata-kata dari Kesha dengan penekanan pada bagian tengahnya dengan desahan panjang. Seakan-akan Kesha pura-pura doang gak mau, padahal sudah mendesah gitu.

“Hahaha…” Mereka semua tertawa mendengar ejekan Dinah. Semetara Kesha kini tersipu malu. Ia mengatupkan mulut supaya gak mendesah kuat.

Kesha makin terlena… Aku dan Sari masih terus melihat bagaimana Bren mengemut kedua toket itu, sementara kedua tangannya mempelorotkan potongan segitiga yang merupakan kain penutup terakhir gadis itu. Kesha tidak perduli lagi… ia sudah terbelai dalam kenikmatan terlarang… dan ketika mulut Bren turun ke belahan kakinya, Kesha hanya bisa mendesah sambil mengangkangkan kakinya lebar-lebar. Bren masih menatapnya lekat-lekat.

Kesha kini diangkat dan duduk di pinggir kolam, sementara Bren terus mengerjai memeknya yang berbulu halus dan tipis. Kesha gak malu-malu lagi mendesah ketika lidah Bren bermain nakal di clitoris gadis itu, sementara dua jarinya yang gemuk mulai menusuk pelan. Ia malah menekan kepala Bren agar terus mengemut memeknya.

“Ahhhh… aduh…. Ampun… ohhh……. Ahhhhhh” Kesha terus mendesah, semakin lama semakin kuat dan nadanya makin tinggi. Tubuhnya terus bergerak erotis melawan tusukan jari Bren yang makin cepat. Tangan Kesha seakan ingin mencegah tapi Bren terus bergerak cepat… gadis itu makin bergetar kelojotan… dan pinggulnya diangkat tinggi-tinggi hampir melengkung!

“Ahhhhh…. Ahhhhh…!” Kesha berteriak kuat seiring dengan orgasme pertamanya. Kelihatan cairan bening makin membasahi memeknya yang makin membengkak!

“Gila… memeknya masih sempit sekali. Jari aku terjepit kuat… Pasti memeknya jarang pake!” Kata Bren mengagumi milik pribadi Kesha.

Orgasme Kesha membuat aku dan Sari merinding. Ih, nyata benar cewek itu keenakan, padahal Bren baru menggunakan jarinya. Akal sehatku menyuruh aku untuk segera masuk kamar, bahaya di luar. Tapi tubuhku tak mampu beranjak… kayaknya masih penasaran dengan apa yang akan terjadi berikutnya.

-----

“Bren, cepetan dong… ini masih ada dua memek yang antri kontolmu!” Susan tidak malu-malu lagi. Ternyata ia dan Dinah sudah dari tadi telanjang dan saling memanjakan dalam posisi 69. Tubuh kedua gadis seksi itu terus bergerak sensual dan saling bersentuhan… kedua tangan Dinah sudah mengrepe toket Susan, sementara Susan membalas dengan jarinya.

Permainan Susan dan Dinah sungguh panas, tapi kembali pandanganku terfokus kepada Bren dan Kesha. Tampaknya mereka siap ke ronde selanjutnya.

Bren segera naik keatas tubuh gadis cantik itu, ia mulai membuka celananya dan memamerkan kontolnya yang besar dan panjang, mungkin sekitar 18 cm. Batang itu kini sudah berada tepat di depan liang senggama Kesha, mengelus-eluskan keatas bawah seperti singa yang mempermainkan korbannya… memek itu masih banjir dengan siraman tadi. Kesha sendiri masih tampak kecapean setelah dihajar orgasme yang sangat dahsyat. Ia gak sadar bahaya yang sedang datang.

“Bren… tunggu, aku masih cape. Istirahat dulu dong!” Kesha memohon, tapi kayaknya permohonannya tidak digubris. Kesha makin ketakutan ketika memandang kebawah dan memperkirakan ukuran kontol itu. Tak lama kemudian kelihatan kontol besar itu mulai menyibak masuk, membuat Kesha merenggangkan otot vaginanya selebar mungkin. Ini adalah kontol kedua yang telah menyentuhnya… dan perbedaannya sangat jauh. Milik mantannya gak ada apa-apanya.

“OMG! You are so delicious girl… memekmu sempit kayak perawan. Ahhhh nikmat sekali!” Bren makin merasa nikmat. Ini salah satu memek tersempit yang pernah dirasakannya. Sementara Kesha menahan nafas… baru kali ini kontol yang masuk benar-benar mengesek dinding vagina. Ia harus merenggangkan otot vagina untuk membuka sebesar-besarnya. Kontol Bren terus menyeruduk melewati lorong yang sudah basah kuyup itu… dan kini menjangkau titik-titik nikmat yang belum pernah bertemu dengan benda asing sebelumnya. Kesha makin pasrah… ini adalah campuran antara sakit dan nikmat… dan rasanya seperti diperawani kembali.

“Oh… aduh…!” Kesha melolong kuat ketika helm baja itu bertemu dengan mulut rahimnya. Mentok! Ia hanya bisa pasrah sambil berharap Bren akan memperlakukannya dengan lembut, karena ia gak mampu lagi melawan… Kesha menutup mata menikmati penggagahannya. Belum pernah memeknya merasa senikmat ini… penuh, sampai ke ujung. Ia mencoba menjepit dengan otot-ototnya…

“Ahhhh… oh…. Gila, nikmat banget. Memekmu mencengkram sayang… ih kayak rem cakram aja!” Bren ngomong terus, sangat menikmati jepitan kenyal yang lembut menyedot dan berkedut. Kontolnya terasa diurut-urut.

“Rem cakram? Hahaha….” Sari sampai tertawa lucu. Ternyata kalo lagi keenakan cowok jadi gini yah… hehehe.

“Ih…. Kok rem cakram. Kayak mobil aja!” Aku menimpali canda dari Sari.

Kesha sendiri masih terus mendesah keenakan mengikuti irama pompaan cowok itu. Matanya merem melek sedangkan tangannya hanya bisa menjambak kuat rambut Bren.

“Ah… Kesha… jangan botakin dong rambutku. Nanti aku balas botakin jembutmu…!” Bren masih ngomong aneh-aneh… pasti keenakan sampe gak bisa berpikir lagi. Sari dan aku masih tertawa-tawa…

“Aduh… oh.. Ahhhhhhhh!” Kelihatannya Kesha dapat orgasmenya lagi, tapi kayaknya tubuhnya gak henti-hentinya berkelojotan sampai kelelahan.

“Tenang sayang, aku akan berikan kenikmatan yang belum pernah kamu rasakan sebelumnya…” Bren merayu gadis seksi itu yang kini sudah pasrah. Pinggulnya mulai bergerak, mulai dari lembut, tapi lama-kelamaan makin kuat dan cepat… tusukannya bervariasi membuat Kesha gak mampu melawan lagi, selain mengatur otot vaginanya untuk mencengkram batang jumbo ini.

Tusukan demi tusukan membuat aku dan Sari menahan nafas saking nafsunya. Aku dapat membayangkan kalau seandainya aku yang berada di posisi Kesha… dan batang raksasa itu akan membuat aku orgasme terus…sampai ke puncak yang tertinggi. Ini sih lebih hebat dari film porno lagi.

Aku melirik ke Sari yang sedang menutup mata. Pasti ikutan menghayati. Tangannya meremas toketnya sedangkan tangan yang satunya berada diantara selangkangannya… aku tahu ia sudah terbuai. Apa lagi tadi toketnya sempat digrepe-grepe cowok itu.

Plok… plok… plok… Tusukan Bren makin cepat dan terus kuat… Kesha terus mendesah kuat sambil memutar pinggulnya meredam pompaan yang penuh tenaga tersebut. Kali ini Kesha duduk diatas membelakangi cowok itu dan menggoyangkan pinggulnya sementara digedor dari bawah. Tampak cairan vagina terus meluber dari lubang nikmat tersebut. Ia kembali orgasme… nampak dari getaran-getaran tubuhnya yang bergerak liar. Ia juga terus mendesah kuat, tapi tubuhnya udah gak ada kuat lagi. Apa ini yang namanya multiple orgasme?

Kali ini kontol Bren semakin cepat… uh, cepat sekali menggedor terus dari bawah, sedangkan Kesha hanya bisa diam sambil menikmati. Bren kuat sekali, dari tadi terus memainkan RPM tinggi… Kesha gak tahan lagi… tubuhnya kembali kelojokan dalam orgasme yang kesekian kalinya. Kali ini lebih hebat lagi… mungkin sisa-sisa tenaga yang ada. Tapi kali ini kayaknya Bren juga akan sampe, ia terus menusuk kuat…

Tepat sebelum ia menyemprot, Bren menarik kontolnya dan mendekatkan ke dada Kesha. Crot… crot… crot… sekitar 5-6 kali tembakan telak menghantam wajah, leher dan dada gadis itu. Keduanya kini terbaring dalam nikmat dan kelelahan…

Ih… aku dan Sari sama-sama saling memandang. Aku sampai tergidik merinding membayangkan kenikmatan tadi. Pasti itu karena obat perangsang. Sari menatapku penuh arti, dan aku mengangguk mengiyakan…

Astaga, kami belum lolos… kami harus makin hati-hati. Sampai kapan kami bisa bertahan?

-----
 
Terakhir diubah:
Makasih suhu updated nya.. Kira2 bakal gmn yah nasib deyara? Di tggu hu kelanjutan nya..
 
hyee:hore:eee......
sudah ada Deyara sesi II ane koq sampe ngelewatinya yaa..
ane :kangen: gebet Nia aja lha ntuk yang ini..
:D
 
Udah senin nih hu, kira" bakal ada updated gak yah.. Cerita bagus nih, patut di ramaikan, jgn smpe tenggelam :haha:
 
hyee:hore:eee......
sudah ada Deyara sesi II ane koq sampe ngelewatinya yaa..
ane :kangen: gebet Nia aja lha ntuk yang ini..
:D
Wah... lain lagi maunya...
Hehehe...
Ditunggu yah updatenya... mudah-mudahan bisa sebentar malam, ato besok pagi.
 
Maaf sempat molor dikit... internet lagi gak bagus... maklum tinggal di pedalaman.


Episode 4 - Jebakan? Aku gak takut!


POV Nia

“Apa maksudmu, Don? Yara gak ada di rumah? Kemana sih anak itu?”Aku menelepon rumah Deyara. Yang ada hanya Doni serta orang tuanya. Terdengar suara Doni yang justru tanya-tanya ke aku. Ihhh… bego!

“Tunggu… jadi menurut Om Agus, Yara malam ini nginap di rumahku karena disuruh temenin aku? Astaga…!!! Don, aku takut dia kenapa-kenapa…” Eh untung aja Doni yang angkat telpon. Kalo papanya Deyara, pasti pecah perang dunia ke-3. Papanya itu orangnya baik dan penuh pengertian, tapi gak boleh dibohongi…

“Iya, aku juga gak tahu apa-apa! Eh, sebentar dulu, coba tanya ke Rivaldo… mantannya. Terakhir menurut Yara ia sempat jalan lagi sama cowok itu…!” Aku coba memberitahu Doni. Cowok itu masih tanya-tanya siapa itu Rivaldo… Helo, semua orang tahu kok di playboy Aldo itu masih aja ngejar-ngejar Deyara…

“Iya… Rivaldo, sainganmu itu! Hehehe… emangnya kamu gak tauh kalo sepupumu sempat jadian sama playboy itu?” Aku gak sadar sudah keceplos. Mungkin aja selama ini ada alasan Deyara gak mau bilang ke Doni.

“Iya… iya, nanti aku beri tahu!” Aku menutup telpon. Sempat juga aku tersipu dikit ketika ia memanggilku cantik! Ihhhhhh… kesel. Doni, kamu sudah ada cewek, lho. Macam-macam aku lapor ke Cherry… hihihi!

‘Apa benar Doni gak tauh di mana si Deyara? Kayaknya pura-pura deh! Kalo bener gak tauh, pasti ia sudah panik! Yara itu kan kesayangan keluarga. Huh… kemana lagi sih anak begal itu?’ Aku bertanya-tanya dalam hati.

-----

POV Dinah

“Tunggu Bren, pelan-pelan! Kontolmu besar sekali… ahhhh…” Aku meminta cowok itu jangan buru-buru. Bisa remuk memek kecil kebanggaanku ini… Namun ia terus aja menyelipkan kepalanya masuk dan masuk lagi. Tuh… ketika kontol mentok, langsung terasa penuh sekali. Ah… belum digoyang aja sudah nikmat banget…

Dan untuk jangka waktu 15 menit kedepan aku hanya bisa mendesah menikmati penyatuan tubuh kami…

“Ahhhh… ahhhh… ahhhh… terus… aduh!” Aku mendesah keenakan menikmati pompaan alat vital Bren yang terus menyerang liang nikmatku. Bren memang hebat… selain ukuran senjatanya yang besar, ia juga jago banget memuaskan wanita. Didukung oleh badan yang besar dan cukup berotot, ia tampak begitu macho. Tubuhku jelas kelihatan kecil dibandingkan dengan tubuhnya yang tinggi kekar. Wah! Kalo ia mau jadi pacarku… pasti aku langsung terima.

“Dinah… jepitanmu mantap banget!” Bren memujiku, entah basa-basi. Yang pasti ia tampak keenakan, dan segera mempercepat tusukannya… ‘Hehehe, belum tau dia!’

Bren gak tauh kalo gerakannya itu memang sudah ku tunggu. Tadi aku sempat penasaran lihat betapa skill-nya cowok itu membantai Kesha sampe orgasme berkali-kali. Habis itu Bren juga masih lagi sempat short-time dengan sepupunya. Gadis sekaliber Susan mampu dibuat keluar dalam waktu 7 menit, wah! Kayaknya mereka udah pernah main sebelumnya, Susan gak penasaran lagi. Tadi Bren sih blom sempat keluar. Mungkin sengaja menyimpan tenaga untuk aku, hehehe. Harap saja staminanya belum sempat terkuras, hihi….

‘Sekarang ini kamu akan ketemu lawan sepadan, Bren. Memek ini sudah teruji menguras pejuh cowok-cowok macho seperti mu.’ Aku berkata dalam hati sambil nyengir memandang cowok itu makin memompa keenakan. Aku melirik ke jam dinding didekat kolam, ‘kayaknya, ini sudah saatnya.’

Setelah bermain aman dengan posisi nungging dan intensitas yang sedang, kali ini Bren membiarkan aku pegang kendali. Aku langsung naik keatasnya dalam posisi WOT… kini saatnya beraksi. Aku menatap wajahnya untuk menaksir daya tahannya… berapa lama sih cowok ini akan mampu bertahan? Belum tahu yah saktinya goyangan pinggul ala Dinah!

“Ahhhhh, Dinahhhh … enak sekali…. Aku gak tahan kalo begitu terus…!” Bren mulai kewalahan. Kontolnya diurut setengah diperas.

“Hehehe… Dinah, gitu lho!”

Aku semakin mempercepat gerakanku meliuk-liukkan pinggul dan memijat kontolnya dengan dinding-dinding dalam memekku. Walaupun kelihatan ia sudah gak tahan, tapi cowok itu masih mampu mengimbangi gerakanku, eh malah sampai 10 menit ‘Astaga… ternyata ia benar-benar kuat … eh pake banget!’

Aku mengganti gaya, masih posisi WOT tapi kali ini duduk berbalik belakang, sementara badanku agak condong kedepan memaksimalkan putaran pinggulku. Gerakan patah-patah... Aku kembali mengatur memekku supaya bisa menyedot keluar cairan dari kontol itu.

“Ahhhhhh…. Aduh… terus…!” Bren masih bertahan… desahannya makin kencang. Mungkin sudah diujung… aku tambah semangat.

“Dinah… oh……mantap!” Bren sampai teriak saking nikmatnya. Aku terus menguras tenaga. Ini saatnya aku meliukkan pinggul sekuat-kuatnya… sekarang saatnya! pasti ia akan keluar… ‘eh, kok belum?’

Huh…. huhhhhh… huuuuu! aku mulai kecapean, staminaku sudah terkuras. Tapi aku terus mengulek… sekarang atau tidak sama sekali…

“Ahhhhh enak sekali…. Hahahaha…. goyanganmu mantap sekali sayang!” Bren terus memuji. Kali ini ia kelihatan makin tegar sementara aku sudah kepayahan.

“Ahhhh…. Ahhhhh, Bren… udah dong, keluarin aja, aku sudah cape!” Cowok itu memang jago. Daya tahannya tinggi… dari tadi mampu menghadapi goyangan pinggulku dan empotan memekku.

Biasanya cowok-cowok gak tahan dengan jurusku… tapi ia masih aja belum nyemprot. Padahal posisi ini adalah senjata pamungkasku… kok bisanya ia menahan cengkraman otot vagina dalam, bersama dengan pinggulku. Padahal terasa banget kalo kontolnya tergencet… terus empotan memekku menyedot ujungnya supaya cepat keluar.

'Eh, tunggu... apa ini? Apa ia tahu kelemahanku di toket?’ Persis ketika ia sudah hampir menyerah, Bren berbalik menyerang toketku. Serangan mendadak yang aku tidak duga dan menjadi lemah. “Ehhhhhh….?”

Untuk sesaat aku menarik nafas dan merenggangkan serangan. Kayaknya itu cukup banginya, ia mendapat kuda-kuda untuk menyerang balik dengan tusukan cepat dari bawah. Aku merasa bergidik ketika kontolnya cepat sekali turun naik menyodok memekku dengan rpm tinggi… aku langsung tahu kini ia yang pegang kendali.

'Eh, apa ini?' Kontolnya membuat mulut rahimku berkedut keenakan. Astaga! Aku tidak siap, dan belum sempat mengantisipasi. Tapi kini sudah terlambat, aku gak bisa lagi mengendalikan tubuhku yang mulai mengejang. Langsung terasa dengan denyut-denyut memek yang mengedan karena orgasme.

“Ahhhh…. Aduh Bren… tolong!”

Aku hanya bisa berbaring terlentang di atas tubuh cowok itu yang masih menggenjotku dari bawah… ‘astaga! 1- 0, kok aku bisa kalah?’

Sekarang ini serangannya benar-benar telah berbalik 180 derajat. Aku kini makin kepayahan sedangkan gerakan Bren masih bertenaga. Astaga… nikmat sekali. Aku coba mengendalikan nafsu dan terus bertahan sampai hampir 20 menit. Tapi ini terlalu nikmat. Aku kembali terbawa dalam gelombang siksaan nikmat kontol bule yang hebat ini. Pompaannya masih bertenaga menusuk dari bawah, menjangkau titik-titik nikmatku. Sedangkan aku hanya bisa diam dan menikmati… Eh... perasaan itu datang lagi, tubuhku mulai mengejan dan bergetar kuat.

“Ahhhhhh… eh gimana?” Bahaya ini… Terpaksa sambil mengakui keperkasaannya, aku merintih menikmati orgasme keduaku.

“Gimana sayang? masih mau lagi?” Bren tertawa nyengir melihat aku mencari-cari nafas. Huh... tubuhku mengejang karena nikmat. Orgasme yang panjang lagi dahsyat. Bren kini bangun dan berganti posisi. Kali ini aku tidur terlentang di kursi jemur dekat kolam.

“Eh… tunggu… pelan dulu, eh.. Aduhhhhh Ahhhhhh…” Bren kembali menusukku dalam-dalam. Kali ini posisi misionaris dimana aku gak bisa lagi bergerak banyak menahan gempurannya. Apa daya tenagaku sudah di level kritis… ih… cowok ini kuat banget!

Walaupun sudah capek dan tak mampu bergerak, bukan berarti aku sudah menyerah bulat-bulat. Otot vaginaku terus saja menjepit kontol itu…. Dengan teknik ini aku masih mampu menahan gempuran Bren yang bertenaga akibat nafsu yang turut dibangkitkan dengan minuman tadi.

Sebenarnya ramuan Susan di jus lemon bukan hanya obat perangsang saja. Didalamnya juga sudah ada obat kuat yang memungkinkan Bren masih terus bergairah walaupun sudah membantai memek ke tiga. Tapi ini luar biasa…

Bren terus memompa dengan kecepatan tinggi. Kali ini tusukannya makin tidak teratur, membuat aku bingung mau gimana. Aku sudah benar-benar menyerah. Tubuhku sudah kepayahan… maklum aja, tadi aku juga sempat main dengan Susan. Aku sempat membiarkan kedua jari cewek itu menusuk miss private ku sampai terkencing-kencing. Padahal selama ini aku sangka aku sudah punya daya tahan yang baik. Padahal staminaku sudah dipupuk dari pengalaman dengan bermacam-macam kontol.

“OMG… this is heaven! Bren… come on, faster… deeper!” Aku masih terus merem-melek ditengah-tengahnya nikmat persetubuhan terlarang. Entah sudah berapa kali aku keluar, dalam orgasme beruntun tadi. Tapi kali ini kayaknya adalah orgasme yang paling nikmat! Entah karena gedoran kontolnya makin kencang, cepat tapi tak beraturan, atau karena aku sudah pasrah sehingga gak mampu bergoyang lagi…..

“Ahhhhhhhhhhhhhhh” Teriakanku panjang sekali.

Dahsyat! Aku masih menikmati orgasme itu dengan sisa-sisa tenaga yang kumiliki… tubuhku berkelojotan nikmat dalam posisi melengkung dengan perut dan dada naik tinggi. Kali ini tinggi sekali, geli sekali. Memekku terasa berkedut kuat menjepit kontol yang masih terus memompa itu. Mulutku mengap-mengap mencari nafas, dan mata yang terus tertutup merinding dengan kenikmatan dahsyat tadi…

“Ahhhhhh…! Bren, sudah dong! Aku gak mampu lagi…” Aku hampir gak bisa bersuara.

“Iyahhhh….. oh.. Dinah… I’m coming…!” Bren mendesah kuat… tubuhnya juga bergetar menyamput kedutanku.

“Ahhhhhh…” akhirnya ia meledak juga. Terasa beberapa semprotan menembak mulut rahimku dan membuat titik-titik rangsang dalam vagina ku merasa hangat dan basah… ohhhhh nikmat sekali!

“What was that Bren?” Aku gak sadar bertanya… “I cannot move at all, you suck all of my strength!” Aku hanya bisa terlentang kecapean, membiarkan sisa-sisa cairan kenikmatan cowok itu menetes dari belahanku.

“That’s what you got for underestimating me, darling… hahaha!” Bren hanya nyengir menikmati kemenangannya. Aku diam aja... cape pake banget!

Ia menambahkan, “Aku mau istirahat dulu sambil mempersiapkan diri… masih ada memek perawan yang akan aku hadapi… hehehe”

-----

Dari jauh aku mendengar Susan menggerutu...

“Ih… gemes aku melihatnya… kontol gak berguna!” Susan marah-marah. “Kalo milik pacarku gitu, sudah aku giling hancur dan kasih makan bebek!” Eh, sempat-sempatnya bercanda dengan pusaka Kevin yang gak bisa tegang itu.

Ketika aku berpaling, aku melihat Kevin masih aja mengemut vagina Kesha sambil menusuk dengan dua jarinya. Kesha sendiri lagi tidur terlentang di salah satu kursi jemur. Gadis itu masih telanjang bulat… mungkin baru aja bangun setelah dihajar dengan ganasnya oleh Bren tadi. Kayaknya ia terbangun dengan ulah nakal Kevin. Kesha hanya biarkan aja liang nafsunya dipermainkan cowok itu, dan hanya bisa merem-melek sambil mendesah nikmat.

Sementara itu Susan masih terus mencoba membangkitkan kontol Kevin. Belum juga maksimal. Padahal sudah diemut berulang-ulang… Ia terus aja merangsang cowok itu… pasti ia iri melihat permainanku dengan Bren tadi.

Tadi Kevin sempat datang dan petting dengan Kesha, kontolnya tetap merasa tidak nyaman.

Susan kecewa banget. Salah satu pemuas yang ku ajak namun sudah tidak mampu bangkit lagi setelah batang dan bijinya dipetreli oleh Deyara di kolam tadi. Ih… aku ngak nyangka bisa segitunya. Padahal kontol Kevin termasuk macho juga, lho. Aku pernah merasakan keperkasaan cowok itu sampe pingsan dihajar semalaman! Wah, gawat juga remasan si Deyara…

Tadinya aku sempat menertawakan Kevin… kayaknya sekarang aku merasa kasihan. Apa besok sudah harus siapkan upacara penguburan untuk kontolnya?

“Kevin… Kevin. Awas kalo senjatamu belum pulih lagi besok.”

Aku dan Susan cukup kecewa karena rencana yang disusun rapi sebelumnya malah belum bisa hari ini.

Terus, gimana yah buat Susan senang? Cewek itu harus terus dijaga mood-nya… Wong, ia pemilik tempat ini. Juga punya andil besar dalam bidang penyimpanan dan perekaman data. Jadi ia juga orang penting. Serem kalo sampe ditendang keluar, soalnya rumah-rumah penduduk cukup jauh… itupun dusun nelayan yang sangat kecil.

Eh iya… baiknya aku ceritakan aja semuanya.

Kemarin aku mendapat transferan dana dari Kevin dan Bren. Tugasku adalah mengajak Deyara dan Sari ikut berlibur week-end. Awalnya kedua cewek alim itu gak curiga dan mau ikutan, tentu saja setelah iming-iming tempat gratis dan tidak ada cowok yang ikut. Apalagi Kesha, gadis manis yang barusan putus dengan cowoknya gak nyangka mau diajak. Aku sebelumnya gak kenal dekat sih, tapi mana mungkin menolak gadis cantik yang menyerahkan diri. Yah, anggaplah bonus untuk Bren dan Kevin.

Aku gak sangka ternyata Kesha binal juga. Semenjak ia putus dengan Roy, (tentu saja setelah aku jebak cowoknya dengan cewek lain) ia nampak sangat nafsu. Kesha sudah merasakan nikmatnya bercinta… mungkin saja sudah berulang kali main dengan cowok itu. Tapi ia bukan tipe cewek gampangan ataupun binal. Mungkin saja obat perangsang itu sangat manjur kepadanya. Wah… mujur amat Bren yang menikmati memek yang pasti masih sempit itu (hehehe… aku sudah tauh kok ukuran senjata mantannya). Kevin juga pasti kena tampiasnya. Eh... nyaris, kalo aja!

Kevin… Kevin, kacian deh loe.

Tadi, Kevin berpura-pura ikut dalam kapasitas sebagai sopir. Gampang aja aku mendustai mereka, bilang kalo sopirku mendadak sakit. Awalnya mereka gak memperhatikan, tapi nanti sudah dekat baru mereka sadar itu Kevin.

Kadang-kadang aku tertawa dalam hati… enak juga, dapat 20 juta kedua dengan mudah. Sebelumnya untuk dikenalin dan petting. Sedangkan transferan kemarin adalah bayaran keperawanan Deyara dan Sari, plus untuk threesome. Aku akan dapat lagi bonus 10 juta bila mendapat keperawanan anal. Hehehehe… mereka yang siksa aku yang nikmatin.

Dari dulu Kevin sudah naksir sama Deyara. Eh siapa sih gak naksir anak yang cantik, lincah, cerdas dan ceria itu. Sedangkan Bren langsung meleleh melihat foto Sari, gadis lemah-lembut, alim, serta bertampang keibuan itu. Dan sejak tadi mereka juga sudah kesemsem sama keseksian tubuh Kesha... juga wajahnya yang teduh.

Sejauh ini rencana sudah berjalan mulus. Mereka berdua sudah ikutan datang berlibur, malah sudah main di kolam. Sayangnya kedua gadis itu gak mau minum jus yang sudah disiapkan… apa mereka tahu kalo dalamnya sudah dicampur perangsang dosis tinggi?

Kayaknya rencana sebentar malam juga amburadul… kami sudah plot Deyara tidur denganku. Terus tengah malam Kevin akan datang dan ML denganku dihadapan Deyara. Tauh aja kali ia terangsang dan ikut bergabung… paling tidak aku akan pegang tangannya dan Kevin akan merangsang dia. Sayang sekali ia memilih tidur dengan Sari, eh malah pilih tempat tidur yang bisa dikunci dari dalam.

Aku tahu Susan dan Bren juga kecewa, karena mereka rencana menjebak Sari malam ini. Terus sebaiknya gimana?

Memang sih masih banyak waktu lain untuk mendapatkan mereka, kan ini baru hari Jumat, sedangkan kita rencana nginap disini sampe Minggu. Kan mereka sudah terkurung dari tempat ini, gak bisa lagi komunikasi keluar...

Tadi Deya dan Sari sempat melihat Bren main dengan Kesha. Walaupun aku gak sempat lihat wajah mereka, tapi aku tahu mereka pasti terangsang hebat. Siapa yang gak terangsang melihat langsung permainan yang sangat nikmat itu. Kesha sih tadi pake teriak-teriak kenikmatan.

Ah… aku ngomong dulu dengan Susan, buat rencana baru. Kayaknya malam ini harus dimanfaatkan maksimal.

-----

Sehabis makan malam, kami semua langsung kumpul di ruang media. Tadi semua sepakat karaoke. Memang sih, awalnya kita rencana putar film semi terus sambung dengan sex party. Tapi karena personel kurang—khususnya Kevin masih handicap—jadi kita karaoke dulu. Apalagi kayaknya Deya sama Sari sudah mulai curiga. Mudah-mudahan dengan karaoke, Deya dan Sari akan tambah dekat dengan kedua cowok itu.

Susan sendiri yang kasih ide ini, mengingat Bren dan Kevin masih belum dekat dengan kedua target. Kesha kayaknya sudah jinak… mungkin dikit lagi bisa di-rekrut jadi sesama player, hehehe.

Susan mengeluarkan beberapa macam minuman dari bar untuk menemani kita berkaraoke. Sengaja dikasih yang ringan-ringan dulu supaya kedua target gak curiga-curiga amat. Malah ada juga softdrink seperti Coca-cola dan Fanta di botol, dan beberapa krat kaleng beer.

Karena tadi main di kolam, masih jam 6 kita semua sudah kelaparan. Waktu makan semua pada diam, mungkin masih risih dengan peristiwa di kolam tadi. Padahal makanannya mewah banget, banyak seafood-nya. Karena villa ini berada di pinggir pantai sehingga mudah mendapat hasil tangkapan laut yang masih segar-segar. Tapi aku juga pikir karena Susan sengaja atur menu seperti itu. Kata orang seafood cenderung meningkatkan vitalitas seksual… hihihi!

Jam 9 malam baru acara karaoke di mulai. Kayaknya aku tidur dulu sejenak, capek sih. Ketika aku pergi ke teras untuk baring-baring, ternyata Bren dan Kesha juga sudah duluan tertidur di luar. Kayaknya masih kecapean, tuh! Untung Susan masih segar bugar dan dapat mempersiapkan segala sesuatu dibantu oleh Kevin. Anak itu pasti lagi cari muka… membayar ketidak-mampuannya tadi, hehehe… Terdengar mereka berdua lagi bercanda di dapur.

Sari dan Deya di mana, yah? Ah, biarin. Pasti mereka gak kemana-mana kok!

-----

POV Sari

“Deya, kayaknya mereka lagi rencanain pesta lagi malam ini… kita cari alasan apa yah supaya gak ikut karaoke? Terus kita musti gimana?” Aku menatap cewek cantik itu dalam-dalam.

“Sar… tenang aja, nanti kita pikirkan cara melawan mereka. Kamu jangan takut, aku tak kan membiarkan kamu diperkosa!” Deya menatapku… tapi pandangannya jenaka…

“Makasih, Deya…!” Kataku tulus…

“Eh kamu dengar kan? Tapi kalo kamu sendiri yang udah mau banget pake minta-minta, yah… terpaksa…!” Deya nyengir mengejekku. Apa ia tahu tadi itu aku sudah sange?

“Ihhh… kok ngomong gitu?” Aku juga tertawa. Cewek lincah ini ternyata suka bercanda.

“Hehehe… supaya kamu jangan takut dulu. Kita berdua pasti mampu menahan bujukan mereka… eh kalo pun nyerah sih gak rugi banyak. Kan dapat enak-enak juga… hehehe!” Deya masih terus bercanda.

“Emangnya aku Kesha? Hihihi…. Kayaknya kamu deh yang duluan menyerah dan dapat enak-enak” Aku balas mengejeknya.

“Gak mungkin lah, lihat tadi Kevin sudah gak berani macam-macam. Kayaknya kamu udah terpesona sih sama remasan Bren… bentar minta digrepe-grepe lagi! Hehehehehe…” Deya makin terkekeh… sementara aku makin malu. Astaga, apa benar yah… aku sampai terdiam gak berani ngomong apa-apa.

“Deya, maaf kalo bertanya soal pribadi. Kamu masih perawan?” Aku bertanya langsung.

“Kalo kamu?” Deya bertanya balik, dan kubalas dengan sebuah anggukan kecil.

“Iya… aku masih segel, dan aku hanya akan memberikan perawanku kepada orang yang ku suka.” Deya mulai terbuka. Agaknya ia pantas jadi cewek primadona.

“Kamu percaya pada malam pertama? Perawan sampai menikah?” Aku bertanya lagi. Deya menggeleng…

“Aku percaya pada cinta sejati, aku percaya perempuan punya hak untuk memilih siapa yang pertama. Dan aku gak mau hal yang berharga diberikan kepada sembarang orang.” Deya menatapku. Aku tertunduk…

“Aku juga gitu… cuma sampai sekarang aku belum bisa mendapatkan cowok yang seperti itu. Semua mantanku brengsek! Untung aja aku masih jaga selama ini.” Aku mencoba terbuka.

Tok… tok… tok…

Ternyata Susan yang mengetuk pintu, kembali mengingatkan 1 jam lagi akan karaoke bersama. Ia juga mengatakan kita berdua harus ikut.

Kami saling bertatapan lagi setelah Susan pergi. Deya menutup pintu dan menguncinya…

“Menurut kamu gimana?” Aku bertanya.

“Aku yakin mereka akan mencoba menjebak kita lagi, hati-hati… jangan sembarang minum.” Deya mengingatkan.

“Eh, iya… makasih yah sudah menjatuhkan minumanku tadi!” Aku teringat dan langsung ngomong.

“Gak masalah, kita kan teman. Untung aja aku dapat ide itu…!” Deya kelihatan tersipu, cewek itu gak suka dipuji.

“Hahaha… aku masih ingat bagaimana kamu buat Kevin sampe impoten, gitu… hehehe…” Aku tertawa mengingat kejadian tadi.

“Kayaknya mereka sudah menerima pesannya… kita ini bukan cewek gampangan!” Deya berkata dengan semangat.

“Iya benar… jangan pikir kita cewe murahan yang seenaknya bisa mereka… … “ Kata-kataku belum selesai ketika Deya melanjutkan.

“Iya, seenaknya mereke grepe-grepe! Hahahaha….” Deya tertawa nyengir… mengingatkan kalo aku tadi sudah ijinkan Bren menyentuh toketku. Ihhhhhh, aku malu sekali dan mencubit cewek itu sampe minta-minta ampun di tempat tidur.

-----

Memang ini tampak aneh, walaupun aku baru aja kenalan dengannya, sekarang ini hanya Deyara satu-satunya orang yang aku percayai. Sebelumnya kami sempat ketemu di meeting, sempat basa-basi kenalan. Deya punya sosok pemimpin yang natural, ngomong apa adanya, dan mampu memprediksi situasi sejak awal. Ide-idenya fresh dan matang, mampu membuat kita-kita yang sudah punya pengalaman jadi panitia sempat kaget. Analisanya tajam dan masuk akal. Memang ia mengagumkan…

Tapi bukan itu yang membuat aku percaya padanya. Deya punya suatu aura yang menyatakan gadis ini setia kawan dan tidak mau memanfaatkan orang lain. Sosok yang dapat dipercaya membawa kebaikan. ‘Apa karena ia sepupu Titien? Ato karena ia juga kayaknya dijebak seperti aku disini?’

Apa lagi setelah kejadian tadi sore.

Sepanjang permainan volley, Bren terus-menerus mencari cara untuk menjamah tubuhku… pegang tangankulah… tepuk di punggung… usap di bahu… atapun mencolek pinggangku. Malah pantatku sempat dibelai. Awalnya aku merasa nyaman… eh, siapa sih yang gak merasa nyaman di samping cowok ganteng itu. Hampir saya aku terbuai…

Apalagi setelah ia menggrepe toketku… sebenarnya pegangan Kesha gak kuat-kuat amat, dan kalo aku mau aku bisa aja menepiskan tangannya. Aku juga sudah tebak kalo Bren ada dibelakangku karena deodorannya yang tajam…Tapi aku biarkan aja cowok itu mengrepe toketku dari belakang.

Ih gila… masih terasa tangannya merengkuh toket kebanggaanku. Genggamannya kuat, mantap… terasa sampai ke hati, dan aku biarkan aja dia menggesek-gesek putingku yang sudah berdiri. Pasti ia tahu aku juga udah mulai terangsang. Dan parahnya lagi aku merasakan kontolnya sudah mengeras digesek ke pantatku… Ih….. malu ah!

Makanya ledekan Deya tadi benar-benar telak mengena di hatiku.

Nanti ketika Kevin mencoba menggrepe Deya, baru aku mulai curiga ini semua adalah jebakan. Deya sudah menolak berulang kali, malah sudah menjauh sampai di sudut. Eh, masih sempat juga dikejar.

Tapi cewek itu hebat lho, mampu berpikir cepat. Kontol Kevin sampai patah kayaknya, tuh.

Apa ia sudah biasa pegang kontol, yah?

“Deya, yang tadi itu kamu udah rencana duluan patahin kontol Kevin?” Aku bertanya penasaran.

“Hehehe… iya sih! Aku tahu cowok itu mau macam-macam. Aku ikuti aja permainannya, pura-pura lemah dan pada saat tepat ia gak duga ….” Deya membuat gerakan tangan kanan seperti mematahkan kontol, dan tangan kiri meremas bijinya sampai rengsek.

“Astaga! Hahaha…” Aku tertawa.

“Bentar malam kalo ia macam-macam lagi, kontolnya akan kutendang dengan lutut!” Deya kembali memperagakan sebuah tendangan kaki yang ampuh. “Kamu mungkin gak nyangka, aku ini juara tae kwon do, lho!”

“Ih… jadi udah rencana, yah!” Aku penasaran. Apa benar ia jago tae kwon do? Yang pasti aku merasa semakin tenang.

“Nanti aja kamu lihat Sar, pas tandanya keluar Kevin pasti langsung teriak kesakitan. Mungkin langsung impoten beneran… Hehehe. Eh kamu juga dong gilas batangnya Bren supaya gak tebar pesona di mana-mana!” Gumam Deya memberi arahan. Aku hanya nyengir… ‘Apa aku bisa yah’ pikirku…

“Ato, kamu mau aku tendang kontol Bren sebentar?” Deya bertanya… aku gak tahu apa ia serius atau tidak.

“Iya… patahin aja kontolnya supaya kita aman weekend ini!” Aku tertawa bercanda.

“Oke… tapi jangan nyesal yah!” Deya mengodaku lagi…

“Hehehe…” Aku hanya terkekeh menutupi wajahku yang sempat tersipu.

‘Wah, kalo benar kontol Bren digebrek, bisa-bisa stress dong Dinah dan Susan. Tapi bagus juga tuh efeknya pada gadis-gadis di seantero kota Manado, hehehe.’ Aku berkata dalam hati.

“Sari, bentar yah… aku keluar dulu gak lama!” Deya pamitnya cepat sekali. Tak sempat aku tanya ia sudah diluar pintu kamar. Eh, aku lupa tanya, tanda-nya apa. Tetapi sesuatu dilubuk hatiku mengatakan pasti Deya punya rencana hebat lagi.

‘Eh, apa itu? Apa benar itu Deya?’ Aku terus memandang keluar dari jendela menatap bayangannya.

Barusan seseorang berada di luar rumah, eh malah keluar pagar hanya mengandalkan cahaya senter dari hape-nya. Sekitar 15 menit cahaya hape itu kelihatan jalan-jalan di luar lalu balik lagi. Apa ia pergi cari signal? Ah itu urusannya… tapi kalo gitu makin besar kemungkinan kita akan lolos.

Aku kembali membayangkan seandainya rencana Deya gagal…

Bayangan itu datang lagi, Kesha memegang tanganku, dan Dinah membuka kakiku… terus Susan mulai membuka pakaianku sampai bugil. Bren menatapku sambil tertawa. Awalnya tangannya mulai menggrepe toketku… kemudian memekku mulai diemut! dan aku hanya bisa menutup mata ketika batangnya mulai masuk…

“Katanya gak mau, tuh putingnya sudah berdiri gitu?”
“Ala… pura-pura, masakan baru dijilat gitu doang langsung banjir!”
“Ayolah… jangan malu-malu mendesah!”
“Wah, bodinya mantap… memek ini pasti masih perawan!”
“Ngakunya masih perawan, sempongannya mantap banget!”
“Siap-siap yah, aku berikan kamu kenikmatan yang kamu belum pernah rasakan sebelumnya”
“Gimana, enak kan? Jangan pura-pura… mulutmu bisa bilang tidak tapi memekmu bilang yah!”

Eh, astaga… kok aku menghayal sampe segitunya!

-----

Ruang media, jam 9.15 WITA

Ruang ini sengaja di buat remang-remang, sehingga cocok buat karaoke. Sebuah TV ukuran 60 Inc, lengkap dengan sound sistem yang canggih sudah dipasang. Sementara kita bertujuh sudah duduk manis di sofa sudut yang berlapis kulit.

Kelihatan sekali kalo aku dan Deyara salah kostum, eh… sengaja! Dinah dan Susan pake gaun tipis seksi dan sangat pendek, sedangkan Kesha dengan tanktop dan celana pendek. Kami berdua malah tampil menggunakan kaos dan celana jeans sebatas lutut.

Semetara itu Kevin dan Bren tampak keren dengan kemeja yang tidak terkancing, kaos dalam tipis serta celana pendek selutut. Terasa deodoran mereka menusuk indera penciuman… bukannya gak enak, tapi terlalu tajam.

Kesha sudah mulai memilih beberapa lagu… ia mencari lagu yang hit belakangan ini. Dilanjut dengan Bren dan Deyara yang kayaknya memiliki selera yang sama.

Susan dan Dinah memilih lagu yang menyentak, dan membuat badan gatal untuk bergoyang. Lihat aja, mereka sudah menarik dua cowok itu berjoget bersama. Setelah itu Kesha juga di tarik. Aku juga ikut bergoyang…

Awalnya semua masih kelihatan takut-takut, lama kelamaan mulai berani. Deyara malah yang duluan ikutan berdiri dan bergoyang. Ribut jugah sih… untung ruangan ini cukup besar, speakernya kuat dentuman musik makin terasa… sudah beberapa tegukan softdrink masuk ke leherku.

Suasana makin rame, aku dan Deyara kini sudah bisa bercanda lepas dengan Kesha, Dinah dan Susan. Bren pun makin berani bercanda… begitu juga Kevin, walau kayaknya ia masih trauma dekat-dekat dengan Deyara. Mungkin hanya dia seorang yang masih mengingat kejadian tadi.

Setelah giliran Kevin menyanyi, musik segera berganti ke aliran rock. Ia kayaknya menikmati banget walaupun gak ada yang tauh lagunya.

Dan ketika giliran ku, aku memilih lagu tua. ‘Aerosmith… I don’t want to miss a thing’. Mungkin hanya aku dan Deyara yang mengetahui lagu tersebut. Hal ini membuat mereka mendapat ide untuk buat game…

Jadi gamenya seperti ini… masing-masing pilih lagu, dimulai dari undian. Lagu yang dipilih harus yang paling sulit. Bila ada yang bisa nyanyi lagu itu, gak perlu harus hapal semua, yang penting bisa nyanyi doang, maka ia kalah. Tapi kalo gak ada yang tahu, terus ia doang yang bisa nyanyi, maka ia menang.

Terus kita juga buat peraturan… yang kalah harus turut kemauan si pemenang. Aku dan Deya langsung protes… akhirnya diputuskan gak ada hukuman yang mesum-mesum. Wah, bakal rame malam ini.

-----

Gak terasa sudah berapa botol bir yang kita minum… semuanya akibat kalah di game. Agaknya mereka sengaja membuat aku dan Deya kalah terus. Dan keadaan semakin tak terkendali dan makin mesum. Deya sudah mulai sempoyongan, mungkin gak sadar kalo beer yang berulang kali diminum ternyata nendang juga. Eh, mungkin karena kita berdua gak familiar dengan minuman ini, maklum impor. Ato jangan-jangan ini bukan beer?

Lama kelamaan hukuman mulai menyerempet lagi di hal-hal berbauh mesum. Dari tadi Kevin membujuk dia untuk colek toketnya… tapi Deyara tetap menolak. Padahal dari tadi ia nampaknya udah setengah pasrah. Akhirnya sebuah gengaman tangan kanan mampir juga di toket Deya. Kevin mencoleknya dari belakang, disaat Deya kurang waspada. Tapi, gak sampe 3 detik kemudian Kesha menepis tangannya turun…

Dinah dan Susan? Wah kalo mereka sih gak perlu digoda udah mau sendiri. Terlihat gaun mereka sudah tersibak sana-sini… eh, ternyata tidak pake dalaman mempermudah dicolek Bren dan Kevin.

Kesha sendiri sudah beberapa kali digrepe dua cowok tadi. Awalnya sih ia menolak. Salahnya sendiri, kenapa sempat tergoda minum wine. Ato mungkin coca-colanya.

Deya tadi sempat memberi kode, lebih aman minum bir yang masih tersegel dalam kaleng, sedangkan botol softdrink sudah dibuka. Bisa aja disisipin perangsang atau inex.

Ahh…. Suasana kali ini makin tidak terkendali. Deya nampaknya sudah membiarkan toketnya dipegang-pegang Kevin dari luar kaosnya. Mungkin ia sudah bosan menepis tangan cowok itu yang gak pantang menyerah. Dari tadi pantatnya juga sudah diremas-remas cowok itu, tanpa penolakan berarti.

“Eh… ahhhhh…” OMG, ternyata ketika aku memperhatikan Deya, aku gak sadar sudah kecolongan. Tangan Bren kini menyusup di balik kaos putihku. Seperti Deya, aku sempat biarin toketku digrepe dari luar, tapi gak tauh kalo bagian bawah kaosku udah keluar dari celana jeans.

‘Astaga… tangannya terus menyapu di bawah bra… kini udah nyenggol putting-ku. Aku harus buat apa?’

Deya juga makin terhuyung… mungkin tinggal sepenggal kesadaran membuat ia gak jatuh. Kayak makin pasrah digrepe-grepe. Tangan Kevin lagi lagi asik memilin dan meremas toketnya yang bulat dan kenyal itu… Kayaknya udah nyerah, deh… matanya udah merem-melek, dan sekilas terdengar ia mendesah.

Wah, kayaknya aku juga gak tahan…. Nafsuku sudah diubun-ubun. Bren sih, dari tadi mencubit dan mempermainkan putingku yang sudah tegang sekali. Mana kontolnya udah tegang terasa banget menusuk-nusuk bagian pantatku yang masih dilapisi celana jeans tebal. Untung aja aku pake jeans.

Namun demikian aku kini gak mampu lagi mempertahankan penutup bagian atas tubuhku. Aku hanya sekedar menahan, ketika kaosku dinaikan keatas. Mata Bren sempat terbelalak menikmati pemandangan toketku… toket perawan yang bersih, lembut… yang gak besar-besar amat tapi sangat indah. Toketku cenderung memanjang dengan pentil diujung. Mujur benar ia menjadi orang kedua yang melihatnya setelah pacarku.

Ia masih memegang ujung kaosku, kayaknya dikit lagi bajuku akan ditarik keatas… ihhhhh aku malu sekali melihat Dinah dan Kesha seakan tersenyum melihat aku membiarkan bongkahan dadaku diekspore cowok yang baru aku kenal tadi. Apa mau dibuat, harapanku tadi hanya pada Deya dan rencananya… sekarang cewek itu udah pasrah… malah udah mulai mendesah kecil. Dinah sempat mendengarnya dan tersenyum jahil…

“Ahhhh… aduh…. Ahhhh…” Aku merasa melayang ketika toketku dipermainkan kedua tangan cowok itu. Kali ini langsung ke kulitnya, sangat terasa.

Bren memang nakal, ia sengaja pamer toketku yang kecil tapi sekal kepada Dinah, Susan dan Kesha. Seakan-akan toketku menjadi piala kemenangannya. Mereka justru ikut-ikutan mengejek dan mencolekku…. “Ahhhhhh!” Aku mendesah lagi.

Deya sendiri masih bergelut… tangan Kevin sudah berada dibalik kaosnya, eh mungkin saja sudah dibalik bra-nya. Tapi Deya gak ngijinkan kaosnya dibuka. Tangannya masih memegang kaos itu kuat-kuat dan menjaga serangan Kevin.

Eh, Kevin kini memandang bongkahan di dada ku yang lagi dipamer Bren. Tangan kanannya langsung mendekat minta jatah untuk grepe. Aku gak bisa lagi menolak… Tangan Kevin meremas gundukan itu dan memilinnya sambil tertawa-tawa. Kali ini pake dua tangan. Ia sudah meninggalkan Deya sebentar dan mendekat kepadaku. Mungkin sudah nyerah gak dapat dari Deya.

Bren melepas tubuhku… ia masih penasaran dengan gundukan di dada Deyara yang dari tadi masih terlindungi dari pandangan mesumnya. Padahal tadi kelihatan kalo toket Deyara itu lebih besar, terus berbentuk membulat dan padat. Kayaknya ia gak tahan lagi…

Bren mendekat ke Deya dan mulai menggrepe toket cewek itu dari luar kaosnya. Deya kelihatan sudah pasrah dan membiarkan aja… Bren makin berani…

Bunyi jam berdenting tanda sudah tengah malam sayup-sayup terdengar dari kejauhan. Deya kayak tersentak kaget.

Aku melihat pandangan Deya berubah drastik, kali ini makin tajam dan fokus! Hilang semua gayanya yang sempoyongan … Malah kini suatu senyum sinis muncul diujung bibirnya.

Apa tandanya udah dekat?

Blep….. Lampu yang remang-remang tiba-tiba mati, bersamaan dengan TV dan semua alat elektronik.

Ruangan ini menjadi gelap gulita.

Kami semua langsung terkejut! Terdengar suara menakutkan menjerit dari luar… apa itu hantu?

“Ahhhhhhhh!”

“Auhhhhhhhhhh Aduhhhhh!”

Ditengah jeritan kami yang ketakutan, ada suatu jeritan yang lebih kuat lagi. Itu suara Bren.

Beberapa detik kemudian ketika senter hp menyala, tampak Bren sudah meringkuk di lantai memegang kemaluannya yang agaknya baru saja menerima sebuah tendangan telak.

Aku melirik kepada Deya, yang masih terlihat tersenyum samar di sudut bibirnya… Hampir aja aku gak tahan tertawa.

-----

Bersambung
 
Terakhir diubah:
Bimabet
waini baru mantabs :thumbup:thumbup...hehehehe

dari 4 eps. keliatan eps 1&2 beda sama eps 3&4

eps 3&4 sudah kembali ke penulisan cerita ala Titien....(bulu2 ganteng session 1)

apa karena setelah session 1 tamat dan lama ga nulis lagi jadi kurang dapt "feel" nya di part2 awal ya gan?

:ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd