Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis

Setelah lihat-lihat jadwal kesibukan... keknya khusus untuk minggu depan updatenya akan terlambat 2-3 hari. Soalnya TS lagi jadwal ketemu polda setelah berminggu-minggu di site. hehehe... (tauhkan kan apa artinya!)

Tapi supaya gak kecewa, bentar malam ato besok pagi ada update khusus untuk kelanjutan POV Nia.
 
Setelah lihat-lihat jadwal kesibukan... keknya khusus untuk minggu depan updatenya akan terlambat 2-3 hari. Soalnya TS lagi jadwal ketemu polda setelah berminggu-minggu di site. hehehe... (tauhkan kan apa artinya!)

Tapi supaya gak kecewa, bentar malam ato besok pagi ada update khusus untuk kelanjutan POV Nia.
siap suhu, semoga di lancarkan deh
 
bangun dong,:((:(( Nia! Lekas ke kamar mandi jangan ngompol:bata: di kasur​
 
Karakter pada episode ini

Deyara
http://www***mbar123.com/magic_a53eb4a40114e40ea711cec98e313cd0b51dbe38.jsp?id=7493cf1487aHR0cDovL3RodW1iczIuaW1hZ2ViYW0uY29tLzRmLzA4Lzg4L2UzNzJlMjY3MDE0NDU2My5qcGc%3D&hash=9442ff4faa6297fa80060e2c3f40093f0ab1cce8

Melania
http://www***mbar123.com/beras_5b4c57ea7b5d06d946923b5485cfd008aff066fa.jsp?id=5f51e2daf0aHR0cDovL3RodW1iczIuaW1hZ2ViYW0uY29tLzI0LzQ5LzkxL2Y4ODU3YzY3MDE0NDY0My5qcGc%3D&hash=e6dc01c8db8c722ad9c5566cf3fa6f0cf83b20e1


Rivaldo
http://www***mbar123.com/tahu_5b4ac90923309a83b4fe8b6520308679f94fecdb.jsp?id=d7d9870c18aHR0cDovL3d3dy5nYW1iYXIxMjMuY29tL2ZyaWVkcmljZV82MzEzOS5qc3A%2FaWQ9YmFkYjdkM2Y4YmFIUjBjRG92TDNkM2R5NW5ZVzFpWVhJeE1qTXVZMjl0TDNSaGFIVmZOVFV3TXpZdWFIUnRiRDlwWkQxaE5UWmlZMk5sTVRSallVaFNNR05FYjNaTU0yUXpaSGsxYmxsWE1XbFpXRWw0VFdwTmRWa3lPWFJNTWpGb1ltNVNhR05HT0RST2FrRjVXWHBKZUU1NlNUUk9WMDE1V2xkS2FrNHlXbTFPUkVFeldrZFpOVmxxVm10WmJWbDZXWHBuZDAxVWJHeE9WRlpxVEcxd2VtTkVPWEJhUkRGcldXMVpOVnBYVlRGTmJVWnRXVlZvVTAxSFRrVmlNMXBOVFRGS2RscEdZM2hoVjA0MVRsaENhVll3V25WWGJHUkxZVWRLVkU1WGNHbE5ha0l5Vkc1d1ZtUnJOVFpYV0ZwT1lXc3hNbGRYY0U5aVZuQklWMjE0VDJGclJUQlVWVkpHVGxVeGNWSlljRTFpV0VJelYyNWpiRTB3VVd4Tk1GRnRZVWRHZW1GRU1ETlpWMUV3V2xSV2JFMTZUVEZQVkUwMVQxUlJlbHBFWXpWTlJFNW9UMFJOTWs1VVFtdFplbXQzVGpKT2FFOUVZM3BPYlZwckptaGhjMmc5TVRJeE1qVXpNREl5TlRrek56WXpPVGxoWVRRd1l6RTBNbUppTlRVM05ERXlaR1l6T1dOaFpRJTNEJTNEJmhhc2g9N2U2ODM0Yjk3ZTNkOTQ0YzdlODVjZjQ0ZGIwYTdiMGIzNDUxZDU3OA%3D%3D&hash=02db85f54d16c159206fdf2bef01a7178b1ea9da


Doni
http://www***mbar123.com/abrakadabra_2758.asp?id=fbc314afb1aHR0cDovL3d3dy5nYW1iYXIxMjMuY29tL2NvcmVfODcxMjMuYXNwP2lkPWFkODY2YTJmZThhSFIwY0RvdkwzZDNkeTVuWVcxaVlYSXhNak11WTI5dEwzZHZkMnRsY21WdVh6TmtZVGt6WkRnME9HWmhNamRqWVRnNE1URmxaVGMxTUdZNFpEZGlZMlJsWmpaa1ptVXlNak11YUhSdGJEOXBaRDAzWkdGak9HSTBZVGd5WVVoU01HTkViM1pNTTJRelpIazFibGxYTVdsWldFbDRUV3BOZFZreU9YUk1NazUyWTIxV1prNUVUVEJQUkVGMVlVaFNkR0pFT1hCYVJERm9UbXBKTTFsNlp6Rk9SR1JvV1ZWb1UwMUhUa1ZpTTFwTlRURktkbHBHWTNoaFYwNDFUbGhDYVZZd1duVlhiR1JMWVVkS1ZFNVhjR2xOYWtJeVZHdFNXbVJzYkRaVVdGcGFWa2RPTWxkdGNITmlWVFYwVjFoa1QyRnJSVEJVVlZKT1RXczFWVkpZY0UxaVdFSXpWMjVqYkUwd1VXeE5NRkZ0WVVkR2VtRkVNV2hPUkVGM1dYcFJNazVVU21wYWFrNXFUbnBOTlU1RVl6Rk9WR2Q1VFcxVk0wNTZaM2ROUkZrMFdrUm9iVnBxVm10TmFrRXpKbWhoYzJnOVlUUmtNREpoTkRSbU1ERXhNRGN5TXpkbE5tVXdNbVZrTUdSaU0yVTRZV1UyTm1NMU0yRmtNQSUzRCUzRCZoYXNoPTRhNjE3NmMyMjViNTIzNjIyZDlhMTM0MGJlYzRmYjcyYWJjNzFhY2E%3D&hash=f4b3028f97c9edb266c89e90cfa63e7ddf64f401

Kevin
http://www***mbar123.com/wizard_21474.jsp?id=9e309960b1aHR0cDovL3RodW1iczIuaW1hZ2ViYW0uY29tLzJjLzM3LzFkLzA0NDczMzY3MDE0NDcwMy5qcGc%3D&hash=94cd4c78dd86929808bfa0f954fcabfe14dafbbf
 
Episode 10 Sakitnya tuh di sini


POV Deya



“Ahhh… geli sayang…!” Aku mendesah menikmati tangan Rivo yang terus membelai suatu bongkahan di dadaku.


Rivo gak puas, tangannya membuka kancing bajuku..


“Rivo… hush, jangan disini!” Aku sadar ini di parkiran rumah sakit.


Aku segera membuka pintu mobil dan turun, tak lupa mengambil beberapa barang yang baru dibeli di mall. Rivo ikutan turun dan membantuku. Tapi tangannya masih sibuk meraba-raba… ihhhhh


“Rivo… jangan. Nanti dilihat orang!” Aku kembali memarahinya.


“Kita kesana yuk, di sana gelap…” Rivo menunjuk ke sebuah bangunan di samping bangunan utama rumah sakit. Sebelum aku menjawab, ia sudah menarik tanganku.


Begitu tiba di salah satu sisi bangunan, ia kembali menciumku, kali ini makin ganas. Aku membiarkan aja sambil bersandar di dinding. Sayang sekali, disini gak ada tempat kita bisa duduk. Aku merasa gak nyaman…


Untung Rivo mendapat ide, salah satu pintu ternyata tidak di kunci, dan kami langsung masuk ke dalam ruangan di bagian dalam. Setelah melewati lorong yang remang-remang, kami mendapati ada suatu ruangan yang tidak dikunci. Cahaya lampu yang remang-remang membuat ruangan tersebut cocok untuk bergadang. Apalagi disana ada beberapa streecher, tempat tidur kecil yang bisa di dorong-dorong, mirip yang di ugd. Kami segera masuk dan menutup pintu. Aku segera duduk, eh tingginya pas… Rivo berdiri didepanku dan mulai menciumku lagi… kali ini makin panas.


Tak lama kemudian posisi kami sudah tiduran di atas tempat tidur itu, Rivo di bawah dan aku diatas. Tangan Rivo dari tadi sudah masuk dibalik baju dan membelai-belai toketku… aku biarkan saja, toh ia sudah pernah.


Tangan Rivo makin turun dan masuk ke dalam celanaku… Aku makin kegelian. Malah aku membantu melonggarkan celana supaya tangannya bebas bergerak. Dan benar saja, gak lama kemudian jari-jari Rivo terasa sudah dibalik CD dan menemukan apa yang ia cari. Uh.. dasar!


Aku masih menikmati petting dengan cowok ini. Kontolnya sudah diluar dan dari tadi terus ku kocok dan belai. Sementara itu ciuman kita gak pernah berhenti… mungkin sudah hampir setengah jam disini.


“Kreeekkkk…!” Tiba-tiba terdengar denyit pintu.


“Rivo, dengar suara apa itu…!” Aku kembali sadar kita di rumah sakit.


Kami mengintip di balik pintu dan kaget karena lampu sudah menyala di hall. Tiba-tiba aku merasa janggal, gak sadar kalo dari tadi udah banyak orang berkerumun di tempat ini. Malah ada yang menangis menjerit… aku jadi deg-deg.


“Rivo, yuk kita pergi.” Aku merasa seram dan menarik tangan Rivo. Kami berlalu melewati mobil ambulans yang diparkir tepat di pintu masuk. Banyak orang berkerumun dekat mobil itu. Untung aja tidak ada yang aku kenal.


Eh tunggu, setelah dilihat baik-baik ternyata bukan ambulans. Aku makin deg-degan. Sekarang berada didepan kami… tak lama kemudian kelihatan rombongan orang sementara mengangkat peti dari dalam ruangan dan ditaruh di atas mobil. Setelah itu mobil dan motor langsung berbaris membentuk arak-arakan keluar dari pintu rumah sakit.


Bulu kudukku mulai merinding. Hilang semua nafsu yang sempat membakar tadi.


‘Astaga, ini kamar mayat!’


-----


Setelah Rivo pergi, aku masih berdiam sejenak. Cukup shock, membayangkan kami tadi bercumbu diatas tempat pembaringan jenazah. Gila… kok bisa yah! Pantesan aku kek mencium bau formalin bercampur darah… semuanya nanti jelas setelah kami keluar.


Eh, sudah hampir jam 12 malam, pasti Kak Doni udah menunggu dari tadi. Aku berencana untuk temani Kak Doni malam ini. Besok sepupuku ini mau ke makasar. Hasil CT-scan bagus. Dokter bilang boleh pergi, nanti rawat jalan di RS Stella Maris, di sana.


Tadi siang kami berdua sepakat akan kasih surprise ke Kak Cherry, pacar Kak Doni. Ia akan ulang tahun besok, pantesan cowok itu stress selama ini, Ia pasti ingat ultah Kak Cherry. Aku menyiapkan suatu kado kecil… aku ingat ada benda yang pernah dipesan dulu.. hihihi, pasti Kak Cherry suka. Aku menitipkan kepada Kak Doni....


Eh, aku panggil aja Nia tidur dengan ku. Kalo aku sama Nia pasti Kak Doni gak akan marah aku pulang telat seperti ini.


Aku juga rindu sih tidur bareng sekalian tanya-tanya ke gadis itu. Dulunya dia sering nginap di kamarku, tetapi sejak 3-4 bulan lalu aku mulai sibuk. Tapi malam ini harus deh… banyak yang harus kuceritakan. Hitung-hitung supaya malam ini bisa terluput dari ancaman Kevin si playboy itu. Bahaya, ada Kevin di dekatnya.


‘Kayaknya aku juga harus cerita soal peristiwa di villa Susan. Nia harus tahu…’ Kali ini langkahku langsung menuju kamar sepupu Nia untuk menjemputnya.


----


POV Nia


Aku makin terbuai dengan jamahan tangan Kevin di daerah sekitar kemaluanku… geli sekali. Tangannya kini bebas mengusap-usap gundukan kecil dari luar CD-ku. Aku gak tahan lagi… aku mendesah lagi.


Oh, tidak. Tangan Kevin sudah menyelip masuk dibalik cd, dan membelai langsung ke vaginanya. Ini sudah terlanjur. Tapi ia tak mampu bicara.


“Kring… kring… kring…” Tiba-tiba hapenya berbunyi kuat. Siapa yang telpon dia malam-malam? Tapi Kevin tidak memperdulikannya.


“Astaga! Kevin… Jangan! Aku gak mau…” Kayak sebuah alarm, bunyi telpon menjadi pemicu keberanianku. Aku membuka mata dan menolak Kevin, mendorong tangannya yang tadi sempat mengambil keuntungan.


Aku segera duduk bangun dan merapikan pakaian. Aku kaget melihat keadaan diriku, baju yang sudah terbuka disana sini, malah toket kebanggaanku masih terbuka dengan pentil yang menjulang. Malah ada jejak-jejak gigitan dan emutan cowok itu didada. Aku malu sekali… Aku berkali-kali mempersalahkan dirinya sendiri.


Aku teringat akan percakapanku dengan Deyara tadi siang.


Deya: “Kamu yakin Kevin berterus terang kepadamu? Apa betul ia mempercayaimu?”


Aku hanya mengangguk yakin.


Deya: “Kamu tahu alasan ia masuk rumah sakit? Tahu gak ia sakit apa?”


Aku: “Eh… aku gak tanya sih…” Aku sempat kelabakan, gak tahu jawaban yang sebenarnya.


Deya: “Aku tahu Nia…! Tapi aku gak bisa bilang… kalu ia memang berubah ia pasti ngomong, karena itu adalah bukti ia masih playboy.” Ia menjawab tegas.

Aku masih berpikir.


Deya: “Nia, aku gak berhak mengatur hidup kamu. Aku hanya bisa ngomong, terus kasih nasihat. Aku gak mau kamu menderita…” Aku merendahkan suaraku.


Aku: “Terus aku harus gimana, Yara?”


Deya: “Kamu harus jauhi dia… lebih cepat lebih baik, sebelum kamu dimanfaatkannya.”


Aku: “Tapi…” Aku masih ragu-ragu.


Deya: “Nia, Kevin itu bajingan. Ia itu pemangsa cewek tahu… aku lihat sendiri bagaimana ia merayu cewek sampe hampir aja melepaskan keperawanannya dan menjadi budak seks mereka!” Kali ini kata-katanya penuh emosi.

Kali ini tanpa sadar dua tetes air mata sementara turun di pipi.


“Sayang, aku minta maaf! Aku bingung, kenapa aku gak bisa mengontrol diriku” Kevin masih aja merayu. Matanya juga tampak berkaca-kaca. Agaknya Kevin juga menyesali diri.


“Kamu tega, Kevin!” Aku masih malu sekali sama cowok yang kusayangi. Rasanya mau marah, tapi aku gak bisa…


“Aku juga bingung, sayang kenapa bisa begini… huk huk huk…!” Kevin terus menerus meminta maaf. Ia mulai batuk lagi, tubuhnya kayak menggigil, sementara tangannya memegang kepala dan menekan bagian atas telinganya kuat-kuat.


“Eh, kamu kenapa?” Aku mulai ketakutan. Kevin kembali anfal. Aku membantu mengurut kepala cowok itu… ia mulai tenang.


“Sayang, lihat aku…. “ Kevin menatapku dalam-dalam. Aku diam gak tahu buat apa. Aku baru ingat Kevin baru saja melewati masa kritis kemarin.


“Sumpah sayang, Aku gak pernah seperti ini. Kamu sangat cantik… kamu sangat indah, sayang. Kamu beda dari gadis-gadis lain. Aku benar-benar terpesona! Maafkan aku yah!” Suara Kevin penuh dengan penyesalan.


Ahhh aku gak mampu mendiamkannya. Serta-merta aku memeluk pacarku dan menyandarkan kepalaku. Aku takut sekali kehilangannya…


“Sayang, kamu sakit apa sih? Koq selama ini kamu gak mau bilang?” Aku bertanya lagi. Aku mau supaya ia jujur.


“Kamu mau tahu yang sebenarnya?” Kevin bertanya. “Baiklah aku ngomong, walaupun membuka aibku sendiri.”


Kevin bercerita soal ia dijadikan pemuas nafsu beberapa wanita yang gila seks. Awalnya ia mau membantu, eh gak tahunya ia diikat ditempat tidur. Ia harus melayani nafsu seks mereka sampai beberapa hari lamanya, disiksa dan dijadikan budak seks. Selesai itu kontolnya dilukai, dijepit, ditendang, disiram minyak dan digigit kuat hampir putus. Untung ia sempat tertolong dan masuk rumah sakit. Awalnya penis Kevin hanya dibersihkan dan dijahit… tapi setelah seminggu terjadi infeksi di beberapa tempat. Kontolnya harus dibersihkan dan dijahit lagi… eh, seminggu kemudian infeksi lagi. Akhirnya dua minggu kemudian kontolnya dioperasi. Sejak dioperasi, ia sudah lebih dua minggu di RS… tapi menurut dokter besok sudah boleh pulang.


“Nih, kamu lihat sendiri.” Kevin membuka celananya perlahan-lahan.


“Eh, astaga!” Aku kaget, cowok ini nekad banget. Ia terus aja mengeluarkan kontolnya dari balik celana. Awalnya ia menunjukkan kepadaku bagian yang dijahit, tapi lama-lama cowok itu makin mesum aja.


“Pegang sini Nia… gak apa-apa kok!” Kevin menarik tanganku dan tanpa sadar aku menggenggamnya pelan. “Ih jorok…. Kevin mesum!” Aku malu sekali, dan membuang muka.


“Astaga… besar sekali, keras lagi!” Aku gak sadar sudah memuji miliknya setelah menggenggam batang yang hangat dan berdenyut itu. Kontol Kevin makin tegang, kali ini sudah berdiri tegak. Baru sekarang aku melihat kemaluan laki-laki dewasa, bentuknya unik hehehe… Eh, kok bengkok keatas.


“Sayang, kocok dong!” Kevin menuntun tanganku. Aku masih malu sekali, tapi menurutinya.


“Kok jadi begini?” Aku baru sadar tangan Kevin sudah mulai kembali mengeranyangi tubuhku dari luar. Aku diam aja… masih terbayang belaiannya yang membuaiku tadi.


“Sayang, kamu lupa yah kalo kita sudah pacaran? Gak salah kan aku mesum sama pacarku sendiri?” Kevin memasukkan kembali tangannya di bawah bajuku. Kali ini aku membiarkannya… tangannya sekali lagi sukses membelai gundukan di dadaku.


“Kev….!” Aku mau bicara tapi Kevin menutup bibirku dengan jarinya.


“Ssstt! Diam aja sayang, kamu nikmati aja bukti cintaku yah? Sayang cinta aku kan? Aku janji akan membahagiakan kamu… kamu memang cantik, Nia!” Sekali lagi aku dinina bobokkan oleh rayuan playboy ini.


Kevin mendekatkan mulutnya lagi, dan aku langsung menutup mata menunggu ciuman itu datang. Dan benar saja, Kevin mengecup, melumat, dan mempermainkan rongga mulutku dengan lidahnya. Dan bodohnya aku diam aja. Aku merasa tanganya sudah menyentuh langsung tokedku dan jarinya mulai memelintir pentilnya. Entah bagaimana caranya membuka bra-ku.


Selesai ciuman, Kevin menatapku lagi dan tersenyum.


“Sayang, aku biarkan aku melihat keindahan tubuhmu sekali lagi… boleh kan?” Kevin bertanya, dan aku hanya diam antara ya dan tidak. Aku terus diam waktu ia mengangkat daster tidurku dan membaringkan aku ke tempat tidur.


Kembali aku kegelian ketika mulutnya mencium tubuhku, dari mata, ke telinga… turun ke dagu, terus ke leher dan berhenti di dada… disana ia menemukan mainannya, kedua gundukan payudaranya yang langsung dilumat dengan lembut.


“Ahhh.. Kevin… aduhhhh pelannnn!” Aku mulai mendesah. Nafsuku terbangkit lagi. Ciumannya lembut sekali. Bibirnya bergulir terus kebawah, melewati perut dan pusarku… dan terus turun ke bawah.


“Eh, jangan di situ….” Otomatis tanganku menahan kepalanya jangan terus sampai ke Ms.V.


Aku menyesal gak dengar kata-kata dari Deyara… aku harus buat apa sekarang?


Di saat genting itu aku mendapat ide… mudah-mudahan tanganku yang gemetar ini bisa menjangkaunya… aku harus bisa, kalo tidak bisa-bisa perawanku hilang malam itu.


Kutekan sebuah tombol kecil. Tapi mungkin sudah terlambat… tidak ada reaksi… mungkin mereka sudah tidur.


“Nia, sayang nikmati aja yah… I love you….!” Dengan rayuannya ia mengibaskan tanganku mulai menurunkan cd-ku. Aku sudah pasrah, malah membantunya mengangkat pantatku.


“Eh… jangan dilihat!” Aku malu sekali ketika Kevin mengangkangkan kakiku dan menatap lama ke belahan di selangkanganku. Aku tambah PD waktu melihat cowok itu terpesona dengan pemandangan yang tersaji didepannya.


Kevin membelai bulu-bulu halus dibagian atas yang selalu ku tata rapih. Tangannya mencolek belahan sempit yang masih kelihatan seperti garis vertical dengan bagian dalam berwarna merah muda.


“Wuhhh… indah sekali sayang!” Memek perawanku dipuji-puji.


Dan benar aja, akhirnya mulut Kevin berlabuh di memekku dan memberikan kuluman terbaiknya.


“Ahhhhh… aduhhhh ahhhhhh… udahhh… jangan…. Aduhhhhhhh!” Aku terus mendesah dan merintih. Kulumannya makin kuat, menyedot, menggigit kecil, membelai dengan lidah, mengisap cairan yang keluar… Cowok ini memang hebat, jago menaklukan wanita.


Aku merasa geli sekali… perutku terangkat, pinggulku mulai mengejang, dan memekku mengedan dengan kuat mengeluarkan cairan bening yang banyak. Aku menyambut orgasme pertama yang dashyat…


“Ahhhhhhhh!” Aku melenting tinggi… tapi kemudian terhempas ambruk ke atas kasur.


“Sayang! hebat loh sampe banjir badang, gini!” Kevin meledekku lagi. Ihhhhh…


Tapi aku masih kecapean, nafas masih memburu… Sementara cowok itu kini naik keatas tubuhku, dan menaruh kontolnya tepat diatas memekku.


“Ahhh… jangan sayang!” Aku kaget… cowok ini nekad banget. Aku gak mampu menolaknya lagi, terlalu lemah… terlalu bergairah. Cowok ini memang jago menaklukkan wanita.


Akhirnya aku hanya bisa menerima nasib. Aku kini tidur terlentang, dengan kaki mengangkang. Kevin mulai naik keatasku… kontolnya yang bengkok mulai digesek-gesek ke memek.


Dari tadi aku hanya bisa mendesah… aku gak mampu lagi menahan diri. Aku hanya menutup mata membiarkan apa yang terjadi.


“Nia sayang, boleh yah?” Kevin berbisik. Tapi aku terus menutup mata, tidak berespon.


“Sayang… gimana? Mau yah?” Kevin bertanya lagi… aku menggeleng tapi masih menutup mata kuat-kuat.


Kevin tidak puas, ia mengangkat dagu… membuat aku membuka mata menatap mataku…


“Boleh, sayang?” Kontolnya terus menggesek, membuat aku terangsang.


Aku menatap matanya dalam-dalam, dan mengangguk…. Kemudian menutupi wajahku dengan tangan karena malu sekali.


‘Apa yang kulakukan? Aku telah mengijinkan cowok ini mengambil milik yang sangat berharga yang menjadi hak suamiku.’


Kevin membuka kakiku lebar-lebar. Kontolnya kembali mengesek mencari jalan masuk dan ketika dirasa pas, ia mulai menekan. Aku hanya bisa menghayati menantikan detik-detik kehilangan keperawananku. Kevin bergerak pelan pelan, aku jadi gemes… ihhh


“Kevin, masukin… ayo!” Aku gak sabar lagi… mana bisa tahan.


“Huh? Boleh?” Kevin menatapku. Ihhhh masih tanya-tanya lagi. Udah tau orang lagi sange gini.


“Iya masukin aja…” Aku menyerah.


Tepat ketika kontolnya hampir masuk, terdengar suatu bunyi yang kunanti-nantikan.


“Tok-tok-tok” Pintu diketuk kua.


Dan tanpa menunggu jawaban, dua orang perawat langsung membuka pintu dan masuk kedalam.


“Ahhh…!” Kami langsung terkejut dan menutupi ketelanjangan kami. Aku cepat-cepat memakai dasterku kembali… CD-ku sudah terlempar jauh. Aku malu sekali kepergok lagi mesum di kamar. Aku langsung lari menjauh ke salah satu sudut. Mudah-mudahan mereka tidak mengenaliku.


Kedua suster itu tertawa-tawa menyaksikan pertunjukan live tadi. Keduanya masih muda, mungkin belum kawin. Dan begitu masuk langsung membenahi bagian tubuh pasien yang lagi sakit.


“Astaga, si pasien kayaknya lupa kalo kontolnya belum bole dipake!” Kata perawat yang satu kepada temannya.


“Bilang sama pacarnya sabar yah! Nanti tiga hari lagi baru boleh!” Perawat yang satu menasihati Kevin sambil tertawa-tawa.


Kevin diam saja, mungkin malu sekali. Ia membiarkan saja kedua perawat tadi memegang-megang kontolnya tanpa malu-malu. Tangan Kevin malah membelai perawat yang cantik secara sembunyi-sembunyi… ih, nakal.


Sementara mereka bercengkrama, aku langsung menyambar CD-ku dan cepat-cepat lari keluar. Mumpung sudah sepi… cepat-cepat aku memakai CD di luar pintu, serta merapikan bra-ku. Mudah-mudahan gak ada yang liat.


“Nia? Astaga…!” Suara perempuan memanggilku dari belakang dengan jarak dekat sekali. Suara yang sangat aku kenal, membuat aku pucat dan malu.


“Yarra???” Sohibku tepat dibelakangku. Pasti ia lihat… OMG!


“Hahahaha…!” Deyara tertawa kuat… dan harus ku tutup mulutnya pake tangannya. “Sssstt! Jangan ribut…”


“Tunggu Nia, cairan apa ini? Kok bau!!!” Deyara kembali bertanya mengenai cairan putih kental ditanganku…


“Astaganaga……….!” Aku langsung tunduk malu sekali ketahuan mesum.


-----


POV Deyara


“Tok tok tok” Aku mengetuk pintu dan segera membukanya sendiri. Kak Doni belum tidur, masih asik main hape. Mungkin chatting dengan Kak Cherry. Cowok ini udah cinta banget ke cewek itu… cinta mati! eh mungkin kayak Nia yah?


“Dari mana kamu Lita? Kenapa lama sekali baru datang, padahal tadi bilang jam 9 sudah dari Mantos. Ini sudah jam 12 lewat!” Kak Doni ternyata mengkuatirkanku.


“Gak kok, Kak… cuman ngomong-ngomong dengan Rivo tadi di bawah!” Aku menjawabnya.


“Pacaran yah?” Kak Doni tanya lagi… kepo.


“Mana aku berani kak! Gelap disini… terus bau formalin, dan banyak darah lagi.” Aku ingat lagi kejadian tadi.


“Hahaha… biasanya kan kamu kalo sudah ketemu Rivo lupa waktu!” Kak Doni kembali meledek.


“Eh, gak kok. Bukan hanya berdua lagi, ada Nia juga… tadi aku sempat bantu Nia pake beres-beresin pakaian dalam …” Aku menyindir sohibku dan langsung mendapat hadiah sebuah cubitan.


“Baguslah… tauh gak, pacaran di rumah sakit bikin kualat, lho!” Kak Doni menasihati. Aku makin merinding… tapi pura-pura aja gak dengar.


“Astaga Yara? Kamu baru naik dari tadi? Ngapain aja selama ini dengan Rivo di Mobil?” Nia berbisik kepadaku… ‘bukan di mobil, Nia’ hatiku mengkoreksi kesalahannya.


“Hush… jangan bilang-bilang!” Aku balas berbisik setengah mengancam.


Tak lama kemudian aku minta diri bersih-bersih di kamar mandi, sekaligus ganti baju. Nia juga ikutan cuci muka dan tangan.


-----


Setelah diatas tempat tidur, kami kembali berhadapan sambil bisik-bisik. Aku menuntut Nia menceritakan apa yang terjadi… sebaliknya ia juga balas memaksaku untuk menceritakan kejadian waktu di villa Susan.


Setelah diancam dengan kejadian didepan mataku tadi, akhirnya Nia mengalah dan bersedia cerita duluan. Ia memulaikannya dengan kejadian waktu Kevin menembaknya tadi malam. Ihhhh lebay banget cowok itu, pake alasen sakit segala untuk tembak cewek… pasti cuma pura-pura.


Nia juga secara polosnya menceritakan apa yang terjadi tadi di kamar Kevin. Mendengar ceritanya membuat aku nafsu juga, gimana tidak… seorang gadis cantik dengan tubuh yang sempurna kayak Nia tersaji polos di tempat tidur seorang buaya darat. Aku hanya menghela nafas membayangkan gadis cantik dan polos ini hampir saja menjadi korban si brengsek itu.


Untung juga Nia dapat ide untuk menekan tombol minta bantuan. Aku juga merasa sedikit gondok dengan kelakuan para perawat yang lama-lama datang. Padahal tadi itu sudah emergency. Untung aja belum sempat…


Sedangkan Nia agaknya sudah sadar dengan kelakuan pacarnya. Berkali-kali ia menyalahkan diri sendiri mengapa ia begitu mudah dibuai dengan kata-kata manis. Kali ini ia berterima kasih karena aku memperingatkannya sebelumnya.


“Tapi aku penasaran, dari mana kamu tahu kalo kontol Kevin digigit orang?” Nia bertanya-tanya. Aku jadi gugup…


“Eh… gimana eh!”


“Yarra… cepat jawab, kamu sudah janji tadi gak ada rahasia lagi!” Nia menuntut.


“Iya… iya… aku memang mau cerita, tapi bingung mau mulai dari mana. Ehm… eh, sebenarnya… itu.. yang menggigit kontol Kevin itu… eh…” Aku masih bingung bagaimana cara menyampaikannya. Aku menatapnya setengah tertawa…


“Astaga! Kamu yang gigit?” Melihat tingkahku, Nia langsung menebaknya… Aku hanya mengangguk dan tertawa.


“Kenapa kamu gak bilang tadi pagi! Mestinya kejadian tadi gak perlu terjadi kalo Yara cerita!” Nia menyesali sikapku yang penuh rahasia.


“Iya… ini kan aku cerita… panjang sih, tadi kita gak ada waktu, Nia…!” Aku membela diri dan memulaikan ceritaku. “Lagipula… tadi kan kamu yang dapat enaknya! Kan?” Aku mengejek sahabatku yang masih malu-malu… aku tahu ini mungkin kali pertama ia dielus seorang cowok. Dan pasti sesudah ini ia akan membuka diri pada bangsa laki-laki…


Sepanjang cerita, Nia menjadi pendengar yang baik, terus menyimak ceritaku. Hanya ada beberapa waktu ia menyela sambil bertanya-tanya. Keknya ia sempat terbawa alur cerita, dan berulang kali bergidik membayangkan dirinya berada disana…


“Yara… gak nyangka ternyata Sari seperti itu?” Rasanya Nia mau mencincang gadis itu yang akhirnya berkhianat.


“Keknya ia terbalut hutang, mungkin saja gak bisa bayar dan akhirnya pasrah…!” Aku mencoba membela Sari.


“Terus Darla gimana?” Nia tahu kalo Darla sempat diperkosa juga.


“Udah baikan, tadi udah pulang.” Aku gak mau menceritakan sisi gelap gadis itu.


“Untung yah kamu bisa lolos, say… kalo aku mungkin udah menyerah!” Kata Nia bergidik membayangkan cobaan yang aku hadapi.


“Hehehe… tadi aja sudah pasrah kan say?” Aku meledek, dan Nia hanya tertawa malu…


“Gini, aku bisa melewatinya karena ada Kak Doni dan Rivo yang menjaga aku siang malam… terus Darla juga. Mereka semua siap berkorban untuk aku!” Aku memeluk gadis itu sambil bersyukur punya teman-teman yang baik.


“Oh… iya, pantesan. Baru aku tahu….” Nia tersenyum nakal.


“Kenapa?”


“Pantesan Yara sudah tahu kalo kontolnya bengkok kayak pisang… aku baru ingat kata-kata kamu tadi pagi, hehehe…” Nia mengejekku.


“Itulah… karena aku pikir pisang, jadinya ku gigit! Hehehe…”


----


Karena kami ngobrol sampe lat, maka bangun juga sudah sangat terlambat. Kak Doni sementara menikmati sarapan, ketika aku membuka mata. Nia sudah bangun dan sementara duduk disampingku. Mungkin ia malu sama Kak Doni, hingga harus bangun cepat.


Eh, Nia lagi ngapain… aku kaget melihat Nia membuka-buka folder hape-ku. Ia tersenyum melihat isinya…


“Eh… ngapain? Ihhh kepo banget!” Aku mendekatinya sambil menegur, tapi tidak marah.


“Yarra... kamu nakal banget, kok bisanya kamu selfie di muka Kak Doni dan Kak Cherry yang lagi gituan… hihihi…” Nia ternyata membuka foto-foto dan melihat hasil karya kami beberapa minggu lalu.


“Eh, apa ini??? Astaga… Kak Doni dan Rivo?” Foto terakhir menampilkan kedua orang itu lagi tidur telanjang dan saling mengocok kontol.


“Hahahaha…” Aku mengingat kembali hasil karyaku. Aku berbisik menceritakan keadaan sebenarnya… Nia hanya nyengir.


Tapi ketika melihat foto terakhir, aku kembali merasa kecewa… Nia turut merasakan kesedihanku. Kami menatap foto Kak Doni dan Keia sementara bercengkrama di mall…


“Emangnya tadi malam Rivo bilang apa?” Nia tanya-tanya.


“Itulah… tadi malam ia bilang kalo Keia hanya teman… justru Rivo meledek aku yang cemburu!” Aku kembali mengungkap isi hati.


“Dia bilang gak ada hubungan apa-apa?” Tanya Nia…


“Ia… dia bilang dulu pernah dekat, tapi sekarang gak ada hubungan lagi…!”


“Terus Yara percaya, gak?” Nia mendesakku lagi…


“Aku bingung! Aku takut kehilangan Rivo…” Aku menatapnya sambil menggumam.


“Selamat… Deyara resmi sudah jatuh cinta!” Nia hanya senyum memberikan tangannya.


“Ihhh… gak lucu!” Aku langsung turun dan membuka kulkas kecil. “Nia mau minum apa? Kak Doni?” Aku menawarkan mereka.


“Adanya apa?” Kata Kak Doni.


“Coke, jus, susu, eh… aqua...!”


“Susu aja… cari yang rasa buah!” Permintaan Kak Doni macam-macam.


“Aku juga say!” Nia menimpali.


“Susu rasa buah, yang ada cuma susu cherry, mau?” Aku meledek…


“Itu aja…!”


“Yah, cuma satu… adanya di Makassar!” Aku tertawa… “Nanti sebentar Kak Doni nyedot susu-nya Kak Cherry yah!” Kak Doni kena lagi.


“Hahahah…”Nia tertawa turut meledek sepupu ku.


Tiba-tiba terdengar bunyi notifikasi, ada pesan masuk lewat WA. ‘Eh.. mana hape-ku?’


Nia masih memegang hape-ku, dan cepat membuka pesan tadi. Tampak ia terkejut membaca apa yang tertulis… rasanya tidak percaya.


“Dari siapa, Nia?” Aku penasaran.


“Dari Rivo, Say… Astaga! Tadi malam kalian petting di kamar mayat?”


-----


“Kak Doni gimana sih, masak harus antar tunggu sampai berangkat?” Aku complain, tapi ia tetap memaksa.


Ihhh… lebay banget kakak sepupu satu ini. Ia memaksa aku menghabiskan waktu dengannya di airport sampai waktu boarding. Untung sopir ayahku mengerti, asal dibayar parkirannya. Tuh kan…Terpaksa!!! Aku akhinya setuju setelah Kak Doni sempat traktir aku makan di deretan pujasera di lantai dua.


Waktu boarding tiba, Kak Doni segera pamit. Aku memeluknya erat, dan seperti biasa, ia mengecup dahiku.


“Salam yah sama Kak Cherry… bilang selamat umur panjang dan selamat berbulan madu, hehehe….!” Aku meledek Kak Doni yang hanya tertawa-tawa.


“Beres… amanahnya akan dijalankan!” Kak Doni menjabat tanganku.


“Kak, jangan lupa kado-nya. Jangan di buka di umum, yah?” Aku pesan lagi. Kak Doni hanya melambaikan tangan dan berjalan menjauhiku.


Tak lama kemudian aku turun kembali ke lantai 1 sambil menunggu jemputan dari sopir ayahku.


“Dinah…” Aku menggunggam kaget melihat gadis itu tiba-tiba muncul dihadapanku.


“Pa kabar Deya? Kirain kamu sudah gak kenal…” Dinah berkata dengan sinisnya.


“Eh, apa mau mu… aku mau pergi, sudah dijemput…” Aku mencoba pergi tapi cepat tanganku dipedang gadis itu.


“Deya tunggu! Aku cuma mo bilang… jangan harap kamu bisa lolos. Aku akan hancurkan semua orang yang kamu cintai. Kamu lihat sendiri kan apa yang sudah terjadi kepada Kesha dan Doni. Dan jangan kamu pikir pacarmu akan terus membelamu…” Dinah menebar ancaman.


“Maksudnya” Aku masih gagal paham.


“Aku kenal sekali siapa itu Rivaldo. Dan aku tahu siapa cinta sejati cowok itu, seorang yang sampai sekarang ia masih harapkan… dan tahu gak. Gadis itu levelnya jauh diatasmu…” Dinah mencoba mempengaruhiku.


“Sudah… cuma itu?” Aku meledeknya, dengan pesan aku tidak takut ancamannya.


“Kamu pikir kamu istimewa bagi Rivo? Tauh gak, Rivo menghargai keperawanan Kesha lebih mahal dari kamu, kok… Kenapa ia mundur karena Kevin berani membayar kamu 3 kali lipat dari Rivo.” Dinah masih terus menebar bibit perpecahan.


“Sudahlah Din…. Aku gak percaya lagi padamu…!” Aku menganggap kata-kata Dinah seperti angin lalu.


“Nanti aku buktikan” Dinah langsung beranjak.


Aku menghela nafas seusai pertemuanku dengan cewek itu. Baru aku tahu Dinah aslinya seperti apa.


-----



POV Melania


Ihhh bingung…


Saat ini aku masih berdiri di depan pintu kamar Kevin, mencoba mendengarkan kata hati… ‘apa aku harus melabraknya atas perbuatannya semalam? Tapi aku gak berani. Bisa-bisa aku termakan lagi rayuannya… cowok itu buaya darat dan tadi malam aku benar-benar merasakan kelihaiannya bertutur kata…’


Sudah 5 menit aku masih diam saja… bingung, kesal. Akhirnya aku memutuskan untuk masuk dan bicara. Aku harus ngomong supaya segala sesuatu jelas! Aku harus memutuskan hubungan dengan buaya darat itu.


Tetapi sayang, tepat ketika aku hendak masuk, sebuah deringan telpon berbunyi di dalam kamar… aku memutuskan untuk tinggal sejenak dan mendengarkan pembicaraan mereka lewat pintu yang sedikit terbuka.


“Hallooo, Dinah! Tumben telpon pagi-pagi, sudah siap bayar taruhan yah?” Suara Kevin terdengan jelas sementara telpon dengan temannya.


“Iya dong Din. Kamu dengar sendiri kan dari Bobby, kemarin malam aku sudah menciumnya… eh tadi malam malah hampir aja dapat jakpot. Orangnya udah telanjang bulat… tidur di kamar… udah siap diperawanani! Kamu sih… taruhannya cewek polos gitu. Gak ada yang lebih menantang?”


“Ia.. malam ini ia pasti jadi milikku… tubuhnya bagus sekali. Kenyal dan padat… pasti jadi asset kita yang berharga!”


“Consider it done, say! Tapi ingat perjanjiannya… aku mau puas-puasin dulu dengan Melania selama 1 bulan ini.”


“Ok, jangan lupa transferannya yah!”


Ketika Kevin menutup telponnya… aku masih terpaku di depan pintu. Tak sadar, airmata mengalir deras di pipiku.


-----


“Nia! Kenapa say?” Deyara melihat kesedihanku… ia menarikku menjauh dan mulai tanya-tanya.


Awalnya aku gak bisa ngomong… rasanya sakit sekali.


Tapi kemudian dengan terbata-bata, aku menceritakan apa yang aku dengar tadi. Deyara benar, aku hanya digunakan sebagai pion oleh komplotan Dinah… Sohibku ini hanya mendengarkan dengan seksama… tetapi kemudian tampak tangannya mulai gemetar dan mengeras… agaknya ia juga marah sekali.


Pada saat itu aku baru menyadari betapa beruntungnya aku punya sahabat yang terus mau melindungiku. Sahabat sejati seperti Deyara... Hampir saja aku jadi korban geng mereka.


Deyarra tampak sementara berpikir keras. Untuk lebih 15 menit, ia tidak bergerak, matanya fokus ke suatu tempat. Pasti ia berencana untuk balas dendam.


“Nia, kamu berani gak balas dendam ke buaya darat itu?” Deyara meminta kesediaanku… dan tentu saja aku menyambutnya dengan bersemangat.


Deya menjelaskan rencananya… agak berbahaya juga… tapi kalo ini bisa dilaksanakan dengan baik, hasilnya bagus. Dendam kami bisa terbalaskan… Aku jadi merah karena malu, karena rencana ini mengharuskan aku menyempong kontolnya, hal yang belum pernah aku lakukan. Menurut Deya, Rivo akan dilibatkan untuk melindungiku, dan tentu saja bersama Deya.


Siang itu aku minta diri ke tanteku, karena rencana hanya sampai hari ini menjaga sepupuku. Kan selama ini aku yang sukarela, karena ngecengin cowok keren di dekat kamarnya. Eh, ternyata… Aku segera mengepak semua barangku dan ditaruh di mobil Rivo.


Dari tadi Deya sudah pergi mengantar Kak Doni ke bandara. Cowok itu rencana akan melanjutkan pengobatan di Makassar. Sementara Deya tadi sempat ngomong soal surprise yang direncanakan untuk Kak Cherry…


Sementara itu hal yang paling berat adalah mempersiapkan mentalku. Sebentar aku harus mampu bermain sandiwara, agar tidak akan terhanyut dengan rayuan gombalnya. Aku juga harus menjaga sikap, berpura-pura masih sayang dan siap melayani keinginannya. Padahal hatiku sudah dari tadi ingin mencincangnya…


Aku mencoba melatih dialog sebentar dengan Kevin. Aku harus bisa memancingnya… aku harus mampu!


-----


Akhirnya malam itu datang juga… seperti biasanya aku menuju ke kamar Kevin untuk membawa makanan malam. Cowok itu sudah menantiku dari tadi…


“Sayang! Kok baru muncul sih… aku udah rindu lho dari tadi pagi menghilang…” Kevin kembali merayuku. Aku menatapnya sejenak dan menunduk malu…


“Kamu sih… aku masih terbayang-bayang yang tadi malam itu…!” Aku mencuri-curi pandang malu-malu.


“Hahahaha… kenapa musti malu. Kamu kan pacarku… semua orang yang pacaran melakukan itu, kok! Asal kamu tahu, kamu itu begitu berharga bagiku…” Kevin kembali membisikkan gombalnya… hanya kali ini gak mempan lagi.


Aku diam aja sambil menyiapkan makanannya… juga mengambil air minum.


“Sayang, kamu harus minum jus ini, supaya cepat sehat… minum yah!” Aku membujuknya…


“Iya… aku minum dengan satu syarat…” Kevin menatapku mengeringai


“Apa itu?”


“Bentar malam kamu tidur disini lagi…!” Ketahuan belangnya….


“Tapi…”


“Udah, gak ada alasan. Kamu kan pacarku… jadi harus menemaniku.” Kevin merayu lagi. Akhirnya aku berjanji akan datang kembali sebentar jam 11 malam, supaya sudah sunyi.


-----


“Sayang, kamu datang akhirnya… aku sudah cemas tadi!” Kevin menyambutku ketika aku datang ke kamarnya.


“Eh iya…” Aku masih pura-pura malu dan diam aja. Kevin mengajakku ke tempat tidur. Aku hanya duduk di pinggirannya…


“Sayang mau minum?” Ia menyodori beberapa minuman, tapi aku gak mau. Terpaksa Kevin minum sendiri. Aku takut jangan dicercoki perangsang.


“Gak kok…!” Aku menatapnya dengan tajam, wajahku mencerminkan gairah.


Aku membuka cardiganku, dan menampilkan pakaian yang tipis dan terbuka didalamnya. Kevin terbelalak melihatnya… pastilah… jarang-jarang lho aku pake gaun yang agak transparan tanpa mengenakan bra…


“Wah, sudah siap yah! Kamu ternyata seksi banget…” Kevin menatap tubuhku dengan terpesona. Aku hanya tersipu malu.


Kevin gak sabar lagi, ia langsung datang dan membelai pipiku… aku menutup mata. Kembali suatu ciuman penuh gairah ku rasakan…. Dan aku terus aja membiarkan tangan cowok itu menggrepe-ku.


“Eh, sayang… tunggu… jangan….” Untuk beberapa menit lamanya aku sempat terlena dengan jamahan pacar-ku. Untung langsung sadar… gaunku sudah turun dan cowok itu dari tadi terus aja meremas bongkahan di dadaku.


“Sayang… kamu cantik sekali! Maaf aku terpesona lagi…” Gombal Kevin.


“Ssssttt…” Aku menyuruh ia diam, sambil membuka pakaian cowok itu sampe telanjang bulat. Kembali sebuah kontol pisang muncul dengan tegangnya. Kevin membalas perlakuanku dengan mempelorotkan gaunku ke bawah… aku juga langsung telanjang, menyisahkan satu potongan segitiga pengaman.


“Eh… nanti aku aja… sayang tidur aja yah…” Aku menyuruh Kevin berbaring terlentang di tempat tidur. Ia masih terus tersenyum menikmati kemenangannya.


“Sayang kamu seksi sekali kek gini” Kevin terus memujaku…


“Ininya mau diapain?” Aku menggodanya sambil memegang kontolnya, dan menciumnya.


“Eh… emut dong!” Kevin makin bernafsu.


Aku mencoba memasukkan kontol itu ke mulutku… kontol yang pertama memasuki mulut perawanku. Aku mulai menikmati kontolnya, sementara Kevin terus aja membelai toketku…


“Ahhhh terus Nia! Mulai enakan” Setelah mengemutnya, Kevin mulai mendesah. Aku juga mulai menikmati… jarang-jarang loh bisa begini.. ihhh kok aku jadi binal beneran.


“Sayang… udah… cukup!” Kata Kevin. Kayaknya sudah hampir keluar.


“Sayang, aku punya keinginan… boleh aku mengikat tanganmu di tempat tidur? Aku punya keinginan bercinta seperti itu. Aku mau supaya sayang nikmati saja malam pertama kita… nanti aku yang gerak, mau kan?” Aku bertanya sambil tersenyum manis sekali.


Kevin hanya tersenyum sambil membiarkan tangannya diikat erat-erat di tempat tidur. Akhirnya cowok ini jatuh juga ke dalam perangkapku… dan aku langsung tersenyum siap mengeksekusi kontol itu…


“Tok tok tok…” Seorang perawat yang masih muda masuk ke ruangan membawa jarum suntik. Aku kaget, yang ini tidak masuk ke scenario.


“Permisi bu… maaf mengganggu bapaknya harus disuntik dulu!” Ia langsung mendekat kepada Kevin. Ia tampak cuek aja dengan penampilan Kevin yang sudah telanjang seperti itu.


“Apa gak bisa tunggu!” Kevin memohon kepada perawat itu.


Aku langsung menjauh sedikit… ihhhh. Malu sekali kedapatan mesum di rumah sakit. Padahal rencanaku hampir saja berhasil, tinggal menggigit kontol itu kuat-kuat.


“Gini pak, suntik aja gak lama… nanti setelah itu bisa lanjutkan lagi dengan ibu, kok!” Kevin dan aku sama-sama menarik nafas lega.


“Eh, mau suntik di mana?” Kevin bingung ketika suster itu mendekati kontolnya.


“Maaf pak… obat ini harus disuntik langsung ke penis bapak. Baiknya gini, minta tolong ibu untuk pegang, sementara saya suntik kontolnya yah!” Perawat itu menjelaskan, sedangkan Kevin hanya nyengir mendengarnya.


Aku malu sekali. Masak disuruh pegang kontol cowok ini didepan orang lain? Tapi demi pembalasan dendam aku mengerjakannya walaupun merasa risih.


Kevin kesakitan… jarum suntiknya besar. terus suntiknya ditusuk berkali-kali ke beberapa titik di kontol. Au hanya tertawa… rasain. Aku hanya diam menyaksikan bagaimana kontol tersebut langsung lemas setelah disuntik.


Eh.. kok kontolnya jadi licin. Kayak dilaburi minyak…


“Silakan dilanjutkan pak, eh bu!” Suster itu minta diri dan kembali ke tempat tugasnya. Tapi sebelum pergi, ia sempat mencubit pantatku…


“Ihhhhhh…” Aku kaget menyadari suster ini genit juga. Aku memandangnya, dan ia balas menatapku tersenyum. Ia memicingkan sebelah matanya…


“Ehhh” Aku masih terpaku menyadari aku mengenal perawat tadi. Tentu saja aku mengenalnya.‘Hahahaha… Apa yang disuntiknya tadi? Kontol Kevin langsung lemas, gak berani begal lagi. Baru sekarang aku dengar ada orang di suntik di kontol. Hahaha… bego amat si Kevin,’ pikirku.


Ihhhh…. Kok gak mau bangun… Aku baru ingat, pasti ini hasil perbuatan suster itu… hahaha. Sekarang waktunya kontol ini dieksekusi….


“Krek” Aku menggigit ujung kontol itu sekuat mungkin… mengikuti arahan Deyara.


“Ahhhhh aduh Nia? Kenapa sayang?” Kevin berteriak kuat sekali. Kontolnya jagi lemas… mengecil.. imut


“Kamu kira aku gak tahu rencanamu dengan Dinah!” Aku mulai marah. “Rasakan bajingan… kamu pantas mendapatkannya….!”


Aku segera mengambil cincin yang disiapkan sebelumnya, dan memaksa memasangnya ke kontol. Kondisi kontol yang begini, memungkinkan cincin itu masuk sampai ke pangkalnya… tapi aku yakin, sebentar akan sangat sukar mengeluarkannya…


“Ahhhhhh…” Kevin menjerit kesakitan.


Tiba-tiba pintu terbuka, dan seorang suster masuk ke ruangan.


“Suster, tolong aku… aku dianiaya perempuan ini.” Kevin minta tolong. Ia gak sadar kalo itu suster yang tadi menyuntik kontolnya hingga lemas.


“Astaga, kenapa penismu… sampe bengkok begini… sini aku obati dulu supaya lurus. Kamu diam aja yah…..” Suster ini datang-datang langsung menempelkan suatu benda yang dibawanya dari luar.


“hhhiiiiiissssss!” Terdengar suara seperti mendidih, ketika benda itu ditempelkan.


“Aduuuuhhhh ampun… tolong….!” Kevin berteriak kuat karena kesakitan. Tapi pintu sudah ditutup rapat dari tadi meredam teriakannya.


Kevin masih memberontak… ia terus kesakitan. Tapi ia tidak bisa mengeluarkan alat itu yang sudah ditempel di kontolnya…. Ditekan terus membuat ia kesakitan. Eh, mungkin kalau dikeluarin makin sakit aja…


Suster itu kemudian menarik tanganku keluar dari ruangan ini. Dan aku sempat mengambil hape Kevin yang merekam kegiatan kami dari tadi dan menutup pintu rapat-rapat. Aku sudah mengantisipasinya…


“Ihhhhh… ngeri juga. Tapi kayaknya pantas lho….” Aku terus berjalan cepat.


“Itu sih mendingan, rencana semula akan ku setrum dengan kejut listrik!” Kata Deyara melangkah cepat sekali sambil membuka pakaian perawatnya. Ia menyuruhku duluan pergi ke mobil.


Sampai menunggu sejenak di mobil dengan Rivo, Deyara muncul juga sudah mengenakan pakaian yang lain. Mobil segera dilarikan Rivo dengan kencang…


-----


POV Author


Perawat asli yang bertugas akhirnya datang juga… tapi seperti biasa… terlambat! Mereka terkejut mendengar ada suara seorang pria menangis meminta bantuan. Kali ini ia telanjang, terikat sementara sebuah alat masih aja menempel di kemaluannya…


“Tolong…. Kontolku sakit!” Satu garis merah kehitaman memanjang terlihat jelas di kontol tersebut, bekas daging yang melepuh terbakar. Deya tadi menyetel alat itu sampai kekuatan maksimal.


Akhirnya tanpa ragu-ragu, para perawat cepat-cepat mengantar Kevin ke ruang gawat darurat. Tubuhnya yang masih telanjang bulat, menjadi tontonan umum…


----


Sementara itu ditempat yang lain terdengar percakapan dua orang wanita…


“Yarra… kamu jago sekali menyamar… Kevin aja tidak kenal!” Kata Nia.


“Hush… gak mungkin ia perhatikan aku. Udah nafsu lihat kamu dari tadi, hehehe…” Deyara nyengir balik.


“Apa kita terlalu kejam, yah?” Aku masih menertawakan penderitaan cowok itu.


“Ambil hikmahnya sayang, siapa tahu dengan begini kontolnya bisa lurus… hahaha!” Kata Deyara.


“Harusnya kamu foto kontolnya, supaya aku lihat! Eh… aku juga belum lihat bekas gigitanmu…” Rivo menimpali pembicaraan kamu.


“Hush… kan kontolmu sudah kugigit, lihat aja di situ!” Deya jadi keceplos dan malu sendiri. Nia tertawa lagi…


“Hahaha… hati-hati Rivo kalo dekat Keia lagi… nanti kontolmu distrika sampai gosong, persis kayak kontol Kevin!” Nia terus bercanda.


“Bukan distrika Nia… lebih cocok digoreng. Kan sebelumnya sudah disuntik minyak goreng!” Deyara bercanda lagi.


“Astaga? Minyak goreng? Hahahahaha…”
 
mantap :jempol: kau Nia!
mampu terjaga dari buaian mimpi..

gimana nanti tanggapan Dinah D'Gank yaa pas tau :Peace: dua sahabat doyan makan:konak: lontong!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd