Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis


Episode 6 – Ketahuan




POV Deyara


Aku menahan nafas yang sempat memburu. Kak Titien sudah terbaring pasrah, sedangkan kontol Boy yang besar sudah berada tepat didepan memeknya. Kayaknya Boy sengaja membuat ia malu… ia memasukkan palkon tapi kemudian menarik kembali membuat Titien stress…


“Boy… ahhhh…. Ayo…”


“Ayo apa?”


“Masukkin…”


“Masukkin apa sayang?”


“Masukkin kontolmu…” Kak Titien gak mampu lagi menahan diri.


“Oke deh kalo itu yang kamu mau… hahaha!” Boy mulai ambil ancang-ancang.


Sementara Deni sementara menoleh menatap peristiwa yang menegangkan itu. Ia gak sadar bahaya yang mengancam ketika membebaskanku. Aku masih sempat melemaskan ototku yang pegal-pegal karena diborgol. Sekarang waktunya bertindak.


“Bukkkk… Bukkkk… bukkkk…. Bukkkk…” Aku melancarkan tendangan memutar dengan kuat. Benar aja, tubuh kedua cowok itu terjatuh ke lantai.


“Ahhhh… aaahhhhh” Mereka kaget, gak menyangka seranganku.


“Deya…?”


“Tenang kak, tak akan kubiarkan Kak Titien dipermalukan…” Aku berdiri didepannya sementara Kak Titien mulai sadar dan cepat berdiri mengenakan kembali pakaiannya.


“Eh, Deya… apa yang kau buat?” Deni bertanya.


“Bukkk!” Sebuah sapuan membuat cowok itu kembali terjatuh, sementara aku siap-siap.


Ku biarkan Boy dan Deni berdiri dan bersiap melawanku, dan selama sepuluh menit kemudian aku melancarkan jurus-jurus beladiri terdashyat yang pernah mengharumkan namaku di pentas tertinggi tae-kwon-do Sulawesi utara. Mana bisa Boy dan Deni menahan seranganku… dengan segera wajah keduanya mulai bengkak dan biru dihajar kaki ku.


Keduanya kini sudah gak bisa melawan, jatuh terkapar. Tapi aku gak mau berhenti, aku terus menendang… dada, perut, dan kepala mereka penuh luka dalam yang kebiru-biruan. Aku mengingat apa yang mereka lakukan kepada Kak Doni dan terus menyerang tanpa ampun.


Tulang rusuk mereka remuk… Kaki dan tangan mereka patah dibeberapa tempat. Sementara kemaluan mereka mendapat siksaan yang paling parah… mungkin sekali pecah bijinya…


“Deya… udah!” Kak Titien menahanku. Ia mungkin takut aku membunuh mereka.


“Tenang kak, apa yang mereka buat pada Kak Doni lebih parah lagi…” Namun aku berhenti juga melihat Kak Titien gak mampu lagi melihat penderitaan mereka. Dan tendangan terakhir di pelipis mereka mengantarkan mereka pingsan.


Berbekal kunci dari Deni aku membuka borgol Kak Titien. Aku bergegas memakai kembali pakaianku dan membuka pintu serta keluar. Kak Titien sempat mengambil sesuatu benda di sudut kamar dan bergegas menyusulku.


“Ayo kak, kita harus keluar dari sini!”


‘Iya… ayo!”


Kami mengunci pintu dari luar supaya gak ada yang tahu apa yang terjadi. Dan dengan mengendap-endap kami mencari jalan keluar.


“Aku gak nyangka kalo kita bisa bebas…” Aku menarik nafas lega waktu keluar dari gedung studio.


“Eh, jangan dulu senang… kita masih harus melewati gedung itu.” Kak Titien menunjuk kedepan, gedung tinggi yang lantai bawahnya menjadi nightclub Red Dragon.


Kami dengan cepat menuju tempat itu, tapi apes, gedung tersebut terkunci dan tidak mungkin kami bisa melewatinya. Aku bingung bagaimana bisa menerobos pintu besi yang kuat itu, tapi Kak Titien tidak kehilangan akal. Ia mengeluarkan sebuah hape… dan menelpon seseorang.


“Kak? Itu hape siapa?”


“Milik Boy, tadi sempat aku ambil!” Wah Kak Titien pintar sekali. Sempat-sempatnya…


“Hebat, Kak Titien ternyata masih bisa berpikir yah walau udah nafsu banget, hahaha…” Aku mengejeknya kembali, dan Kak Titien hanya bisa tersipu sambil mencubitku kuat-kuat.


“Ehhh, kok ngomong gitu, hih!” Kak Titien malu sekali


“Kak Titien gak nyesal kan aku selamatkan, harusnya aku tunggu satu atau dua celup dulu, buat cowok itu penasaran…”


“Ihhh… anak ini tambah nakal aja!” Kak Titien terus mencubitku sementara aku terus tertawa-tawa.


Dengan segera ia mengambil hp dan memasukkan beberapa digit nomor. Sayang sekali tidak diangkat… apa yang harus dilakukan? Kak Titien telpon terus, kali ini kirim sms, jangan-jangan tidak diangkat karena nomor tidak dikenal.


Sementara menunggu kami bersembunyi di balik tempat sampah dekat pintu belakang gedung tersebut. Mudah-mudahan ia cepat buka hape…


-----


“Kak, yakin kalo Janus itu orang yang dapat dipercaya?” Aku bertanya lagi.


“Tentu, Deya… gak salah lagi, dia itu Edo, teman ku dari SMA. Dia teman baik Nando, pacarku… eh, sempat pacaran denganku walau singkat.” Wajah Kak Titien langsung merah ketika bicara tentang Edo. Pasti ada apa-apanya…


“Orangnya seperti apa sih, Kak?”


“Edo? Orangnya suka pamer, besar kepala, suka mesum….” Kak Titien kelihatan tersenyum sendiri.


“Hehehe, pasti Kak Titien sudah ngapain dengan Edo, kan!” Aku menertawakan sikapnya yang lagi mengingat masa lalu.


“Hush… gak lah, hehehe!” Kak Titien tertawa malu-malu.


“Apa dia yang hampir threesome dengan Shaun? Itu yang kakak ceritakan lalu?” Aku penasaran.


Kak Titien hanya mengangguk sambil tersenyum malu-malu.


“Kontolnya besar, kak?” Aku tanya langsung aja.


“Lumayan sih, keras banget, juga besar helmnya…. Eh, kok aku ngomong ke kamu sih?” Kak Titien baru sadar waktu aku tertawa keras-keras. Kak Titien lucu sekali.


“Astaga kak, udah berapa kontol yang Kakak kenal? Aku curiga lho, ternyata waktu gadis Kak Titien nakal sekali…”


“Ehhh… mengejek yah, mau dicubit lagi?”


Tak lama kemudian muncul seorang pria membuka pintu untuk kami.


“Janus!”


“Kalian berdua cepat masuk… mereka sudah mencari kalian.” Cowok wajah tirus itu membuka pintu cepat dan menutupnya kembali tanpa suara.


“Bantu kami lolos, Janus… diluar kan sudah gelap…” Kataku.


“Gak bisa… kalian kesini dulu, bahaya…” Janus menuntuk kami lewat lorong kecil dan menunjukkan tangga darurat.


“Kita ngak langsung ke luar jalan?”


“Berbahaya sekali, gerbang sudah terkunci, lagian orang-orang Dinah sudah berjaga di pintu keluar. Kita sembunyi dulu, naik ke apartement ku dulu. Kita gak boleh naik lift nanti ketahuan.” Jelas Janus.


“Kita serang saja siapa yang jaga pintu.” Aku siap berkelahi lagi.


“Jangan, mereka sudah siap, kita pasti dikeroyok. Bahaya sekali…” Janus menerangkan dengan putus-putus.


“Terus kita kemana?”


“Untuk sementara kalian bersembunyi dulu, nanti aku cari ide.” Janus membawa kami naik keatas, menuju ke salah satu kamar di apartement ini.


Setelah berkali-kali naik tangga, Janus membuka pintu dan menuntun kami ke sebuah kamar yang rapi. Mungkin sekali ini kamar cewek. Aku gak tahu kalo ini ide yang baik, tapi untuk kali ini aku percaya saja kepada cowok itu. Setelah masuk, Janus menawarkan minuman panas, tapi Kak Titien langsung pergi ke tempat tidur. Aku menemani cowok itu ngopi dulu, sambil bercakap-cakap.


Tak lama kemudian terdengar Kak Titien mendesah pelan di tempat tidur, pasti nafsunya muncul lagi. Untuk gak terlalu kedengaran. Ah… bahaya ini.


Aku langsung menarik Janus menjauh dan mengajaknya bercakap-cakap. Aku menceritakan apa yang terjadi, tentang bagaimana kami melarikan diri dari Boy dan Deni yang mencoba memperkosaku. Tentu saja aku gak ngomong soal Kak Titien yang sudah sangat terangsang.


“Astaga, Boy masih aja penasaran dengan Titien. Kayaknya mau memperkosa Titien lagi, benar-benar gak mau berubah!”


“Eh, jadi kamu tahu apa yang terjadi di masa lalu?”


“Aku sudah bilang kan kalo aku punya masa lalu dengan Titien! Dan aku yang paling bersalah karena aku yang perkenalkan Boy kepada mereka” Jelas Janus.


“Kak Titien pernah cerita tentang seorang cowok yang pernah dekat dengannya, namanya Edo. Sayang sekali ia gak pernah muncul lagi, padahal menurut Kak Titien mereka pernah dekat… sangat dekat.” Aku memancingnya.


“Eh, dia cerita apa emangnya?”


“Dia bilang kalo Edo itu mantannya yang sangat berkesan walau hanya jadian gak lama.” Aku memancing Edo.


“Oh yah, tumben dia masih ingat!”


“Ia juga bilang kalo dekat-dekat cowok itu bikin dia stress karena mesum, bikini a nafsu terus… hahaha…” Aku tertawa, pancinganku berhasil, Janus terlihat mengingat kembali masa lalunya.


“Hahaha… dasar Titien.” Janus mencoba menutupi malunya.


“Kak Titien sempat cerita kalo ia masih penasaran, katanya ia hampir aja em-el sama Edo dan Shaun. Sekarang ia sudah pernah em..el.. dengan Shaun, tinggal Edo aja yang belum.” Tatapan Janus makin berbinar-binar.


“Titien bilang begitu?” Ia sudah penasaran.


“Katanya ia sering melamunkannya, lucu yah… masak ia jadi horni waktu ingat mantan-nya!”


Benar aja, sejak aku ngomong, tatapan Janus menjadi nanar… berkali-kali ia mengintip kearah tempat tidur yang dipakai Kak Titien. Dasar cowok…


“Dia benar bilang gitu?”


“Gak sih… hahaha….” Aku membuat ia penasaran.


“Ihhh… nakal.”


“Kak Titien pernah ngomong kalo kontol Edo itu keras seperti kayu, terus besar helmnya… mungkin kali ia masih penasaran sama cowok mesum itu.” Kali ini aku terang-terangan membuat ia sange.


Janus langsung aja berdiri… jelas sekali ia penasaran dengan kata-kataku. Tanpa sadar ia memalingkan muka dan menatap Kak Titien yang sedang menggeliat di tempat tidur melawan pengaruh perangsangnya. Ia terus menatap… kali ini terpaku melihat Kak Titien menggeliat.


‘Maaf kak… tapi ini jauh lebih baik dari pada dengan Boy yang kasar tadi!’ Entah kenapa, aku merasa percaya pada cowok itu. Wajah Janus langsung berubah, suatu gairah terpendam membayang di matanya.


----


POV Titien


‘Astaga belum habis juga!’


Gairah yang tadi sempat disalurkan lewat olahraga waktu naik tangga darurat tadi kini muncul kembali, bukan cuma itu, ini malah lebih menggila lagi. Aku coba memusatkan pikiran pada hal-hal yang lain sambil tiduran, tapi gak ada hasil. Untung aja Deyara ngerti dan membawa Edo menjauh…


Tadi waktu naik tangga aku sempat mencium bau keringat dari tubuh Edo, dan kembali teringat masa-masa dulu waktu kuliah. Edo, sahabat baik pacarku Nando… termasuk cowok yang pertama kali melihatku telanjang bulat…


Aku ingat kejadian di kamar Nando ketika aku telanjang bulat lari dari kamar mandi karena keusilan Naya. Dan ketika aku masuk kamar Nando cari handuk, aku kaget ada Edo di sana… ia sampe terpukau melihat tubuh telanjangku… aku tahu ia sempat menatapku nanar waktu Nando mencium dan mengrepe-grepe tubuhku. Edo kecipratan mujur…


Aku ingat pula waktu aku dijebak di tempat kos, terikat di tempat tidur hanya mengenakan CD. Tiba-tiba Edo masuk dan mengunci pintu… dan setelah mengeranyangi tubuhku, aku bisa lolos setelah mengocok kontolnya lalu ‘menipu-nya’. Hampir aja aku nyerah waktu itu dan kehilangan keperawananku.


Belum lagi peristiwa besoknya, baru saja jadian, ia mengrepe-grepe toketku didepan teman-temannya. Memang sih aku yang menantangnya waktu itu, semua itu rekayasa, tapi kan… Ihhhhh….


Apa kontolnya masih keras seperti kayu? Terakhir waktu kita ‘terjebak’ di kamar mandi, aku sempat mengocok batangnya. Astaga… ternyata banyak juga kejadian aku melecehkan cowok ganteng cupu itu. Hahaha…


Eh, kok? Kenapa tiba-tiba aku memikirkan tentang Edo? Apa karena aku udah nafsu banget?


“Kyaaaa….!” Aku terkejut mendapati kalo cowok itu sudah berdiri disampingku. Ia pasti mendengar desahanku…


“Eh, Edo… ngapain?” astaga, ia mau apa? Edo membuka pakaiannya. Aku jadi deg-degan. Edo sudah telanjang bulat. Kontol dengan helm besar itu udah tegak menjulang…


“Ehhhh… hmmmmm…. Smoooohhhh…. aduhhhh… tunggu … smmmooohhh… ada Deya… smoooohhhhh” Edo langsung menciumku dengan ganas. Ia pasti udah terpancing… aku hanya bisa pasrah waktu ia menelanjangiku.


“Udah sayang, nikmati aja…” Aku hanya bisa pasrah waktu diserang.


“Ahhhh…” Kembali aku meleguh… ini yang ku tunggu-tunggu.


“Hmmm… udah mau yah?” Edo tersenyum waktu aku memegang kontolnya yang telah membuat ku penasaran selama ini. Ia bekerja dengan cepat dan efisien, langsung menarik turun seluruh pakaianku.


“Ehhh… kok!!!” Aku kaget waktu Edo menarik kepalanya. Ternyata ia mau melihatku telanjang. Aku jadi malu karena gayaku waktu itu udah pasrah bahkan cenderung liar…


“Cantik sekali, kamu memang primadona dari dulu, Titien sayang!”


“Ahhhh….” Edo kembali mencium ku.. dan dengan tergesa-gesa ciumannya turun ke leher dan toketku dengan putting yang sudah mengeras.


“Wow… masih aja kencang seperti dulu!” Edo terus memuji tubuhku.


Walaupun tergesa-gesa, Edo tetap meluangkan waktu untuk mencium dan menjilati perutku. Ciumannya geli sekali. Akhirnya semuanya turun dan berpusat di liang nikmatku dengan bulu-bulu tipis.


“Udah basah yah?” Edo membelainya, aku langsung naik ke awan-awan. Tubuhku tergetar menahan nafsu.


“Udah, Edo cepat… masukkan…” Aku gak tahan lagi, langsung menarik tangannya.


Dengan segera Edo mengambil posisi berdiri di samping tempat tidur, sambil mengangkangkan kakiku lebar-lebar. Kali ini kontolnya sudah berada di pintu masuk liang nikmatku. Kontolnya mulai terasa menggesek-gesek memek tembem milikku.


“Ahhhh…..” Aku merasakan penetrasinya… ini yang ku dambakan dari tadi, akhirnya aku merasa seperti dahagaku mulai terisi.


“Titien… aku cinta kamu…” Edo menatapku dalam-dalam… sedalam kontolnya yang sudah masuk seutuhnya.


“Edo… ahhhhh…” Aku tak mampu berkata-kata, hanya bisa mendesah dan menikmati pompaannya. Walapun tusukannya cenderung monoton tapi tenaganya mantap, dari tadi udah main RPM tinggi terus.


“Nikmat banget, ini yang selama ini kuidamkan…”


“Iya… terus… ooohhhhh” Aku merintih nikmat. Genjetan Edo makin terasa, kontolnya bergerak keluar masuk dengan lancar…


Berkali-kali


“Ihhh… punyamu keras sekali!” Aku memuji orderdilnya. Mungkin itu yang menyebabkan persetubuhan ini terasa nikmat tanpa harus memainkan tempo, atau gaya ataupun kedalaman tusukan


“Plok… plok… plok…” Edo makin bersemangat, sementara aku merasa sudah sangat dekat. Palkon Edo yang memiliki diameter diatas rata-rata itu sangat sesak mengesek dinding vagina… ternyata tiap-tiap kontol memiliki keenakan yang berbeda-beda. Akupun hanyut dalam kenikmatan… desahanku kini makin kuat… gak bisa ditahan lagi.


“Ahhh….ahhhh…” Edo juga mulai mengerang, nampaknya ia juga mau nyampe. Aku melihat kerutan diwajahnya serta tatapan mengeras. Edo menahan nafas sambil memompa dengan cepat… sementara itu aku tidak mampu menahan diri, tubuhku gemetar merinding merasakan kenikmatan yang begitu nyata, menyapu bagai badai.


“Aaaarrhhhhhhhh…. Ahhhhhhhhhhhh” Aku menjerit sambil merasakan cairan vaginaku membasahi liang nikmat. Aku nyampe… tubuhku berkedut kelojotan…


“Ahhhhhhhhhhh….” Ternyata orgasmeku juga dibarengi Edo… ia cepat-cepat menarik kontolnya dan membuang cairan kental putih sebanyak 6 kali semprotan ke perut dan dadaku. Sementara itu ia terus menatapku dalam-dalam, seakan menikmati kepasrahanku.


Kami masih menatap, sebelum berbaring untuk memulikan nafas dan tenaga. Edo memelukku erat, sementara aku hanya bisa diam menyadari kalo aku lemah… gak bisa melawan godaan seksual seindah ini.


“Titien… gak nyangka akhirnya apa yang aku mimpi selama ini tercapai juga…” Edo berbisik jelas di telinga kiriku.


“Iya… tapi cukup hari ini yah, kamu tahu kan kalo ini salah…!” Aku gak tahu mau bilang apa, karena jelas aku juga sangat menikmatinya. Tapi aku gak mau ia mencapku istri yang suka selingkuh.


Edo diam aja sambil terus memelukku erat.


“Kak, udah puas kan? Ato masih mau lanjut lagi?” Terdengar suara seorang gadis disampingku.


“Deyara!” Aku bagai melihat setan di siang bolong, kenapa aku baru sadar kalo gadis ini masih ada bersamaku.


“Enak gak kontolnya? Kakak bilang sih keras seperti kayu, gimana terbukti kan?” Deyara tertawa mengejekku.


“Ehhhh…. Ihhh, kok ngomong gitu.” Aku jadi malu sekali. Pasti wajahku udah merah kayak kepiting rebus.


“Hehehe… Kak, kalo mau lanjut, boleh sih… tapi jangan lama-lama yah Kak. Nanti Kak Janus-nya ketagihan, lho.” Deya mengejekku sambil berlari menjauh…


“Tok… tok… tok…” Tiba-tiba pintu diketuk, kami langsung tegang. Apalagi aku dan Edo yang dalam keadaan telanjang, bingung mau apa. Untung saja Deya dengan cepat pergi mengintip keluar.


Aku masih diam, tubuhku masih belum pulih dan gak bisa bereaksi apa-apa. Aku hanya bisa pasrah… ah nikmatnya kalo pasrah terus.


“Deya…!” Kami terkejut ketika Deya membuka pintu.


“Tenang kak, itu Kevin. Nanti aku tanya apa maunya… Kakak lanjutkan aja ronde berikutnya… hehehe…” Deyara langsung menyelinap keluar. Ia kembali menutup pintu dan menguncinya.


Aku masih terpana, gak tahu bilang apa. Edo juga hanya diam aja…


Edo menatapku tapi aku menutup wajahku. Rasanya aku ditelanjangi di depan umum, perselingkuhan Ryno dengan Deya telah ku balas dua kali lipat, dengan Shaun dan kini dengan Edo. Padahal itu bukan kesalahan Ryno… dan kedua perselingkuhanku dilaksanakan tepat didepan gadis ini…


Kontol Edo adalah kontol ketiga yang pernah masuk… dan aku gak mau munafik kalo bilang aku tidak menikmatinya. Kontol Shaun yang berurat dan garang, serta kontol Edo yang keras seperti kayu, dengan helm yang besar memiliki keunikan masing-masing.


‘Apa Ryno masih mau menerima aku kembali? Apa segalanya masih seperti dulu lagi?’


Aku masih merenung dan menengadah ke langit-langit, sementara merasa geli yang membuat merinding menyerang memekku.


‘Eh, apa ini?’ Rasanya basah… hangat, tapi begitu indah dan membuai… dan ketika aku melihat kebawah, ternyata Edo sedang mengoral memekku dengan lembut.


“Eh, Edo… aduhhh ngapain?” Lidah cowok itu menjilat, menghisap, menyeruput dan memilin klitorisku… aku gak sadar sampai aku gak bisa melawan lagi. Tangan Edo telah mengancing kuat tubuhku, sedangkan kepalanya masuk diantara paha, serta membuka lebar kakiku.


“Udah, sayang… kamu nikmati aja!” Edo tertawa melihat aku terkejut.


“Aduh… eh.. jangan…!” Aku coba mencegah dengan mengangkat kepala Edo, tapi aku gak kuat… mana posisi kakiku udah terbuka lebar gini. Tangan Edo langsung memegang tanganku, sementara lidahnya terus menjilat nakal. Aku menggeliat geli…


“Gimana sayang? enakkan?” Edo tersenyum…


“Aduhhh…. Udah dong, jangan gitu Edo!” Aku menatapnya penuh permohonan, tapi Edo hanya tertawa.


“Hehehe… tauh gak, ini salah satu impianku sejak kuliah dulu!”


Kembali tatapan mataku dan mata Edo bertemu, dan ia tersenyum… kembali aku dipermainkan oleh gairah yang tidak biasanya. Aku hanya bisa menutup mata pelan-pelan membiarkan cowok itu mempermainkan bagian-bagian vital tubuhku. Kembali ku rasakan gairah yang begitu besar, mendesak kuat… tubuhku bergetar…


“Ahhhh… Edo, terus…” Aku udah pasrah.


Edo makin kuat menjilat dan menyeruput, kali ini lidahnya masuk ke belahan nikmatku. Ihhhh… geli banget.


Ternyata dalam mengoral cewek, Edo punya skill yang tinggi. Beda jauh dengan penetrasi, kali ini dengan lihainya cowok itu mengatur tempo dan intensitas kulumannya. Dengan pasrah aku berulang kali membuka lebar kakiku dan mengangkat pinggul untuk mengejar lidahnya… ihhh, bikin ia tambah besar kepala. Hehehe…


“Edo, udah dong… jangan permainkan aku lagi. Aku udah dekat sekali…” Akhirnya aku menarik rambutnya dan memaksa kepalanya terbekap dalam-dalam. Malah kakiku langsung merangkul tubuhnya hingga gak bisa lepas lagi. Edo hanya tertawa melihat sikapku…


Akhirnya kuluman yang sangat intens itu muncul lagi… kali ini benar-benar membawa kepuasan dahaga yang dari tadi diombang-ambingkan.


“Ahhhhaaaaahhhhh…” Aku merintih… mengerang… ini enak sekali.


Tubuhku gak bisa tahan lagi, pinggulku mulai kelojotan sedangkan perut dan data tergetar nikmat. Aku mengangkat tubuhku hingga melengkung, dan dengan teriakan yang kuat aku menyambut orgasme keduaku… Edo iseng menusuk memekku dengan dua jari.


“Seeerrrr… seerr…” Aku gak bisa bicara… hanya bisa mengeluk dengan kuatnya. Tiba-tiba aja ada cairan bening keluar dari vagina dengan deras, persis kayak lagi kencing. Aku squirt…


Edo sampe kaget melihatnya, tapi ia terus aja mengobel memekku dengan dua jarinya. Aku mencapai di puncak kenikmatan.


“Aaahhhhrrrgggg… ahhh! udah…aduh.” Setelah berteriak keras, tubuhku kembali terhujam ke tempat tidur… melepaskan semua gairah lepas… bebas… aku memejamkan mata.


Untuk beberapa menit kedepan aku hanya bisa menarik nafas panjang seakan ingin memulihkan tenaga dan merenggangkan semua otot yang tadi sempat tertarik kuat.


“Gimana sayang, enak kan?” Edo tersenyum.


Aku hanya bisa diam… sambil menarik nafas panjang.


‘Anak ini harus diberikan pelajaran, kalo tidak nanti akan tambah besar kepala. Bahaya kalo mulutnya bocor ke mana-mana bilang kalo udah berhasil menaklukkanku di ranjang sampai squirt seperti ini!’


-----


Skip… skip


“Astaga… Titien… stop, aduh… pelan… nanti aku cepat keluar!” Edo langsung protes, padahal barusan lima menit ia merasakan pijatan dinding memek ala Titien. Hehehe… rasain.


Edo masih mengap-mengap, persis kayak ikan mas cari udara.


Tadi setelah aku pulih, aku balas menyerang Edo yang tertawa-tawa melihat aku membalas dendam perbuatannya mengoralku. Kali ini aku gak tanggung-tanggung, setelah mengoral kontolnya sampai keras sekali, aku langsung naik diatasnya. Gaya WOT membuat aku mampu menggoyang tubuh bagian bawahku, terutama pinggul dan pantatku. Dan seperti yang kuperkirakan, goyanganku benar-benar membuat cowok itu keteteran.


Benar aja, kontolnya udah berdenyut-denyut tanda udah dekat, padahal baru lima menit. Hehehe… rasain!


“Ahhhh… jangan dong. Tunggu, eh… Titien… ahhhhh…” Aku hanya tersenyum.


“Gila memek ini… ahhhh enaknya… fuck! aduh, sudah.. cukup… ampun…” Mulut Edo terus mencercau dengan kata-kata pujian. Malah ia sempat memaki…


Tapi walaupun Edo coba menyerang, ia sudah terlanjur terlena dalam putaran nikmat pinggulku… dan ia hanya mampu bertahan selama enam menit dan membuang pejuh di didalam memekku… uh… untung aku pake spiral.


“Ahhhhh…..” Terdengar desahan Edo ketika kontolnya mengedan dan menyemprot. Aku menikmatinya… geli juga disembur di dalam oleh kontol kayak ini. Aku mengangkat tubuhku serta berbalik memandan ke bawah. Kontol Edo terlepas dari memekku… sisa pejuh yang agak kental masih ada di memekku, tapi aku gak perduli.


Aku gak mau tanggung-tanggung, tanganku langsung mengocok cepat kontol yang sudah muncrat itu. Edo mengedan lagi, terasa diperas keluar semua cairan yang tersisa… sampai ampas-ampasnya.


“Aduh… udah Tien… ampun! Nyerah aku…” Edo mulai teriak. Ia udah melewati batas kenikmatan.


“Hahaha…” Aku tertawa menikmati kemenanganku, mampu membuat kontol yang keras tadi jadi loyo dan mengecil.


‘Maaf Edo, aku sengaja buat begini supaya mulutmu gak bocor kemana-mana.’ Aku masih menatap cowok itu sampai ia tertidur pulas, sebelum aku pun mulai menutup mata dan pergi ke alam tidur.


-----


POV Author


“Dick? What are you doing here!” Megan terkejut melihat partnernya mengetuk pintu malam-malam.


“Megan, I got the evidence we need. Sari has recorded the crime in this chip!”


“Oh, oke… I will contact them ASAP to get us out of here.”


Dick langsung menyelinap keluar dari kamar itu, sambil memastikan kalo gak ada orang mengikutinya. Megan memperhatikan dari jauh…


Tak lama kemudian, Megan memasukan memori card mini itu ke dalam HP. Ia ingin melihatnya terlebih dahulu… di sini gak terlalu aman. Ia pergi keluar ke lantai atas…


Benar aja, setelah menonton video berdurasi empat menit itu, ia menyimpulkan kalo bukti ini sudah cukup, ada penyiksaan, pembunuhan dan pemerkosaan. Belum lagi penipuan dan pencucian uang... Logan akan masuk penjara untuk waktu yang lama.


Aku harus kontak Brenda sekarang…


Namun kali ini Megan membuat kesalahan. Mungkin karena excited dengan barang bukti, ia tidak mengetahui kalo ia sedang diintip. Megan baru menyadari kalo ada orang dibelakangnya, tapi sayang sudah terlambat. Suatu pukulan kuat membuat ia jatuh dan pingsan… dan tanpa bisa dicegah, hape yang berisi chip itu kembali dirampas.


Tak lama kemudian, tubuh gadis itu diikat dan dibawah ke dalam suatu ruangan.


---


“Dinah, kita memiliki masalah yang lebih besar!” Seorang cowok datang mendekat.


“Eh, ada apa?”


“Ini, lihat aja sendiri!” Ia memainkan sebuah video singkat lewat hape, sementara Dinah menonton dengan cemas. Apa yang ia takutkan terjadi… semuanya terekam dalam video amateur itu.


“Astaga, siapa yang merekamnya?” Dinah marah sekali. Hal ini sangat berbahaya, dengan bukti sejelas ini, bukan hanya dia dan orang-orangnya jelas bersalah. Bahkan Mr. Logan pun ikut terseret.


Dinah kembali membentak, kali ini sambil memukul meja didepannya.


“Kamu dengar kataku kan? Siapa yang merekamnya?” Ia marah sekali.


“Kami gak tahu, tapi aku menemukannya di tangan Megan.”


“Megan? Tapi ia belum di sini waktu pembunuhan itu terjadi…” Dinah semakin bingung.


“Kami pikir ada orang lain yang memberikannya kepada Megan, mungkin sekali untuk menyeludupkannya keluar. Ia mungkin berpikir kalo Megan tidak dicurigai, hingga bebas sekali-kali keluar dari tempat ini.” Orang itu terus memberikan opininya. Dinah hanya mengangguk.


“Kalo gitu cepat panggil semua pembatuku, Bren, Robert, Janus, Kevin, serta Susan. Aku akan langsung telpon Mr Logan untuk datang, suruh temui aku 30 menit dari sekarang di ruangan rapat. Kita harus mengambil tindakan, namun tetap berhati-hati. Mulai sekarang perketat pintu depan, jangan sekali-kali biarkan siapapun keluar ataupun masuk tanpa seijinku…” Dinah memberi perintah dengan cepat, jelas sekali ia memiliki jiwa pemimpin.


“Kamu mau bangunkan mereka malam-malam?” Cowok itu kembali bertanya.


“Iya… bilang penting sekali. Masalah Titien dan Deya belum selesai, udah muncul masalah baru. Aku masih penasaran kedua cewek itu bisa lolos… kayaknya ada orang dalam yang berkhianat.


-----


“Dinah, semua sudah ada di ruang meeting, kecuali Janus. Dia tidak membalas hape…”


“Kalo begitu pergi cari di kamarnya.” Semua orang disini udah tahu, kemauan Dinah harus diikuti.


“Aku curiga sama cowok itu, ia menghilang sejak tadi waktu kita semua mencari Titien dan Deya…”


“Apa? Ia menghilang sejak tadi? Kenapa baru bilang…”


“Aku pikir… kan gak mungkin…”


“Udah… gak usah pake berpikir. Cepat cari di kamarnya, dan bawa ke ruang meeting. Awasi tingkah lakunya…” Dinah cepat memberi perintah.


“Beres boss.”


Dengan segera orang yang disuruh langsung naik ke lantai 13, tempat dimana apartement Janus. Perlahan ia mengendap, mencari dengar kalo-kalo ada gerakan yang mencurigakan. Tapi sejauh ini semuanya tenang.


Ia melangkah perlahan menuju tangga, dan siap-siap membuka pintu perlahan-lahan. Terkunci… yah, apes.


“Eh, kenapa kamu?”


“Janus!”


“Kenapa kamu mau buka pintu kamarku?”


“Eh, ini… mau bilang kalo kamu ditunggu Dinah di ruang meeting, semua sudah ada.”


“Oke kalo begitu, kamu duluan…” Janus memaksa orang itu berjalan duluan sedangkan ia menyusul dari belakang. Untung saja ia keluar sebentar untuk menbantu mencari Deya.


-----


Setelah meeting, terlihat Janus mendekat kearah Kevin hendak bicara. Tapi justru Kevin menjauh. Janus mengejarnya, tapi Kevin cepat-cepat pergi. Mereka berdua main kejar-kejaran.


Dan tepat ketika Janus hendak berlari mengejar, sebuah sms masuk ke hapenya. Ia kaget karena Kevin yang mengirim sms.


“Janus, jangan kejar aku… kita gak boleh ketemu, kamu sedang diikuti orang-orang Dinah. Hati-hati…”


Janus berdiri terpaku, astaga. Apa maksudnya?


Spontan aja ia berbalik ke belakang mencari kalo ada orang yang mengikutinya. Tampak dua sosok bayang orang masuk bersembunyi.


Bahaya ini, berarti Titien gak aman lagi di kamarnya. Mana Deya lagi belum ditemukan…



-----


POV Melania


“Kak Cherry, sekarang ngaku aja, punya hubungan apa dengan Rivo?” Aku bertanya ketika kami berdua sudah di tempat tidur. Tadi Cherry meminta aku tidur dengannya malam ini, kebetulan aku gak perlu pulang malam. Apalagi rumahku jauh di Tondano.


“Hush… anak kecil mau tahu aja…” Cherry tertawa.


“Dengar baik-baik kak, kalo Kak Cherry gak mau bilang, aku akan ngomong ke Deyara. Aku ditugaskan Yara untuk mengawasi Rivaldo…” Aku mencoba menggertak. Hehehe… kelihatan kalo Cherry jadi stress.


Tanpa Kak Cherry sadari tanganku yang satu sedang memegang hape dan mengaktifkan salah satu fiturnya. Masak Keia boleh, hehehe…


“Hush, jangan… tolong jangan bilang apa-apa ke Deya, ia gak perlu tahu!”


“Gak perlu tahu apa?” Aku mendesak terus.


“Aldo dan aku… kami… eh udah salah… eh maksudnya, jatuh karena nafsu. Uuughhhh, kamu ngerti kan?” Cherry menutup mukanya karena malu.


“Maksudnya, jatuh gimana kak?” Aku terus bertanya, pura-pura bloon walaupun udah tahu apa maksudnya.


“Itulah Nia, kamu tahu kan apa yang terjadi bila cowok dan cewek tidur bersama.” Kak Cherry masih menutup muka. Lucu juga melihat Kak Cherry malu seperti ini.


“Iya… kalo tidur bersama jadi panas kan?” Aku pura-pura bego, Kak Cherry tertawa kecil.


“Terus? Cuma tidur doang kan?” Aku tanya lagi.


“Yah, gitulah… aku juga gak tahu awalnya gimana. Tahu-tahu kami udah telanjang…” Cherry makin malu.


“Terus?”


“Ehhh… itu, kami terbawa nafsu dan begitu sadar kami udah terlanjur…” Cherry bingung mau jelaskan gimana, aku


“Udah terlanjur apa, Kak? Maksudnya?” Aku mau ia menjelaskan secara rinci.


“Aku ngentot dengan Aldo… puas!” Cherry ngomong dengan kuat. Hampir saja pecah gendang telinga ku.


“Oohhhhh… kirain apa, kalo itu sih aku sudah tebak! Kan jelas kan udah telanjang bulat masuk kamar cowok” Kali ini aku yang tertawa…


“Ihhh, kamu sih pake tanya-tanya. Dasar usil… kayak Deya aja…” Cherry mencubitku, sementara aku terus tertawa.


Terus, Keia tadi lihat apa, Kak?”


“Hehehe… tadi pagi waktu dia video call dengan Aldo, ia sempat melihat aku telanjang di tempat tidur Aldo.”


“Astaga… hahaha…” Aku tertawa lagi kuat-kuat, sementara Cherry menutup mulutku. Ia malu kalo Aldo yang tidur di kamar sebelah mendengarnya.


Cherry menatapku dalam-dalam… sementara itu aku menghentikan rekaman serta menyimpannya di i-cloud. Ia penasaran dengan apa yang ku lakukan, sedangkan aku hanya menatapnya sekilas sambil tertawa-tawa.


“Eh, aku curiga nih… apa itu?” Cherry penasaran.


“Sesuatu yang bisa memaksa Kak Cherry telanjang bulat sepanjang malam ini…” Aku membuatnya penasaran sambil tertawa-tawa.


“Ehhh, apa itu?”


“Ini kak!” Aku memainkan sebagian rekaman tersebut. Cherry jadi makin pucat.


“Astaga… kamu rekam?”


“Hahaha… dengar baik-baik kak, aku keluar sebentar. Waktu aku balik kesini Kak Cherry sudah harus telanjang bulat.. kalo gak, rekaman ini akan membuat Kak Doni dan Kak Titien terkejut. Jelas…” Aku mengancam sambil tertawa-tawa.


“Ihhh… maunya, kamu itu satu dua dengan Keia… maunya aku telanjang terus dari pagi.” Cherry mengomel lagi, tapi kali ini ia tahu ia tidak ada pilihan lain.


Aku segera keluar dari kamar dengan wajah membayangkan kemenangan. Kali ini tinggal menjebak Rivaldo… hehehe…


-----


Benar sekali apa yang ku pikir, Rivo sementara masturbasi di kamar. Kebetulan aku melihatnya karena pintu tidak tertutup rapat.


Aku merasa deg-degan. Baru sekarang aku ngintip orang tidur, mana yang diintip cowok tampan lagi. Aku memalingkan muka, gak mau melihat kontol yang udah tegang itu. Lagi-lagi mataku terfokus ke benda itu. Ihhhh Nia.. koq aku jadi gini?


Langsung aja aku mempersiapkan kamera, dan menyelinap masuk diam-diam seraya merekam. Rivo makin semangat mengocok, kontol yang sudah sangat keras itu makin gagah aja. Rivo menutup mata, tubuhnya menegang.


“Cherry… oh Cherry… kamu seksi sekali… tokedmu… ah!” Ternyata Rivo membayangkan Cherry waktu onani.


“Eh, Rivo. Lagi ngapain?” Suara ku membuat cowok itu kaget luar biasa. Cepat-cepat ia menarik selimut dan menutup kontolnya dengan selimut.


“Hahaha… apa aku mengganggu?”


“Iya, udah tahu nanya lagi.” Rivo menjawab ketus.


“Hahaha… kentang yah?”


“Ihhhh… bikin stress orang aja.” Rivo masih menggerutu.


“Makanya jangan terlalu mesum…”


“Eh, kamu rekam?”


“Dikit doang…” Aku membuat ia penasaran.


“Sejak kapan?”


“Sejak ada orang teriak panggil-panggil Cherry.”


“Ihhh… alasan, bilang aja kalo kamu mau lihat kontolku, kan?


“Bukan aku, tapi Kak Cherry…”


“Huh?”


“Iya… kamu dipanggil Kak Cherry, ia gak mau tidur sendiri.” Aku mempermainkannya.


“Ah masa?”


“Kalo gak percaya lihat aja, ia udah dari tadi telanjang bulat menunggu kamu muncul.”


“Huh? Cherry?”


“Tadi Kak Cherry cerita kok kalo kalian sudah em el…”


-----
 
Sambungannya...


Benar sekali apa yang ku pikirkan, Rivo sementara masturbasi di kamar. Kebetulan aku melihatnya karena pintu tidak tertutup rapat.


‘Dasar cowok otak mesum, pasti gak tahan dari tadi lihat Kak Cherry telanjang… hehehe’


Aku merasa deg-degan. Baru sekarang aku ngintip orang tidur, mana yang diintip cowok tampan lagi. Aku memalingkan muka, gak mau melihat kontol yang udah tegang itu. Tapi entah kenapa, lagi-lagi mataku terfokus ke benda itu. Ihhhh Nia.. koq aku jadi gini?


Langsung aja aku mempersiapkan kamera, dan menyelinap masuk diam-diam seraya merekam. Rivo makin semangat mengocok, kontol yang sudah sangat keras itu makin gagah aja. Rivo menutup mata, tubuhnya menegang.


“Cherry… oh Cherry… kamu seksi sekali… tokedmu… ah!” Ternyata Rivo membayangkan Cherry waktu onani.


“Eh, Rivo. Lagi ngapain?” Suara ku membuat cowok itu kaget luar biasa. Cepat-cepat ia menarik selimut dan menutup kontolnya dengan selimut.


“Hahaha… apa aku mengganggu?”


“Iya, udah tahu nanya lagi.” Rivo menjawab ketus.


“Hahaha… kentang yah?”


“Ihhhh… bikin stress orang aja.” Rivo masih menggerutu.


“Makanya jangan terlalu mesum…”


“Eh, kamu rekam?”


“Dikit doang…” Aku membuat ia penasaran.


“Sejak kapan?”


“Sejak sampai di toket Kak Cherry.”


“Hehehe… habisnya seksi sih… Eh, kamu mau apa?”


“Iseng aja masuk…”


“Ihhh… alasan, bilang aja kalo kamu mau lihat kontolku, kan?


“Bukan aku, tapi Kak Cherry…”


“Huh?”


“Iya… kamu dipanggil Kak Cherry, ia gak mau tidur sendiri.” Aku mempermainkannya.


“Ah masa?”


“Kalo gak percaya lihat aja, ia udah dari tadi telanjang bulat menunggu kamu muncul.”


“Huh, Beneran? Cherry panggil aku?”


“Tadi Kak Cherry cerita kok kalo kalian sudah em el… dan sekarang ia mau pamer didepanku”


“For real?”


-----



Skip… skip…


“Nia, apa memang harus seperti ini?” Cherry protes, tapi walau ragu-ragu ia menyerah juga.


Tadi aku kasih pilihan, apa mau ngentot didepanku, atau mau ikut semua yang kuperintahkan sepanjang minggu ini. Dan sebagai permulaannya adalah mereka berdua tidur satu ranjang telanjang bulat.


Akhirnya setelah diplomasi yang berbelit-belit, keduanya setuju memilih opsi ke dua. Rivaldo kini melepaskan seluruh penutup tubuhnya. Keduanya kelihatan malu-malu menutupi bagian-bagian vitalnya dengan tangan. Hehehe… kayaknya menarik juga.


Cherry tidur di tengah, sedangkan Rivo di sebelah kirinya dan aku di sebelah kanannya. Aku cepat-cepat mengambil satu-satunya selimut yang ada dan memakainya sendiri. Tadi aku sempat menyetel aircon sedingin-dinginnya… pasti kedua orang yang telanjang itu akan saling menghangatkan… hehehe…


“Eh, Nia… dingin!” Cherry memelas minta sebagian selimut, tapi aku gak mau.


“Suruh aja Rivo yang panaasin…”


“Ihhh….. anak ini otaknya gak benar” Cherry menggerutu terus.


“Udah kak, tidur aja…” Aku ngintip sedikit lalu menutup mata.


Cherry masih stress, kelihatan jelas kalo ia kedinginan, tapi ia malu menyuruh Rivo memeluknya. Sementara cowok itu masih aja membaca di hape… mungkin untuk mengalihkan pikirannya agar gak ngeres. Helo, ada gadis cantik telanjang bulat tidur disampingnya, lho.


Cherry mulai menggeliat, ia mendekatkan tubuhnya ke Rivo. Ketika tubuh keduanya menempel, Rivo jadi gelisah… ia seperti menutup selangkangannya… kayaknya udah mulai tegang… hehehe… rasain.


Barusan satu menit menempel, keduanya makin gelisah. Apalagi tubuh Rivo mulai gerak-gerak buat Cherry gak nyaman.


“Ahhhh… maaf!” Rivo menggeleng kepala, ia kelihatan gak tahan lagi.


Tak lama kemudian Rivo menarik tubuh Cherry dan mendekapnya… Cherry kelihatannya pingin protes tapi Rivo memeluknya erat. Mungkin aja protesnya hanya setengah hati. Akhirnya gadis cantik itu pasrah juga karena ia juga kedinginan.


“Aldo… ahhhh… ihhhhh, nakal!” Tubuh Cherry bergelinjang kegelian.


“Udahlah Cher… Nia gak lihat kok, gak apa-apa” Terdengar Rivo berbisik.


“Iya… tapi punyamu udah ngeres…” Cherry merasa malu tersentuh batang Aldo yang sudah tegak.


“Hehehe… maklum aja, ada gadis seksi telanjang bulat disampingku…” Kata Rivo setengah merayu.


“Apa kita bisa bertahan sampai tujuh hari gini terus?” Cherry bingung.


“Udah ah, gak usah banyak pikir, kalo pun gak tahan kan kita juga yang enak…”


“Ihhhh… terus Nia gimana?”


“Biar aja dia yang stress sendiri… ehhh auhh!” Rivo menjerit ketika pinggangnya di cubit.


Aku makin menyunggingkan senyum di sudut bibir sambil pura-pura tidur. Kayaknya drama ini makin menarik aja. Tak lama kemudian aku mendengar kedua orang yang berpelukan itu mulai bisik-bisik.


“Kalo gini terus bisa bahaya, kita gak pernah akan bebas… Nia akan terus mengancam kita lewat rekamannya…”


“Iya sih…” Suara Cherry terdengar lirih.


“Kamu sih, pake ngaku-ngaku segala…”


“Kamu juga pake masturbasi segala… gak pake lihat-lihat sikon”


“Aku ada ide, kita kasih aja apa yang dia mau?” Rivo mengajukan usulan.


“Apa?” Cherry bingung…


“Ia mau lihat kita ngentot, kan? Kita show aja didepannya…”


“Ihhhh mesum…”


“Itu mungkin cara satu-satunya bisa lolos… dengarkan aku dulu…”


Sayangnya aku gak bisa dengar lagi kata-kata mereka. Tapi kayaknya mereka udah sange… tapi intinya mereka mau ngentot. Aiapa sih yang bisa bertahan berpelukan telanjang bulat gini. Hehehe…


“Terus aku buat apa?”


“Seperti biasa, mendesah yang kencang…”


“Ihhhh,…. Kamu yakin?


“Udah tegang gini tanya lagi…”


“Aku masih gak yakin, Aldo… eh… apa itu… ahhhhh…” Ucapan Cherry terhenti ketika ia merasa tangan Rivo membelai belahan di selangkangannya.


“Udah basah gini pura-pura lagi…” Rivo terus membelai membuat Cherry kelabakan.


“Ahhh… tunggu…” Cherry masih protes.


“Smoch.. ah…” Rivo langsung menyambar bibir Cherry dan melumatnya.


“Ehhhh….” Cherry kaget, tampak tidak siap dengan serangan di dua tempat. Tapi kemudian ia mulai pasrah walau masih malu-malu…


Benar aja, dalam waktu yang singkat keduanya langsung bergumul dalam nafsu. Cherry mulai mendesah ketika Rivo mencium leher serta telinganya, sedangkan toketnya mulai digrepe dengan lembut.


Setelah itu ciuman Rivo menjelajahi dada dan ketiak Cherry, dan berlabuh di putingnya. Cherry terus mendesah kuat waktu Rivo mengisap kuat, mempermainkan putingnya. Gak sampe lima menit keduanya sudah terbakar dalam asmara yang panas…


Astaga… permainan mereka benar-benar panas. Aku jadi jengah, gak nyangka kalo mereka senekad ini… walaupun aku pernah menonton film blue bersama Deyara, tapi aku gak pernah menyaksikan yang seperti itu. Keduanya terus hanyut dalam lautan nafsu… tubuh Cherry berulang kali bergidik, meliuk indah ketika ia kegelian.


‘Wah hebat juga Rivo membuat gadis ini jadi terbakar.’ Cherry kini naik keatas tubuh Rivo dan mencium putting cowok itu… ia juga turus mencium permukaan dada dan perut Rivo membalas perbuatan cowok itu. Tangannya mulai meraba dan menggenggam suatu batang pusaka Rivo yang sudah tegang.


‘Ihhhh… milik Rivo waktu udah tegang besar sekali. Astaga, apa itu bisa masuk?’ Aku yang menyaksikan langsung pergumulan birahi keduanya menjadi ikut terbakar. Tak sadar tanganku udah bermain di dada, meremas… setiap kali Rivo membuat Cherry bergelinjang karena geli, aku merasa kalo tubuhku yang sedang dipermainkannya.


“Ahhhh….” Cherry mendesah kuat, sementara aku malu-malu mengeluarkan suara desahan juga.


Kali ini keduanya sudah berada dalam posisi. Kontol tegang milik Rivo sudah bersandar di belahan nikmat milik gadis itu… seakan siap mengambil cairan kenikmatan yang bukan miliknya… benar-benar menegangkan.


“Astaga…” Aku memperhatikan keduanya, mereka gak malu-malu lagi. Nafsu sudah membuat mereka kehilangan akal sehatnya.


“Ahhhhhhh…. Terus… ahhhh…ayooo… terus…” Cherry mendesah dan merintih sedangkan Rivo menjawabnya dengan leguhan yang membayangkan kenikmatan. Dua alat kelamin tersebut kini menyatu dengan sempurna. Keduanya kelihatan tegang… tapi nikmat.


Aku terbangun dari tempat tidur, kali ini pakaianku sudah gak karuan, tanganku sudah berada di balik baju… satu di toket dan satu lagi di memekku. Aku juga turut terbawa nafsu… ahhh, ini gila.


“Ahhh…. ahhh… ahhh…” Cherry terus mendesah, Rivo mengenjot dengan kuatnya.. penuh semangat karena suara desahan Cherry. Edan… ini benar-benar gila...


Setelah memompa lebih dari 10 menit tubuh Cherry mulai berkelojotan… aku memperhatikan baik-baik bagaimana ia tidak mampu lagi mengontrol gerakan tubuhnya, dan perut serta pinggulnya mulai kejang-kejang. Tubuh yang indah itu terangkat tinggi…. Sementara Rivo membiarkan partner seksnya menikmati puncak.


“Aaaarrrrgggghhhhhhhhhh” Cherry akhirnya merasakan orgasme pertamanya.


Gadis itu kembali terhempas di tempat tidur… matanya tertutup, tapi mulutnya tersenyum membayangkan kenikmatan yang luar biasa.


‘ihhhh… bikin nafsu aja…’ Akhirnya untuk pertama kalinya aku menyaksikan siaran langsung seperti ini.


“Eh, Cherry, aku belum keluar…” Rivo protes..


“Minta bantu sama Nia aja dulu…” Cherry asal ngomong.


Rivo menatapku… pandangannya dikuasai nafsu, aku jadi kaget. Astaga…


“Udah, mainkan aja Rivo. Nia udah nafsu kok dari tadi…” Suara Cherry membuat Rivo makin berani. Sementara aku kebingungan… astaga, aku harus ngapain?


Rivo makin mendekat, sangat dekat… langsung aja bibirku dikulumnya… sementara aku hanya bisa diam, gak bisa buat apa-apa.


“Hahaha… tuh kan udah mau!” Cherry menahan tanganku… sementara tangan Rivo mulai membelaiku, dan bibirnya bergerak nakal menyosor ke leherku.


“Nia… aku tahu kamu udah mau… percayalah aku tidak akan menyakitimu… malah akan buat kamu gak bisa melupanan malam ini.


“Ehhh…. Rivo, jangan….”


Penolakanku tidak dibarengi dengan bahasa tubuhku, aku hanya bisa pasrah ketika tangan Rivo menyelinap di balik bajuku bahkan dibalik bra, dan mulai membelai toket perawanku.


“Wahhh… masih keras banget.” Ia terus menjajal kedua bongkahan daging yang masih sangat jarang disentuh tangan orang lain. Tubuhku bergetar…


Aku hanya bisa menutup mata ketika Rivo membuka seluruh pakaianku… yang tersisa hanyalah secarik kain segitiga penutup memekku. Aku kini telah telanjang didepan pacar sahabatku… aku berkali-kali bilang kalau ini suatu kesalahan. Tapi aku gak mampu bicara.


“Ternyata tubuhmu bagus sekali... seksi banget.” Rivo memujiku… membuatku melayang ke awan-awan.


Rivo membaringkan tubuhku di tempat tidur, kembali menyerang tubuhku… mulutnya melumat kedua pentil… sementara tangannya menarik turun CD-ku. Astaga, sedikit lagi aku telanjang bulat…


Benar aja, setelah pertahanan terakhirku ditanggalkan, mulut Rivo pelan-pelan turun sambil terus mencium tubuhku. Kali ini sudah melewati perut… terus kebawah.geli sekali… aku menutup selangkangan ku karena malu…


“Rivo… jangan… astaga… aku gak mau…” Kata-kata yang keluar sangat berlawanan dengan kemauanku.


Jari Rivo menyelinap diantara selangkanganku, sambil tangan dan dagunya menarik kakiku membuka. Aku hanya bisa pasrah ketika kakiku dikangkangkan sementara memek perawanku terbuka dengan jelasnya.


Akhirnya aku merasakan sapuan lidah yang menari-nari diatas gundukan kecil itu, lidah Rivo mengarah ke klitorisku, membuat aku bergidik kegelian… sementara mulutnya menyeruput mengisap…


“Ahahhhahaaaa…” Aku mendesah sambil tertawa karena geli.


“Hajar terus Aldo, buat cewek ini keteteran…” Cherry kini tersenyum-senyum. Astaga ini ternyata rencana mereka untuk balas dendam. Dan ketika aku membuka mata, aku melihat Cherry sementara merekam ku dengan hape-nya.


“Aahhhh…. Jangan, astaga… ampun!” Aku menjerit, tapi kembali jeritanku terdengar seperti desahan, sementara Cherry dan Rivo hanya tertawa-tawa melihat aku sudah gak bisa mengendalikan nafsuku.


Benar juga, setelah cukup lama terbuai dalam permainan oral kelas yahud ala Rivo, aku mengangkat pinggulku yang sudah kejang-kejang dalam konstraksi nikmat. Vaginaku langsung membanjir…


“Aaaahhhhhh aaaarrrrgggggggghhhhhhhhh!” Aku menyambut suatu orgasme yang sangat dashyat. Tubuhku sampai terlunjak-lunjak karena nikmat… luar biasa nikmatnya. Aku sampai terengah-engah seperti baru selesai mengikuti lomba lari aja…


“Gimana Nia, enak kan?” Cherry tertawa-tawa mengodaku. Tangannya memeluk tubuhku sementara itu ia berbaring disampingku sambil berfoto selfie. Aku berdesir, ada dua gadis cantik telanjang bulat di tempat tidur, bersama seorang pejantan tangguh yang juga sangat ganteng… wah, untuk banget si Rivo.


‘Apakah malam ini aku masih bisa mempertahankan keperawananku?’


-----


“Dengar baik-baik Nia, cepat hapus rekaman aku! Kalo tidak video ini akan aku post di facebook. Gimana, berani?” Suara Cherry sangat ketus… ia bena-benar memanfaatkan situasi.


“Iya kak, aku hapus sekarang…” Aku hanya bisa menurutinya… dan menghapus rekaman tersebut.


Kak Cherry mengambil hapeku, dan membuka filenya satu-satu, untuk memastikan aku gak lagi menyimpan apa-apa. Keknya ia sudah sangat stress diancam kek tadi…


“Kamu sih, pake-pake ancam kita segala. Untung Aldo dapat ide membalasmu…” Cherry mencubitku. Agaknya ia gak marah lagi…


“Siapa suruh Kak Cherry telanjang bulat dari tadi pagi, bikin orang penasaran aja…”


“Kamu juga kan sudah telanjang bulat sekarang, jadi udah impas kan?” Cherry meledekku.


“Aku sih hanya bermaksud melihat Kak Cherry ngentot dengan Aldo, wah, ternyata hot sekali… setelah tadi lihat siaran langsung aku sudah puas kok!” Aku balas mengejek Kak Cherry.


“Ih, kamu persis kayak Deya…”


“Deya juga pernah ancam Kak Cherry?”


“Gak ancam sih, cuma ngintip. Pas kita lagi seru-serunya, Deya sempat-sempat selfie didepan kita…” Cherry menceritakan pengalaman kenakalan Deya dulu.


“Astaga, jadi Deya lihat Kak Cherry ngentot dengan Aldo?”


“Eh, bukan… waktu itu dengan Doni… tapi aku balas lihat mereka dua telanjang bulat di kamar sebelah, hihihi…” Cherry meluruskan.


“Itu sih belum seberapa, waktu pagi Deya mengambil gambar Aldo dengan Doni telanjang bulat di tempat tidur saling memegang kontol…”


“Huh?”


Aku dan Cherry tertawa-tawa membayangkan serunya, sementara itu Rivo sampai jadi merah karena diejek habis-habisan. Benar-benar kejadian yang lucu…


‘Ternyata Kak Cherry seru juga, dari tadi aku merasa sangat dekat dengannya. Untung benar Kak Doni jadian dengan cewek ini… udah seksi, pinter, nakal dan suka selingkuh lagi, hehehe…’ Aku terus berpikir apa yang akan terjadi kalo Deyara dan Kak Doni tahu apa yang sebenarnya.


“Eh… apa ini?” Aku terkejut, memekku terasa geli lagi… tanpa sadar kakiku di sudah kembali dikangkangkan, dan sebuah benda tumpul dan keras sementara mencari jalan masuk.


“Eh… Aldo… ahhhh….” Rivo mengesekkan kontolnya di memekku… rasanya geli sekali. Memek yang sudah basah kuyup oleh cairan orgasmeku tadi mulai membuka jalan, mempersilahkan kontol Rivo masuk.


“Wah… Nia sempit sekali memekku…” Kontol Rivo mulai membuka jalan, menyibak belahan dan menggesek lorong yang sangat sempit itu. Palkonnya udah terasa… aku makin melayang keenakan… sementara itu Cherry yang melihat kejadian itu mulai meremas toketku agar aku merasa nyaman.


“Ahhhh…. Aduhhh…” Aku merasa palkon Rivo terus mengesek masuk perlahan… liangku masih sangat sempit. Aku kan masih perawan…


‘Astaga… tunggu, aku baru sadar.’ Aku masih perawan, kontolnya sudah didepan selaput dara ku.


Rivo masih memandangku dalam-dalam, tatapan yang seakan penuh tanya kalo ia bisa masuk terus…


Aku benar-benar bingung. Nafsuku sudah di ubun-ubun, tapi apakah aku sudah siap diperawani?


-----


POV Ryno


“Aduh… kita harus minta tolong siapa? TV ini berat sekali… kamu sih beli TV gak pake rencana.”


“Kita tanya ada siapa tahu ada pria yang mau bantu angkat ke mobil…”


“Kamu yang tanya, aku kan gak tahu bahasa Inggris…”


“Apa lagi aku… kamu aja”


Aku mendengar dua orang Indonesia sementara berdiskusi. Keduanya gadis muda… keduanya tampak takut-takut. Lucu juga…


“Ada yang aku boleh bantu?” Aku menawarkan diri kepada mereka.


“Eh, bisa bahasa Indonesia?” Mereka terkejut.


Alhasil, aku mengikuti mereka mendorong belanja mereka ke sebuah van yang terparkir cukup jauh di tempat yang sunyi. Aku membantu membuka pintu samping, tapi sebelum aku bisa berespon, seseorang keluar dan menempelkan hidungku dengan kain lap kecil.


“Ehhh…..aaapppp…” Aku gak bisa bicara… ketika aku mencoba menghirup udara, terasa lain… ini bau kloroform… astaga, aku hendak dibius mereka.


Aku coba melawan, tapi sudah terlambat… aku sudah menghirupnya… Hanya dalam hitungan detik aku tak mampu melawan rasa pusing… dan aku pun jatuh pingsan. Itu hal yang terakhir ku rasakan…


-----


“Eh, where am I…?” Aku terkejut bangun ternyata berada di sebuah ruangan yang remang-remang.


“You wake up? Hahaha… that’s good…” Sebuah suara misterius terdengar, seorang pria dengan badan kekar menatapku, aku masih bingung dengan apa yang terjadi.


Aku kaget menyadari kalo tanganku sudah diborgol… sementara itu ketika aku melihat keliling, tampaknya ruangan ini kecil dengan sebuah pintu besi yang kokoh, dan sebuah jendela kaca. Selain kursi dan meja kecil, dalam ruangan ini ada suatu bak berisi air… Tipikal ruang interogasi… kayaknya aku lagi disekap.


“Aku di mana? Kalian siapa?” Aku mulai agak panik menyadari kemungkinan itu. “Kalian salah tangkap orang, aku gak tahu apa-apa.


“Kamu Ryno Marcello kan?” Suara baritonku terdengar mencekam. Ketika aku melihat lebih dekat, ada bekas luka memanjang di leher orang itu… mungkin itu yang membuat suaranya menakutkan seperti ini.


“Apa yang kamu mau? Uang?”


“Bilang dulu kalo kamu benar Ryno Marcello!”


“Iya, aku Ryno… apa yang terjadi!” Aku mulai fokus, ingin tahu apa maunya.


“Hahaha…. Tenang kami tidak ingin apa-apa dari mu…” Aku bingung.


“Aku hanya mau satu hal… kamu harus menceraikan Titien…” Orang itu berbisik ditelingaku. Suaranya makin menyeramkan.


“Eh, apa maksudnya?”


“Aku mau kamu melupakan semua hal tentang istrimu…”


“Tidak, aku tak mau… aku mencintainya!” Aku berteriak dengan tegas.


“Kamu mencintainya? Hahaha… buktinya kamu membiarkan ia pergi dan jatuh di tangan kami.”


“Eh, apa maksudmu…”


“Udah, kamu diam aja… nanti kami yang urus semuanya. Kamu cukup tanda tangan di sini.” Orang itu mengeluarkan suatu dokumen, kayaknya surat perceraian.


“Tidak, aku gak mau… aku gak bisa hidup tanpa Titien…” Di saat itu justru semangatku makin kuat. Aku sangat mencintai Titien, dan aku akan berjuang mendapatkannya kembali.


“Dengar baik-baik, Ryno. Istrimu udah setuju untuk cerai, ia sendiri sudah gak mau lagi bersamamu, kenapa sih kamu masih berkeras. Apa aku harus pakai cara kekerasan?”


“Kamu yang dengar baik-baik, apapun yang terjadi aku gak mau menceraikan Titien.”


“Bukkkk”


Tanpa basa-basi, orang itu dengan cepat meninju di mukaku. Aku sama sekali tidak siap, hantamannya kuat sekali. Aku sampai terjatuh…


“Ahhhh… apa yang kau lakukan?”


“Cih… baru dipukul gitu aja udah jatuh. Ini orangnya yang akan membela Titien, hahaha…”


Aku kembali berdiri… kalau saja tanganku tidak diikat, tentu aku sudah melawan. Orang itu menarik tanganku dan membawa aku mendekat… aku pura-pura masih kesakitan, tapi begitu berada didepannya, dengan keras aku menghantam kepalanya dengan kepalaku…


“Buk…” Bangsat, kepalanya kuat sekali…


“Aaahhhh…” Ia juga kesakitan.


Tapi kali ini ia sudah marah. Ia menarik tubuhku dan membawaku ke dekat bak air, dan kemudian membenamkan kepalaku disana…


“bbbrrrrppppp… bbrrppp…” Aku menggap-menggap mencari nafas, tapi kepalaku masih dipegang kuat. Tangannya terus membenamkan aku hingga aku meronta mencari nafas. Tepat ketika aku sudah gak tahan lagi, ia menarikku keatas…


“Bangsat…!” Aku terengah-engah menarik nafas, kepalaku terasa dihujami seribu godam.


“Gimana, masih kuat?” Ia kembali membenamkan kepalaku… dan setelah aku meronta dan hampir saja gak mampu menahan lagi ia menariknya keluar…


“hah hah…” Aku masih keteteran mencari nafas. Ini benar-benar siksa… tapi ia melakukannya kembali…


“Sudah… ampun… jangan..!”


“Sekarang tanda tangani surat cerai ini…” Kondisiku sangat parah… aku harus menenangkan diri terlebih dahulu. Setelah mengambil nafas panjang, aku mengambil polpen dan dokumen yang sudah disediakan, dan menaruhnya di meja.


“Cepat… tanda tangan!”


Perlahan aku duduk sambil menarik nafas panjang, sekarang ini terserah apa yang akan terjadi. Aku sudah pasrah…


Ku pegang kertas itu… dan tiba-tiba tanganku bergerak.


“Kreeeekkkk” Terdengar bunyi kertas yang dirobek. Aku sudah nekad…


“Eh, apa yang kau lakukan…” Ia marah sekali, dengan segera tangannya menampar kepalaku, tapi kali ini aku sudah siap.


“Plaaakkkk” Aku menangkis tangannya dengan pena dengan sekuatnya… efeknya pena yang cukup tajam itu membelah masuk melukai tangannya… darah bercucuran.


“Ahhhhhhhh” Ia berteriak kesakitan, tapi aku sudah siap.


“Bukkkk” Tendangan lututku telak menghantam rahangnya… ia pun terjatuh. Mungkin pingsan…


Dengan segera aku mencari jalan keluar, aku harus melarikan diri. Aku coba membuka pintu… keras sekali… walau berulang-ulang aku tak mampu menggerakkannya.


Tiba-tiba pintu terbuka, terdengar suara tepuk tangan dari luar. Tiba-tiba sosok seorang gadis membayang, dibelakangnya ada beberapa orang.


“Astaga… aku tahu siapa dia!”


-----


Skip… skip…


POV Author


Hari masih pagi, tapi beberapa pentolan studio Red Dragon sudah berkumpul dan membahas agenda penting. Mr. Logan sendiri yang memimpin rapat.


“Menurut kamu siapa orang dalam yang telah berkhianat?” Ia bertanya dengan suara tegas.


“Yang pasti harus orang Indonesia, karena kebanyakan rekamannya bahasa Indonesia. Gak mungkin orang sini ngerti kalo pembicaraan kita penting.” Analisa Dinah.


“Gimana dengan cewek-cewek dari Indo?”


“Kayaknya bukan mereka, kamu tahu sendiri kan sejak dicercoki obat, mereka sudah berada dibawah kendali kita.” Kata Bren.


“Berarti kemungkinannya cowok-cowok.”


“Aku curiga kepada Janus, apalagi ia kelihatannya memiliki hubungan dekat dengan Titien.” Kata seorang kepercayaan Dinah.


“Bilang aja kalo kamu cemburu ia mengobati Titien lagi telanjang habis ditampar Bren.” Temannya menyahut.


Semuanya tertawa seolah mengejek Bren yang mati kutu ketika mengaudisi Titien waktu itu, dan terpaksa harus menggunakan kekerasan.


“Kalo kamu Din?”


“Aku terus membayangi Kevin, karena aku tahu cepat atau lambat ia tahu kalo Nia sudah lolos. Ditambah lagi kalo ibunya udah pindah posisi di Kedubes AS, jadi ia punya niat. Tapi aku tidak punya bukti… lagi pula gak ada hubungan apa-apa antara dia dengan Megan.”


“Eh tunggu, apa temannya Megan… si Dick itu aman? Orangnya rada bloon sih… tapi secara mereka kan datang sama-sama.”


“Aku kira sih Dick itu cuma seorang yang digunakan Megan untuk menyusup. Gak ada ciri-ciri latihan militer, orangnya pelupa, rada ****** juga. Mungkin ia itu kerja di panti pijat ataupun gigolo yang digunakan Megan untuk menyusup.”


“Iya sih, rekaman itu dibuat sebelum mereka datang! Dan aku masih bingung bagaimana Megan merayu targetnya… jelas cewek-cewek yang lancar bahasa Inggris hanya segelintir, kebanyakan mereka yang datang terakhir.”


“Apa mungkin Titien atau Deyara?”


“Gak mungkin, mereka disekap, gak pernah berkomunikasi dengan cewek-cewek. Apalagi mereka kan sudah lolos, kenapa gak bawa keluar aja rekaman itu!”

“Kita harus berhati-hati, perketat pintu luar, sampai Kamis night club jangan dulu buka. Nanti Jumat malam baru buka… siapa tahu Titien dan Deyara masih bersembunyi disini. Aku gak sepenuhnya yakin mereka sudah lolos…”


“Kamu mau kita cari lagi? Aku sudah kekamar Janus… gak ada siapa-siapa!”


“Kamar Kevin?”


“Sama, kosong juga…”


“Mungkin juga mereka masih di salah satu kamar yang kosong, tapi kamar siapa yah?”


“Kita geledah aja semuanya…”


“Kamu kira sedikit kamar di apartement itu? Belum lagi yang dipake jadi hotel short time tamu night club? Sayang aku gak pasang CCTV di tiap koridor”


“Jadi apa yang harus kita perbuat?”


“Yang pertama, Megan harus diperiksa, kalo perlu pake penyiksaan. Kita harus cari tahu kita berhadapan dengan siapa, terus kita juga harus mencari siapa yang merekam.”


“Aku ada usul boss, Gimana kalo kita gangbang bdsm hardcore aja si Megan, nanti sebarin di youtube kalo Agen rahasia suka gangbang, pasti jadi viral. Sekalian jadi pelajaran kepada siapa yang mau main-main dengan kita”


“Tapi jangan kelihatan seperti ia diperkosa…”


“Sebelumnya pake perangsang dulu… supaya kelihatan kalo itu suka-sama suka…”


“Ok, usul yang bagus… dengan demikian kita akan menjatuhkan kredibilitas agen rahasia… hahaha!” Mr Logan menyukai ide itu.


-----


Skip-skip…


Hari sudah kembali malam, sudah sehari-semalam Deyara dipisahkan dari Kak Titien, dan ditempatkan di kamar lainnya.


Sejak pindah kamar Deyara merasa sunyi, kali ini tidak ada lagi teman bicara. Kevin sedikit-sedikit datang tapi gak bisa lama-lama.


Terakhir ia datang 30 menit lalu, tapi ia cuma ngomong sekilas.


“Maaf Deya, kamu harus sembunyi sendiri… di sini gak aman. Kalo Dinah tahu, mungkin besok Kak Titien sudah akan ketangkap. Soalnya aku lihat orang suruhannya membayangi Janus terus… dan aku gak bisa sering-sering ke sini.” Kevin kelihatannya terburu-buru. Mungkin sementara bertugas jadi gak punya waktu.


Tadi Kevin sempat cerita kepada Deya kalo ada agen yang ketangkap, cewek yang diaudisi bersama Dick. Deya hanya bisa berharap kalo Dick gak ikutan ditangkap… padahal tadinya ia berharap mereka yang akan membebaskannya.


Deya ingin pindah kembali, apalagi ini kamar Dinah. Menurut Kevin kamar ini belum pernah ditempatinya. Dinah lebih suka tinggal di kantor yang memang sudah ada tempat tidur dan kamar mandi lengkap.


Ternyata tadi Edo membawa Deya dan Titien ke kamar gadis yang dibunuh. Entah siapa namanya. Katanya gadis itu sengaja melawan Dinah dan merusak alat rekaman. Ia protes keras dan merasa ditipu. Dan ia dibunuh di hadapan beberapa orang supaya menjadi pelajaran.


“Ihhh…. Kejam sekali… aku harus berhati-hati. Moga-moga Kak Titien ada baik-baik aja” Deyara


-----


Sementara itu di kamar satunya lagi Titien masih menerung. Ia gak tahu Deyara ada di mana. Ia juga gak boleh keluar kamar, karena anak buah Dinah selalu bolak-balik mencari mereka.


Menurut Edo mereka baru boleh bebas hari jumat malam, sebelum itu night club masih ditutup. Kalo sudah dibuka, Titien dan Deyara bisa menyelinap keluar.


Dari kemarin Titien banyak merenung, terutama mengenai perselingkuhannya dengan Edo. Ia bertekad mulai sekarang akan menjadi istri yang baik dan taat kepada suami. Mudah-mudahan Ryno bisa menerimanya kembali dan memaafkannya..


-----


Sementara itu di tempat lain di studio, Dinah kembali menerima laporan. Kali ini ada suatu yang cerah…


“Boss, memang ada yang sedikit mencurigakan soal Edo. Tadi ia sempat menghilang, kami cari-cari ternyata bukan ke kamarnya. Ia bersembunyi di kamar kosong selama tiga jam. Kayaknya ia menyembunyikan cewek-cewek di sana.


“Pikir dulu, kalo gak salah kita ada beberapa kamar kosong… milik gadis yang kita bunuh, sama milik kamu, Dinah. Belum pernah di pakai kan?”


“Astaga!”


-----
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Biasanya kentang baca cerita hot begini,, tapi aku kok malah baper ya? Efek baca maraton kah?! Hehehe semangat suhu moga sampe tamat
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd