Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Bumil Fucker : Season 2

Sabtu pagi adalah libur kerja dari aktivitas kantor. Waktu itu masih jam 6 pagi. Aku masih rebahan dengan menatap layar ponselku. Mencoba mencari hiburan di pagi hari. Rasa bosan tetap menghinggapiku walau aku sudah bolak-balik untuk mencari hiburan lewat ponselku.

Keadaan kos yang sekarang berbeda dari sejak 2 bulan yang lalu. Pasangan suami istri yang dulu ngekos disini sudah pindah karena telah mendapatkan rumah kontrakan yang murah di dekat tempat kerja. Sedangkan gadis buruh pabrik sudah tidak ngekos disini karena telah dinikahi oleh pria pemilik toko bangunan di tengah kota. Otomatis penghuni yang tersisa tinggal aku seorang. Ibu kos sekarang sudah tidak tinggal disini. Beliau sekarang tinggal bersama cucunya. Rumah kos ini sekarang dirawat oleh tetangga yang dibayar oleh ibu kos. Tetangga ini juga hanya datang sehari dua kali untuk bersih-bersih rumah. Setelah itu rumah akan ditinggal.

Perutku berbunyi, menandakan bahwa harus segera diisi. Aku kemudian segera memeriksa persediaan bahan makanan. Namun, setelah kuperiksa ternyata bahan makananku tinggal sedikit. Aku kemudian segera membawa motorku untuk pergi ke pasar. Mau sekalian beli soto untuk sarapan dan beli bahan makanan untuk dimasak di kos.

Akhirnya aku sampai di pasar. Segera aku membeli bahan makanan pokok. Beras, telur, daging kaleng, dan tak lupa mie instan. Aku juga tak lupa membeli kopi instan untuk diminum di kos. Setelah semua bahan yang kuperlukan tersedia, segera aku mencari warung soto terdekat untuk sarapan. Aku sengaja ingin sarapan dengan soto karena enak untuk makan di pagi hari. Ditambah gorengan dan lauk lainnya yang membuatku tambah kenyang. Akhirnya aku menemukan warung sotonya. Warung soto ini terletak di luar pasar. Berada di seberang kios-kios daging. Aku segera memesan soto daging sapi dan teh hangat. Aku kemudian segera mencari tempat duduk, lalu kuputuskan untuk duduk di teras warung agar dapat melihat-lihat aktivitas warga yang berbelanja di pasar. Pesananku kemudian segera datang. Aroma khas kuah soto di pagi hari ditambah teh hangat membuat nafsu makanku bertambah. Aku kemudian segera sarapan.

Sarapan seperti ini yang tiap kali aku nikmati. Menikmati sarapan sambil menikmati aktivitas warga yang lalu lalang. Memperhatikan lika-liku hidup manusia yang pontang-panting bertahan hidup. Terkadang disusupi oleh konflik kecil atas dasar mendapatkan nilai lebih untuk bertahan hidup. Karena sejatinya manusia dilahirkan sudah ditakdirkan untuk bisa bertahan dari kerasnya hidup. Memang terkesan jahat, tapi itulah kenyataan.

Sarapan telah usai. Aku telah menghabiskan sepiring soto dan beberapa gorengan. Teh hangat masih tersisa setengah gelas. Aku juga tidak mau terburu-buru karena hari ini adalah sabtu. Jadi, aku tidak perlu ke kantor karena memang sedang libur. Aku masih ingin menikmati pagi ini sebelum pulang ke kos. Saat sedang melihat-lihat orang-orang yang sedang berbelanja di pasar, aku memperhatikan seorang pengendara motor. Seorang wanita yang memakai daster warna hijau. Dia memakai jilbab warna kuning. Lalu, dia memarkirkan motor matic miliknya di parkiran. Tanpa melepas helmnya di lalu turun. Yang membuatku tetap menatapnya adalah karena perut wanita itu membuncit besar. Wanita itu sedang hamil tua, namun aku tidak tahu wajahnya karena tertutup oleh masker yang dipakainya. Mungkin karena melindungi dari debu. Agak kasihan juga sedang hamil tua seperti itu tidak ditemani oleh suaminya. Seharusnya suaminya menemaninya untuk mengantarkannya ke pasar. Tampak wanita itu berjalan mendekati salah satu penjual daging. Mereka tampak berinteraksi jual beli. Namun, sepertinya penjual daging itu tampak tidak memahami perkataan wanita itu karena wanita itu memakai masker. Sehingga suaranya tertahan. Akhirnya wanita itu melepas masker yang dipakainya tanpa melepas helmnya. Saat maskernya terbuka, aku agak terkejut karena itu adalah Intan.​

Kulihat dia lalu tawar-menawar seperti ibu-ibu yang lain lakukan saat di pasar. Tak lama kemudian, dia sudah membawa sebungkus plastik hitam berisi daging. Aku kemudian segera menghabiskan teh hangatku yang tersisa setengah itu. Aku kemudian bergegas membayar sarapan yang telah kuhabiskan. Dengan seplastik barang belanjaan di tangan, aku kemudian menyusul Intan. Sekedar untuk menyapa dan berbincang sebentar.

Intan yang aku susul kemudian pergi ke kios-kios yang lain. Mungkin untuk membeli sayur dan bumbu di rumah. Aku lihat dia berjalan pelan dan sangat hati-hati mengingat usia kandungannya yang telah menginjak 38 minggu. Perutnya yang besar membuatnya sangat berhati-hati ketika berjalan. Aku memilih menunggu di dekat parkiran motor. Tepatnya di sebuah pos kecil yang digunakan untuk mengawasi keadaan pasar. Pos itu hari ini sepi, entah mengapa bisa begitu. Aku menunggu disana sambil melihat-lihat aktivitas orang di pasar. Dan juga, daripada mengganggu Intan yang sedang fokus membeli di pasar.

Hari makin terik, jam menunjukan pukul 8 saat aku melihat jam di ponselku. Intan kenapa lama sekali, pikirku. Apakah yang dia beli banyak sehingga begitu lama di pasar ? Entahlah. Namun pikiran jelek seketika hilang ketika Intan kembali ke arah parkiran dengan menenteng beberapa bungkus plastik hasil berbelanja. Aku lihat dia agak kerepotan dengan barang yang begitu banyak dia bawa. Kemana sih suaminya ? Masa istri yang hamil besar dibiarkan sendiri belanja ke pasar. Saat sudah sampai ke arah motornya, aku lalu muncul menyapanya. Sekadar basa-basi.​

"Intannn"

"Eh, Mas Bram. Lagi belanja ya ?"

"Lagi mancing. Iyalah, buat apa juga ke pasar"

"Kirain ngapain gitu mas"

"Sendirian nih ?"

"Suamiku masih teler di ruang tamu gegara lu"

Waduh, efeknya lama banget ternyata.

"Ngga ditemenin pembantu ke pasar ?"

"Kalo sabtu minggu pembantuku libur mas. Urusan rumah aku urus sendiri kalo akhir pekan."

"Yaudah duduk dulu sini. Kasihan itu udah gedhe perutnya." Kataku sambil menyuruhnya duduk di pos. Pos itu sendiri sebenarnya lebih mirip ruangan kosong yang terdiri dari satu jendela dan satu pintu. Sehingga mirip ruangan kecil tertutup jika semuanya ditutup.​

"Ini udah gedhe tapi kamu nafsunya sama aku hihihi" balas Intan sambil tersenyum tipis.

Kami akhirnya duduk berdua di pos itu. Kami mengobrol di pos itu. Namun, pintu pos sengaja aku tutup dan menyisakan jendela saja. Sehingga aku bisa mengawasi dari luar apabila ada penjaga atau orang lain yang akan lewat. Kami berdua duduk di bangku yang berada di dekat jendela. Hari yang semakin siang membuat suasana pasar semakin sepi. Dan sepertinya tidak ada penjaga yang akan kesini, karena suasana pasar yang semakin sepi. Orang-orang biasanya membeli kebutuhan pokok pada dini hari atau ketika subuh menjelang.​

"Tadi ngapain aja mas disini ?" Tanya Intan

"Tadi cuma sarapan soto sama belanja buat di kos" jawabku

"Mas masak sendiri di kos ?"

"Iya, ada dapur di kos. Lumayan buat menghemat pengeluaran."

"Aku kaget sih mas ketemu mas disini"

"Aku juga, apalagi Intan sendirian ke pasar"

"Ya mau gimana lagi mas, suamiku aja kamu bikin teler"

"Ya maaf deh hehehe. Btw perkiraan lahirnya kapan ?"

"Paling cepat minggu depan. Udah berat banget kemana-mana. Tapi belum kontraksi palsu."

Saat dia menjawab pertanyaanku, tanganku secara reflek mengelus-elus perutnya yang membuncit besar itu. Dia secara refleks ingin menepis tanganku. Namun elusan tanganku yang agresif menjalar sampai ke bagian selangkangannya. Ia kemudian pasrah dengan apa yang aku lakukan. Ia mendesah agak pelan karena akan mencurigakan apabila terdengar oleh orang-orang yang ada di pasar. Aku kemudian segera menyuruhnya untuk membuka selangkangannya dan menarik daster hijaunya ke atas. Tampak selangkangannya yang diselimuti bulu tipis disana. Dia ternyata tidak memakai celana dalam.​

"Kamu ga pake CD ke pasar ?"

"Ngga ah, kebelet pipis terus soalnya"

Segera aku memelorotkan celanaku sedikit ke bawah. Penisku yang sudah mulai tegak aku kocok sedikit agar tegang. Setelah lumayan bagus, aku kemudian mendekati selangkangannya. Aku cek vaginanya apakah sudah basah. Ternyata sudah lumayan untuk penisku penetrasi. Segera aku masukkan penisku ke vaginanya.​

Blesss....

"Akhhhh" desah Intan. Namun dia segera menutup mulutnya agar tidak terdengar dari luar pos. Aku segera memompa vaginanya dengan tempo sedang. Aku mencoba menikmati "sarapan" yang tersaji di depanku saat ini. Namun, aku tidak boleh terlena. Karena kami berdua bisa tertangkap basah disini jika tidak berhati-hati.​

"Akhhhhh"

Cretttttt

Intan ternyata sudah keluar duluan, padahal aku baru bermain 10 menitan disana.​

"Cepet banget sih beb" ucapku

"Kamu sodok tiap hari ya keenakan terus" jawab Intan.

Aku ingin segera menuntaskan ini agar tidak dicurigai orang-orang yang ada di sekitar pos. Dan akhirnya lima menit kemudian...​

Crottttttt

Sperma milikku masuk di dalam vagina milik Intan pagi itu. Kami hanya bermain sekitar 20 menit di pos. Tentu saja agar tidak tertangkap basah oleh orang-orang yang nantinya akan menggunakan pos ini. Segera aku membantu Intan dengan belanjaannya, dan aku sendiri merapikan belanjaanku.​

"Aku anter aja ya. Kamu lemes soalnya." Ucapku.

"Makasih mas" ucap Intan.

Pada akhirnya kami berdua berboncengan untuk ke rumah Intan. Sesampainya di rumah, aku juga membantu menurunkan barang belanjaannya dan membawanya ke dalam rumah. Ada tiga tetangga Intan yang kebetulan memperhatikan kami ketika sampai di rumah. Saat aku akan pulang beliau bertanya siapa aku. Aku jawab kalau aku rekan kerjanya di kantor kelurahan. Tadi hanya ketemu di pasar dan berniat membantu karena kasihan lagi hamil tua harus belanja sendiri ke pasar. Mereka hanya percaya saja dengan omonganku. Mungkin juga sedang membicarakan suami Intan yang tidak menemaninya. Padahal sedang teler di rumah efek kopi yang aku kasih kemarin.​
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd