Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis

Makasih kak , ceritanya bgus banget G melulu soal sex yg dibahas, ad pelajaran tentang hidup juga
Makasih cerita2 kka favorit bgt n layak utk di tunggu.
Semangat kka
 
Karakter episode ini

Rivaldo


Shania


Deyara


Keia


Shaun


Titien


Ryno


Brenda
 
Terakhir diubah:

Episode 13 - Old Friend


POV Rivaldo


“Deya… maafkan aku… aku cinta kamu!” Aku kembali menyebut namanya. Kalo dihitung sejak dua jam lalu udah seratus kali foto itu ku elus.


Yah, mungkin aneh, tapi itulah satu-satunya foto Deya yang aku sempat simpan. Malah Deya gak tahu kalo aku mengambil foto. Waktu itu Deya berada ditempat tidur, terbaring polos tanpa busana, dengan kedua tangan terikat dan mata ditutupi selembar kain halus.


Kembali pikiranku mengingat detik-detik kemesraan itu. Sungguh moment yang tak telupakan… Deya menyerahkan tubuhnya seutuhnya dalam cinta ketika ia melihat aku yang menyentuh tubuhnya.


Tanpa sadar aku tersenyum waktu mengingat kembali ekpresi wajahnya antara sange, pasrah dan tak percaya.


“Deyara… lagi ngapain sayang?” Tak sadar aku menyebutkan namanya lagi. Kali ini aku memejamkan mata, mencoba meresapi memori yang indah, kecantikannya… kelembutan kulitnya, desahannya yang seksi, keharuman tubuhnya dan lidahnya


Sayang sekali semua itu harus aku tinggalkan. Rasanya gak rela… padahal kalo di pikir-pikir ada begitu banyak gadis cantik yang pernah aku pacari. Malah gadis yang akan menjadi tunanganku terkenal dengan kecantikan yang khas. Tapi Deyara lain… dalam waktu singkat ia telah menawan hatiku.


Masalah yang terbesar adalah karena aku tahu kalo Deya mencintai orang lain… cowok bule yang fotonya terpajang dibelakang pintunya. Yah, ia mencintaiku tapi sampai sekarang gak bisa melupakan cinta pertamanya…


Tapi.. Apa aku bisa mencintainya sampai seterusnya? Bukankah dulu aku juga mencintai Cherry? Bagaimana kalo di masa depan aku bertemu dengan orang lain? Resikonya terlalu besar… apa aku rela mengorbankan masa depanku untuk selamanya dengan gadis itu?


Aku kembali membuka fotonya… bingung. Disatu pihak aku masih meragukan cinta kita, tapi dipihak lain justru aku yang gak bisa hidup tanpanya.


‘Aku harus buat apa? Ternyata gini rasanya patah hati… Apakah ini hukuman atas kelakuanku di masa lalu yang suka mempermainkan perasaan wanita?


Tapi… bukankah pengorbananku adalah untuk Deyara sendiri? Bukankah aku melakukan ini untuk menjaga nama baiknya?


Hanya aku dan Ayah yang tahu kalo aku meninggalkan Deyara untuk menebusnya. Yah, Ayah yang membeli keperawanan gadis itu… ia memenangkan lelang mengalahkan cukong-cukong lain yang juga berminat menjadikan gadis itu budak seks mereka.


“Rivo? Kamu mau ingkar janji?” Aku ingat kata-kata ayah yang membuatku tertunduk lesu.


Aku masih terus larut dalam kebingungan….


“Rivo, bagaimana kalo kamu mengorbankan masa depanmu demi Deya, tapi kemudian ia meninggalkanmu karena sudah memerawani sahabat karibnya?” Kata-kata Keia kembali bergema. “She got a point!”


“Akkkhhhhhh!” Aku menarik rambutku.


Disaat aku stress, aku instagram… tanpa sadar aku mengecek status Deyara. Eh…. Aku terkejut melihat foto terbarunya… Deyara menggandeng dengan mesra seorang cowok bule… wajahnya ceria penuh aura kebahagiaan…


“Eh, itukan?”


Aku makin fokus ke wajah cowok ganteng yang berpose dengan Deyara.


‘Justien Bieber? Apa cowok bule itu idola Deyara yang fotonya terpampang di belakang pintu kamarnya? Mungkin aja sih”


Di bawah foto, ada cukup banyak orang komen kasih selamat atas pasangan yang baru jadi. Mereka tampak sangat cocok…


Aku kembali meneteskan air mata sambil mengucapkan kata selamat tinggal. Aku menutup instagram dan memandang kembali ke foto bugil Deya.


‘Damn… cowok bule itu sangat beruntung dapat tubuh yang seksi gini!’


Aku menutup kembali foto itu, dan membuka contact.


Okay Daddy, I am all in!”


Good… do it tonight. Invite her to the hotel and do your thing!


Got it!”


-----


Malam itu benar-benar terasa istimewa. Angin yang berhembus sepoi-sepoi menambah kemeriahan suasana di Rooftop The Ritz Carlton. Hotel yang terletak di pusat kota Los Angeles itu penuh dengan cahaya lampu. Sementara itu terlihat pantulan nighsky terpampang jelas di atas heated swimming pool yang teduh menambah indahnya suasana di tempat itu yang didekor dengan begitu megah dengan hiasan yang apik.


Aku masih terus menemani gadis ini yang terus menatap skyline kota Los Angeles yang gemerlap dengan lampu.


“Indah yah?” Aku mencoba memecahkan keheningan.


Shania hanya mengangguk. Kepalanya juga bergerak kecil semakin menghadapku… aku masih menatap wajah cantik itu dalam-dalam. Shania tersenyum simpul.


“Jangan dilihat terus… nanti luntur make up ku…” Ia memprotes.


Aku diam aja dan terus menatapnya lekat. Ia sungguh cantik dengan balutan busana malam yang elegan memamerkan lekuk tubuh yang aduhai… benar-benar indah. Tak sadar aku menelan ludah…


Aku harus menahan diri… jangan dulu.


Gadis itu memalingkan muka dan kembali menatap kearah kejauhan. Mungkin untuk menghilangkan kegugupan ia kembali meneguk wine di tangan kirinya.


Mungkin sudah cukup… udah saatnya.


“Shan, kamu lihat gedung sana!” Aku menunjuk ke arah salah satu gedung pencakar langit di sebelah kiri. Pandangan gadis itu beralih mengikuti telunjukku. Ia gak melihat tanganku yang satu menekan tombol di hape.


“Ada apa?” Ia bertanya… Aku diam aja…


Tiba-tiba ia terbelalak melihat sebuah poster besar tergulung lepas dari puncak, dan pada saat bersamaan dua buah lampu projector besar menyorot poster itu sehingga tulisannya bisa terbaca.


“I love you, Shania. Will you marry me? - Aldo”


Shania masih memandang dengan terbelalak… ia membaca tulisannya sekali lagi dan menggeleng tak percaya.


“Aldo… ahhh..!” Gadis itu menutup wajahnya…


Shania terdiam… memang tak ada yang perlu dikatakan. Aku memeluknya, sedangkan gadis itu malah menarik tanganku merapatkan badannya.


Aku menatapnya penuh tanya… Shania masih menutup mukanya malu. Tapi kemudian ia tersenyum. Aku langsung tahu…


Wajahku makin mendekat… sudah sangat dekat, Shania menutup matanya.


“Cuppp…” Sebuah kecupan ringan mendarat di bibir ranum itu.


Hangat…


Shania masih menutup matanya, menunggu.


Aku menatap wajah yang syahdu itu… bulu matanya yang lentik masih terus terpejam kuat-kuat. Aku tahu ini langkah besar yang menentukan… this is the point of no return.


Aku gak tahan lagi… ia sudah pasrah.


Akhirnya bibir yang setengah merekah itu aku lumat pelan… makin lama makin kuat…


“Ahhh….” Shania mendesah pelan ketika lidahku masuk.


Ia sudah pasrah… kedua tangannya kini melingkar mengalungi leherku… sedangkan kakinya makin lemah menopang tubuh seksi itu.


“Ahhh… Aldo…”


“I love you….”


Langsung aja aku mengangkat tubuh kecil itu dan membawanya masuk ke kamar hotel. Shania diam aja, kali ini ia berdiri menunggu…


Aku menaruh tas yang ia bawa ke meja dekat tempat tidur lalu perlahan-lahan membuka gaun malam yang elegan itu… Shania menahan nafas.


Ia masih terpaku melihat dengan gagahnya kain halus itu jatuh ke lantai, menyisahkan sepotong kain tipis berbentuk segitiga yang menutupi bagian terintimnya. Shania masih aja diam… ia malah menutup mata. Mungkin karena malu…


Aku terpana… didepanku tampak sosok telanjang seorang gadis dengan tubuh yang seumpama kembang yang lagi ranum. Harum… indah… alami… elegan. Aku menelan ludah… Ayah pinter sekali memilih cewek.


Lekukan tubuhnya benar-benar proporsional… halus… mulus… putih… ini benar-benar seksi…. Pake banget.


Shania masih memejamkan mata seakan tak berani melihat tubuh telanjangnya terekspose bebas… Sementara aku terus memandangi sepasang gundukan dada yang padat dengan putting menantang.


Sempurna…


“Aldo…?” Suara gadis itu terdengar bergetar lirih.


Aku tahu ia gak tahan lagi… dengan segera aku membaringkannya di tempat tidur dan pergi mengunci pintu.


Aku mulai membuka penutup tubuhku satu persatu, lalu mendekatinya dengan telanjang. Pelan-pelan aku menarik turun penutup terakhir tubuhya, lalu naik ke atas tubuhnya.


Shania tersenyum… ia mengangguk pelan.


Aku jadi tegang. This is it…


Tepat ketika aku hendak menyentuh tubuhnya, kakiku menyenggol jatuh tas yang dia pegang tadi.


“Plang…!”


“Eh, apa itu?”


Shania hanya diam… wajahnya sempat berubah, tapi di sudut matanya tergenang air mata.


Aku menyadari perubahan air mukanya. Dengan segera aku menyerangnya dengan ciuman dan belaian. Aku takut jangan ia berubah pikiran…


“Aldo… ahhh!” Shania mendesah.


‘Maaf sayang…’ Aku juga merasa gairahku sudah terpacu, harus malam ini…


Setelah cukup bermain-main di bagian-bagian vitalnya dan merasa kalo gadis itu sudah basah, kali ini kontol andalanku sudah berada di pintu masuk.


“Eh… Aldo!” Ia kelihatan ragu-ragu.


Aku gak mau menggubris penolakannya… dengan kuat aku menusuk.


“Ahhhhh….!” Gadis itu terkejut… milikku sudah masuk.


Wah… ini benar-benar enak… walau sudah tidak perawan lagi, tapi memeknya terasa mencengkram. Pasti gadis ini memiliki gairah yang besar.


“Ahhh…!” Ia pun larut dalam desahan ketika pompaanku makin cepat dan teratur.


Aku benar-benar beruntung. Ini memek yang sangat nikmat… bisa ngegrip lagi… benar-benar lengkap deh list memek gadis taklukanku.


Aku terus menghujamkan senjata andalanku. Aku harus mampu buat gadis ini melayang… aku mengeluarkan jurus-jurus terdashat… aku harus buat ia puas dengan teknikku bercinta…

----


POV Deyara


Shaun menyelamatkan kami… yah, benar malam itu Shaun menyelamatkan aku dan Keia dari tangan gangster. Walaupun kedengaran konyol, tapi itulah yang sebenarnya terjadi.


Ketiga bangsat yang mengeroyokku sudah mengunci tangan dan kakiku, dan seenaknya mencomot dan meraba-raba bagian-bagian intim tubuhku. Aku tak bisa buat-apa-apa, selain pasrah digrepe ketiga anggota gang yang sangar itu. Rontaanku tak digubris mereka, bahkan mereka tidak merasakan pukulan-pukulan tangan kiriku yang kadang dibiarkan bebas.


“Ahhhhh…!” Aku berteriak marah… satu buah tangan sudah menyelip dibalik CD-ku, sedangkan toketku sudah dari tadi diremas dan dipelintir. Aku malu sekali… jari mereka ahli sekali membangkitkan nafsu. Beberapa detik kemudian aku merasa kalo selangkanganku mulai lembab…


Astaga… mereka tahu kalo aku hampir nyerah. Mereka tau kalo aku menikmatinya.


“Ahhhh….!” Rontaanku kali ini disertai desahan.


Aku melihat Keia sudah kembali diterlentangkan, dan kedua kakinya dibuka lebar. Sebatang penis yang besar sudah berada di pintu masuk liang yang masih segel… Gadis itu tidak meronta lagi, pasrah menunggu nasibnya. Eh, mungkin juga ia sudah becek seperti aku. Kalo gini terus tak lama lagi aku akan mengalami nasib yang sama.


“Keia… bertahanlah….!” Aku berteriak. Tapi dalam hati aku mengutuk ketidak mampuanku. Keia sempat meronta kecil, lalu diam lagi. Ia udah pasrah.


It’s now or never! Aku harus bertindak… Tapi gimana?


“Bajingan…!” Terdengar suara cowok berseru kuat. Itu Shaun.


Shaun dengan cepat menabrak kepala gang yang hendak memperkosa Keia… keduanya terguling di pasir, tapi Keia selamat.


“Who is that?”


Para anggota gang terkaget melihat pimpinan mereka rubuh. Semua mata memandang dengan marah kearah Shaun. Dua orang segera menyerbu cowok itu… astaga.


Kelengahan mereka memberikan kesempatan tipis kepadaku untuk berpikir. Dengan segera aku meronta dan memukul dengan kuat. Tapi upaya kami kelihatan sia-sia. Shaun dikeroyok tiga. Untunglah Keia sudah sempat bangkit dan kembali meronta.


“Deya, tarik tindiknya...!” Suara Shaun hampir hilang ditelan angin laut. Ia memberi contoh bagaimana menggunakan akal. Aku juga melihat ia melemparkan pasir kearah pengeroyoknya dan membuat mereka buta untuk sementara. Pintar juga cowok itu…


Shaun benar… kedua cowok yang menahanku memiliki tindik di seluruh badan mereka.


“Aarrhhhhh!” “Auuuwww!!!” Kali ini mereka berteriak kesakitan ketika tindik di hidung dan telinga mereka aku tarik kuat-kuat. Kuncian mereka terlepas.


Aku menggunakan ide Shaun menendang pasir kearah mereka dan menyerang bagian-bagian tubuh yang mengunakan tindik. Telinga… hidung… pipi… pusar… semuanya ku tarik kuat-kuat.


Kali ini aku dapat melawan keroyokan mereka, gak lagi takut-takut dengan serangan dekat ataupun kalo mereka menangkapku. Berulang kali tanganku memelintir tindik di seluruh badan mereka. Tak sampai satu menit ketiga lawan aku langsung jatuh bangun dan akhirnya dua jatuh pingsan sedangkan kawannya melarikan diri kesakitan.


Keia juga mulai menarik tindik dari orang yang masih menahannya… untuk sementara ia terbebas dari perkosaan. Ia mampu meronta dan membalas. Eh, mungkin aja para anggota gang tak mau membuat tubuh mulus itu cacad. Shaun juga masih terus melawan tiga pengeroyok walaupun ia kelihatan udah kepayahan.


Aku segera membantu Keia… mengalahkan pimpinan gang yang sudah nafsu melihatnya telanjang. Ia mendekat dan menghadapiku… Sementara Shaun tinggal menghadapi dua cowok lain. Aku mendekat dan siap membantu cowok itu yang sudah beberapa kali kena pukulan. Untunglah Shaun kuat dan tak terjatuh.


“Aaauuuhhh….” “Arrggghhh!” Perkelahian antara aku dan pimpinan gang itu berlangsung seru. Ia dibantu seorang anak buah mengeroyokku, sedangkan Shaun tinggal menghadapi satu lawan. Ia kini sudah berada di atas angin.


Kali ini aku melawan pimpinan gang, ia mengeluarkan pisau. Tapi kali ini aku tak takut lagi… aku mundur teratur menuju ke tempat di bawah lampu, karena aku harus waspada dengan senjata tajam. Aku menantangnya di sana, dan ia maju siap melayaniku. Ia tampak sangat yakin dengan senjatanya.


Kali ini medan menguntungkanku, kami tidak bertarung di atas pasir yang menghalangi kelincahanku. Dari tadi aku tak bisa mengeluarkan jurus andalanku yang banyak berisi tendangan sambil melompat. Kali ini di atas tanah keras, aku makin percaya diri.


Benar juga, walaupun sebagai pimpinan gang ia termasuk kuat serta jago berkelahi, tapi aku mampu mengimbangi bahkan membuat ia kerepotan. Ia sampai marah-marah, mungkin aja baru sekarang bertemu dengan juara bertahan tae kwon do.


“Buk bukkk bukkk…” Tiga kali tendangan melingkar kakiku kena sasaran, masuk menyelinap antara tangkisan tangannya. Cowok itu jatuh berdegub.


Berulang-ulang aku memperlihatkan tandukku… dan setelah berkali-kali jatuh bangun, cowok itu menyerah ketika tanganku melingkari lehernya.


Ia mengaku kalah dan meminta ampun.


Tapi kemudian ia memandang Shaun dengan geram… ia baru menyadari kalo Dickhead merekam perkelahian tadi dengan hape-nya. Bahkan sempat merekam waktu ia meminta-minta ampun.


“Dengar baik-baik, berani macam-macam, video ini nyebar di youtube. Pasti heboh pimpinan gang dikalahkan cewek-cewek… wah, bisa jadi berita hangat nih!” Shaun mengancamnya, ia tambah stress.


-----


“Shaun… eh!” Keia protes… tubuhnya reflex meronta tapi kemudian tertahan.


“Udah, diam aja!” Shaun menganggat tubuhnya lalu menggendongnya.


Keadaan gadis itu sangat memperihatinkan, bajunya sudah robek sana sini… lebih banyak telanjangnya. Untung Shaun sudah merelakan baju bajunya menutupi tubuh Keia. Gadis itu hanya bisa memeluk leher Shaun kuat-kuat supaya tidak melorot jatuh dalam gendongan cowok itu. Shaun cuek dan terus membawanya ke hotel tanpa menghiraukan orang-orang sekitar yang lagi bertanya-tanya.


“Shaun… udah.. cukup, ini udah masuk kamar!” Keia sudah malu sekali, Shaun masih menggendongnya memasuki pintu kamar.


“Hush… diam aja, nanti aku lepas di tempat tidur!” Shaun tertawa membuat gadis itu makin deg-deg. Aku yang mendengarnya hanya tertawa kecil… rasain kamu Keia, siapa suruh mau digendong cowok si raja mesum.


“Eh, jangan… udah, turunkan aku!” Keia meronta karena sudah mau masuk kamar tidur.


“Eh…!” Shaun malah mempererat pelukannya.


Keia meronta kuat, tangan dan kakinya bergerak menendang kesana dan kesini.


“Bruk…!” Kaki kanan Keia menendang kearah kemaluan cowok itu.


“Auhhh….!” Karena kesakitan Shaun hampir kehilangan keseimbangan dan melemparkan tubuh gadis itu keatas tempat tidur.


“Aduhhhhhhh!” Keia yang terlempar dari gendongan Shaun langsung ketakutan. Untunglah ia mendarat tepat di tempat tidur.


“Hahahaha….!”


Aku terus menertawakan Shaun yang lagi kesakitan memegang bijinya, sementara Keia masih memegang dadanya yang tadi terhempas di tempat tidur.


-----


“Shaun?” Keia terkejut ketika Shaun membuka pintu kamar tempat kami berdua tidur. Ia baru selesai mandi.


Dengan cepat gadis itu menutup tubuhnya yang hanya terbalut dengan lingerie yang transparan milikku.


“Dickhead, kenapa kamu pake handuk… apa kontolmu kena disunat tadi yah?” Aku meledeknya.


“Aku mau tidur disini….!” Shaun makin mendekat, cuek aja melihat keadaan kami yang hanya mengenakan pakaian tidur tipis.


“Eh, Dickhead kamu tidur di kamar sebelah dong, di sini kamar cewek!” Aku bangun dan mendorong cowok mesum itu.


“Deya… aku takut tidur sendiri!” Kata Shaun memaksa. Tanpa dapat dicegah lagi cowok itu melompat ke tengah-tengah tempat tidur.


“Eh… masak kamu tidur di sini?” Keia protes melihat cowok itu tidur disampingnya.


“Kamu pake aja tempat tidur Kak Titien dan Kak Ryno, mereka kan nanti pulang besok pagi.” Aku menarik tangannya tapi Shaun tak mau. Tubuh besar itu tak mampu aku gulingkan…


“Deya, gimana ini?” Keia stress. Pakaiannya yang tembus pandang serta merta menjadi santapan mata mesum cowok itu. Siapa suruh gak mau pake dalaman…


“Udah, biarin aja Keia, iakan sudah melihat tubuh telanjangmu. Kalo ia ngintip pasti stress sendiri!” Aku tersenyum sambil merebahkan diri di sisi lain tempat tidur.


Keia masih protes tapi Shaun langsung ngomong.


“Udah Keia… dari tadi aku sudah puas melihat memek dengan bulu jarang milikmu… Jujur aja kalo kamu yang ingin melihat kontolku, kan?” Shaun tambah parah.


Aku hanya bisa menertawakan Keia yang mercak-mercak…


“Udalah Keia… biarin aja cowok itu dapat show istimewa malam ini. Hitung-hitung balas budi udah menyelamatkan kita berdua tadi malam!” Aku langsung mengalah sedangkan Keia ikutan diam tapi membalikkan badannya.


Hening sejenak… ini akward banget…


Tak lama kemudian Shaun menggenggam tanganku dan menaruhnya di kontol. Ia ingin aku mengocoknya. Ternyata Shaun gak pake apa-apa di balik handuknya. Kontolnya udah tegang sekali… cukup keras dan tampak garang. Aku diam aja mengikuti apa maunya…


Aku melihat beberapa luka di tubuhnya yang kena pukulan tadi. Aku mulai mengocok batangnya sambil tersenyum. Anggaplah ini caraku berterima kasih.


“Nakal!” Aku ngomong waktu Shaun mulai mendesah keenakan.


“Deya… bantu yah? Siapa suruh kalian berdua cantik sekali!” Sempat-sempatnya ia gombal.


Entah kenapa aku merasa deg-degan tapi penasaran melihat apa yang akan terjadi. Apa Keia tahu kalo aku mesum dengan cowok itu?


“Shaun… udah!” Aku protes ketika tanganku digerakan cowok itu dengan sangat cepat. Pasti udah hampir dapat.


Shaun mendesah, udah dekat sekali. Aku makin bersemangat… tapi kemudian aku mendapat ide lain. Dengan iseng aku menghentikan kocokanku dan meremas kontol itu kuat-kuat…


“Ahhhhh… aduhhhhhh!” Shaun stress sekali. Ini kentang banget…


“Rasain…!!!” Aku tertawa dan membalikkan badanku hendak tidur. Lucu sekali, Shaun masih terbegong-begong gak tauh mau buat apa.


“Hahahaha… stress kan?” Keia gak sanggup menahan tawa. Ternyata ia ikut memperhatikan dari tadi.


“Ihhhh… nakal!” Shaun mencubit tubuh Keia dari belakang, membuat gadis itu berbalik menghadapnya. Mulutnya masih tersenyum mengejek cowok itu…


“Siapa suruh mesum!” Keia mengejeknya…


“Kamu harus tanggung jawab… sekarang giliranmu!” Shaun menarik tangan kiri gadis itu dan ditaruh di kontolnya. Keia hanya tertawa dan menggenggam kontol itu.


“Eh, Shaun… kok gini?” Keia protes, walaupun kelihatan protesnya hanya setengah hati. Tanpa disuruh ia mulai mengocok kontol itu pelan-pelan.


“Keia… makin cepat dong!” Shaun memohon.


“Tapi Shaun….!”


“Kamu tadi udah menendang bijiku… belum lagi karena pake baju seksi gini. Ini kan lebih baik dari pada aku gak tahan terus memperkosamu, gimana?” Shaun menjelaskan panjang lebar. Keia akhirnya menyerah dan menuruti keinginan cowok itu.


“Aku ke kamar mandi dulu yah!” Cepat-cepat aku bangun agar tidak mengganggu mereka bedua.


Benar aja… sepeninggalku Keia makin semangat mengocok. Ia malah membiarkan tangan Shaun menjelajah meramasi bongkahan dadanya… benar-benar beruntung cowok itu.


“Shaun, cepetan dong!” Keia udah mulai kecapean, sementara batang Shaun masih keras. Dari tadi cowok itu mengrepe tubuhnya membuat ia mendesah berulang-ulang. Harapannya adalah ia mampu menaklukkan Shaun dan muncrat duluan.


“Ia.. dikit lagi…!” Shaun terus menduduki bagian-bagian intim tubuhnya. Kelihatan banget kalo gadis itu udah pasrah dengan perbuatan tangan Shaun. Desahannya tak terkendali lagi.. Keia udah sangat terangsang mendapati kalo jari Shaun udah bermain-main di belahan liang nikmatnya.


“Shaun…!” Keia makin kuat menutup mata. Kocokannya makin melemah, dan ia mendapati kalo lingerie yang dipakainya udah terbuka lebar… ia menyerah ketika mulut Shaun mengisap kedua pentil di bongkahan dada, dan kini mulutnya turun ke bawah menyeruput perut dan pusarnya… terus turun menuju ke liang rahasia…


“Aaahhhhhh!”


Keia memekik kuat… tubuhnya naik melengkung, sedangkan cairan orgasmenya membanjir keluar. Tubuhnya kelojotan menahan nikmat…


Aku mengintip dari kamar mandi melihat orgasme yang dashyat tadi. Keia tampak malu-malu menatap cowok yang sudah mengalahkannya. Sementara Shaun masih menatapnya sambil tersenyum.


“Eh, sudah siap lanjut?” Cowok itu mulai membuka selangkangan gadis itu.


“Jangan Shaun…!” Shaun terhenti ketika mendapat penolakan.


“Aku belum keluar sayang….!


“Tapi aku udah cape…!


Kalo gitu, gesek di sini aja, yah!” Shaun segera bangun dan menempat kontolnya pada belahan dada Keia. Ia mulai bergerak maju mundur membiarkan kontol itu tergesek pada kedua bongkahan cewek itu. Keia hanya pasrah sambil menutup matanya.


‘Dasar cewek munafik, diam-diam ternyata mau lagi…!’ Aku mengejek gadis itu dalam hati.


Shaun makin bersemangat, sambil meremas toket yang padat itu ia terus menggesek. Kontolnya yang besar dan panjang malah berulang kali menyodok leher gadis itu… Keia kelihatan tidak nyaman.


“Masih lama…?” Kelihatan kalo ia malu karena sudah cukup lama aku di kamar mandi. Berkali-kali ia melirik kamar mandi dengan sudut matanya...


“Kalo mau cepat… sempong dong!” Shaun merayu lagi.


“Yah udah…!” Keia pasrah…


Tak lama kemudian gadis itu mulai bersemangat mengisap sambil mengulum kontol raksasa itu. Gak semua bisa masuk, panjang sih. Keia harus membuka mulut lebar-lebar… tapi kali ini keduanya tampak nyaman dan bersemangat.


“Ahhh… ahhh… terus…!” Shaun makin mendesah.


Ia merasa kalo ia akan segera keluar… dengan rakus ia memutar badan dan menyambar memek gadis itu… yah kali ini posisinya menjadi 69. Keia yang sudah terangsang lagi hanya bisa pasrah memek yang masih basah kuyup di jilat dan di tusuki jari… untung Shaun menyadari kalo gadis itu masih perawan.


“Ahhhh.. ahh…!” Keduanya hampir mencapai puncak. Tepat ketika mereka akan keluar aku membanting pintu kamar mandi kuat-kuat.


“Brukkkk!” Aku keluar dari kamar mandi membuat mereka kaget.


“Aahhhhhh aaahhhhhhh!” Keia keluar lagi… tubuhnya kelojotan. Ia gak dapat menahan diri lagi, ia tidak lagi memperdulikan kehadirainku.


Sementara Shaun stress banget… ia kaget sekali mendengar suara pintu. Dan ia menarik kontolnya...! ia belum keluar…


Keia masih kejang-kejang… ia kembali mendapat orgasme yang dashyat… gadis perawan ini ketemu dengan ahli, dan ia tak dapat mengimbangi permainan jari dan lidah Shaun pada kemaluannya.


“Deya… ahhhh!” Keia menutup mukanya karena malu ketahuan mesum.


“Gimana? Berapa skor-nya?” Aku bertanya waktu keluar dari kamar mandi.


“Ihhh….!” Keia langsung membalikkan tubuhnya, sementara itu Shaun masih tertawa-tawa melihat tingkah gadis itu yang malu-malu.


Akupun kembali merebahkan diri di tempat tidur sambil membalikan badan. Kali ini Keia cepat-cepat berdiri dan menuju kamar mandi, mungkin ingin gosok gigi.


“Eh… punyaku bagaimana? Aku belum keluar?” Shaun protes. Aku hanya tertawa melihat cowok itu kentang lagi…


“Suruh Deyara aja!”


“In your dream, Dickhead..!” Aku meledeknya tapi menjauhinya.


Terpaksa malam itu Keia tidur dengan kontol besar yang menggesek pantat dan belahan selangkangannya.


-----


Aku terbangun masih pagi-pagi, merasa kalo tubuhku enteng sekali… rasanya seperti melayang. Entah kenapa aku merasa terbuai mengingat waktu ngentot dengan Rivo… terasa nyata sekali, seakan-akan ia sendiri yang lagi meremas toket dan mengoralku…


Eh, tunggu… ini kan? Astaga! Aku kaget waktu membuka mata Shaun lagi menggrepe tubuhku yang sudah telanjang. Yah, baju tidurku sudah disingkap lebar-lebar dan tak dapat menutupi tubuh ranum ini. Dengan rakusnya Shaun mengisap memek yang telah tersaji didepannya. Pantesan nikmat sekali… Aku pura-pura tidur sambil menikmati… beberapa menit kemudian Shaun sadar kalo aku sudah bangun.

“Tuh kah keenakan…!” Shaun meledekku.


“Ihhh, nakal. Ganggu orang tidur!” Aku gak tahu mau marah atau pasrah…


Keia hanya tertawa melihatku… ternyata ia dari tadi memengang kakiku dan membukanya lebar-lebar.


“Ayo terus Shaun…” Keia mau balas dendam kejadian tadi malam. Ketika ku lirik ternyata ia sendiri sudah mandi pejuh di wajahnya… kayaknya udah sempat disemproti cowok itu tadi pagi.


“Keia… kok jadi gini?” Aku protes, walaupun tubuhku diam aja. Gini-gini aku malu.


“Supaya adil, siapa suruh buat aku kentang tadi malam….!” Kali ini Shaun menyeruput memekku dengan hisapan khas mulutnya. Aku jadi merintih nikmat. Aku mendesah kuat… dikit lagi pasti nyampe.


“Gimana, enak kentangnya!” Shaun jahat sekali. Ia menghentikan kulumannya tepat sebelum aku orgasme, dan aku yang sudah pasrah malah mengangkat memekku tinggi mengejar mulut cowok itu.


Melihat tindakanku, Shaun tahu kalo ia sudah menguasaiku.


You know what I want!”


Aku memandang kea rah langit-langit kamar hotel… aku tidak bisa berpikir lagi, aku tahu sekali ini mengarah ke mana. Shaun gak akan puas disempong, pasti ujung-ujungnya minta ngentot.


‘Apa aku kasih aja yah?’


Aku merasa gak nyaman… entah kenapa ruangan ini mengingatkan aku kepada Rivo, beberapa hari kami bergumul nafsu di tempat ini. Aku belum bisa menghapus bayang-bayang cowok itu di kepalaku…


“Shaun jangan!” Aku berteriak kencang sambil mendorong kepala cowok itu. Cowok itu berhenti merangsangku dan diam menatapku penuh tanya.


“Deya…” Keia menatapku syahdu. Ia bingung melihat penolakanku… ia tahu kalo aku udah sangat bernafsu.


Melihat wajah Deya membuat aku teringat kalo Rivo sudah tunangan dengan orang lain. ‘Kenapa aku bodoh sekali? Dia udah bersenang-senang dengan cewek lain, masakan aku gak bisa?’


“Eh kenapa?” Tanya Keia melihat aku bingung.


Aku hanya diam dan menatap Shaun dalam-dalam. Cowok ini sama dengan ku, butuh hiburan… butuh penyaluran sejak diputusin pacarnya. Ia sahabatku yang sejati, gak ada salahnya kalo aku ngeseks dengannya.


Aku menatap Shaun lalu mengangguk kecil. Aku siap…


Shaun tersenyum, aku gak tahan lagi… tiba-tiba aku bangun dan mencium bibirnya dengan penuh nafsu. Shaun membalas dan kita berdua langsung larut kedalam pergumulan nafsu yang membara. Tanganku mengocok kontol ganas itu sedangkan tangannya mencolok memekku… permainan kami liar sekali.


“Ahhhh…ahhhh!” Aku mendesah kuat ketika Shaun memasukkan dua jari ke dalama memekku.


“Hahaha… kamu mau kan?”


“Oke… oke, aku nyerah…!” Aku menutup wajah, membiarkan cowok itu menodaiku. Aku tahu apa yang ia mau. Shaun tersenyum penuh kemenangan.


“Gitu dong, kan mau di kasih nikmat” Ia mulai menggesek kontolnya yang kelihatan beringas di depan memekku… kayaknya ia sengaja mau memperlihatkan kepada Keia yang menahan nafas melihat posisi kita.


Aku menahan nafas dan menutup mata. Kontol ini besar sekali… mungkin sebesar milik Kak Ryno… pasti sama nikmatnya.


“Aku masukin, yah!” Shaun menempatkan kepala kontol itu di lubang nikmatku…


Aku mengangguk pelan… malu. What the hell!


Keia hanya bisa diam… ia akan menjadi saksi bisu sebuah permainan birahi yang ganas dari dua orang belahan benua yang berbeda.


Eh… baru aja kepala kontol yang masuk…


“Tok… tok… tok…!”


Tiba-tiba terdengar ketukan dipintu…


“Deya, Shaun… buka pintu! Bangun dong, sudah siang ini!” Itu suara Kak Titien. Ia baru pulang…


-----


POV Titien


Malam itu aku dan Ryno berkunjung ke rumah milik Brenda. Ia mengundang kami berdua… Brenda adalah sahabat baik Ryno sejak SMA dan kuliah di UCLA. Ia adalah programmer computer yang handal dan sekarang menjadi salah satu analist badan inteligensi yang handal. Selain jago bela diri, Brenda pula terkenal jago mencari data dibalik tumpukan rekaman video dan blog internet.


Awalnya aku deg-degan dengan undangan tersebut, apalagi berlangsung sampai larut malam. Biar gimana tapi aku masih mengingat kalo gadis itu pernah mencintai Ryno bahkan berulang kali meminta jatah seks. Malah ia pernah menjebak Ryno yang lagi bersedih.


Entah kenapa setelah kejadian suamiku dengan Deyara aku makin cemburuan… gak rela kalo Ryno dekat-dekat dengan cewek lain, apa lagi yang cantik seperti Brenda.


Untunglah ia sudah berubah. Begitu masuk Brenda malah memperkenalkan pacarnya yaitu pimpinannya sendiri di tempat tuga--seorang perwira militer berpangkat Kolonel. Orangnya gagah berani dan memiliki tubuh yang tegap… ih agak ngeri. Entah kenapa aku melihatnya seperti Rambo. Eh, mungkin cowok seperti ini yang bisa mengendalikan kebinalan serta kenakalan Brenda.


Sewaktu kami berduaan, Brenda menceritakan bagaimana ia dijebak pacarnya untuk menikah. Ia janji akan menikahi pacarnya setelah pimpinannya mengijinkan ia menjalankan operasi pembebasan Titien dan Deyara. Ternyata Brenda juga berkorban banyak.


“Aku gak tahu mau bilang apa… makasih yah Brenda!”


“Gak apa-apa. Aku juga makasih kamu sudah menjaga Romeo baik-baik! Ia sangat berarti bagiku…!”


Aku mengangguk… “My pleasure!”


Brenda tersenyum.


“Kamu yakin dengan dia? Gak salah orang?” Aku meledeknya.


“Kali ini aku yakin Tien… akhirnya aku punya pacar juga!” Brenda terlihat tersipu.


Aku memeluk gadis itu dan ia pun ikutan memeluku erat. ‘Kamu sungguh sahabat sejati, Brenda. Ryno sangat beruntung berteman denganmu.’


“Kami terus mendoakan kebahagiaanmu, say…”


Brenda terus bercerita mengenai rencana mereka besok akan berangkat ke Virginia, dan bulan depan akan menikah di markas besar angkatan laut di sana. Setelah kawin, mereka akan berangkat ke Philippines. Mereka berdua sudah ditugaskan disana, dan mungkin tidak akan kembali dalam waktu yang lama.


“Wah… jadi honeymoon-nya di Clark navalbase yah?” Aku meledeknya.


“Iya sih!” Brenda tersipu.


“Brenda… makasih banyak yah, kamu benar-benar teman setia!” Ryno mendekat lalu memeluknya sekali lagi.


“Nanti aku mampir lagi ke rumah mu di Hoboken…!” Kata Brenda berjanji.


Malam itu kami puaskan dengan bercerita dan minum-minum. It’s never easy to say good bye, especially for those who save you when you are in trouble.


-----


Sepulang dari rumah Brenda, Ryno dan aku kembali ke hotel. Tapi tidak kembali ke kamar, melainkan cek in kamar lain di dekat kamar kami. Malam ini aku mau bersama suamiku… gak mau diganggu dengan Shaun ataupun Deyara.


Padahal aku bilang ke mereka mau nginap di rumah teman. Biarin…


“Sayang, kamu beruntung. Punya teman-teman terbaik yang selalu menjagamu!” Aku berbisik kepada suamiku.


“Eh, mereka juga beruntung mengenalmu. Mereka terus bilang kalo aku beruntung bisa mempersuntingmu…!” Ryno balas gombal.


Aku hanya tersenyum… karena aku tahu kalau itu benar-benar keluar dari hatinya.


Di atas tempat tidur aku dan Ryno terus bercerita dari hati ke hati. Saat itu aku cerita sejujurnya apa yang terjadi di selama aku ditawan. Ryno manggut-manggut seakan tidak percaya.


“Kamu hebat sekali…!”


Akupun terbuka soal Edo yang sempat memakaiku waktu terangsang obat. Ia mengerti rasanya gimana minum perangsang, gak bisa kontrol birahi.


“Aku kini sadar kalo kamu gak bisa melawan nafsu waktu memerawani Arlita!” Aku tersenyum, gak marah lagi.


“Iya… aku selain Deyara, aku juga pernah dikasih obat perangsang dulu. Masih ingat kisahku dengan Devi dulu?”


Aku hanya tersenyum…


“Tapi waktu kamu dengan Shaun di Washington kan, Shaun gak kasih kamu perangsang?” Ryno meledek kejatuhanku waktu dengan Shaun.


“Eh… itu gara-gara vibrator pemberianmu!” Aku mengelak.


“Apa?” Ryno kaget.


“Eh, aku belum cerita yah? Aku sebenarnya gak jatuh… Shaun memperkosaku!” Aku membela diri.


“Eh, cerita dong!” Ryno penasaran. Terpaksa malam itu kami habiskan dengan bercerita sampai kami berdua terangsang. Memang sih, cerita tentang seks membuat kita nafsu. Apalagi tangan Ryno rajin menjelajahi tubuhku. Dan tanpa sadar, kami berdua sudah telanjang bulat.


Setelah itu Ryno menceritakan soal kejatuhannya di rumah dengan Darla… dasar cowok, gak bisa lihat barang bagus. Tapi justru ceritanya membuat aku makin bernafsu, dan mengocoknya dengan cepat. Ryno terus mendesah.


“Kamu gak marah kan?”


“Gak… kok!” Aku tersenyum. “Hebat juga kamu udah ngeseks dengan semua geng kita dulu, mulai dari Della, Brenda, Darla… eh juga Naya. Dasar cowok mata keranjang!”


“Makasih yah… Kalo gitu, aku kasih hadiah nih!”


“Udah gak usah gombal. Masukan aja!” Aku menutup mata. I love you, Ryno


“Eh, tunggu…. Aku belum balas telpon Naya!”


-----


Entah kenapa aku memikirkan gadis imut itu… aku menimbang-nimbang hapeku. Apa aku telpon aja yah….


“Kringggg…. Kringgg…!” Aku kaget, ada telpon masuk padahal sudah tengah malam. Mungkin saja emergency… Ryno udah tidur setelah ngecrot tadi.


Aku menekan tombol call…


“Kak Titien…!”


“Naya?” Aku terkejut.


—-


POV Rivaldo


“Sayang, aku minta maaf, tadi malam aku memaksa yah? Kamu gak marah kan?” Aku membelai rambut gadis itu dari belakang. Entah kenapa, aku merasa bersalah.


Aku bangun kesiangan, maklum cape. Tadi juga sempat kaget ini di mana, dan baru sadar kalo tidur di hotel. Lebih kaget lagi waktui melihat ada sosok yang indah dan telanjang yang berada satu tempat tidur denganku. Aku baru ingat tadi malam aku em-el dengan Shania.


“Eh, kamu sedih?” Aku kaget mendapati ternyata Shania sudah bangun. Ia masih berbaring membelakangiku sambil terisak pelan.


Shania tak menjawabku.


“Sayang?”


Gadis itu masih diam, tapi aku mendengar bagaimana ia menahan isak. Aku mendiamkan sampai aku melihat ia reda kembali.


Shania berbalik dan menatapku. Wajahnya kelihatan agak sendu… tapi benar-benar cantik alami…. Tanpa make-up udah cantik gini.


“Apa tadi malam itu pertama kali bagimu?” Aku bertanya. Ia menggeleng pelan.


“Maafkan aku yah?”


Gadis itu memaksa tersenyum tapi terasa hambar. Mungkin ia mengingat mantannya, karena menurut cerita keluarganya kurang setuju dengan cowok yang sudah cukup lama dipacarinya.


Aku menatapnya dengan pandangan penuh tanya…


“Ada yang salah?” Ia justru bertanya setelah cukup lama aku coba mempelajari wajahnya.


“Ternyata kamu cantik sekali waktu baru bangun…” Aku coba gombal dikit. Ia diam aja, malah kelihatan serius.


“Kamu kecewa aku sudah tidak virgin?”


“Gak kok… aku hanya penasaran kamu belajar nyempong dari mana?”


“Ihhhh…..!” Akhirnya senyum itu keluar juga.


“Maaf Aldo…! Aku….” Ia tampak ragu, tapi gak mampu mengungkapkannya.


“Kamu masih ragu?” Aku mulai merasakan pergumulannya. Ternyata bukan aku doang yang bergumul dengan ikatan ini.


Shania mengangguk kecil.


“Maaf… aku perlu berpikir. Aku mau ngomong dulu dengan seseorang. Hari ini aku akan ketemu dengannya. Aku mengajaknya ke Las Vegas, sekalian aku mau menghadiri konvensi perhotelan…” Aku tahu ia punya agenda ke Las Vegas minggu ini.


“Siapa itu?”


“Sahabat terbaikku… ia sudah aku angkat jadi kakak sendiri.. orang yang paling mengerti aku!” Shania tersenyum simpul, mungkin memikirkan orang itu.


“Cowok?” Ia menggeleng.


“Cemburu yah? Hahaha…” Untuk pertama kali aku melihat ia tertawa lepas.


“Beneran gak mau aku temani?”


Ia menggeleng kuat…


“Biarkan aku sendiri dulu yah… aku butuh teman bicara!”


Aku hanya diam. Tadi malam aku kira sudah dapat close the deal… ternyata mentah lagi. Tapi paling tidak kami berdua udah makin dekat.


Tak lama kemudian ia masuk kamar mandi.


-----


Kring… kring… kring…


‘Siapa yang menelponku pagi-pagi? Eh ternyata Keia.’ Aku lupa kalo Keia kemarin ku antar untuk menemui Deyara. Ia sih bilang kalo mau balik dengan taksi aja…


“Haloo!”


“Baru bangun yah. Dasar… udah siang nih. Kunyuk, jemput aku di hotel kamarnya Deyara…”


“Eh? Kamu tidur disana?”


“Iya… cepetan.”


“Oke, tiga puluh menit lagi aku disana yah!”


----


Ternyata aku siap duluan, Shania masih sibuk berdandan ketika aku pamit duluan hendak menjemput Keia. Ia hanya tersenyum, bilang kalo ia sudah siap ke Las Vegas. Ia akan diantar oleh sopir perusahaan tapi sebelumnya singgah dulu menjemput temannya.


Aku sempat penasaran siapa orang yang dekat dengannya? Ia kan baru dua minggu di Los Angeles… kok bisanya secepat itu dapat teman dekat.


Aku memarkir mobilku di depan lobby. Hotel ini punya sejarah tersendiri bagiku… disinilah tempat aku bergulat nafsu dengan Deyara, gadis yang gak bisa aku lupakan. Tapi disinilah juga aku meninggalkannya…


“Kamu benar-benar bajingan!!!”


Aku mengingat lagi makiannya waktu kami berpisah. Percuma aku menjelaskan… ia gak mau dengar lagi.


Tak lama kemudian sosok gadis cantik keluar dari hotel itu. Itu sepupuku tercinta, Keia. Eh, ia masih pake baju tidur yang tipis, pasti baju milik Deyara. Sepintas ia celengak-celinguk mencari mobilku, mungkin malu karena pake baju tipis. Setelah ditemukan dengan setengah berlari ia mendekat.


“Gimana… sukses?” Aku langsung tanya begitu ia membuka pintu.


“Ia, kamu sukses membuat Deya patah hati…” Jawabannya kembali membuat aku terpaku. Keia benar, aku telah mengkhianatinya dan mencoba membenarkan pengkhianatanku.


“Deya mau dengar kamu?”


“Aku gak tahu… tapi aku sudah sampaikan pagi tadi…!” Wajah Keia sukar ditebak.


Kami masih ngobrol lama di mobil, karena aku mau mengorek-ngorek info mengenai Deyara dan Justin Bieber. Keia hanya diam aja, hanya tersenyum misterius. Ia malah ngomong yang lain…


“Kamu tahu gak kalo Deyara jago berkelahi… kalo ketemu dia, kamu siap-siap aja kena achagi!” Keia meledekku.


“Dasar…!” Keia sampai tertawa.


“Aldo… dengar baik-baik. Jangan tinggalkan Deyara. Kamu akan menyesal mencampakkan gadis sebaik dia!” Keia berkata sungguh-sungguh… aku sampai terpana mendengarnya.


“Tumben…!”


Tepat sebelum kita berangkat, tiba-tiba aku kaget melihat mobil yang datang dan berhenti di depan lobby. Itu mobil perusahaan yang mengantar Shania.


‘Eh, itukan Shania, ngapain dia kesini?’


Benar sekali, itu Shania. Gadis itu turun sebentar, dan masuk ke lobby. Tepat di pintu ia bertemu dengan seorang gadis. Dari gayanya kelihatan kalo ia senang sekali, mereka sampai berpelukan lama sekali...


“Apa itu teman lamanya?” Aku bertanya kepada Keia yang juga menyaksikan.


“Eh… itu kan?” Keia juga kaget mendapati kalo orang itu dikenalnya.


“Astaga… itu kan?” Aku juga kaget mengenalinya.


“Kak Titien….!” Kami berdua hampir berteriak.


-----
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd