Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Bumil Fucker : Season 2

Hari ini adalah hari terakhir Intan bekerja di kantor sebelum dia akan cuti melahirkan selama 2 bulan ke depan. Tentunya aku akan kesepian di kantor karena tidak ada pelampiasan di kantor. Tidak hanya aku, namun juga Mas Eko yang setiap sore menikmati Intan juga akan merasakan hal yang sama. Namun, aku sudah menyiapkan rencana agar tetap bisa menikmati Intan walaupun dia akan cuti melahirkan di rumah.

Intan hari ini memakai long dress berwarna coklat muda khas PNS. Tidak biasanya, mengingat dia selalu memakai long dress warna hitam dan kemeja warna coklat muda PNS itu atau batik. Namun, perutnya yang besar berisi janin kembar hasil perselingkuhannya dengan Mas Eko tetap terlihat jelas disana. Kami tetap bersikap biasa saat jam kerja. Namun jika semua sudah pulang ke rumah, waktu itulah yang aku gunakan dengan Intan untuk sekedar melepas penat di sore hari.​


Pagi berganti menjadi siang. Semua karyawan bersiap untuk melepas penat sejenak untuk meringankan kinerja tubuh mereka. Ada yang langsung makan, ada yang beribadah, ada yang keluar untuk cari angin. Ada juga yang seperti biasa berganti pakaian di tengah hari. Musim kemarau sepertinya memang telah bergulir sehingga cuaca tampak sangat panas. Intan sekarang setiap hari berganti pakaian setiap tengah hari. Apalagi fisiknya yang sedang mengandung anak keduanya membuatnya lebih cepat lelah dan berkeringat.

Jam istirahat telah usai. Semua karyawan bersiap kembali ke ruangan mereka. Aku yang telah selesai menghabiskan bekalku dan beribadah juga telah kembali ke ruangan. Saat ini di kantor hanya ada Aku, Pak Irwan, dan Intan yang bertugas untuk input data ke dalam sistem. Mas Eko yang bertugas untuk memverifikasi berkas yang ada di lapangan. Intan seperti biasa berganti pakaian di tengah hari. Kali ini dia memakai terusan warna hitamnya dan kemeja coklat muda PNS. Barang bawaannya semakin bertambah setiap harinya karena harus ganti pakaian.​


Siang berganti menjadi sore oranye yang indah bagi penikmat senja. Siluet-siluet pada arah barat matahari menambah keindahan pada waktu yang menunjukan semakin petang. Jam telah menunjukan bahwa manusia-manusia ini harus beristirahat di kediaman mereka. Sebagian karyawan telah pulang. Tersisa aku dan Intan. Namun, aku tidak bisa melakukan hal yang biasa aku lakukan bersama Intan. Dia berkata suaminya sudah dalam perjalanan untuk menjemputnya, sehingga riskan jika melakukannya. Namun, aku yang dari kemarin sudah menyiapkan rencana khusus lantas diam saja.​

"Suamimu suka kopi ngga ?" Tanyaku saat menemaninya menunggu jemputan suaminya.

"Suka banget sih. Emang kenapa kok tiba-tiba tanya begitu ?" Jawab Intan.

"Nih, ada kopi buat di rumah" Ucapku sambil memberinya kopi Lampung yang aku beli sehari sebelumnya.

"Tumben banget ngasih. Pasti ada maunya ini." Ucap Intan dengan nada menyelidik.

"Nanti bikinin aja buat suamimu. Nanti malam aku mampir ke rumah kalo dia udah minum kopinya" Ucapku membalas apa yang dia katakan.

"Parah lu, mau bikin teler suami orang" Ucap Intan.

"Gapapa, dosis aman kok. Atau lu mau suamimu aku kasih filenya ?" Ucapku dengan tenang mengancam.

"Yaudah sini. Tapi anakku gimana ?" Ucap Intan.

"Kalo buat anakmu ini aja deh." Ucapku sambil memberinya susu kotak kecil rasa coklat yang tentunya sudah aku otak-atik.​

"Gila ini orang, sudah siap banget" Ucapnya

Teettt teeetttt

Suara klakson mobil suami Intan. Dia lalu bergegas untuk segera naik ke mobil. Mobil itu pun segera melaju meninggalkan kantor kelurahan. Aku segera kembali melanjutkan pekerjaanku untuk memasukkan data.

Siluet sore itu telah berubah menjadi gelap malam berhiaskan tatanan cahaya dari bintang gemerlap di waktu malam. Aku sudah sampai di kos. Pekerjaan yang di kantor sudah aku selesaikan untuk hari ini. Aku telah mandi dan makan malam. Karena aku ingin segera melepaskan nafsuku bersama Intan, walaupun masih belum ada kabar darinya. Paling tidak, aku tidak bau dan keroncongan saat sampai di rumahnya. Dering ponselku berbunyi sesaat. Ternyata telepon dari Intan.​

"Halo"

"Mas, udah nih. Kamu segera kesini ya. Keburu malem."

"Oke"

Yes. Rencanaku sebagian telah terlaksana. Sekarang tinggal eksekusinya saja. Aku kemudian memilih berjalan kaki karena akan lebih fleksibel untukku jika segera meninggalkan rumahnya. Dengan hanya membawa ponsel, aku berpakaian kaos oblong dan celana pendek segera ke rumah Intan malam itu. Jarak yang kutempuh lumayan jauh jika berjalan kaki. Namun itu kulakukan agar lebih fleksibel dalam beraksi.

Aku telah sampai di rumahnya. Intan segera membuka pintu rumahnya. Setelah melihat kanan dan kiri agar tidak terlihat tetangga, kami berdua lalu masuk ke rumah. Ketika masuk aku melihat suami Intan telah tertidur di sofa ruang tamu. Kopi yang diberikan ke Intan rupanya sangat manjur. Sementara anaknya juga tertidur lelap di lantai bersama mainannya. Aku yang melihatnya seketika teringat ketika membius Sifa dulu. Kejadian yang mirip terulang. Namun kali ini aku membius orang yang bukan mangsaku. Intan saat di rumah mengenakan daster biasa. Warna-warni dengan jilbab yang masih menutupi kepalanya. Tentunya perut yang membuncit parah itu sangat menonjol. Membuatku tambah bernafsu.​


Tidak lupa kami segera mengunci pintu depan. Sandalku aku bawa ke kamar Intan agar bisa cepat-cepat keluar rumah apabila semuanya mulai bangun. Aku kemudian segera membopong Intan ke kamar tidur. Walaupun berat karena kehamilannya yang sudah mendekati waktu kelahirannya, aku tetap membawanya. Segera aku taruh dia di kasur. Kamar miliknya cukup bagus dan sebenarnya lebih minimalis. Namun cukup luas dan memiliki pemandangan ke arah luar yang lumayan bagus.

Aku kemudian segera melepas kaos dan celanaku. Sehingga aku telah telanjang bulat di depannya. Intan kemudian melakukan hal yang sama, namun tidak semuanya dia lepas. Dia tetap menyisakan jilbab dan bra yang masih menempel di badannya. Hal ini yang membuatku tambah bernafsu saat ada di depannya. Pemandangan yang terkesan teduh namun nakal. Intan tanpa dikomando langsung jongkok di hadapanku. Memainkan penisku dengan tangan dan mulutnya. Permainannya yang sudah mirip pemain porno profesional membuatku merem melek dengan aksinya.​


"Akhhhh hmmmm enak Innnn mantapppp" Ucapku mendesah keenakan saat dia memainkan penisku dengan ganas.​

"Mas Bram kaya udah lama ga main aja kok sampe segitunya." Ucap Intan

"Di kantor kan cuma langsung main sodok aja gua sama lu" Ucapku

Intan masih tetap melanjutkan permainannya itu. Kami tetap pada posisi itu sekitar 10 menit. Aku yang sudah tak sabar segera menyuruhnya untuk mengambil posisi. Dia lalu mengambil posisi edge of bed. Kakinya dilebarkan pada ujung kasur. Aku kemudian mendekat. Lalu aku arahkan penisku pada vaginanya.​


Dan blesss....penisku dengan cepat langsung menusuk vaginanya. Dia lalu mendesah kenikmatan dengan posisi seperti itu.​

"Akhhh akhhh akhhh"

"Hmmm emmmm mmmmm"

Plokkk plokkk plokkkk

Suara persetubuhan dan erangan kenikmatan dari wanita hamil ini menambah nafsuku untuk terus menggenjotnya dengan cepat. Sambil menggenjotnya pada posisi itu aku juga mengelus-elus perutnya agar tidak kram. Mengingat wanita hamil akan cepat kram apabila saat penetrasi tidak dibarengi elusan pada perutnya. Agar oksigen pada janinnya tidak terganggu saat berhubungan badan.​

"Akhhhh masssss"

Intan menjerit pelan sambil meremas sprei kasur saat dia mendapatkan orgasmenya. Penisku yang masih memompa di dalam vaginanya terkena semburan hangat dari cairan kenikmatan miliknya. Secara perlahan aku tarik keluar penisku. Bersiap dengan gaya baru.

"Kita side to side aja ya mas, aku agak capek" Ucap Intan. Aku hanya mengiyakannya saja. Karena waktu yang semakin larut dan efek bius pada kopi bisa habis sewaktu-waktu. Kami kemudian mengambil posisi side to side. Dia mengambil posisi menyamping ke arah kanan. Aku kemudian mengikutinya dari arah belakang. Posisi ini adalah posisi yang aman untuk wanita hamil karena tidak menindih perut namun tetap bisa penetrasi dengan tempo yang cepat. Segera aku masukan kembali penisku yang masih tegang.​


Blessss....

Dengan mudah batangku masuk ke dalam vagina miliknya. Segera aku memompa ke dalam vagina miliknya. Aku mulai dengan perlahan-lahan agar kami sama-sama menikmati permainan kami. Dari belakang aku bermain dengan tanganku pada perutnya yang buncit dan juga aku bermain dengan lidahku pada area lehernya.​

"Akhhhh masss iya situuuu emmmm"

"Kencengin lagi mas akhhhh"

Plokkk plokkk plokkkk

Suara pertemuan antara selangkangan kami cukup keras di kamar itu. Aku yang sudah akan klimaks semakin mempercepat sodokanku pada vaginanya. Suara erangan Intan sudah tak terbendung lagi. Namun aku tak khawatir karena penghuni rumah yang lain sudah terbius. Bagus juga aku dulu masih menyimpan obat bius saat menggerayangi Sifa.​

"Emmmhhh akhhh massss aku keluarrr"

"Ayo sama-sama keluarrr"

Crotttttttt crettttt

"Akhhhhhhh" teriak kami bersamaan saat kami mencapai puncak kenikmatan.

Aku kemudian beristirahat sejenak. Lalu kembali memakai pakaianku serta mengambil ponselku. Intan juga akan memakai pakaiannya kembali. Aku kemudian celingukan keluar kamar. Melihat isi rumah yang tampak bagus itu. Intan kemudian menyusulku dari kamar. Mungkin akan menunjukan jalan keluar lewat pintu belakang agar tidak dicurigai tetangga. Intan telah berada di belakangku. Ternyata dia berganti pakaian yang berbeda dengan tadi. Dia telah memakai pakaian rapi berwarna biru dongker dan jilbab berwarna.​


"Loh, kok ngga pake daster yang tadi ?" Tanyaku

"Tadi basah kena peju yang nempel di selangkangan. Aku ganti buat sementara aja mas. Kalo mau balik sini lewatnya." Jawab Intan sambil menuntunku untuk pulang lewat pintu belakang.​
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd