Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis

Pemeran untuk Episode ini

Titien



Deyara


Naya


Cherry


Shaun


Rivaldo


Ryno
 
Terakhir diubah:
Episode 9: You Cannot Escape Vegas Lust (Part 1)


POV Cherry

“Cherry, kamu lihat di mana Titien?” Shaun mencegat aku di pintu apartement. KIrain bisa lolos, ternyata gak bisa lari dari mata tajamnya.

“Kak Titien kayaknya sudah lagi siap-siap mau mandi!” Aku agak gugup menjawab.

“Udah balik ke sini?” Masih aja penasaran.

“Cek aja sendiri…!” Aku menunjuk ke kamarnya mempersilahkan cowok itu memeriksanya.

“Terus kamu mau kemana, bawa-bawa tas baju!”

“Eh, mau basahin… eh cuci…!” Aku menjawab terbata-bata. Untung aja Shaun tidak curiga.

“Bilang aja mau laundry, pake gugup gitu!” Shaun menertawakan wajahku yang nampak merah karena malu.

Dengan segera aku meloloskan diri keluar dari apartement ini dan langsung menuju ke lantai bawah, di mana Kak Titien sudah menunggu. Akhirnya bebas juga dari si mesum itu...

“GImana?”

“Aman, Kak. Hampir aja ketahuan, dasar Dickhead kepo banget.”

“Kamu pake alasan apa?” Kak Titien bertanya sambil menggandeng tanganku menuju ke sebuah tempat.

Laundry, kalo Kak Titien?”

“Beli susu dan telur, kehabisan di kulkas!”

Dengan cepat kami berdua berjalan memasuki gedung gym and sport center yang disediakan di apartement. Bergegas kami melewati area peralatan gym, dan lapangan basket, terus menuju pintu ujung sebelahnya. Dan ketika kami membuka pintu, aku langsung kagum dengan kolam renang outdoor yang sangat indah seakan tersenyum mempersilahkan kami.

Apalagi hari ini cukup panas, dengan cuaca di Las Vegas yang hampir tiap hari cerah menyengat. Cocok sekali untuk berenang. Apalagi kolamnya tertutup shade tipis sehingga tidak langsung kena cahaya matahari.

Dengan segera kami mempersiapkan diri, berganti baju renang dan langsung meluncur ke dalam kolam. Karena masih sepi, baju dan barang-barang kami hanya di taruh di bangku tempat berjemur.

“Byuuurrrrr!”

“Segaaarrrrr!”

Air kolam terasa dingin, sangat cocok menyegarkan tubuh di tengah-tengah panasnya udara padang pasir Nevada.

Kami terus mandi dan bermain air, menikmati waktu ini dengan senang. Saya hanya ketawa ketika Kak Titien bilang kalo Shaun pasti lagi stress cari-cari dimana kita berdua.

Kak Titien mulai tidur di atas air, mengambang. Sebuah skill yang sangat dikuasainya… tubuhnya tampak begitu indah mengapung. Masih seperti gadis belasan tahun, padahal sudah lebih enam tahun menikah.

Aku mencoba gayanya tapi berulang kali gagal. Akhirnya Kak Titien mengajariku. Ternyata mudah, aku aja yang agak takut-takut.

Sesudah itu Kak Titien minta dipijit sambil menikmati aliran air kencang di kolap dangkal. Aku menyanggupinya sambil meraba tubuhnya yang padat dan liat… gak gemuk sih.

“Kak, kalo memang mau pijat, kenapa gak ke jacuzzi aja? di apartemen kan ada!”

“Kamu lupa yah kalo di apartemen bahaya, ada Shaun. Nanti kita gak menikmati lagi…”

“Iya yah!”

Kak Titien kini mulai merasa nyaman, ia terus memuji pijatanku. Ia belum tahu kalo aku sempat belajar pijat di shiatsu milik tanteku. Aku malah sempat menjadi salah seorang pemijat profesional disitu, walau hanya beberapa bulan. Tidak heran tangan kecilku sudah mengenal seluk-beluk otot pada tubuh manusia dan mengetahui titik-titik mana yang butuh ditekan. Benar aja, baru lima menit dipijat Kak Titien udah keenakan.

“Cher, ini seperti pijatan seorang ahli!”

“Kakak mau aku pijat seluruh tubuh? nanti di kamar sebentar aku pijat pake body lotion.”

“Kamu pernah belajar?”

“Iya kak, pasti deh Kak Titien akan keenakan. Tuh, otot-otot Kak Titien udah banyak yang tegang dan urat-uratnya sudah sembrawut, gak pada posisi yang tepat.”

“Yah sudah, aku sih oke aja. Tapi kamu kuat kan?”

“Kak, aku biasa pijit lima sampe tujuh orang sehari… kalo ini sih gampang!”

Setelah hampir 45 menit kami bermain-main di kolam, tiba-tiba telpon Kak Titien berdering dengan kuat.

“Kring.. kring… kring…”

“Gak di cek siapa?” Aku bertanya, tapi kayaknya Kak Titien tidak memperdulikan panggilan telpon itu.

“Gak usah, palingan si Dickhead!”

Kami membiarkan panggilan itu sampai berhenti sendiri.

Tapi tak lama kemudian kami kaget dengan kemunculan sosok laki-laki yang tinggi besar menyapa kami.

“Dickhead”

“Eh, Astaga…!” Aku jadi tercekat.

Shaun mendekati kami sambil tersenyum menyatakan kemenangannya. Hebatnya lagi Ia sudah memakai celana renang, udah persiapan kayaknya.

“Oh gitu yah… udah mulai nakal, mandi kolam gak bilang-bilang!” Shaun menaruh tangannya di pinggang.

“Eh, aku bilang kamu kan tadi kalo Kak Titien lagi siap-siap pergi mandi!”

“Terus kamu?”

“Lagi basahin baju!” Aku tertawa mengingat jawabanku tadi.

“Eh, Dickhead. Kamu tahu dari mana kalo kami ada di kolam?” Kak Titien bertanya.

“Untung Deya telpon… katanya kamu tadi sms pinjam baju renang. Dia telpon balik tapi gak diangkat!”

Tampak Kak Titien agak menyesal tidak mengangkat telpon tadi.

“Awas kamu yah mau coba-coba lolos dari aku!” Shaun mengancam lagi, tapi hanya disambut dengan tertawa.

Shaun mulai membuka baju kaos, tinggal pake celana renang. Kayaknya ia sudah siap bergabung dengan kami.

“Dickhead, tahu gak, tadi Cherry menyelam diri ujung sini ke ujung sana. Hebatkan? Ryno aja gak bisa!” Seruang Kak Titien mencegah ia turun ke kolam.

“Ryno aja yg gak becus... gampang kok!” Cowok itu langsung beraksi setelah dipancing sedikit.

“Tuh kan kubilang, cowok itu gak mau akui kekalahan.” Kak Titien kembali menyentil ego cowok itu.

“Eh, kamu kira aku bohong?” Shaun berkeras.

“Kamu bisa emangnya!” Aku juga ikut memanas-manasi cowok itu, setelah melihat mata kiri Kak Titien yang sempat memberi kode kepadaku.

“Gals… ini, lihat sendiri!” Shaun langsung bersiap-siap.

“Brurrrrr!” Cowok itu mulai menyelam dengan gerakan lincah dan kayuhan tangan yang kuat. Dengan cepat tubuh berotot itu meluncur di dalam air.

“Cher, ayo!” Tiba-tiba Kak Titien mengajak aku naik.

Aha, ternyata ini triknya untuk lolos dari cowok itu. Pinter juga… sementara cowok itu masih terus melaju menyelam dengan cepat melewati kami.

Dengan tergesa-gesa kami berdua menuju tangga dan naik ke pinggir kolam, dan terus menuju ke bench tempat kami menaruh sendal, handuk dan baju ganti. Eh mana itu?

“Cher? Kamu pindahin barang-barang kita?”

“Gak kak!”

Aku mulai panik dan berjalan keliling mencari-cari. Gak ada sama sekali, padahal Shaun udah gak lama lagi sampai. Kami makin panik

Kami berpencar mencari barang-barang kami, sampai terdengar teriakan sumbang dari arah kolam renang. Tampak cowok itu sudah berada di seberang sementara terengah-engah menarik nafas panjang.

“Hahaha Ladies, cari apa?” Shaun mengambil kunci kecil di kantong celana renangnya. Ia mengangkat tinggi supaya kami lihat

‘Apa maksudnya memegang kunci?’ Aku masih kebingungan, sementara Kak Titien sudah menutup muka.

“Hahaha… kali ini aku gak bakal kalian kibuli lagi.” Shaun menertawakan kami.

“Kamu titip barang-barang kami di loker?” Teriak Kak Titien. Aku baru sadar kalo itu kunci loker.

“Hahaha…. Kalian gak bisa melarikan diri lagi”

“Eh, gak kok, aku mau ambil kacamata renang doang!” Kak Titien menjawab seadanya.

“Ngaku aja Virgin, aku tahu apa rencana otak kecil itu!” Shaun gembira sekali bisa memperdayai kami.

“Tumben kamu pinter sekarang, Dickhead!”

Shaun naik kepingir kolam mendekati kami… dan tubuh kekar itu kelihatan makin gagah karena basah.

“Tapi Shaun aku butuh telpon!” Kak Titien complain lagi.

“Tuh hape mu masih ada, aku taruh di sana!” Ternyata hape kami masih ada, tapi dipindahkan ke tempat yang lebih dekat kolam.

Sementara Shaun bercakap-cakap dengan kami, aku gak sadar kali ia makin mendekat. Dan tiba-tiba tangannya bergerak dengan cepat dan mengarah ke padaku dan menarik kaki kiri ku kembali ke kolam.

“Ehhhh!” Aku terkejut, tak menduga sama sekali.

"Byurrrr!" Aku masuk ke kolam.

Alhasil aku langsung ditangkap, dan sambil tertawa-tawa Shaun memegang tanganku.

“Eh, Dickhead.. jangan dong, aku sudah capek mandi!” Aku mengibaskan tanganku dengan sia-sia, tetap aja dengan mudah Shaun memegangnya. Malah kini sudah memeluk tubuhku.… aku gak bisa lolos lagi.

“Gals… jangan harap bisa lolos, kalian berdua harus menemani aku mandi!”

“Kak gimana?” Aku hanya bisa berharap ke Kak Titien. Dan ia kelihatan terpaksa mengikuti kemauan Shaun balik lagi ke kolam renang.

“Gimana Cher, masih mau melawan?” Ketika aku mencoba meloloskan diri lagi.

“Iya… iya aku nyerah!”

“Splashhhh! Splashhhh… Splashhhhh!” Akhirnya kami bertiga kembali bermain dalam air yang dingin.

Tak lama kemudian aku merasakan tangan Shaun mulai merayap dipinggang dan terus menuju perutku. Aku langsung berteriak kegelian… Shaun memeluk tubuhku dari belakang.

“Aduhhh jangan Shaun!” Tanganku secara otomatis menahan tangannya sementara tubuhku bergerak menjauh walau tak bisa melepaskan diri.

“Dickhead, jangan ganggu dia! Cherry lagi sakit perut…” Kak Titien menahan tangan Shaun.

“Oh?” Shaun kaget, dan pegangannya terlepas. Aku langsung menjauh.

“Eh, kalo gitu kamu yang tanggung dosa!” Shaun berbalik menangkap tangan Kak Titien.

“Kamu kok mesum banget di tempat umum!” Kak Titien menegur cowok itu, tapi membiarkan aja dirinya dipeluk.

“Hehehe… siapa suruh kamu seksi kayak ini!”

“Dickhead, jangan macam-macam yah, aku bentar mau dandan untuk acara!” Kak Titien bermohon-mohon. Ia takut sekali kalo Shaun sempat memberikan cupangan di leher.

“Udah, gak perlu banyak basa-basi, kamu harus terima hukuman dulu!” Ujar Shaun menarik tangan Titien sehingga ia terpaksa mendekati cowok itu.

“Hukumannya apa sih?”

“Udah, diam-diam aja!”

“Dasar!” Kayaknya Kak Titien sudah tauh. Ia justru menurunkan tubuhnya didalam air hingga sampai di leher. Mungkin supaya orang gak melihat apa yang terjadi di dalam air.

Aku memperhatikan ternyata tangan Shaun sudah mengrepe tubuh kakak iparku, dari tadi tangannya itu mulai meremas dan membelai payudara Kak Titien yang hanya dilapisi oleh bikini tipis. Sedangkan Kak Titien hanya diam pasrah aja seakan menikmati pelecehannya.

‘Ih gila…!’ Ujar batinku. Mereka melakukannya di tempat umum. Bukan hanya kita yang mandi-mandi, tapi ada berapa rombongan ibu-ibu dan muda mudi juga di kolam ini. Untung aja gak ada anak-anak.

“Shaun, jangan yang itu!” Titien protes dan tubuhnya mengeliat.

“Udah diam aja…!”

Titien terus mengeliat sementara aku dapat melihat tangan Shaun mulai masuk ke balik bikini bawah gadis itu, dan langsung menyerang bagian tubuh yang paling sensitif.

Kelihatan air muka Kak Titien mulai berubah, walaupun ia terus bertahan sekuat tenaga.

Aku melihat ia tak banyak bergerak lagi, malah matanya mulai merem… sayang sekali aku gak bisa melihat apa yang terjadi di bawah sana, tapi aku dapat membayangkannya. Kak Titien menggerakkan kepalanya menggeleng ke kiri dan kanan seakan menahan sesuatu, tapi tubuhnya terus diam.

“Gitu dong, jangan dilawan!”

Aku masih memperhatikan dengan saksama, tangan Kak Titien malah terlihat sementara membelai-belai celana renang milik cowok itu. Kayaknya ia mulai membalas serangan Shaun.

Sementara itu Shaun semakin mempercepat serangannya, dan kini kepalanya ikutan masuk ke dalam air untuk mencium dan mengisap toket yang sudah terbuka itu…

Kak Titien kembali menggeliat.

Aku melihat tangan Kak Titien sudah berada di balik celana Shaun dan kini mengeluarkan ininya. Ihh, nekad sekali cewek itu.

Tiba-tiba terdengar jeritan kuat!

“Aaahhhhhhh… aduhhh… ampun!”

Yang anehnya justru Shaun yang berteriak kesakitan.

“Astaga!”

Aku hanya diam terpana ketika melihat Kak Titien bergegas keluar dari kolam. Ia memanggilku tapi tidak ku hiraukan. Aku merasa kasihan melihat Shaun yang masih kesakitan.

“Dickhead, kamu gak apa-apa!”

“Ayo Cher, cepat naik!”

“Tunggu kak… Eh, Dickhead!” Shaun mendekatiku, ia masih tampak menahan sakit. Tapi kemudian tiba-tiba ia memegang tanganku lagi…

“Ehh, kenapa ini?” Aku terjebak lagi.

“Ihh, gimana sih kamu Cherr, aku stengah mati lolos untuk dapat ini, malah kamu yang ketangkap!” Kak Titien menatapku kecewa, tapi ditutupi dengan tawa.

“Eh maksudnya?” Aku baru menyadari kebodohanku… ternyata Kak Titien sengaja membiarkan dirinya digrepe untuk mengambil kunci loker dari celana Shaun. Pantesan tangannya meraba-raba milik Shaun dari tadi, ternyata ini rencananya.

Dan sekarang Shaun langsung memeluk sambil mengrepe dadaku… aku mencoba bertahan tapi cowok itu dengan nakalnya mengelus tubuhku…

Kok aku jadi bego sih!

“Eh… Jangan Dickhead..!” Shaun tidak menggubris penolakannku, tangannya masih terus aja beraksi.

“Aduh… Kak.. bantu dong!”

“Yah Cher, gimana sih kamu… ato jangan-jangan kamu memang mau-mau aja dimesumin?” Kak Titien meledekku, sementara tangan Shaun membuka kancingan bikini atasku dan menyelipkan tangannya di atas dadaku…

Ihhh… geli sekali, tangannya besar tapi sangat lihay…

“Dickhead, jangan dong… ihhh, Kak… tolong aku…!” Aku terus mengeliat melawan, tapi Shaun jauh lebih kuat. Tubuhku jadi bulan-bulanan pelecehannya.

“Eh, Dickhead… boleh aja kamu grepe, tapi Cherry masih perawan jangan kelewatan.” Kata-kata Kak Titien justru memicu cowok itu makin berani. Shaun sudah menguasai kedua bongkahan dadaku, dan kini mulai meremas kedua gundukan itu… aku hanya bisa memegang tangannya dari luar.

“Aaahhhh… aduh… udah dong!”

“Enak kan Cher… hahaha!” Takan kanan Shaun mulai menyelip diantara celana renangku dan langsung mengenai bagian intimku. Cowok itu lihai sekali, sementara aku hanya bisa mengeliat mencoba melepaskan diri. Tapi cowok itu tahu sekali bagaimana menggrepe cewek.

Aku memandang ke arah Kak Titien, mengharapkan pertolongan.

“Eh, Dickhead… tunggu, stop dulu. Aku ada usul!” Suara Kak Titien terdengar kuat, membuat cowok itu berhenti.

“Jadi gimana, Virgin?”

“Gini, gimana kalo kita buat perjanjian, kamu jangan mengganggu aku dan Cherry mandi kolam sampai jam empat sore, tapi sesudah itu, kamu bebas buat apa saja. Kami siap jadi budak seksmu…!”

“Ehhh mana boleh!” Aku protes tapi terus diam ketika memlihat Kak Titien bermain mata kepadaku. Kayaknya ada yang direncanakannya.

“Hush… dengar dulu. Tapi jam 5 sore gak boleh lagi, karena aku dan Cherry sudah siap didandan untuk acara sebentar malam.”

“Okay, aku setuju, tapi kamu harus berjanji dulu!”

“Iya, aku berjanji akan membiarkan Shaun buat apa saja sore ini setelah jam empat sore!”

“Iya, aku juga berjanji!” Kataku dengan mantap.

“Okay, aku setuju… tapi!” Tangan Shaun mencolek lagi dadaku, nakal.

“Tapi apa?”

“Aku kulum dulu satu kali yah!” Dengan nakalnya Shaun mendekatkan mulutnya ke dadaku yang sudah terbuka, lalu mengulum putingku yang sudah tegang.

“Ehhh…. aduh!” Aku mencoba menggeliat melawan tapi Shaun duluan… untunglah hal itu terjadi gak begitu lama.

Setelah itu kami melanjutkan mandi-mandi kami, dan malah ikutan main bola. Sore itu makin seru karena semakin banyak orang yang ikutan mandi. Semuanya tetangga dalam kompleks apartemen. Tapi baguslah demikian supaya Shaun gak macam-macam lagi…

Kami bermain bola voli ketika seseorang membawa bola dan net. Ternyata sangat mengasyikkan. Tak terasa waktu berjalan sangat cepan…

Aku melihat jam, kurang sepuluh menit jam empat.

“Kak…!” Kak Titien menoleh kepadaku, dan melihat ke arah jam dinding waktu aku menunjuk. Ia juga sadar akan waktunya.

“Udah, kamu tenang aja! aku ada rencana…” Kak Titien berbisik pelan.

Aku hanya tersenyum… deg, degan juga sih. Tapi aku harus berani. Hal yang paling buruk yang bisa terjadi adalah aku dientot kontol besar itu…

‘Ihhh… kok aku jadi terangsang membayangkan itu!’

Shaun agaknya tidak memperdulikan waktu. Ia terus aja bermain dengan lincah.

“Kring… kring… kring…!”

Tiba-tiba telpon milik Kak Titien berdering. Dengan segera ia keluar kolam dan mengangkat telpon. Air muka Kak Titien berubah, kayaknya ada yang salah. Aku dan Shaun langsung memperhatikan percakapannya…

“Hallo!”

“Eh kenapa Nay?”

“Astaga… kenapa baru bilang! Iya, nanti aku suruh ia pergi sekarang…. kamu tunggu aja yah!”

Kak Titien menutup telpon, dan wajahnya kelihatan tegang.

“Shaun, cepat ke airport. Naya sudah tiba, ia naik pesawat pertama… cepat, ia sudah tunggu dari tadi!” Kak Titien berteriak setengah panik.

“Astaga… Naya?”

“Iya, di airport utara, dia naik United dari Reno. Cepat, ia hanya sendirian, katanya kecopetan… jadi gak bisa bayar taksi. Ia tunggu kamu, cepat…!”

“Eh, tapi…”

“Cepat…!”

“Oke deh!” Shaun langsung naik dari kolam… terus mengeringkan tubuhnya pake handuk dengan tergesa-gesa. Ia bahkan tidak buka celana renang, tapi melapisnya langsung dengan celana basket yang agak kedodoran. Dan kemudian langsung melarikan mobil menuju bandara.

“Kasihan sekali Kak Naya!” Aku mengumam.

“Hahaha… betulkan ia memang bego!” Kak Titien tiba-tiba tertawa.

“Eh maksudnya?”

“Hahahaha…!” Eh, ketawa lagi…

“Kak Naya beneran sudah di airport?” Aku mulai curiga kalo itu hanya tipuan.

“Hahaha... baguskan acting-ku!” Kali ini aku ikutan tertawa. Benar-benar bego cowok itu.

“Astaga... hahaha!” Aku ikutan tertawa. “Eh, Tapi Kak, gimana kalo ia tahu?”

“Udah tenang aja. Yang penting kita bebas sore ini!”

Tak lama kemudian kami sudah membasuh diri di shower dan kembali menuju ke apartment.

—-

“Cher, benar katamu… ini benar-benar enak!”

“Ini namanya Swedish Massage, Kak. Cocok untuk orang yang banyak berpikir keras.”

“Mujur benar aku!”

“Kak, balik badan. Sekarang aku pijat bagian depan yah!”

Tanpa menjawab, Kak Titien berbalik terlentang menghadap langit-langit kamar. Aku segera menumpahkan lotion ke dada dan perut Kak Titien yang terekspos bebas didepanku.

“Tubuh Kak Titien bagus sekali, mulus dan kencang lagi.” Aku mengagumi tubuhnya yang sangat proporsional dan berlekuk seksi. Tak ada lapisan lemak yang terlihat, tetapi yang ada dua gundukan padat yang menantang dan sangat disukai kaum adam.

Kak Titien hanya diam mendengar pujianku. Ia terus menutup mata menikmati pijatanku… tadi juga dia sempat tertidur ketika aku menyentuh beberapa titik saraf yang membuat ia relax dan mengantuk.

Tiba-tiba hapeku berdering kuat, menyebabkan Kak Titien terkejut.

“Kring… kring… kring…”

Itu bunyi video call lewat WA.

Dengan nakal aku menaruh hapeku diatas dada Kak Titien dan bertumpu di toketnya, hape itu membentuk sudut 45 derajat, tepat menyoroti wajahku yang lagi mengurutnya.

“Hi Sayang!” Segera muncul video Doni, pacarku yang menyapa.

“Pa kabar Doni…”

“Baik, cuma rindu… kamu lama banget disana!”

“Kan sudah lihat wajahku… masak masih rindu?”

“Wajah doang gak cukup, sayang!”

“Jadi aku harus telanjang, gitu?” Aku meledeknya…

“Iya… udah lama kita gak phone seks… ayo dong kasih tunjuk toked-mu!” Doni meminta.

Aku jadi malu, Kak Titien kelihatan menutup mulutnya menahan tawa. Wajahku sempat merona sebentar sebelum aku dapat menguasai diri.

“Boleh asal kamu dulu yang bugil!”

“Tuh, lihat aja. Udah tegang kan?” Ternyata Doni udah bugil dari tadi, dan kembali kontol jumbo itu dipamerkan didepanku.

“Hi Doni junior…”

“Dia sudah kangen lumatan kamu Cher… aku barusan putar video waktu kamu oral aku. Jadi nagih…!”

Kak Titien tertawa lagi… hampir aja kedengaran.

“Ihhh… nakal. Kan ada Nia disana, apa masih kurang?”

“Nia sih jago, tapi gak sebuas goyangan kamu, sayang… kamu juaranya. Memek kamu sangat menjepit, top banget eh!” Doni merayuku lagi…

Aku hanya terdiam… malu sekali, sementara Kak Titien masih aja tertawa-tawa.

“Sayang, buka dong toket kamu… aku sudah mulai ngocok nih!” Doni merayu, sementara itu tangannya sudah menggenggap batangnya yang sudah tegang, dan mulai mengocoknya dengan cepat…

“Eh, Doni… tunggu!”

“Kenapa?” Doni menghentikan kocokannya.

“Awas lecet! Hihihihi…!”

“Ihhh… nakal…!”

“Nia ada dengan kamu yah?” Aku melihat ada orang lain bersama Doni.

“Iya, tuh masih tidur!” Melania ternyata tidur di kamarnya Doni, kayaknya habis dipake semalaman. Dasar cowok mesum… Sampai mata Kak Titien jadi melebar ingin tahu.

“Kamu ngentot dengan dia tadi malam?”

“Iya… cuma dua ronde aja kok!”

“Ada pake kondom kan?”

“Iya, dua lapis sesuai pesananmu…!”

“Hahaha….” Aku hanya bisa tertawa… sementara itu Nia kelihatannya sudah bangun mendengar percakapan kami.

“Eh, Kak Cher!” Suara Nia kini terdengar.

“Nia, kamu ngentot dengan Doni yah tadi malam?”

“Maaf kak! Kak Doni tipu aku lagi, dia bilang cuma mau dikocokin, eh ternyata dicolokin…!” Kata-kata Nia membuat aku mau gak mau tertawa juga.

Kak Titien memberi kode kepadaku, dan aku langsung menanggapi apa maunya.

“Nia, Doni… tuh ada orang mau bicara!” Aku membalikkan hape dan menyorot wajah Kak Titien.

“Kak Titien…!” Suara Nia sangat lirih, seperti orang melihat hantu aja…

“Eh, astaga… ampunnnnn!” Doni langsung kelabakan menyadari kalo Kakaknya sudah mendengar percakapannya dari tadi. Sekilas aku lihat bayangan NIa yang cepat-cepat memakai pakaian.

“Hahaha…” Kak Titien gak mampu berkata-kata, hanya bisa tertawa. Matanya sampai berair..,

“Sampe segitunya kak!”

“Iya, jadi ingat peristiwa Makassar dulu, hahahaha!”

Aku jadi merah… benar juga, dulu juga aku malu seperti ini waktu di Makassar.

“Astaga…!” Mata Doni tiba-tiba membesar, kaget lihat sesuatu.

“Kenapa Don?”

“Kenapa Kak Titien telanjang?”

“Hadeh!”

“Hahahaha….!”

—-

Setelah ketahuan, terpaksa aku jujur menceritakan peristiwa Nia jadi binal. Kak Titien mengenalnya sebagai sahabat baik Deyara yang polos dan tomboy. Ia kaget sekali kalo perawan itu bisa kedapatan main dengan Doni.

Terpaksalah aku cerita seluruhnya, tak ada yang ditutup-tutupi lagi. Aku juga cerita tentang peristiwa aku dan Aldo, pacar Deya. Kak Titien geleng-geleng kepala mendengarnya.

“Ternyata gini yah kerjaan kalian di Manado!” Kak Titien menggeleng kepala tapi wajahnya hanya tersenyum.

“Maaf Kak!” Aku tak mampu bicara.

“Aku gak nyangka ternyata si Doni nakal juga! apa kamu yang ajarin dia?” Kak Titien meledekku.

“Eh, Hahaha… adanya Doni yang nakalin aku duluan.” Aku membela diri.

“Dasar Doni…! Siapa yang ajarin dia?”

“Iya, ikut kakaknya pasti! Katanya kakaknya yang ajarin mesum” Aku meledek balik sambil mencolek toket yang keras itu.

“Hahaha… iya yah!” Kak Titien tertawa lalu memelukku. Aku juga ikutan memeluknya erat. Rasanya beban berat sudah keluar sejak aku terus terang dengan Kak Titien. Senangnya bisa punya kakak ipar seperti dia.

“Cher, kamu gak balas perbuatan Doni?” Kak Titien membelai rambutku.

“Huh? Gak mau? Takut AIDS!” Aku menjawab seadanya.

“Dickhead aman lho!”

“Huh?” Aku kaget.

“Tadi ia sampe sange waktu mengulum toketmu…!” Kak Titien meledek membalas yang tadi.

“Ihhh kak Tien nakal” Aku menutup telinga.

“Bener gak mau?” Tokedku dicolek.

“Gak brani Kak... kontolnya besar sekali! Takut euw” Aku menunjukan ekspresi bergidik, membuat Kak Titien jadi tertawa, dan makin mengejek.

“Justru besar itu enak, kamu udah lama kan gak em-el, apa gak pingin?”

“Pingin sih, tapi ah!” Aku balas sambil main mata.

“Ih nakal!”

“Hehehe” Kami terus aja bercanda.

“Nanti aku bilang ke Shaun kalo kamu mau!”

“Eh?”

“Hahaha…!”

——

“Brukkk” Kami terkejut dengan suara pintu depan yang terayun membuka, seperti dibanting.

Kami langsung terkejut dan menoleh ke arah pintu. Ternyata Shaun yang baru masuk, kelihatan terburu-buru.

“Eh Dickhead. mana Naya?” Aku bertanya.

“Mana si Virgin, awas dia sudah kerjain aku!” Shaun mengomel.

“Eh, kenapa emangnya?’

“Pesawat Naya nanti jam 6!” Shaun ngamuk karena merasa ditipu.

“Oh!”

Untung kami sudah selesai pijat dan sudah memakai kimono. Kak Titien lagi mandi. Kalo tidak bisa-bisa kami dilecehkan lagi.

“Pake oh segala, kalian sudah janji!”

“Janji apa?”

“Aku mau threesome sekarang!” Shaun menuntut, tapi aku hanya tertawa.

“Maaf yah Dickhead, udah gak keburu. Kamu sih lama sekali, padahal kami tunggu-tunggu lho dari tadi!”

“Ihhhh…!” Dengan nekad Shaun masuk ke kamar Kak Titien yang baru keluar kamar mandi. Ia masih mengenakan handuk dan pakaian dalam untuk menutupi tubuhnya.

“Eh, Dickhead!” Kak Titien terkejut.

“Eh, jangan pake baju dulu, kita ngentot dulu. Masih keburu kok!”

“Maaf Dickhead, tuh orang salon sudah datang, kami harus dandan dulu sebelum acara. Nanti aja bentar malam ato besok, yah!”

Shaun protes tapi ia terdiam ketika terdengar ketukan dari arah pintu. Dua orang gadis membawa perlengkapan make-up langsung muncul untuk mendandan kami.

Dengan stress Shaun terpaksa membiarkan Kak Titien keluar dari kamar. Sementara itu aku cepat-cepat masuk ke kamar mandi. Bahaya kalo lama-lama di luar.

Tak lama kemudian aku langsung membuka semua pakaian lalu mempersiapkan bak mandi. Setelah menampung air hangat dan menaruh sabun serta pewangi, aku langsung masuk dengan tubuh bugil. Palingan Kak Titien lama disanggul, ada cukup waktu buat aku mandi.

“Tok… tok… tok… Cherry, buka dong, aku mau ambil jepitan rambut!” Dengan terpaksa aku membuka pintu. Kak Titien masuk, rambutnya masih dibungkus handuk. Kayaknya baru selesai di shampoo..

Hanya beberapa menit dalam kamar mandi, Kak Titien langsung keluar lagi sambil membawa pakaian ku untuk dicuci, dan membiarkan aku mandi di bak mandi. Aku memutuskan untuk naik, sudah cukup lama berendam. Tetapi aku bingung mendapati kalo tidak ada handuk di kamar. Eh, terus aku keluar pake apa?

“Kak Titien! Kak… kak Tien…” Aku terus memanggil kakak iparku, tapi gak ada jawaban. Setelah pikir-pikir, terpaksa dengan nekad aku menuju kamar dengan telanjang bulat.

Dengan cepat aku lari dan masuk kamar, supaya gak ada orang lihat.

“Bruak!” Pintu kamar sempat dibanting dan dikunci.

Baru saja menutup pintu aku kaget menyadari ternyata ada orang lain di kamar. Aku menutup tubuhku telanjangku dengan tangan seadanya, tapi ketika aku berbalik kebelakang, aku kaget melihat orangnya. Ternyata Shaun yang lagi ngocok kontol yang sudah tegang.

“Eh???”

“Hahaha… betul juga kata Virgin, kamu akan muncul di sini telanjang bulat!”

“Astaga!” Aku baru sadar sudah terjebak.

——-

“Tambah cepat dong, sayang!”

Akhirnya setelah nego dengan Shaun terpaksa aku harus mengocok kontolnya. Terasa benar-benar ngeri, soalnya baru sekarang aku memegang kontol sebesar ini.

Walaupun aku sudah biasa dengan kontol besar milik Doni yang sudah termasuk super untuk kalangan Asia, tapi tidak bisa dibandingkan dengan milik Shaun. Ini yang terbesar yang pernah aku lihat. Tetapi bukan ukurannya saja yang membuat aku bergidik, tapi teksturnya yang berurat dan berotot memberikan kesan beringas…

Pantesan Kak Titien sampe teriak-teriak kenikmatan. ‘Eh, apa ia ingin aku merasakan suatu pengalaman baru, yah?… hihihi! Nakal banget’.

Awalnya kami berdua pun pergi ke tempat tidur, setelah aku mengelap tubuhku sampai kering dan menutupi ketelanjanganku dengan handuk. Shaun langsung berbaring sedangkan aku disuruh duduk disampingnya.

Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya aku mulai menggerakkan tanganku pelan-pelan. Awalnya aku hanya menyentuhnya takut-takut… hangat. Aku kemudian mencoba melingkarkan jari sambil mengagumi diameternya yang super. Akhirnya aku mulai mengocoknya perlahan-lahan.

Dengan gaya seperti ini, pasti Shaun percaya kalo aku masih perawan.

“Gimana Cher, kamu suka kan?” Shaun melahap tubuh telanjangku sambil memancing aku. Tatapannya penuh birahi.

Aku diam aja, dan terus berkonsentrasi mengocok kontol garang itu makin lama makin cepat. Air mula Shaun mulai berubah merasakan kenikmatan menjalar melalui titik-titik rangsang yang ada di kontolnya.

Sudah lima menit tanganku bekerja tapi tidak ada tanda-tanda cowok itu akan keluar. Aku tambah semangat dan mencengkram lebih erat lagi… aku mengocok lagi, kali ini lebih cepat sambil bergantian kedua tangan.

Shaun mulai merem, tapi tangannya ikutan nakal meraba perut dan pinggangku…

“Dickhead, ayo dong!” Tanganku sudah pegal, tapi belum ada tanda-tanda kalo cowok ini mau keluar.

“Buka dikit handuknya, supaya aku makin sange!”

“Ih, macam-macam aja!” Dengan terpaksa aku memenuhi keinginannya, melonggarkan sedikit kaitan handuk sehingga pangkal payudaraku tersembul. Kelihatan cowok itu menatapku dengan nafsu…

“Ihhhh…!” Aku jadi malu… ‘Apa Shaun tahu kalo aku juga udah mulai sange? Gimana gak nafsu, kontolnya besar sekali…!’

Tangan Shaun mulai beraksi, ia memegang pahaku yang sedikit terekspose dan merambat keatas. Aku membiarkan aja… mudah-mudahan ia cepat keluar…

“Aahhh, terus Cher!” Shaun mendesah… Aku tambah konsentrasi mengocok.

“Eh, Dickhead, kok??” Aku terkejut. Tangan Shaun sudah melingkar di perutku dan mulai merambat ke atas, jari-jarinya mulai meraba toket kananku.

“Ahhh… Cherr, dikit lagi!” Shaun mengangkat pinggulnya. Kayaknya udah dekat, dengan terpaksa aku membiarkan tangan jahilnya mengrepe bongkahan dada ku. Biarlah supaya siksaan ini cepat berlalu.

Aku terus berkonsentrasi di kontol tegang itu. Tanganku bergerak dengan cepat, biasanya pada titik ini cowok akan segera keluar.

“Chery, kamu cantik sekali!” Pake gombal segala.

“Eh, Dickhead!” Aku langsung protes. Shaun sudah membuka handuk yang menutupiku, dan menurunkannya. Kini tubuhku atasku sudah telanjang didepannya…

“Tubuhmu indah sekali!” Shaun menatapku dalam-dalam seakan menikmati pemandangan indah itu. Aku jadi tersipu dan otomatis menutup toketku dengan tangan kiri.

“Dickhead, masih lama?” Aku jadi jengah.

“Aku susah keluar kalo hanya pake tangan. Biasanya harus disempong…!”

“Maunya, itukan diluar perjanjian… Eh, kamu mau apa?” Aku protes, tapi kemudian ia bergerak bangun dan menarik aku tidur. Posisinya kini terbalik, aku yang terlentang telanjang sedangkan Shaun duduk disampingku. Pelan-pelan ia bergerak keatas.…

“Eh… kok gini!” Shaun menaruh kontolnya di antara kedua toketku. Ia mau tit-job. Walaupun kelihatan takut-takut, aku membiarkan aja.

Setelah beberapa menit menggesek kontolnya dengan jepitan toket, Shaun mulai mendesah lagi. Aku sudah terangsang karena jelas-jelas toketku diramas pake kedua tangannya… Kali ini tidak ada protes lagi. Apa yang akan terjadi, terjadilah…

“Udah, aku gak tahan lagi…!” Shaun kini menaruh kontolnya tepat didepan mulutku. Aku tahu apa maunya…

Aku membuka mulut lalu mulai memasukan palkon itu kedalam, dan lidah serta mulutku mulai bergerak seirama memberikan rasa nikmat kepada cowok itu.

Besar sekali! Aku harus membuka mulut besar-besar supaya bisa masuk. Ini kontol terbesar yang pernah aku oral…

“Gitu dong sayang, kamu sangat berbakat lho, Cherry!” Shaun memuji emutanku. Wajahnya menatapku berbinar-binar membuat aku menutup mata karena malu.

Ternyata ini kesalahanku kedua.

Ketika aku menutup mata, Shaun bergerak merubah posisi. Sementara aku lengah, cowok itu mendekati selangkanganku dan membuka handuk yang menutupinya. Dengan gerakan cepat dan sigap, Shaun membuka kakiku dan menyelipkan kepalanya di selangkanganku…

“Hpppahhhhh!” Aku mau protes tapi tak ada suara yang keluar. Mulutku masih terus dijejali batang besar itu.

Sementara itu dengan mudahnya Shaun menyibak bulu-bulu tipis dan membuka labia mayoraku menampilkan isinya yang berwarna merah muda. Memek yang sudah agak basah itupun akhirnya mendapat sentuhan lidahnya…

“Aaahhhhhhhh!” Desahanku terdengar disela-sela palkonnya yang masih menutup mulutku.

‘Gila, cowok itu pinter sekali membuat aku melayang.’ Jilatan dan kuluman Shaun mampu menyebak di antara belahan, dan mengenai titik-titik rangsang.

Aku merasakan organ vitalku makin basah… kalo gini terus bisa-bisa dua menit lagi aku orgasme.

Aku membalas dengan kuluman di kontolnya, sementara itu Shaun menunjukkan kepiawaiannya menaklukkan wanita.

“Aahhhhh!” Aku mendesah lagi…

Kali ini Shaun menyeruput dengan kuat… mengisap semua cairan bahkan udara disana dengan sedotan yang sedashat vacum cleaner. Aku mengangkat pinggulku tinggi-tinggi menyatakan kenikmatan. Sementara bibirku terus merintih. ’Pantesan Kak Titien sampe teriak-teriak kenikmatan’

Shaun tidak menurutkan serangannya, sementara aku makin payah. Lidah dan mulut itu makin menuntut aku melelehkan cairan cinta. Pinggulku makin tinggi terangkat…

“Aaarrrrrhhhhhhhggggggg!” Aku akhirnya nyampe juga. Sudah lama gak merasakan puncak dahsyat kayak ini. Suatu jeritan keluar menandai permulaan orgasmeku.

Aku mengedan dengan kuat, seluruh tubuhku mengejang dengan otot mencengkram kuat. Pinggang dan perutku berkelojotan, dan kakiku menjepit sekuatnya. Tanganku ikut meremas bantal dengan kuat, bahkan rasanya aku mau mengertakkan gigi saking geli dan nikmat.

“Aaahhhhhhh!” Shaun juga ikutan teriak. Aku terkejut hingga kontolnya terlepas.

“Cherry… aduhhh!” Shaun kelihatan kesakitan tapi aku gak perduli. Aku hanya bisa menarik nafas panjang memulihkan pernafasanku yang seperti baru habis dikejar anjing.

“Kamu juga nyampe, Shaun?”

“Nyampe apa? Sakit kontolku kamu gigit tadi!” Shaun menunjukkan bekas gigitanku melingkari kepala kontolnya.

“Eh?” Aku kaget… apa aku tak sadar sudah menggigit kontolnya?

“Kamu sih, masak pake gigit-gigit kontol segala!”

——-

“Aaaahhhh… Dickhead… udah…!” Desahanku terdengar seperti musik ditelinga cowok itu.

Yah akhirnya aku harus tanggung jawab. Setelah menciderai kontolnya, terpaksa aku harus pasrah… menurut apapun keinginannya, begitu perjanjiannya.

Begitu mendapat persetujuanku, Shaun langsung menyuruh aku berbaring terlentang, sementara ia menaiki tubuhku… persis dalam posisi misionaris. Aku pasrah aja, dari awal aku sudah menebaknya… pasti ujung-ujungnya ngentot.

‘Tak lama lagi kamu akan merasakan kontol raksasa ini, Cherry…!’ Bathinku mengingatkanku.

Kembali Shaun menarikku dan menciumi bibirku dengan penuh nafsu. Kemudian bibirnya menyambar leherku dan turun ke toket… permainan yang terburu-buru tapi mampu membangkitkan birahiku lagi. Kali ini jauh lebih mudah, mungkin karena aku sudah dikasih orgasme tadi.

Kali ini aku tidak malu-malu lagi. Buat apa lagi menutupi tubuhku yang sedari tadi sudah disantapnya. Kali ini justru aku memberikan perlawanan… membalas ciumannya, membelai dadanya serta menatap matanya dengan birahi yang tak kalah besarnya.

“Aku sudah siap, Shaun!” Aku bicara lirih.

Akhirnya sajian utama dimulai, kontol Shaun yang sudah tegang lagi kini mengucek-ucek muara liang nikmatku, menggesek belahan yang sudah pasrah membuka. Kakiku juga sudah terkangkan lebar seakan mempersilahkan cowok itu menikmati cairan birahiku, dan kontol besar ini melakukan tugasnya dengan baik…

“Dickhead… ahhh… udah dong! Ahhhh…” Desahanku makin kuat, kata-kata penuh kepasrahkan begitu mudah keluar.

“Oh, Cher… ini benar-benar sempit!” Shaun memasukkan palkonnya sedikit lalu mengeluarkannya lagi. Ia benar-benar menggodaku…

“Shaun… ayo dong!”

Tapi cowok itu masih aja menggodaku. Dari tadi kontol itu hanya menggesek dengan irama cepat, kalopun masuk hanya ujung palkonnya doang yang terus membuat aku menggelinjang. Dari tadi cuma seperti ini, ’Apa aku yang harus memperkosanya?’

“Dickhead… masukan… cepat!” Aku mengambil inisyatif…

“Tapi… tapi…!” Shaun kelihatan masih ragu-ragu.

“Ayo Dickhead, setubuhi aku…!” Aku memengang tangannya.

“Eh… tunggu Cher…!”

“Ihhh… gimana sih! Mau masuk gak?” Aku stress juga. Kentang banget, masak sudah 10 menit hanya gesek doang. Apa ia benar-benar hendak mempermainkanku? Apa di matanya aku gak layak?

“Tapi, Cher…!”

Aku benar-benar stress melihat Shaun ragu-ragu. Langsung aja hilang nafsu birahiku yang sempat berkobar-kobar. Aku langsung berdiri merajuk.

-----

“Tok tok tok!”

Sebelum kami sadar, Kak Titien langsung masuk. Ia mendapati tubuh kami masih telanjang walaupun sudah berjauhan.

“Eh, kalian sudah selesai?” Kak Titien memberikan kode kalo sekarang giliranku disanggul.

“Eh, gak kok! Mana bisa aku ngentot dengan cowok impoten?” Kata-kata yang ketus keluar juga. Aku langsung berdiri dan memakai pakaian untuk disanggul…

“Dickhead, kamu buat apa ke Cherry?”

“Dia marah-marah karena aku gak mau ngentot!” Kata Shaun dengan tak kalah vulgarnya.

“Apa?” Kak Titien menatap kami kaget.

“Ia paksa aku suruh masukkan kontolku, tapi aku gak mau memerawaninya, Virgin!

“Huh?” Kak Titien kaget… dan akhirnya ia tertawa menyadari sesuatu.

“Eh?” Aku pun ikutan kaget. ‘Astaga ternyata itu!’

Akhirnya Kak Titien keluar dari kamar itu sambil tertawa kuat-kuat. Aku baru ingat kalo tadi di kolam Kak Titien sempat bilang ke Shaun kalo aku masih perawan. Gak boleh kelewatan… Ternyata karena itu… Mau gak mau aku harus tertawa juga karena kebodohan cowok itu…

“Eh, aku belum keluar!” Shaun berteriak dari kamar.

——-

Kak Titien yang membantu mendandani aku terus aja iseng bertanya-tanya apa yang terjadi. Yah, walaupun dengan mudah ia dapat menebak kejadian tapi, tapi kakak iparku ini terusan kepo ingin cari tahu.

“Cerita dong, kamu mau aku tanya ke Shaun?”

“Eh jangan kak!” Aku takut jangan Dickhead keceplos soal aku menggigit kontolnya tadi.

“Makanya cerita… gimana kontolnya?”

“Ihhh… ngeri kak!” Aku tertawa.

“Kok sampe ngeri.”

“Besar sekali, bisa hancur memekku kalo itu masuk! Eh, Kak Tien, terus Kak Romeo gak masalah memek istrinya dimasukin kontol sebesar itu?” Aku balas meledek.

“Ihhh… nakal, ditanya kok balik nanya!”

“Gimana kak? Apa memeknya gak jadi longgar buat Kak Ryno!” Aku kejar terus, kalo tidak aku yang akan jadi bahan pembicaraannya. Sesuatu yang aku pelajari kalo ngomong dengan Doni.

“Nakal yah, sudah berani meledek kakak iparmu!” Kak Titien hanya tertawa.

“Jawab dulu Kak!” Aku mengejar terus.

“Sini aku bisikin” Kak Titien mendekat ke telingaku.

“Apa?” Aku penasaran.

“Punya Ryno sama besar eh, malah lebih panjang lagi” Kak Titien berbisik sambil meremas pinggiran toketku. Jari tangannya membentuk suatu lingkaran yang besar… wah, bisa sebesar itu ternyata.

“Astaga!” Aku kaget.

“Gak percaya?”

“Bukan kak, tapi beneran sebesar ini?” Aku menggeleng kepala.

“Nanti deh kamu rasa!” Kak Titien meledekku.

“Emangnya Kak Titien mau share?” Aku balas meledek. Wajah Kak Titien jadi merah.

“Ihhh nakal, ternyata mau.”

“Bener yah kak!” Aku meledek lagi.

“Hush! Hahaha”

——

Skip… skip…

Malam ini benar-benar spesial. Ketika kami tiba di hotel Bellagio langsung masuk tempat parkir. Hotel ini yang terpilih menjadi tempat pagelaran seni musik dan tari dengan menampilkan Kak Ryno Marcelo dan ochestra Philharmonic sebagai bintang acara. Deyara dan Aldo turun menemaniku dan masuk lewat pintu belakang, sedangkan Limosine yang disewa berbalik lagi untuk mengantar Kak Ryno dan Kak Titien ke pintu utama.

Sementara itu Kak Naya serta Shaun belum tiba juga, mungkin agak terlambat.

Dan disana berdesakan dengan para wartawan dan pencinta musik klasik, kami menyambut Kak Ryno bergandengan dengan istrinya berjalan melewati karpet merah, melambaikan tangan ke orang banyak yang ada di kiri dan tangan pintu masuk. Deya juga harusnya ikutan di karpet merah, tapi ia gak mau dan memilih ikutan dengan kami. Mungkin aja karena ini adalah pengalaman pertama, sehingga ia masih gugup.

Sementara itu aku melihat Kak Ryno dan Kak Titien tampil mesra mengangkat tangan mereka menyambut penggemar-penggemar diiringi oleh suara kamera dan blitz yang terus-menerus. Ternyata gini yah kehidupan seorang bintang.

Setelah mereka masuk, kami ikutan menuju ke tempat duduk kami. Eh ternyata dapat tempat dibagian VIP, tempat yang istimewa. Menurut Aldo, aku dapat tiket milik Keia yang sudah duluan pulang ke Indonesia.

Aku duduk dengan Aldo sementara menunggu Kak Titien yang masih sibuk berpose untuk wartawan. Tampak wajahnya sementara menjawab beberapa pertanyaan. Kak Titien tampil begitu cantik dengan balutan gaun malam bergaya chick yang cocok dengan tuxedo Kak Ryno yang smart. Sementara Deyara sudah ke belakang panggung untuk persiapan.

Tepat sebelum acara di mulai, Kak Titien langsung datang dan duduk disampingku. Ia menarik nafas lega setelah tadi banyak menjawab pertanyaan reporter.

“Eh, Tarsius sama Dickhead belum ada?” Kak Titien bertanya setelah melihat bangku milik Naya dan Shaun masih kosong.

“Belum ada Kak!” Aku menjawab.

“Pasti mereka sempat ngentot dulu baru datang!” Kak Titien berbisik.

“Iya kak, kan tadi masih kentang!” Aku membalas berbisik sambil cekikikan berdua.

“Eh, siapa itu Tarsius?” Kayaknya Aldo sendiri belum tahu. Ia mungkin bingung mendengar kam berbisik-bisikan.

“Itu nama julukan Kak Naya, panjang ceritanya!” Kataku menjelaskan dengan cepat. Aku tak mau larut dalam pembicaraan karena musik pembukaan sudah mulai dan anggota orkestra sudah mulai menempati tempat mereka.

Dan selama hampir dua jam kami disuguhi penampilan seni, baik musik dan tarian yang sangat memukau dan dibantu oleh penataan cahaya serta atraksi panggung yang begitu spektakuler. Benar-benar pertunjukan yang kolosal, sehingga orang awam yang mungkin tak berkecimpung di dunia musik klasik seperti saya masih dapat menikmati hiburan yang berkelas.

Dan Kak Ryno adalah bintangnya, hampir semua lagu yang dibawakan diciptakannya sendiri. Sementara penampilan tarian Deyara sangat apik. Tubuhnya dengan luwes menari diiringi musik dalam suatu tatanan chaerography yang benar-benar menarik.

Malam ini benar-benar menjadi milik kami.

Berulang kali penonton terpukau sampai berdiri memberikan applause. Full house standing ovation… Sementara kami berlima ikutan berdiri merasa bangga. Eh, iya. Shaun dan Naya tiba agak terlambat sekitar 10 menit.

Aku mendengar orang di sekelilingku memuji penampilan Deyara. Menurut mereka, musik Ryno berkelas memang sudah diharapkan sebelumnya, tapi seorang penari yang bisa menggunakan keluwesan gerakannya dalam tarian yang mengikuti musik itu membawa suasana yang mistis… benar-benar memukau.

Apalagi Deyara bergerak begitu wajar dan innocent! Gerakannya seakan menggambarkan not-not yang indah dalam suatu visual yang nyata. Benar-benar menjiwai dan alamiah, tak terkesan norak atau dibuat-buat.

Bagus banget!

Aku sendiri gak nyangka kalo Deya bisa tampil sehebat itu. Tak heran Aldo sampai berbinar-binar… matanya tak bisa beralih dari gadis itu. Cowok ganteng itu sudah klepek-klepek…

Bahkan tadi ia berulang kali mangacuhkanku… seakan lupa kalo aku ada disampingnya. Tipikal orang yang jatuh cinta.

“Aldo, segitunya sih memandang ke Deya!” Aku meledeknya ketika acara selesai.

Aldo tak menjawab.

“Hey!” Aku menyentuh bahunya.

Aldo berpaling, ada butir air mata di pipinya. Tapi aku tahu ini airmata sukacita.

“Kamu beruntung banget bisa mendapat gadis itu!” Aku menyapanya.

“Iya Cher, kok bisanya ayahku kurang setuju dengan Deya. Apa lagi yang kurang dengan gadis itu?”

“Ayahmu gak setuju?” Aku kaget.

Aldo mengangguk lagi.

“Dari mana kamu tahu, cerita dong Aldo!” Aku jadi penasaran.

“Iya, nanti aku cerita!”

—-

Kak Titien masih terus mendampingi suaminya bersalam-salaman dengan penggemar. Deya juga masih sibuk dengan beberapa reporter, dan Kak Naya serta Shaun pergi menemani gadis itu.

Dan kesempatan ini aku gunakan untuk berbincang-bincang dengan Aldo. Dan ia mulai bercerita. Astaga, aku tak menyangka kalo Deyara dan Kak Titien barusan mengalami peristiwa yang hebat.

Aldo bercerita tentang kedatangannya ke Los Angeles untuk selamatkan Deya dari tangan para cukong. Ia juga menceritakan tentang perjanjian dengan ayahnya, dan pertunangannya dengan Shania yang kandas.

Dan ia menceritakan soal bagaimana acara pertunangan itu terjadi atas campur tangan Kak Titien dan Kak Ryno. Ini benar-benar cerita. Ternyata semua orang mengalami masalah… tapi mereka mampu bangkit kembali.

“Kamu sudah ngomong lagi dengan papamu soal Deya?” Aku bertanya lagi sambil menasihatinya supaya jangan menunda-nunda lagi.

“Gimana mau ngomong, tiap kali bicara tentang Deyara, papa selalu menghindar!”

“Jadi sampai sekarang belum clear?”

“Iya Cher, aku bingung. Malah sekarang terhasut dengan Juwita yang bilang-bilang kalo Deya itu gimana. Padahal kan dia sendiri gak kenal siapa itu Deyara.” Aldo curhat lagi.

Pantesan ia ingin aku bertemu orang tuanya.

“Kalo gitu, nanti aku akan berkunjung ke rumah orang tuamu.”

“Gitu dong!” Aldo tersenyum.

——

Setelah hampir jam 9.30 malam, akhirnya kami berangkat kembali ke rumah menggunakan limo yang disewa. Aku harus menunggu Kak Titien dan Deya selesai dulu baru pulang, eh Aldo juga ikut mengantar Deyara.

Padahal kalo gak ingat Kak Titien, aku sudah pulang duluan bersama-sama dengan Kak Naya dan Shaun. Sementara itu Kak Ryno masih tinggal, karena ia harus memimpin evaluasi penampilan musisi dan mempersiapkan mereka untuk penampilan hari kedua besok malam.

Oh iya, menurut Kak Titien, ternyata konser Kak Ryno ini bukan hanya satu malam, tapi tujuh malam. Dimulai malam ini (Jumat), terus besok (Sabtu) dan lusa (Minggu). Sesudah itu liburan, dan nanti ada lagi hari Rabu malam, dan Jumat, Sabtu, Minggu depannya. Itu sebabnya mereka harus mempersiapkan dengan sebaik-baiknya.

Untung aja para penari latar dan penari utama (Deyara) sudah disuruh pulang duluan, karena harus mempersiapkan fisik mereka untuk besok hari. Tetapi untuk pemain musik terus ada recap tiap malam.

Ternyata capek juga yah kalo berkecimpung di dunia hiburan.

Terlihat wajah capek Deyara yang lagi tertidur di bahu pacarnya, sementara itu Kak Titien dan aku bisik-bisik supaya gak mengganggu istirahat gadis itu.

“Pasti Deyara langsung tidur malam ini…” Aku ngomong pelan kepada Aldo.

“Gak kok, Deyara harus mandi air hangat dulu. Aku membawa obat ramuan Cina untuk dia berendam malam ini!” Kata Aldo.

Aldo kemudian menjelaskan kalo tubuh Deyara banyak bentol akibat jatuh waktu latihan. Sampai biru-biru… jadi malam ini ia harus dipulihkan pake obat. Itulah sebabnya Aldo ikut, karena akan memasak ramuan buat gadis itu.

Deyara harus berendam di bak mandi sampai sejam… dan tentu saja Aldo akan menemaninya sambil memijat tubuhnya. Kasian sekali, untung aja Deya punya cowok yang sangat baik.

“Kenapa Deya gak bilang?” Tanya Kak Titien.

“Ia gak mau dianggap pengadu… Kak Ryno aja gak tahu!”

“Ohhhh…!”

Akhirnya kami tiba di apartement setelah sempat istirahat sedikit di mobil. Dan aku langsung menuju tempat tidur setelah merapikan make-up ku dulu. Ngantuk banget, soalnya tadi cukup lama mandi di kolam.

Kak Titien aja sudah kelihatan capek banget.

——

Eh… ada apa ini? Aku terbangun, padahal baru aja aku tidur. Kayak ada orang yang meraba-raba tubuhku tadi. Sayang sekali aku gak bisa lihat apa-apa karena gelap.

Baru saja aku bergerak, tiba-tiba terdengar orang itu menyuruhku diam.

“Sssstttt!” Suara cowok yang berbisik.

‘Astaga, pasti ini Shaun. Mungkin sekali hendak meminta melanjutkan yang tadi!’ Hatiku membatin.

“Kamu diam aja, aku sudah gak tahan… siapa suruh kamu seksi banget tadi!” Sekali lagi cowok itu berbisik.

“Mau apa?” Aku balas berbisik.

“Mau lanjutkan yang tadi, kamu diam aja yah!”

“Eh tapi?” Aku masih ragu, tapi setelah merasakan belaian tangannya aku pasrah aja. Sudah cukup aku buat dia menderita tadi.

“Udah gitu, siapa suruh kamu buat aku kentang…” Bisiknya sambil menurutkan celana tidurku sekaligus dalamannya. Tak lama kemudian kakiku dibuka lebar-lebar.

Aku deg-degan… kayaknya tak lama lagi aku akan merasakan kontol besar itu. Membayangkan itu saja aku langsung terangsang. Dan benar juga, aku merasakan mulut yang nakal itu mulai bermain di gundukan kecil dibawah sana… lidahnya pro serta hisapannya kuat.

“Aaahhhh!” Cepat sekali aku mendesah. Gila cowok ini, dengan mudah ia mampu menguasai tubuhku… apa karena aku dikentangi tadi sore?

Dan untuk beberapa menit memekku dimanjakan dengan permainan lidah dan mulutnya yang sangat piawai… aku hanya bisa mendesah dan merintih. Pasrah seutuhnya!

Aku melirik ke kiri dan kekanan, tapi tidak ada bayangan Deyara. Mungkin sekali ia masih berendam.

“Udah, aku sudah basah, masukin!” Kali ini aku yang meminta masuk.

Dan aku merasakan orang itu membuka pakaiannya dan naik ketubuhku. Ia akan menyetubuhiku dengan gaya misionaris… Dan tak lama kemudian aku merasakan kepala kontol yang besar itu mulai menggaruk-garuk liang masuk yang masih kecil. Gerakan yang membuat lorong itu makin basah kuyup… aku sudah sangat terangsang.

“Pelan… punyamu besar sekali!”

Cowok itu diam aja… tapi aku merasakan palkonnya mulai menusuk pelan.

“Ahhh….!” Memekku tergencet, dengan susah payah kontol itu terus masuk. Terpaksa aku harus membuka diri sebesar-besarnya…

“Punyamu masih sempit sekali!”

“Kontolnya yang besar sekali… Ahhhh!” Terasa sesak menggesek dinding vaginaku.

Kembali kontol besar itu menusuk memaksa masuk, membuat memek kecil ini harus terkuak lebar menggelembung ke depan. Benar aja, ini kontol terbesar yang pernah menjejalinya… dan aku pun merasakan ujung kontol itu mencapai mulut rahim bahkan menyentuh titik-titik rangsang yang sebelumnya belum pernah tercapai oleh kontol manapun.

“Ihhh… gila…!” Aku benar-benar merasa sesak.

Akhirnya setelah mentok kontol itu mulai bergerak maju mundur, membuat tubuh kecilku ikutan bergerak mengimbangi.

“Aahhh… aduh… ahhh…. OMG!” Aku merintih dengan kuat sehingga harus menahan mulutku supaya tidak kedengaran.

Kontol itu memompa dengan kuat… tusukan yang ahli begitu piawai membuat aku menikmati penodaan ini.

‘Chery, akhirnya kamu rasakan juga… bisa dower memekku kalo tiap hari seperti ini!’ Aku membatin terus memuji kontol itu.

Dan pompaan itu makin nakal… berbagai gaya ia buat membuat aku kewalahan mengimbanginya. Dan aku hanya bisa pasrah… ini benar-benar nikmat…

Serangannya makin bertambah… cowok itu membuka bajuku menampilkan bongkahan dada yang menegang sempurna tanpa ditahan bra. Tangan dan mulutnya mencari kedua pentil dan mempermainkannya… membuat desahanku makin kuat aja.

“Aahhhh ahhhh…!” Baru beberapa menit aku merasa akan orgasme. Aku mencoba mengganti posisi, tapi tak bisa mengelak dari tusukannya yang terus mencapai mulut rahimku. Aku gak bisa bertahan…

Tak lama kemudian kenikmatan itu datang.. terasa geli diseluruh badan, dan semakin lama tubuhku meresponsnya dengan getaran diperut dan kedutan di liang nikmat… kenapa kontolnya makin keras aja?

“Aku nyampee….aahhhh Aaarrrrgggghhhhhh!” Sebuah teriakan kuat tak mampu ku bendung. Kembali tubuhku kelojotan mencengkram batang yang masih terus keluar masuk itu…

Untung aja dia juga nyampe… kontol keras itu terasa menyemburkan cairan hangat ke dalam memekku… terasa beberapa semprotannya sampai ke mulut rahim. Aku menarik tubuhnya jatuh menimpaku dan menyatukan bibirku dengan bibirnya dalam ciuman nafsu yang sangat kuat.

Orgasme yang sempurna.

Begitu plong… lepas.… Apalagi karena kami berdua mendapatkannya secara bersamaan. Dan alat kelamin itu terus aja menyatu seakan enggan berpisah, masih terus tertanam, saling mengait… dan membetot dalam nafsu. Tak ingin lepas…

Kok aku jadi begini?

Akhirnya gelombang kesadaran itu datang juga. Rasanya malu sekali sudah membiarkan tubuhku menyatu dengan orang yang belum lama aku kenal. Cukup lama aku memeluk kepalanya dan menutup mata dalam diamku… tak ingin semuanya berlalu, biarlah terus begini sebelum kita kembali ke dunia nyata.

“Makasih” Sebuah bisikan keluar juga.

Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka dan suara seorang gadis terdengar.

“Eh apa yang kalian lakukan? Astaga!” Gadis itu menyalakan lampu kamar dan memaksa aku membuka mata.

“Astaga!” Aku memandang horor kepada sosok yang aku peluk, sementara ia juga masih menatapku dengan tak kalah kagetnya.

Dia bukan Shaun!

-----
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd