Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis

Bimabet
Oh Suhu.. andai Deya atau Titien bener2 jadi dientot.. weih, tentu asyik buanget deh.. ☺ btw, terima kasih buanyak atas updatenya.. tetap keren Suhu..
 
Pemeran pada episode ini

Deyara



Rivaldo



Brenda



Edo/Janus



Mr. Logan



Boy



Bren



Susi



Shaun/Dick



Susan



Dinah



Kevin



Titien



Ryno
 
Terakhir diubah:
Episode 9 – Ternyata kamu





POV Deyara


“Deyara…. Kamu lebih cantik dari pada waktu di foto!”


Aku memalingkan wajahku, gak mau perduli… tapi setelah merasakan belaian tangan ini, mau-gak-mau aku mulai menyukainya. Cowok ini hebat, ia bahkan tahu di mana tempat-tempat yang mudah mengstimulasiku.


Suatu rekor juga, kurang dari lima menit ia sudah membuatku terangsang. Kini aku harus bertarung kembali menahan desahan…


“Eh… aduhhhh….ahhhhhh!” Kali ini perjuanganku tambah berat, ia sudah mampu membuat aku mendesah. Aku mendengar cowok itu tertawa kecil… Aku berusaha sekuat tenaga untuk dapat menahan diri, tapi aku gak tahu kenapa tubuh ini begitu mudah dibuai orang yang aku gak kenal dekat. Biasanya gak seperti ini.


Keadaanku makin payah, udah telanjang bulat dengan tangan terikat. Tadi tadi tangan dan bibir cowok itu memeluk dan membelaiku. Ini tidak adil, mungkin gak ada orang mampu tahan dalam situasi seperti ini.


Dari suara orang itu aku merasakan kalo ia masih muda. Suaranya agak berat, khas cowok-cowok macho. Apa lagi waktu ia memelukku, aku merasakan tubuhnya yang keras berotot dan ramping. Baguslah, paling tidak aku juga akan merasa nikmat. Eh, apa karena itu sehingga libidoku naik?


Deya! Kamu harus sadar kalo kamu lagi diperkosa. Bikin malu aja, jangan jadi binal gini dong. Ingat sama Rivo, cowok yang kamu cintai tapi selama ini belum pernah merasakan cinta-mu.


“Tidak… aku gak sudi kamu nodai!” Aku mengeraskan rahangku dan meronta melepaskan diri.


“Hehehe, mau pilih mana cantik? Mau diperkosa dan kesakitan atau kamu menyerah aja dan aku akan memperlakukan dengan baik? Aku pastikan kamu akan menikmatinya!” Aku mendengar ia berbisik pelan ditelingaku… aku jadi kegelian.


“Ahhh… Tidak, aku gak mau!”


“Kamu milih cara pertama… baiklah…” Cowok itu membuka kakiku lebar-lebar dan memasukkan tubuhnya diantara kedua kakiku. Tanpa dapat melawan posisiku sudah terkangkang lebar.


“Eh, gakk… gak! Aku gak mau… kamu menyakitiku!” Aku berteriak setelah berusaha meronta. Namun apa daya, aku tak bisa melepaskan diri.


“Udahlah sayang… nyerah aja! Aku tak akan menyakitimu…!” Kembali sebuah belaian dan ciuman turun ke perutku dan makin lama makin ke bawah. Kini terus bermain di daerah vitalku. Aku menggelinjang menahan geli… dengan cepat ia membuat aku terangsang lagi.


“Tidak, aku gak mau…” Walau aku melawan tapi tubuhku tak mampu menahan ransangan ini. Aku sampai gemetar karena kegelian. Berkali-kali aku mencoba menahan tapi apa daya.


“Memang pantas kamu harganya 100 juta rupiah… cantik, manis… masih perawan lagi…. Dan aku akan mendapatkan keperawananmu cantik”


“Tolong aku, Rivo…! sudah… jangan… ampun…!” Sambil menyebut namanya aku menyerah dan mulai merasakan kalo orgasme pertamaku udah dekat.


“Hahaha… cowokmu gak akan mampu melindungimu. Aku akan buat kamu melupakan cowokmu!” Ia tahu kalo aku udah terangsang.


“Eh… Rivo… Ahhhh!” Entah kenapa setiap kali aku menyebut namanya, aku malah makin lemah, gak bisa melawan. Aku malah membuka kaki lebar-lebar memberikan akses kepada permainannya. Aku sudah kalah…


“Gimana sayang, masih kuat?” Ia malah mempermainkanku, padahal ia tahu aku sudah pasrah.


“Udah… aku nyerah! Puaskan aku…” Pinggulku naik tinggi menyambut jarinya yang akan nakal ingin melarikan diri. Akhirnya belaian itu jatuh lagi di daerah tubuhku yang paling sensitive. Aku berteriak dengan kuat!


“Aduhhhh… Rivo…. maafkan aku, eh… ampunnnn… aaaarrrrgggghhhhhhhhhhh!”


Orgasme yang begitu nikmat… tubuhku masih kelojotan sementara cairan cintaku keluar begitu banyak membasahi suprei.


“Hahaha… nyerah juga akhirnya kan! Kamu gak bisa lepas dari tanganku sayang”


“Ehhhh…!” Aku gak mau mengaku.


“Gimana sayang, nikmat kan? Ternyata kamu makin binal aja…!” Suaranya berbisik membuat bulu kudukku berdiri. Entah kenapa aku merasa nyaman aja…


Aku masih menarik nafas panjang, dadaku naik turun seakan baru habis ikut lomba lari 100 meter.


Aku merasa cowok itu sudah membuka bajunya, kontolnya yang sudah tegak terkena perutku. Pasti ia terangsang juga melihat orgasmeku… mungkin bisa ku jebak!


“Kamu curang!” Kata-kataku yang pertama setelah tenang kembali.


“Eh, maksudmu?”


“Kamu menyerangku terus menerus, tapi aku terikat tak bisa menyerang balik!” Aku sengaja menggodanya, siapa tahu bisa berhasil.


“Emangnya kamu mau buat apa?”


“Buka tanganku, nanti kamu akan lihat…”


“Eh, tapi…?”


“Kamu takut? Tadi bilang kalo aku sudah digenggamanmu?” Aku memanas-manasinya.


Cowok itu diam aja, ia justru membelai tubuhku… dan kini bibir dan lidahnya melumat bibirku dalam ciuman yang memburu… aku membalasnya. Ia terus menciumku… memasukkan lidahnya dan berputar-putar disana. Aku yang membalasnya… entah kenapa.


“Hahaha, kamu takut kan?”


“Bukan takut sayang, tapi…”


“Dasar mau menang sendiri.”


“Gini aja, kalo kau mau nyempong, aku kan melepaskan tanganmu…!” Cowok itu memberikan penawaran yang menarik. Tanpa basa-basi aku membuka mulutku.


“Gleppp!” Sebuah kontol yang besar dan keras memasuki bibirku… Wah, bahaya ini, kontolnya mantap juga. Bisa-bisa aku kalah deh…


Setelah aku mulai mengulumnya, cowok itu menepati janjinya dengan membuka tangan kananku perlahan-lahan. Eh, apa ia tahu kalo aku kidal? Setelah beberapa menit ia mulai mengerang nikmat. Pasti ia sudah mulai lengah.


“Oh, aku gak nyangka kalo kulumanmu makin enak aja! Kamu tambah jago sayang?” Cowok itu mendesah


Aku terkejut. Apa aku pernah mengoralnya? Ini mencurigakan sekali.


Dengan cekatan aku membuka ikatan tangan kiriku dan menggeliat membebaskan diri. Mumpung ia masih keenakan. Cowok itu kaget ketika aku sudah duduk di sisi tempat tidur sambil membuka penutup mata.


“Eh, Deya… jangan!”


“Rivo????” Setelah mataku terbuka aku kaget sekali menyadari kalo orang itu adalah Rivo cowokku.


Astaga! Apa maksud semuanya?


“Astagaaaa, Rivo?” Aku berteriak kuat masih tidak percaya.


“Ini aku sayang, eh, kamu cantik sekali loh kalo lagi nyempong!” Rivo nyengir sambil mengejekku.


“Plak!”


Sebuah tamparan mengenai pipi kanannya. Telak juga, tapi sengaja tidak kuat. Cukup untuk mengangkat harga diriku.


“Aku rela ditampar lagi, asal orangnya telanjang kayak gini” Rivo masih mengejek.


“Iiihhhhhhh!” Aku cepat-cepat mengambil selimut dan menutup tubuhku sambil menerungkup di tempat tidur.


“Udah, gak usah malu. Aku kan sudah lihat dari tadi!” Rivo lalu mendekat dan memelukku erat.


“Kenapa kamu disini?”


“Yah… aku menang lelang, sampe habis uangku untuk membeli perawan cantik!” Rivo kembali tersenyum.


“Astaga!”


Aku baru sadar. Ternyata Rivo yang membeliku. Pasti mahal sekali. Demi cintanya ia beli keperawananku… padahal aku gak perawan lagi.


Aku diam sambil berpikir. Rivo tersenyum, tangannya nakal membelai-belai tubuh telanjangku… malah kontolnya masih nempel di pantat. Pasti ia udah gak tahan… siapa suruh!


“Yuk, kita keluar!” Rivo mengajakku. Ia tampak gelisah. Pasti gak bisa tahan…


“Gak mau…” Aku merajuk sambil memeluknya.


“Terus gimana…”


“Kamu harus puaskan aku dulu…” aku memegang kontolnya.


“Eh?” Ia kaget mendengar permintaanku.


Kini aku tidur terlentang, dan membuka kakiku lebar... sambil menutup mata karena malu sambil menarik tubuhnya mendekat.


“Cepat masukan!” Aku sudah pasrah.


“Kamu yakin!”


“Iya…” Aku merasa sudah saatnya.


“Bener?”


“Cepat! Kamu mau aku berubah pikiran?” Aku tertawa.


“Oke deh, terpaksa…!”


“Eh…!” Aku terkejut sambil tertawa genit ketika ia berbalik, kontolnya secara tiba-tiba udah dekat sekali. Keknya tambah tegang deh… ketika ku genggam terasa keras kayak kayu.


“Kamu mau dirangsang dulu!” Kata Rivo meraba belahanku.


“Gak usah!” Aku menggeleng. Rivo hanya nyengir mendapati punyaku sudah basah kuyup.


“I love you, Deya!” Rivo menciumku… dengan ia mencium bibirku lagi. Pinggulnya bergerak.


“Ah.. pelan…!” Aku memekik ketika ia menempatkan kontolnya di depan memekku. Udah dekat posisinya… ia masih aja bersikap gentleman, padahal udah hampir gak tahan saking nafsunya.


“Udah siap?”


“Masukan!” Aku menatapnya dalam-dalam. Meski aku sudah tidak perawan lagi tapi aku masih tegang. Aku akan melakukannya dengan kekasihku sendiri.


Kontol itupun akhirnya mulai merangsak masuk, kami masih terus bertatapan ketika Rivo menekan dengan kuat. Aku membuka selebar-lebarnya… membiarkan kejantanannya mencari jalan sendiri. Kali ini dalam kepasrahan ku aku merasakan cinta.


“I love you!” Aku berbisik tanpa suara, hanya gerakan bibir yang ada. Rivo masih aja berkutat mencoba menembusi liang nikmat itu.


“Blesh!” Akhirnya kontol itu masuk sampai dalam sekali….


“Eh!” Aku kaget sambil mengereyitkan mata. Masih agak ngilu sih… secara kan kemaluanku belum terbiasa, baru di pakai beberapa kali. Untung sudah licin… dinding belahanku terasa tergesek sampai melar. Aku merasakan kontolnya membelah dengan sesak.


“Ahhhhh!” Aku memekik kecil, menahan ngilu dan lega…


Kontol itu udah masuk maksimal jauh sampai sampai mentok di mulut rahimku. Ternyata Rivo bisa juga sedalam ini.


Rivo mulai memompa dan aku mulai menggerakkan pinggulku mengiring gerakannya. Terasa sangat enak… apalagi Rivo terus menatapku berbinar-binar.


“Deya?” Rivo kayak ingin bertanya. Ia mengerutkan dahi…


“Udah, pompa dulu… nanti tanya-tanya sebentar!” Aku menutup mulutnya, sambil menyembunyikan mukaku. Aku malu dan gugup kalo ia sadar aku gak perawan lagi.


“Aku hanya mau tanya?”


“Rivo, demi Tuhan… jangan sekarang!”


“Aku penasaran…”


Aku tak mampu menatap matanya…


“Aku gak nyangka kok bisa seenak ini!” Akhirnya pertanyaan itu keluar juga.


Aku jadi lega… ternyata itu! Hihihi… Dengan segera aku membalas dengan mengencangkan otot kemaluanku.


“Ini belum apa-apa, tahu!” Aku hanya bisa tertawa kecil menutupi kegugupanku.


-----


POV Author


Pagi itu seperti biasanya suasana masih sepi. Walaupun letak club Red Dragon tak jauh dari pusat kota Los Angeles, tapi suasana sekitar yang banyak ditempati oleh bisnis dunia hiburan, rumah makan mewah serta hotel kecil yang biasanya tidak ramai waktu pagi. Hanya satu dua toko yang sudah buka seperti seven-eleven di pojokan, dan starbucks coffee di sudut lainnya.


Bagi mereka yang memperhatikan, pasti mengetahui mobil yang diparkir kali ini agak banyak. Ada ketambahan tiga buah van yang berisi 15 pasukan elit yang dikomandoi langsung oleh Brenda. Mereka sudah bersiap di tiga tempat dalam radius 100 meter dari club.


Brenda mengatur taktik lima orang pe regu, formasi standar yang banyak dipakai tentara. Hal itu karena gak ada yang punya denah tempat itu. Tidak biasanya mereka maju buta seperti ini. Tak ada yang punya catatan tentang bagunan itu, yang direnovasi dari sebuah gudang tua.


Hanya sepuluh menit sejak t-time, tiba-tiba salah satu van memberikan laporan kalo ada orang yang memata-matai tempat itu. Hal ini bahaya, bisa jadi ada kelompok lain yang ini masuk. Mereka harus cepat bertindak…


“Bawa kesini orangnya, cepat…” Brenda memberikan perintah. Ia terpaksa akan menginterogasi orang itu langsung di van. Artinya orang itu bisa aja mengetahui kekuatan mereka… suatu resiko yang harus diambil, tapi Brenda menganggap itu perlu.


Begitu tiba, ia terkejut memandang wajah yang masih dikenalnya. Ia terdiam untuk memastikan siapa orang itu, menunggu kalo orang itu mengenalnya.


“Nerdho, syukurlah itu kamu!” Orang itu mengenalnya… bahkan mengetahui nama panggilannya.


“Edo?” Brenda langsung.


“Ia Brenda, aku menyamar menjadi Janus yang kirim email ke kamu!”


“Lepaskan dia!” Perintahnya segera diikuti.


“Edo kamu tahu tempat itu?”


“Ia… aku masih hapal.” Edo menatap ke langit-langit mencoba mengingat kembali.


“Kamu bisa menggambarnya?” Edo menggangguk.


“Tunda penyerbuannya selama 30 menit, kita punya info baru. Kayaknya kita memiliki denah tempat itu!” Kata Brenda melalui radio.


Edo segera menggambar peta dengan detail. Ia memberikan informasi yang penting… ternyata para gadis yang menjadi korban sudah aman dan bebas. Tugas mereka kini jauh lebih ringan… tinggal tiga orang yang perlu diamankan, Titien, Deyara dan Shaun. Edo juga memperkirakan lokasi Titien dan Shaun, namun ia tidak tahu apa-apa soal Deyara.


“Apa Mr Logan ada disana?”


“Iya, dia sempat mengiterogasi Shaun…!”


“Baguslah, aku suka kalo kalo ia tertangkap basah disana.” Brenda tersenyum. Colonel ternyata benar, ia harus menunggu satu hari…


“Hebat sekali hasil kerjamu…!”


“Itu bukan aku…”


“Shaun yang buat itu?”


“Bukan, itu semua dibuat oleh Titien!”


“Oh…!” Brenda tersentak kaget. Hebat juga…


Brenda mengingat kembali peristiwa lalu dimana Titien membantu mereka menyusun strategi yang berjalan dengan baik. Tapi kemudian Edo terkejut mendengar kata-kata dari Brenda sebelum mereka menyerbu…


“Mudah-mudahan ia gak terlambat. Kita harus melindunginya!”


-----


“Jadi gimana, kamu masih mau bungkam?” Suara Mr. Logan terdengar seram di pagi itu. Ini sudah kali ketiga ia bertanya.


“Mhhhhnnnnnggggg” Sosok tubuh yang terbungkus dengan baju lusuh berdarah itu hanya bisa mengerang. Tak ada kata-kata yang keluar, seakan tak bisa bicara.


Pagi itu Mr. Logan membawa semua orang yang mengikutinya dari rapat waktu menginterogasi Dick, kecuali Dinah dan Susan yang lagi mendandani Titien. Ia sengaja berbuat begitu untuk menanamkan ketakutan bagi mereka yang berani berkhianat.


Mereka semua yang mengikutinya kembali memandang kepada tubuh yang mencoba meronta membebaskan diri dari ikatan. Mereka menggeleng-geleng namun kagum.


Mr. Logan kembali tersenyum menyerigai, kelihatan ia tambah seram. Walau kelihatan Mr. Logan sangat tenang, ia masih menggertakkan gigi menahan amarah. Dari kemari pagi sudah disibukkan dengan artikel dan video-video yang keluar dari studio ini. Sekarang, Bren belum ada kabar… entah kemana, padahal untuk sementara uang studio ini ditaruh diaccount Bren. Memang sih, ia tidak ada tanda-tanda untuk melarikan diri, tapi terpaksa ia harus menalangi pengeluaran hari ini dari accountnya sendiri.


“Hebat juga tuh Janus, walaupun sudah disiksa berulang-ulang, masih aja kuat!” Boy berbisik pelan, dan didengar Mr. Logan. Hal itu kembali menyadarkan tugasnya pagi itu untuk mengeksekusi cowok itu. Hal yang paling dibencinya adalah pengkhianatan… baginya orang yang berkhianat sudah tidak ada harganya lagi, dan hukumannya adalah kematian.


“Kamu mau menembaknya?” Mr Logan menawarkan kepada cowok itu. Kemarin tawaran yang sama diberikan kepada Bren, dan dilaksanakan dengan berani. Dalam benaknya, Mr. Logan menertawakan Bren yang mungkin masih stress dengan pembunuhan pertamanya. Sampai-sampai ia minta waktu sendiri… dasar pengecut.


“Aku tidak tahu…” Boy menolak, walau ia telah menyandang status narapidana, namun ia belum pernah memegang senjata.


“Kalo gitu perhatikan baik-baik!” Mr. Logan menunjukkan bagaimana cara menembak yang benar… perlahan ia membidik…


“Arahkan tepat di kepala…” Tubuh yang terikat itu kini gemetar… seakan takut menanti ajalnya yang sudah dekat…


“Lalu tarik pemicunya seperti ini…” Mr. Logan tampaknya menikmati saat-saat membuat korbannya ketakutan. Untuk beberapa detik ia diam sambil melihat gerakan tubuh yang diyakininya adalah Janus.


“Dooooooorrrrrrr!” Suara tembakan menggema, membuat semua terkejut. Boy malah sempat melompat dan beberapa gadis malah berteriak kuat.


“Hahaha….” Mr Logan tertawa melihat reaksi mereka. Paling tidak Bren lebih berani ketimbang mereka.


Entah kenapa ia menikmati pembunuhan… dan reaksi kaget orang-orang melihat pembunuhan.


“Doooorrrr… dooorrrrr!” Kembali dua buah tembakan menghujami tubuh yang tidak lagi merasakan sakit itu. Kali ini tepat di dada… seakan Logan ingin memamerkan kehebatannya dalam menggunakan senjata.


“Kalian angkat dia dan buang tubuhnya di tempat kemarin!” Kata-kata Logan membuat suasana hening. Ia baru saja membunuh seseorang…


“Kemarin Megan, hari ini Janus… berikut tinggal Dick!” Mr. Logan menggumam kecil tapi ditengah keheningan kata-katanya terdengar jelas oleh semua yang ada.


-----


“Mr. Logan, ini bukan Janus!”


“Apa katamu?”


“Iya, kulitnya putih… mungkin orang bule, yang pasti bukan Janus!”


Mr. Logan terkejut sekali.


Karena keadaan gelap ditempat tadi ia tidak bisa melihat warna kulit orang itu. Apa lagi wajahnya ditutupi sarung bantal. Tapi… jelas-jelas pakaian yang dipakainya milik Janus, belum lagi noda darah di tubuh dan di dipakaiannya. Itu pasti Janus…


Mr. Logan menyuruh orang membuka penutup kepalanya…. Semua langsung berkumpul penuh tanda tanya… apa yang terjadi?


Boy langsung membuka penutup kepala orang itu. Dan begitu terbuka semua langsung berteriak karena kaget.


“Yah Tuhan… itu Bren…”


“Astaga… Bren???”


“Benar itu Bren… kenapa ia gak bilang tadi!”


“Mulutnya tersumpal, ia gak bisa bicara…. Ohh kasian Bren!”


“OMG Bren…”


“Apa yang terjadi?”


“Tidakkkkkkk!” Terdengar bunyi tangisan seorang gadis… ketika semua memandang kebelakang mereka baru menyadari itu Susi, adik dari Susan. Mereka mencoba menghiburnya…


“Kenapa dia menangis?” Tanya Logan.


“Bren itu sepupunya, ia adik dari Susan!” Logan baru ingat kalo Bren direkrut oleh Susan.


“Bawa ia kembali ke kamar dan kurung disitu, jangan sampai peristiwa ini didengar oleh Susan!”


“Iya boss…” Semua mengiyakan dengan enggan…


Logan masih bingung perbuatan siapa ini semua. Ia bertanya lagi kepada Boy


“Siapa yang bersama Bren kemarin?”


“Aku tidak tahu, Bren minta ijin kemarin, katanya ada teman lama atau saudara ingin ketemu!” Kata Boy.


“Dia minta ijin ke siapa?”


“Dinah, dia telpon ke Dinah kemarin…” Boy kembali menjelaskan.


“Hanya lewat telpon… sebelumnya di mana dia?””


“Dia disuruh menjaga Titien!” Boy menjawab, kali ini terbata-bata.


“Ah, Titien… aku lupa kalo ia masih ada. Di mana Titien? Ia masih ditawankan?” Pertanyaan yang tak butuh jawaban. Logan tampak berpikir keras.


“Titien ada di kamar tengah… tadi dia didandani Dinah sama Susan. Pembelinya akan datang pagi ini… ia udah laku dilelang…”


“Oh.. kalo gitu ia masih ditawan. Tak mungkin dia pelakunya…!”


“Aku baru ingat, Titien kerja di blog yang membuat berita itu…!”


“Apa?”


“Ada kemungkinan Titien yang menulis artikel kemarin… dia kerja di situ, selain itu ia pasti menyebarkannya lewat twit**ter Ryno!”


“Astaga!” Mr Logan nampak kaget. Informasi baru ini membuat ia marah sekali. Bagaimana bisa tawanan mereka memiliki akses untuk itu.


Semua orang mulai ribut… dan sementara mereka kembali ke studio satu lagi berita buruk terdengar.


“Mr. Logan, aku baru temukan kalo semua gadis sudah gak ada di kamarnya… semua sudah hilang!” Seseorang memberi laporan.


Mr. Logan kembali berpikir. Astaga!


“Titien…. Aku mau ketemu dia!” Mr. Logan nampak marah sekali.


“Eh, jangan….”


-----


“Brenda, aku mendengar ada suara tembakan!” Suara dari radio terdengar keras.


“Kita harus segera bergegas… kita serbu sekarang, tiga menit dari sekarang kita mulai! Kalian siap?”


“Sir, yes maam!” Jawaban mereka khas militer terdengar lucu.


Tak lama kemudian mereka sudah siap menyeruduk masuk. Masing-masing sudah berada di tempatnya.


“Whisp…” Suatu serangan bom EMP yang kuat melumpuhkan semua CCTV dan alat pendeteksi di gedung itu. Para penjaga sampai kaget merasakan ada getaran dahsyat menyapu tempat mereka.


“Bang!”


Sebuah besi berat yang diangkut empat orang menghantam pintu masuk club malam Red Dragon hingga jebol. Sebelum penjaga sadar apa yang terjadi mereka sudah pingsan terpukul. Tapi mereka tidak berhenti di situ tapi terus menerobos ke gedung dibelakangnya. Sementara itu tiga orang tinggal untuk mengecek diskotik dan apartment diatasnya.


“Eh, siapa kalian?”


Tanpa dapat dicegah pasukan terus masuk. Kali ini ada perlawanan ketika rombongan Mr. Logan bertemu mereka di pintu masuk studio. Tampak anak buah Mr. Logan menutup pintu dan melawan dengan tembakan senjata.


Sementara itu pasukan Brenda membuat barikade dan menyebar mencari jalan masuk. Dengan peralatan yang jauh lebih unggul mereka menghalau para bodyguard Mr. Logan dan terus masuk ke studio.


“Don’t forget, we neet to catch Logan alive!” Mereka diingatkan misi mereka untuk menangkap Mr. Logan hidup-hidup. Dua orang mengejarnya sambil menghindari tembakan dari pistol milik Logan.


“Kejar terus, jangan biarkan lolos!”


Dua tentara yang mengejar terus berlari mengejar target mereka yang dengan gesit masuk kedalam ruangan-ruangan yang berliku. Tujuan Logan hanya ada satu, ia harus mencari sandera… pertama ia pergi ketempat dimana mereka menahan Shaun.


“Shit… where is he?” Ia kaget, Shaun tidak ada lagi.


Ia lalu berbalik arah pergi ke kamar Titien yang masih cukup jauh. Ketika melihat sekilas kebelakang ia dapati orang yang mengejarnya makin banyak. Pasti anak buahku sudah kalah. Untung aku bisa mengelabui mereka…


Akhirnya dia tiba di didepan ruangan besar bagian tengah. Titien pasti ada di salah satu kamar disana…. Katanya ia tidak sendirian, tapi juga bersama orang yang membeli servisnya.


“Gadis itu harus mati!”


Ia terus bergegas… masih sekitar tiga ruangan ia harus lalui baru ia tiba ke tempat itu.


------


“Kevinnnn!” Ia terkejut, cowok itu menyerangnya.


Mr. Logan marah sekali, ia paling benci dikhianati. Hukumannya hanya satu… kematian.


“Mau apa kamu?” Mr. Logan berkata ketika Kevin mencegatnya dan tidak mengijikkan dia masuk. Walaupun tidak berkata-kata, tapi tindakan Kevin menyatakan ia berani melawan mantan pimpinannya.


“Buk!”


Kedua pukulan Kevin masuk tapi tak bisa menggoyahkannya. Sebagai seorang kepala gangster, Mr Logan bukan orang sembarangan.


“Bukkk… buuukk! Ahhhhhh….!” Keduanya bertarung dengan gesit.


Logan menyadari ia harus bertindak cepat, pasukan Brenda makin dekat. Ia sempat menghilang, tapi mereka akan segera menemukannya. Sementara Kevin belum mau menyerah walaupun ia gak bisa mengimbangi


“Buk…!” Logan terjatuh terkena pukulan…


Kevin yang merasa di atas angin membiarkan lawannya berdiri… tapi disitu kesalahannya, ia lengah menghadapi seorang yang licik seperti Logan. Ketika Logan bangkit, tangan kanannya sudah memegang sepucuk pistol.


“Hahaha… bodoh sekali berani melawanku!” Logan kini menodongnya, sedangkan Kevin hanya bisa mengangkat tangan tanda menyerah.


Logan mendapat sandera.


Ia menarik Kevin untuk bersembunyi disebuah sudut ruangan, paling tidak untuk sementara ia terlindung dari incaran anak buah Brenda. Dan benar aja, ketika pasukan tiba, mereka tidak berani nembak karena ada sandera.


“Siapa itu?” Tanya Brenda.


“Itu bukan orang kami… mungkin salah satu pekerja!” Kata anak buahnya.


-----


“Hahaha… kalo kalian berani macam-macam, nyawa anak ini taruhannya!” Mr. Logan berdiri sambil menodong Kevin dan menempatkan tubuhnya di belakang tawanannya. Ia memaksa Kevin berjalan mundur cepat-cepat.


“Kamu tak bisa kemana-mana, kami sudah mengurung tempat ini!” Kata Brenda.


“Cepat mundur, lepaskan senjata kalian, kalo tidak aku bunuh anak ini!” Mr. Logan mengancam.


Akhirnya satu per satu pasukan melepaskan senjata mereka dan mundur teratur. Mr. Logan merasa menang.


“Bang…!” Sebuah tembakan berbunyi.


“Ahhhhhhh!” Kevin berteriak kesakitan.


Brenda menembak paha Kevin, kini ia tergeletak tak bisa melangkah… sedangkan Logan yang melihat hal itu mencoba menahan tubuh cowok itu supaya tetap berdiri.


“Hahaha… kamu gak bisa kemana-mana!” Brenda mengejek.


Pinter juga, dengan demikian Logan tidak bisa membawa Kevin sebagai sandera. Luka di pahanya menyebabkan Kevin lumpuh dan tak bisa bergerak.


Tiba-tiba Logan membidik kearah pasukan Brenda, dan menembak. Ternyata targetnya adalah sebuah tabung pemadam yang cukup besar. Dan ketika ditembak tabung itu pecah dan memancarkan isinya keluar… mencipratkan busa ke mana-mana.

Pasukan Brenda tak bisa melihat apa-apa…


“Bang…!” Sebuah tembakan satu lagi terdengar diiringi oleh jeritan kematian.


Brenda masih bingung apa yang terjadi… mereka hanya bisa menunggu…


“Shit! Kemana dia?” Suara Brenda jelas terdengar mengamuk!


-----


Sementara itu hanya beberapa meter dari tempat Kevin ditembak, telah terjadi sebuah peristiwa yang erotis sejak sejam yang lalu.


Seorang cowok ganteng sementara membuka penutup tubuhnya perlahan-lahan dihadapan seorang gadis yang terikat di tempat tidur. Cowok itu memiliki tubuh yang ideal, tinggi, kekar dan cukup terbentuk, dengan otot dada dan perut membayang sekilas. Memang sih masih kalah dari tubuh binaragawan, tapi jelas terbayang kemacho-an yang menjadi idaman wanita.


Sementara sang gadis terus tersenyum sambil mengejek pria itu. Tubuhnya hanya terbungkus oleh lingerie yang tipis dan seksi yang tak mampu menutupi lekukan-lekukan seksi. Sekilas dari bahasa tubuh kelihatan kalo mereka berdua adalah sepasang kekasih… walaupun yang sebenarnya terjadi adalah gadis itu dijual kepada sang pria dan dipaksa untuk memuaskan nafsu pria itu.


“Bagaimana Titien? Lebih gagah dari suamimu kan? Hahaha… aku jamin, sekali kamu kena, kamu akan melupakan Ryno!” Cowok itu masih merayu.


“Mana ku lihat?” Masih menantang lagi. Nakal banget…


Titien cuek aja. Kelihatan kalo ia sama sekali tidak mengubris cowok ganteng yang sementara mempertontonkan kemolekan tubuhnya yang kini hanya berbalut boxer tipis. Tidak ada bayang rasa takut, walaupun jelas terbayang sebuah tonjolan yang besar dan panjang di balik boxer itu. Padahal ia tahu sekali kalo tidak lama lagi ia akan diperkosa.


Cowok itu makin mendekat, dan tonjolan celananya makin membesar… siapa sih yang gak akan nafsu melihat tubuh seksi milik Titien yang hampir terekspos bebas. Posisi tidur Titien malah agak sedikit menantang seakan siap melayani tamunya di tempat tidur.


‘Gila cewek ini… apa ia tahu siapa aku? Bukannya takut ato melawan, eh malah menantang!’ Cowok itu masih yakin identitas aslinya tidak diketahui.


Ia lagi menyamar, bukan sekedar make-up ato pake rambut palsu doang, tapi samaran ala profesional. Topeng tipis tiga dimensi dan pengacak suara digital yang ditempel di leher adalah salah satu perlengkapan militer yang canggih untuk menyamar dan menyusup. Topeng yang persis sama dengan yang dipakai Shaun sehingga tidak dikenali.


“Kamu gak takut?”


“Takut apa? Buka aja kalo berani. Palingan punyamu kecil… hehehe. Aku sudah biasa main dengan kontol besar, tahu. Di rumah aja ada dua yang bisa aku pake kapan saja!” Titien kembali menantang… malah cowok itu kelihatan uring-uringan, sementara Titien hanya senyum-senyum.


“Katanya mau buka?” Ia kembali mengingatkan cowok itu.


Akhirnya sebuah batang raksasa keluar dari sarangnya. Ukurannya jauh diatas rata-rata baik panjang maupun diameternya, mungkin cocok kalo dibilang ini kontol dewa. Tapi anehnya Titien kayak acuh doang.


“Kontol ini akan buat kamu puas sayang… kamu pasti akan mendesah seperti pelacur! Aku akan buat kamu melupakan suamimu…” Cowok itu mulai meraba tubuh Titien yang hanya diam tak bergerak.


“Kamu tidak tahu apa-apa tentang aku atau pun suamiku!”


“Siapa bilang? Hahaha… aku tahu semua tentangmu, sudah lama aku membayangimu. Dan aku berani bertaruh kalo tak lama lagi kamu akan menyerah padaku!” Katanya penuh percaya diri.


“Jangan harap… kamu bisa menodai tubuhku, tapi tidak hatiku!” Ia hanya tersenyum.


Titien terkejut… siapa sangka ia ternyata memiliki seorang stalker dan ia penasaran ingin ikut dalam permainan cowok itu. Apa cowok itu tahu kalo ia gak bisa menolak tantangan?


Cowok itu bekerja dengan cepat. Tanpa bisa melawan, Titien menutup matanya ketika dirinya ditelanjangi perlahan-lahan oleh dua tangan yang cekatan. Walaupun ia diam seakan tidak perduli, tubuhnya agak bergetar kegelian ketika bagian-bagian sensitif dinodai baik oleh belaian nakal ataupun oleh bibir cowok itu. Ini bukan lagi ciuman… tapi mengarah ke jilatan ataupun hisapan… hasilnya adalah tanda merah muncul di mana-mana sebagai tanda daerah kekuasaan.


Nafsu Titien mulai bangkit… gadis cantik itu menggeliat pelan menahan geli waktu titik-titik rangsangnya disentuh.


“Hmmmm… ahh!” Titien melepaskan sebuah desahan kecil ketika kedua bongkahan daging di dadanya diremas dengan kuat, sementara pentilnya dipermainkan dengan lidah. Ihhhh…. Sungguh erotis melihat gadis itu menggelinjang kegelian…


Tangan kanan cowok itu kini perlahan turun melewati perut yang rata hasil aerobic rutin. Setelah membelai kecil, tangannya terus menyusur ke bawah, menyelinap dibalik lipatan tubuh yang biasanya tersembunyi, dan menyibak dibalik sebuah kumpulan rambut rimbun yang dipangkas tipis. Tangan cowok itu bermain sejenak meminta berkenalan dengan gundukan kecil itu.


Titien menahan nafas. Meskipun awalnya ia merasa tak nyaman, tapi sentuhan-sentuhan ini membuat ia sedikit lupa diri. Dengan berat Titien akhirnya membiarkan bagian intimnya diraba-raba. Tak terasa pahanya makin membuka jalan masuk.


Beberapa saat kemudian Titien merasa nikmat. Seakan punya mata, ujung-ujung jari mulai membelah memasuki gundukan kecil itu dan mencari sebuah titik rangsang dibagian atas liang senggama. Ketika tersentak sadar Titien segera menutup pahanya, tapi ia dipaksa membuka kembali. Ia tak bisa buat apa-apa untuk mencegah penodaan ini… jari cowok itu dengan ahlinya bermain-main di titik-titik rangsang cewek itu… tak lama kemudian diselingi desahan kecil ia merasakan kalau daerah itu udah basah.


“Gimana sayang, masih bisa tahan?” Cowok itu berbisik sambil mencium telinganya sementara tangannya terus bermain, kali ini dua jari sudah tercolok dalam liang itu dan mulai mengocoknya pelan.


Hebat sekali cowok ini, hanya dalam beberapa menit saja ia sudah mampu membuat Titien terangsang. Seakan-akan ia sudah tahu tempat-tempat sensitif mana yang mudah membuat gadis itu sange.


“Eh… jangan… aduhhhh….!” Titien mendesah lagi.


“Tuh kan!”


“Hmmmmppphhhh!” Titien menutup mulutnya kuat-kuat tak mau orang itu tahu kalo ia sudah bernafsu. Tangannya bergerak berusaha membebaskan diri dari ikatan tali tapi ia gak kuat. Nafasnya kembang-kempis dan matanya ditutup kuat-kuat mencoba tidak merasakan belaian cowok itu.


“Enak mana dengan permainan suamimu yang cinta diri itu?”


“Kamu gak ada apa-apanya dibanding suamiku!” Titien masih bertahan… kini dua jari itu makin cepat bergerak keluar masuk sambil mengorek-ngorek isi bongkahan yang terletak di selangkangannya. Cowok itu tersenyum mendapati daerah itu sudah basah kuyup itu.


“Ahhhhhh….” Titien mendesah kuat seiring dengan permainan tangan cowok itu. Untung aja kocokan itu gak berlangsung lama, ia sempat mengendorkan serangannya memberi kesempatan kepada gadis itu untuk menjawab.


“Suamimu gak cari kamu, gak ngejar kamu, apa ia tahu kalo kamu ada disini?” Cowok itu berbisik…


“Siapa bilang? Aku yakin ia membayangiku!”


“Apa kamu masih mengharapkannya?”


“Yahh iya lah… ia mencintaiku kok!” Titien tetap percaya.


“Kamu yakin? Bukannya ia malah main sama sepupumu?”


“Eh, itu bukan salahnya… ia dikasih obat perangsang!” Kata Titien sementara matanya tertutup.


“Ehhh?” Cowok itu kayak terkejut.


“Lita sendiri yang ngomong!”


“Ahaaa… ternyata kalian sekongkol yah!” Cowok itu kelihatan gemes.


Tubuh cowok itu bergerak perlahan turun ke bawah. Titien terkejut ketika jari yang tercolok di memeknya kembali bergerak cepat… kali ini bukan hanya tangan yang menyerang, tapi juga lidah terus mengobel-ngobel kemaluan Titien hingga basah kuyup. Bukan cuma itu, cairan nikmatnya juga diseruput dengan hisapan mulut yang kuat sekali, membuat tubuh gadis itu kelojotan. Ganas sekali permainan yang disuguhkan. Titien sampai mengejang berkali-kali sambil mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi. Dan pada akhirnya sebuah jeritan kuat keluar untuk melampiaskan nafsu birahi yang muncrat seiring dengan memancarnya cairan bening.


“Aaaaarrrggggghhhhhhhhh… udahhhhh….aaahhhhhhh!”


“Hehehe… bisa squirt yah!” Cowok itu hanya tersenyum melihat orgasme yang begitu cepat dibangkitkan.


Titien masih menghela nafas panjang… yang tadi itu dahsyat sekali. Ia hanya berdiam diri untuk sementara untuk menenangkan jantungnya yang tadi iramanya sempat kacau-balau.


“Gimana? Enak kan? Masih bisa ingat suami kamu?”


“Suamiku hebat… kamu gak ada apa-apanya dibanding suamiku!


“Cih… hebat apa! Buktinya ia gak mampu menjaga kamu. Bodoh sekali ia biarkan kamu selingkuh… Bukankah kamu sudah ngentot sama orang lain waktu di Washington? Hahaha… kamu menang lonte. Ngentot dengan teman suami sendiri…” Cowok itu terus memojokkan Titien.


“Suamiku yang ijinkan!” Titien agak terpancing emosi.


“Tapi kamu suka kan?”


“Eh, tidak… gak kok. Aku gak pernah ngentot dengan dia waktu di Washington.” Titien masih menutup mata menenangkan diri.


“Kamu yakin?” Kata-katanya seperti ejekan.


“Shaun memperkosaku… ia memaksa walaupun aku terus menolak…” Titien mengungkap yang sebenarnya.


“Apa?”


“Iya, aku gak sengaja menggodanya, dan ternyata ia gak tahan.” Titien tersenyum mendengar reaksi cowok itu. Iya yakin dapat menang!


“Astaga, jadi selama ini?”


“Kan sudah ku bilang… hatiku selama ini hanya untuk Ryno. Kamu hanya bisa memperkosa tubuhku aja…”


“Kalo gitu aku akan menaklukanmu… Aku akan buat kamu gak akan melupakan hari ini…!” Kembali serangannya dilancarkan dengan gencar. Kali ini cowok itu menunjukkan kepiawaian permainan seksnya dalam memuaskan gadis.


Serangan yang dashyat bergelombang-gelombang kini ia rasakan kembali. Semua organ cowok itu, tangan, jari dan lidah kembali bekerja sama membangkitkan birahi. Dan bukan cuma itu, bahkan senjata pamungkan cowok itu sudah menggesek-gesek liang senggamanya… udah gak tahan mencari jalan masuk.


“Aaahhhhh… tolong… aduh… jangan… ahhhhhhhh!” Titien mendesah kembali diserang begitu rupa. Tapi apa dayanya, tangannya terikat kuat di tempat tidur. Ia hanya bisa pasrah ketika kakinya dibuka lebar-lebar dan kontol yang sudah tegang itu menggesek pelan belahannya dari atas ke bawah. Kembali ia merasakan banjir disana…


“Blessss!” Batang yang besar itu akhirnya masuk dengan sempurna sampai mentok di mulut rahim.


“Ahhhhh….” Titien terpekik ketika dinding vaginanya digesek selebar-lebarnya untuk memuat benda asing yang sangat besar. Dan ketika bergerak efeknya sangat luar-biasa.


Dengan ahlinya cowok itu menggerakkan pinggulnya, sehingga kontol itu menyodok keluar masuk dalam liang senggama. Ia terus memopa dengan cepat, ganas, penuh birahi. Dan tanpa bisa melawan Titien hanya bisa pasrah mengalami penodaan nikmat.


“Ahhhh… aaahhhhh!” Kali ini gadis itu bukan lagi mendesah, tapi ia juga merintih nikmat dan itu kenikmatan itu terus dirasakan berulang-ulang.


Berulang kali Titien mencoba membalikkan situasi dengan jepitan dan pijatan otot vaginanya. Pinggulya dari tadi bergerak mendatar ataupun memutar. Ia mencoba mengeluarkan semua teknik yang ia ketahui untuk menyerang balik. Bahkan ia sempat mengatur supaya mereka berganti posisi. Tapi entah kenapa cowok ini tak terpengaruh. Apa benar ia udah memendam nafsu selama ini?


“Ahhhh… aduhhhh…. Ahhhhhh…. Ampun… sudah….. aku menyerah… ahhhhhhh!” Titien dibuat terus melolong seperti anjing. Ia gak mampu menahan diri, ia sudah hanyut dalam kenikmatan birahi. Kembali pinggul dan perutnya mulai kejang-kejang, serta sekujur tubuhnya bergetar…


“Ehhh aduhhhhh!” Gadis itu kembali merasakan orgasmenya sudah dekat… hitung-hitung udah dua kali secepat ini. Berapa lama lagi ia dapat bertahan?


Cowok itu tidak mengendurkan serangannya, seakan ia memang berencana membuat gadis itu menyerah.


“Hahaha! Kamu gak bisa melawan kontolku! Udah nyerah aja… akui aja kalo aku lebih hebat dari dia” Cowok itu tersenyum penuh kemenangan.


“Gak ah… aku gak mau…” Titien masih bersikeras.


“Tuh… kamu menikmatinya… Akui aja kehebatanku, suamimu gak ada apa-apanya dibandingku.”


“Tidak… Ryno orang paling hebat di dunia.”


“Yakin…”


“Ia… aku masih sayang Ryno!” Cowok itu makin cepat… kontolnya menghujam dengan keras dan mantap.


“Hahaha… udah mau keluar kan?” Titien hampir gak tahan lagi, ia terus mendesah kuat… dan akhirnya ia berteriak…


“Tidakkkk… Aku tak mauuuuuuuuuuu… Aaaarrrgggghhhhhh!” Titien udah berada pada titik menyerah…. Ia gak bisa menahan diri lagi. Ia orgasme….


Disaat tubuhnya kelojotan, cowok itu tiba-tiba membuka ikatan tangannya… tapi Titien tak dapat melawan lagi. Tubuhnya sudah hanyut dalam gelombang orgasme… ia malah merangkul leher cowok itu kuat-kuat, dan mencium bibirnya dengan ganas.


Titien tidak menyadari kalo cowok itu juga sudah dari tadi menahan orgasmenya. Dan ketika memeknya berkedut kuat, cowok itu juga keluar.


“Aaahhhhhh!”


“Ehhh kamu keluar didalam?” Titien kaget dan berusaha mengeluarkan cairan pejuh milik cowok itu dengan lingerie-nya.


“Astaga banyak sekali!”


“Beruntung sekali Ryno mendapat cewek secantik kamu… memek kamu memang juara… nikmat sekali. Mujur benar ia bisa mengentotmu kapan aja.”


-----


Titien masih diam sementara nafasnya masih memburu. Ia masih istirahat sambil menenangkan dirinya… wajahnya merah mendengar pujian-pujian mesum yang terus dilontarkan cowok itu.


Kali ini ikatan tangannya sudah terlepas, tapi Titien tidak punya pikiran untuk melawan ataupun melarikan diri. Ia sudah terbuai dengan permainan cowok itu. Tak sadar ia memuji.


“Kamu hebat sekali…”


“Hahaha… sudah kubilang kan!”


“Siapa nama kamu?” Pertanyaan yang tiba-tiba.


“Eh, Brian… eh..” Ryno terkejut, ia menjawab asal nama yang ada dipikirannya.


“Brian! Bagus juga…” Titien tersenyum…


“Eh iya….”


Titien masih tersenyum. Matanya kembali bersinar menyiratkan suatu tatapan nakal kepada cowok itu.


“Brian dengar baik-baik… aku akan lupakan Ryno. Asal kamu ijinkan aku ikut kamu yah…!” Titien menggodanya.


“Huh?” Cowok itu kaget, kata-kata Titien sama sekali tidak disangkanya.


“Apa katamu?”


“Sudah kubilang kalo kamu menang... kamu melebihi Ryno dalam segalanya… Aku mau kamu tiap hari…” Titien merayunya… tatapan binal serta bibir yang sengaja tersenyum mengundang membuat cowok itu makin bingung.


“Maksudmu… eh mau kamu apa?”


Titien tertawa… ia mulai bangkit dari tempat tidur dan mulai bergoyang… menari seksi, menggoyangkan tubuhnya dengan tatapan nakal. Ini sama sekali tidak disangka, terlihat cowok itu beberapa kali menelan ludah…


Titien benar-benar berubah…. Hilang sudah predikat gadis alim dan istri setia yang biasa mengikutinya… dengan gerakan tubuh dan lekukan seksi yang mempesona ia merangsang cowok itu habis-habisan. Efeknya langsung kentara, jelas sekali kontol yang sudah sempat mengecil setelah menyemprot tadi kembali mengeras…


“Hahaha…. Udah sange yah…!” Titien mendekat dan memegang kontol raksasa itu sehingga langsung tegang dan keras kayak batu.


“Astaga!”


Titien mengocok batang nikmat yang baru saja membuat ia tepar tadi… dengan tekniknya ia membuat cowok itu merem-merem. Tapi ia tak berhenti disitu, sambil menunduk ia menjilat helm yang berada dipalkon… dan mulutnya menelan masuk batang itu sedalam yang ia sanggup, sampai mentok di kerongkongannya.


“Ehhhh…. Tungguuu!” Cowok itu kelihatan kelabakan menahan nafsu.


“Udah kamu diam aja… biarkan aku membuat kamu terbang ke langit ketujuh!” Rayuan mesum gadis itu malah membuat cowok itu makin tidak nyaman.


“Tapi… suamimu?”


“Udah, kamu sendiri yang bilang kalo kamu membuatku melupakan Ryno!” Titien tersenyum. Ia hampir tertawa melihat kegugupan cowok itu.


“Sini aku bilang sesuatu…” Titien mendekat seakan hendak berbisik.


“Apa?”


“Aku akan kasih kamu sesuatu yang belum pernah aku kasih ke Ryno…” Bisikan gadis itu terdengar sangat seksi.


“Apa itu?” Suara cowok itu kedengaran kaget. Apa ia sudah terbakar cemburu?


“Anal seks… Ryno aja belum pernah…”


“Anal?”


“Benar… sebenarnya aku mau kasih ke Shaun, tapi… kayaknya kamu orang yang tepat” Titien menggantung kata-katanya.


“Astaga kamu memang nakal…” Cowok itu menatapnya kaget.


“Ryno tahu aku gadis baik-baik, padahal aku mana ada gadis baik-baik yang em-el dengan Shaun di depannya. Dickhead kuat banget lho… aku sampe berkali-kali keluar”


“Astaga kamu menikmatinya?”


“Jangan bilang yah! Shaun pernah buat aku merasa hidup lagi… Sesuatu yang gak pernah aku rasa dari Ryno! Dan sekarang aku mendapatkannya darimu, Brian” Kata-kata menggoda terus keluar membuat cowok itu uring-uringan entah kenapa.


“Maksud kamu? Shaun lebih hebat dari suamimu?”


“Kontol Shaun hebat… berurat, kasar… ia juga main dengan ganas… mirip kamu sih! Kalo Ryno maunya main halus… bikin ngantuk!” Titien hampir tertawa ketika cowok itu tidak melihatnya.


“Jadi kamu gak sayang ke Ryno…” Cowok itu memaksa Titien untuk menatapnya.


“Gimana yah? Aku masih sayang… tapi aku butuh kontol lain baru bisa puas…”


“Dasar lonte…”


“Siapa suruh Ryno menyuruhku ngentot dengan temannya!”


“Tapi kan…”


“Udah, stop ngomong tentang dia… mau tusuk pantatku aku ato tidak?” Titien makin vulgar aja. Ia malah memposisikan diri nungging didepan cowok itu.


“Titien? Kamu serius?” Cowok itu masih ragu-ragu.


“Hihihi…” Titien tertawa.


“Kamu…” Cowok itu terdiam… gak tahu mau bilang apa.


“Sini aku bisik…” Titien menarik cowok itu mendekat… mulutnya ditempelkan ke telingan cowok itu.


“Apa?”


“Kamu cemburu kan? Hahaha….” Dengan cepat tangan Titien secara tiba-tiba bergerak memaksa buka topeng tipis yang menyamarkan wajah cowok itu. Tak sabar, topeng itu robek. Dengan segera chip kecil yang ditempelkan dileher juga ikutan keluar. Tampaklah wajah asli cowok itu yang sangat ganteng.


Itu Ryno…


“Eehhhhh…. Kamu tahu?” Ryno tertawa melihat cermatnya mata gadis itu mengetahui kalo ia memakai topeng. Suaranya juga berubah seperti semula.


“Iya dong… Hahaha….”


“Dasar… bikin orang stress aja! Jaga mulut dong…!” Ryno masih gemes mengingat kata-kata Titien yang membuat ia stress.


“Hahaha…. Cemburu kan? Siapa suruh bikin orang stress dengan topeng kayak gitu…”


Tak lama kemudian keduanya kembali larut dalam suatu ciuman yang panjang. Pada saat itu seluruh rasa cinta dan kerinduan bahkan kecemasan ditumpahkan dalam pagutan yang kuat. Tangan Ryno dan tangan Titien sangat kuat memeluk pasangan mereka, bahkan kaki mereka pun turut berpagut diatas ranjang itu. Keduanya sepakat untuk tidak akan berpisah lagi…


Tak puas-puasnya Ryno membelai wajah gadis yang sangat dicintainya. Tubuh yang telanjang itu kini tidak lagi seindah tatapan mata yang penuh cinta. Kali ini terbit suatu harapan kalo mereka akan terus bersama kembali… tatapan Titien kini jauh berbeda. Bukan kali tatapan penuh amarah dan dendam… tapi penuh dengan cinta dan harapan.


“Sayang… I love you…!”


“I love you, too… suamiku!


“Jangan tinggalkan aku lagi yah!”


“Ehhh… aku kan hanya mau kamu mengejarku, lalu membawa aku pulang. Kamu sih lama sekali baru datang!” Titien menatapnya tersenyum.


“Aku akan mengurungmu… tidak boleh keluar kamar lagi…”


“Hahahaha…. Dasar!”


Entah kenapa penyatuan ini terasa sangat berkesan. Mereka tidak perduli lagi apa yang terjadi diluar. Suara tembakan ataupun ledakan tidak dapat melepas ciuman mereka… cinta membuat semuanya berbeda. Tidak perlu kata-kata… tatapan mereka sudah menjelaskan semuanya.


Setelah cukup lama berpandang-pandangan dan saling tersenyum, Ryno teringat sesuatu. Ia tersenyum sambil meminta istrinya berbuat sesuatu.


“Udah… udah… Sekarang kamu nungging!”


“Eh, kamu mau apa?” Titien kaget dengan permintaan yang aneh-aneh ini.


“Aku mau anal kamu…” Ryno


“Astaga… jangan Eh!” Titien terkejut dengan permintaan itu. Tapi ia hanya tertawa…


“Mau benget yah!” Masih aja ia menggoda suaminya dengan senyum nakal. Pelan-pelan seakan ragu, Ia membalikkan badannya dalam posisi menelungkup.


“Udah, cepat… Kamu sudah kasih tadi…”


“Aku tadi kan cuma bercanda… eh… tunggu… aduh… tolong…” Ia masih belum dalam posisi ketika Ryno menjilat anusnya supaya basah. Ia malah menuangkan ludah ke lobang kecil itu.


“Siapa suruh bercanda kayak gitu…” Ryno merasa menang.


Sambil berkata-kata kontol besar itu sudah menggesek lubang anusnya. Ryno udah mau sekali. Kontolnya udah tegang sekali siap menusuk…


“Kamu sih… eh… Aduhhhhh.. Udah, ampunnn… aduhhh… Ahhhhhhhhhhhhhh” Kontol besar itu mulai masuk. Ia menusuk kuat…


“Kenapa hah?” Ryno bertanya… padahal ia sudah melihat sendiri bagaimana istrinya menahan sakit. Lubang kecil itu dipaksa membuka sebesar-besarkan untuk menelan milik suaminya. Setelah berulang kali mencoba, dengan sekuat tenaga akhirnya masuk juga. Agak kasihan juga Ryno melihat istrinya yang menahan sakit.


“Udah masuk kok!” Ryno menahan nafas ketika kontolnya udah masuk.


“Sakittt…” Titien menahan sakit, tapi ketika menatap suaminya ia tertawa kecil walau alisnya berkerut.


“Udah… tahan aja, anggaplah kamu lagi diperawani.”


“Aaahhhhhh….” Kontol itu mulai menggesek keluar masuk, makin lama makin cepat.


“Gimana Enak?” Setela cukup lama keluar masuk, Ryno merasa ia segera akan keluar.


Titien masih terus diam tanpa bergerak. Ryno tahu ia masih belum terbiasa… tapi paling tidak ia tidak lagi menahan sakit.


“Titien?”


“Eh”


“Gimana enak?”


“Ehhh”


“Cepat bilang…” Ryno mendesah… ia mengejar orgasmenya. Entah kenapa ia gak bisa bertahan lama di lubang yang sesempit ini.


“Aku mau…” Titien masih menggantung.


“Mau apa, cepat bilang…” Ryno udah dekat sekali.


“Malu…”


“Bilang aja… ahhhhh!” Ryno mulai menyemprotkan pejuh kedalam… ini benar-benar nikmat, sebelumnya ia gak berani membayangkannya.


“Mau didobelin…”


“Huh?”


“Hahahaha….”


“Dasar!” Ryno memeluk istrinya. Ia tahu kelakuan istrinya yang suka membuat ia kaget kebingungan. Istrinya sangat pinter dan keinginannya sukar ditebak. Memang Titien banget…


-----


“Kamu suka sayang?” Ryno bertanya sementara memeluk dan mempermainkan rambut istrinya.


“Jujur gak terlalu enak… tapi ini kan baru pertama…”


“Iya… nanti lama-lama jadi enak!” Ryno menimpali kata-kata Titien.


“Ihhh… gak ada yang namanya kedua! Cukup kali ini…” Titien mencubitnya manja.


“Hahaha… beres, nanti ku bujuk-bujuk dulu yah!”


Titien kembali mencubit perut suaminya.


---


“Sayang, aku minta maaf yah?” Titien kembali meraba wajah cowok itu.


“Kenapa?”


“Meragukan mu... aku pikir kamu memperkosa Lita.”


“Kamu sudah sadar kalo aku yang digoda?”


“Iya, Lita sudah mengaku. Ia bilang kalo ia pake obat perangsang supaya kamu mau.” Kata-kata Titien membuat cowok itu lega.


“Apa? Jadi benar Lita kasih aku obat perangsang? Astaga…!” Ryno menghela nafas dalam-dalam. Terasa sebuah beban yang dipikulnya selama ini terlepas… ternyata itu semua permainan Deya.


“Iya, pantasan kamu jatuh… aku tahu kok kalo kamu tidak memperkosanya. Aku minta maaf.”


“Aku juga minta maaf karena tuduh kamu main dengan Shaun!”


“Udah… kita lupakan yang lalu yah…”


“Boleh asal ada syarat”


“Apa?”


“Gundulin jembut mu itu, sudah panjang.”


“Ihhhhh!”


Kedua orang itu terus aja bermesraan, tidak perduli dari tadi ada bunyi kamera dekat sekali dari tempat itu. Jangankan kamera, suara pistol dan tentara yang berkelahi aja mereka tidak hiraukan.


Tadi Ryno sudah menjelaskan keadaan diluar. Suara tadi itu bunyi tembakan pasukan Brenda. Mereka berdua disuruh tetap tinggal di ruangan ini, gak boleh keluar.


“Eh, Lita gimana?” Titien tiba-tiba bertanya. “Apa ia sudah ditemukan?”


“Aku gak tahu, kayaknya ia sudah dibawah orang yang membelinya.”


“Astaga, selamatkan dia Ryno…”


“Jangan takut, ada Shaun kok! Pasti Brenda akan suruh Shaun menjaganya!”


“Shaun ada disini?”


“Udah dari beberapa hari lalu… ia disuruh menyamar jadi pemain film porno.”


“Huh??? Shaun menyamar? Eh apa namanya Dick?” Titien kaget. Ia sudah mencurigai kalau Dick itu mirip dengan Shaun…


“Iya kayaknya…!” Kata Ryno.


“Oh, iya… Benar… Pasti itu Shaun, aku ingat kontolnya!” Titien keceplos lagi.


“Apa?”


“Eh, hihihihi…”


“Istri nakal!”


“Astaga… kalo gitu bahaya. Dick lagi disekap oleh Mr. Logan.. berarti mereka berdua bisa jadi ditawan. Ayo kita keluar…” Titien tiba-tiba ingat sesuatu.


Ia baru ingat kalo Dick lagi disekap di suatu ruangan, dan Deya di bawah oleh Kevin.

Titien segera bangun dan memakai kembali bajunya. Ia tahu ia harus berbuat sesuatu untuk menyelamatkan mereka.


“Eh.. Titien! Jangan… Brenda suruh kita kunci pintu, gak boleh keluar.” Ryno terkejut.


Ia teringat kembali pesan Brenda, untuk memilih ruangan yang kedap peluru dan mengunci dari dalam. Jangan pernah membuka pintu apapun yang terjadi. Tunggu Brenda sendiri yang memanggil mereka keluar ketika semuanya sudah selesai.


“Aku mau selamatkan Arlita!” Titien nekad sekali.


“Tapi”


“Gak apa tapi-tapi! Ia sepupuku… Aku harus menyelamatkannya.” Titien dengan cepat menuju ke arah pintu.


Melihat kenekadan istrinya, Ryno cepat-cepat berdiri dan mengenakan pakaiannya… entah kenapa lututnya gak bersahabat. Ia tak bisa langsung berdiri tegak. Setelah berpegang ke tepi tempat tidur baru ia bisa berdiri, tapi sayang ia terlambat. Titien sudah dipintu. Ia melihat sendiri tangan halus itu membuka kunci pintu besi.


“Titien… tunggu…!”


Ryno hanya bisa memandang dengan horror ketika Titien membuka pintu… dan tiba-tiba ia di dorong kedalam ruangan hingga terjatuh. Suatu sosok pria berbadan besar menghalangi jalan Titien. Dan pria itu memegang senjata… ia segera menutup kembali pintu dan menguncinya dari dalam.


Titien terkejut… bagaikan bertemu dengan binatang buas ia bergidik mendapati musuh besarnya sudah berada didepan.


“Mr Logan…” Suaranya terpatah-patah…


“Hahaha….”


----
 
terima kasih suhu bwt updatednya, kirain titien sma deya bakal main sma yg lain lg. ternyata oh ternyata... :pandaketawa:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd