Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Bumil Fucker : Season 2

Bimabet
Malam-malam selama aku menginap selalu dipenuhi oleh pertengkaran suami istri di tengah malam. Heru biasanya pergi pada pagi dan pulang tengah malam setiap hari. Setelah pulang, Heru mulai bertengkar di tengah malam dan mengganggu siapapun yang mendengarnya. Saat malam, istrinya selalu tidur menunggu Heru pulang tengah malam.

Pada suatu malam, aku sedang menginap di rumah Heru untuk mengeprint beberapa buku. Jam sepuluh malam Heru belum pulang ke rumah. Aku tahu Heru sedang meniduri selingkuhannya atau sedang dalam perjalanan pulang. “Ngapain sih selingkuh? Istri sudah cantik seperti Sifa disia-siakan seperti itu, sedang hamil pula!” Pikirku sambil menunggu mesin print di depanku.

Pada saat itu, aku tersadar dan berpikir, “Benar! Sia-sia sekali istri secantik itu dibiarkan begitu saja!". Aku mulai memikirkan rencana untuk mengerjai Sifa, istri Heru. Aku tahu kalau pintu yang memisahkan tempat kerjaku dan rumah utama telah macet dan tidak bisa dikunci.

Aku bisa mengerjai istri Heru dengan bebas, aku hanya perlu berhati-hati saat melakukannya agar tidak ketahuan. Aku berusaha mendengarkan dari balik pintu suara tidur di rumah utama. Setelah yakin bahwa tak ada suara tanda-tanda aktivitas di dalam rumah utama, aku memberanikan diri untuk membuka pintu.
Pintu itu cukup didorong sedikit agar bisa terbuka karena kuncinya sudah rusak. Aku mendorongnya perlahan agar tidak menimbulkan suara keras. Satu desakan lembut, dan pintu tersebut terbuka. Aku mengintip sedikit memastikan bahwa Sifa tertidur pulas.

Matanya tertutup, nafasnya teratur, saatnya bersenang-senang. Aku merangkak dan mendekat perlahan-lahan dengan jantung berdetak keras dan nafas memburu. Rasa takut ketahuan dan terangsang bercampur, sungguh campuran perasaan yang menarik dan menyenangkan.

Setelah dekat, aku memandang tubuh Sifa dengan takjub. Kulit putih yang yang tampak sangat halus. Tubuh yang indah dengan wajah yang cantik ini telah membuat banyak pria ingin menidurinya. Perutnya membuncit karena dia sedang hamil 8 bulan.

“Kejam sekali Heru, istri sedang hamil dia malah selingkuh dengan perempuan lain,” kataku dalam hati. “Well kalau Heru tidak mau istrinya, sebaiknya untukku saja,” pikirku. Lagipula aku selalu nafsu dengan wanita hamil.

Sifa tidur dengan posisi membelakangiku dengan kaki terbuka. Baju dasternya yang berwarna biru tua tersingkap hingga memperlihatkan kaki indahnya yang berwarna putih. Celana dalamnya yang berwarna krem terlihat dengan jelas, aku yakin tindakanku ini benar-benar di luar dugaan mereka. Aku menyingkapkan daster Sifa untuk melihat tubuhnya lebih banyak lagi.

Terlihatlah seluruh pantat Sifa di depan mataku. Pelan-pelan aku mengelusnya dari paha hingga ke pantatnya, agar Sifa tidak terbangun. Aku sangat takut Sifa tiba-tiba terbangun dan melihat perbuatanku padanya, aku akan berada dalam masalah besar. Aku menciumi pantatnya dan terkadang menjilatnya sedikit.

Saat aku sedang menikmati pantatnya, tiba-tiba aku mendengar suara motor mendekat. "Anjir dia pulang!” pikirku dengan panik. Aku merapikan daster Sifa dan segera kembali ke ruangan tempat kerjaku. Mesin print masih terus mengeprint buku yang seharusnya aku awasi. Setelah menanyakan pekerjaanku, Heru dan Sifa kembali melakukan rutinitasnya bertengkar di tengah malam.

Keesokan paginya, Heru mengizinkan aku untuk pulang kos sebentar dan tidur beberapa jam. Siangnya aku ditelepon untuk datang lagi ke rumah Heru dan meneruskan proses mengeprint buku. Tak lama kemudian, Heru pergi dengan alasan akan pergi ke beberapa penerbit.

“Padahal tak usah berbohong karena baik aku ataupun istri Heru sudah mengetahui Heru akan pergi ke tempat selingkuhannya,” pikirku dalam hati. Setelah pertengkaran yang cukup hebat dengan istrinya, pergilah Heru dari rumah.

Sekali lagi, seperti biasa, Heru meninggalkan istrinya serumah dengan pria lain. Jam setengah sepuluh malam rumah sudah sepi, hanya suara mesin print yang sedang bekerja. “Saatnya aku beraksi,” pikirku sambil menyiapkan kertas yang banyak di mesin print. Aku mendorong pintu dan masuk ke kamar tidur Sifa.

Sifa sedang tidur nyenyak dengan pakaian yang tersingkap hingga mencapai dadanya. “Wow! Kemarin aku puas menciumi pantatnya, sekarang ke payudaranya ah!” pikirku. Aku menaikkan dasternya lebih tinggi lagi, hingga seluruh payudaranya terlihat. Aku meremasnya perlahan dan menciuminya.

Kemudian, aku tertarik untuk melihat puting payudaranya. Aku menarik BH Sifa ke bawah perlahan-lahan. Aku takut Sifa terbangun saat aku sedang melucuti pakaiannya. Ternyata puting Sifa sangatlah lucu, mirip dengan puting payudara anak-anak. Puting payudaranya ukurannya kecil, berwarna coklat gelap, lingkaran sekelilingnyapun tidak besar.

Aku tidak tahan lagi, aku ingin menghisap payudaranya, walaupun aku takut Sifa terbangun. Aku membuka mulutku dan bersiap menghisap puting coklat Sifa. Mulutku menutup dan puting Sifa berada dalam bibirku. Aku berhenti sebentar dan memperhatikan wajahnya, takut dia terbangun. Aroma putingnya sangat wangi, seperti wangi vanilla, kusadari dia sedang hamil tua dan payudaranya sedikit basah. Kemudian aku menghisapnya perlahan-lahan dan selembut mungkin.

Beberapa lama aku menghisap puting payudaranya yang wangi dan lezat. Aku mulai lupa diri dan ingin menusukkan penisku ke vaginanya Aku kemudian memposisikan tubuhku agar dapat menyetubuhinya. Walau aku takut dia terbangun, aku ingin mencoba terlebih dahulu. Aku menarik celana dalamnya dari belakang dengan perlahan. Tak lama kemudian aku berhasil melihat belahan pantatnya. Kemudian diikuti dengan lubang pantatnya dan lubang vaginanya.

Lubang pantatnya berwarna coklat gelap, bergerak-gerak mengikuti irama nafasnya, Kadang lubang tersebut berkedut-kedut beberapa kali, aku tidak tahu mengapa. Kemudian aku mulai memposisikan tubuhku untuk menyetubuhi Sifa. Aku menempelkan kepala penisku ke vaginanya untuk melihat reaksinya. Dia terlihat masih tidur dan belum terbangun sama sekali, tampaknya kalau sudah tertidur sulit untuk bangun.

Aku menjadi semakin berani untuk menyetubuhinya . Aku menekan penisku ke dalam vaginanya lebih dalam dengan perlahan. Aku sempat merasakan sempitnya vaginanya dan panas tubuhnya di sekeliling penisku. Namun, tiba-tiba dia melenguh keras dan menutup kakinya hingga penisku tertarik keluar. Aku kaget setengah mati, kukira dia akan terbangun dan memergokiku sedang menyetubuhinya. Penampilanku sekarangpun sudah tidak bisa disangkal, dengan penis tegang keluar dari celana. Pakaiannya pun sedang dalam posisi hampir terbuka.

Aku segera merapikan pakaiannya dan pergi dari kamar tidurnya. Kemudian melanjutkan pekerjaanku mengawasi mesin print. Tak lama kemudian, Heru pulang dan menanyakan pekerjaanku. Setelah bertengkar, mereka tidur, meninggalkan aku sendirian di tempat kerjaku.

Aku mulai berpikir untuk mengerjai Sifa dengan lebih cepat dan tidak perlahan-lahan. Terlalu banyak waktu terbuang hanya untuk berhati-hati dan takut ketahuan. Heru keburu pulang dan resiko ketahuan yang besar menjadi pikiranku selama beraksi.

Kemudian aku mendapat ide untuk menggunakan obat tidur. Aku segera mencari di internet untuk membeli obat tidur. Setelah memesan, obat tidur tersebut datang tiga hari kemudian. Aku menyusun rencana untuk menggunakan obat tidur tersebut pada Sifa. Aku belum berani memperkosanya karena lingkungan tempat tinggal yang padat penduduk. Kalo dia enjoy kaya mbak Sarah sih oke, kalau tidak malah SKCK ku ada tulisannya nanti.

Malamnya Heru sedang pergi dan Sifa sedang menonton televisi di ruang tamu. Kemudian aku segera membuat alasan untuk membuat kopi agar dapat masuk ke rumah utama. Begitu Sifa lengah aku memasukkan obat tidur cair ke minumannya dan kedua anaknya yang masih kecil. Aku masuk kembali ke ruang kerjaku. Setelah kutunggu lama suara televisi masih menyala, namun tidak terdengar suara Sifa ataupun anak-anaknya.

Aku memberanikan diri untuk masuk dan membuka pintu dengan cara normal. Setelah aku masuk ternyata Sifa dan kedua anaknya masih berada di ruang tamu. Sifa tertidur di kursi dan anaknya tertidur di lantai masih memegang mainan yang sedang dimainkannya. Aku menggelengkan kepala, tidak percaya bahwa aku akan memperkosa wanita hamil yang sedang tertidur.

Aku kemudian menguji apakah Sifa sudah benar-benar tertidur atau belum. “Mbak Sifa, Mbak bangun,” kataku sambil menepuk dan menggoyangkan tubuhnya. Sifa tidak juga bangun dan masih tertidur pulas. Untuk meyakinkan aku meremas payudaranya perlahan, kemudian aku meremasnya dengan keras untuk melihat reaksinya. Ternyata dia tidak juga terbangun, nampaknya obat tidur tersebut benar-benar berfungsi dengan baik.

Kemudian aku menyeret tubuhnya ke kamar tidurnya. Aku tak punya banyak waktu karena Heru akan segera pulang, dan aku tak ingin dia memergokiku sedang memperkosa istrinya. Aku cepat-cepat membuka bajunya dan bajuku sendiri. Kuciumi seluruh badannya dengan penuh nafsu, karena aku tahu kini apapun yang kuperbuat Sifa takkan terbangun.


Kuposisikan tubuh Sifa dengan posisi terlentang hingga aku bebas menjamah seluruh tubuhnya. Perutnya yang sedang hamil tampak membusung ke atas. Kemudian aku menghisap puting payudaranya, tidak seperti beberapa hari lalu, malam ini aku menghisapnya dengan keras.

Kuremas payudaranya yang satu lagi, satu kuremas, satu kuhisap terkadang bergantian. Setelah beberapa lama, kurasakan tanganku basah di payudaranya, dan hanya ada satu penjelasan, ini air susunya. Setelah terpana sebentar, aku mulai menjilati air susunya. Ternyata rasanya cukup enak dan wangi. Aku masih belum puas merasakan air susunya dan masih ingin terus meminumnya.

Aku menghisap air susunya dari puting payudaranya, kuremas kemudian setelah susunya keluar aku hisap hingga habis, terus seperti itu. Setelah beberapa saat aku tahu teknik untuk mengeluarkan air susunya tanpa harus meremasnya dengan tangan. Setelah aku merasa enek, enek karena air susu yang seharusnya untuk bayi, lucu sekali.

Karena aku merasa sudah cukup puas dengan payudaranya, aku ingin melakukan hal yang lain. Aku melihat bibir Sifa yang indah dan jadi sangat ingin menciumnya. Aku mendekatkan wajah dan mencium bibirnya. Rasa mulut Sifa jujur saja rasa mi instan, sepertinya dia baru makan mi instan.

Aku mengeluarkan penisku dan mendekatkannya ke wajah Sifa. Setelah menggosokkannya ke bibirnya, aku menekan penisku ke dalam mulut Sifa. Setelah memasuki mulutnya aku mulai menggerakkan penisku keluar masuk. Mulut Sifa dipenuhi penisku dan becek karena liurku. Kemudian Sifa bergerak secara refleks berusaha mengeluarkan penisku dari mulutnya. “Sayang sekali…” pikirku dalam hati.

Aku mengganti tergetku pada vaginanya, yang belum kusentuh dari tadi. Aku membuka kedua kakinya hingga posisinya kini mengangkang, siap dimasuki penisku. Aku tidak ingin melakukannya dengan pelan, aku ingin melakukannya dengan keras dan kasar, toh Sifa takkan terbangun kali ini.

Kugosokkan penisku di bibir lubang vagina Sifa agar tak meleset saat kumasukkan. Setelah letaknya tepat, aku segera bersiap untuk memasukkan penisku ke vagina Sifa. Dengan satu hentakan keras, BLESSS aku menusukkan penisku ke dalam vagina Sifa sekuat tenaga. Sifa tetap diam saja, hanya ekspresi wajahnya yang sedikit mengerut.

Aku mendiamkan sebentar penisku di dalam vaginanya, mencoba meresapi panas tubuhnya dan gerakan di dalam vaginanya. Vaginanya seakan bernafas dengan jepitan yang mengeras dan mengendur di sekeliling penisku. Penisku mulai kukeluarkan dan kuhentakkan kembali dengan keras. Aku melakukannya beberapa kali karena setiap kali melakukannya vaginanya berkedut-kedut di bagian dalam.

Setelah melihat jam, ternyata sudah lewat setengah jam sejak aku mulai bermain dengan tubuhnya. Aku mulai menggenjot badannya dengan cepat dan kuat. PLOK PLOK PLOK PLOK suara paha kami saat bertemu karena genjotanku. Sambil terus kugenjot, aku menciumi seluruh permukaan tubuhnya. Lenguhan-lenguhan kecil keluar dari bibirnya yang indah. Payudara dan seluruh dadanya kujilati, kuremas, dan kuhisap dengan rakus. Perutnya yang membusung kupeluk dan kuciumi pula, aku ingin merasakan dengan jelas kalau aku sedang memperkosa wanita hamil dan berjilbab pula.

Sekarang yang membuatku bingung adalah apakah aku harus mengeluarkan maniku di luar atau di dalam. Setelah hampir setengah jam menggenjot tubuhnya, aku merasakan maniku sudah siap keluar. Pada saat merasakan sudah mencapai puncaknya, aku memutuskan untuk mengeluarkan maniku di dalam vaginanya. Kutekan keras penisku ke dalam vagina Sifa agar maniku keluar di tempat paling dalam di tubuhnya.

CROT CROT CROT maniku akhirnya keluar di dalam vaginanya. Aku dapat merasakan maniku keluar dan membanjiri vagina Sifa. “Oh, oh, oh yeah,” kataku tak kuasa menahan nikmat orgasme yang membuat seluruh tubuhku menegang. Setelah kulepaskan penisku dari vaginanya, air maniku sedikit menetes dari vaginanya.

Setelah tenagaku pulih, aku siap untuk bermain dengan tubuhnya minimal satu kali lagi. Tubuhnya kuposisikan agar menungging, karena aku ingin memperkosanya dari belakang. Kunaikkan pantatnya ke atas dan menciumi pantatnya. Pada saat sedang asyik menciumi, aku melibat lubang anusnya. Aku terpana dengan gerakannya yang seakan mengundangku untuk melakukan anal seks padanya. Namun, aku terpaksa harus menolak, karena jika ketahuan ada bekas anal seks, mereka akan curiga.

Kumasukkan sekali lagi penisku ke dalam vagina Sifa dari belakang. Setelah posisiku mantap, aku genjot vaginanya dengan cepat dan kuat. Kini tak hanya terdengar suara paha saja yang terdengar. Kini, suaranya terdengar lebih becek karena banyaknya cairan dalam vaginanya.

Setelah puas dengan posisi menungging, kuangkat tubuh Sifa hingga dia berada dalam posisi mendudukiku. Aku harus terus menahan tubuhnya agar tak terjatuh. Posisi duduk membuat ukuran perut Sifa yang sedang hamil terlihat dengan jelas. Sambil terus merabai tubuhnya dari belakang, aku terus menggenjot tubuh Sifa.

Perut dan payudara Sifa bergoncang mengikuti gerakan genjotanku. Remasanku pada payudaranya semakin keras hingga air susunya memercik ke kasur. Namun, posisi duduk cukup membuat pegal karena aku harus menahan berat tubuh Sifa. Aku mengganti posisi agar aku dapat kembali menikmati tubuhnya dengan nyaman.

Kurebahkan tubuh Sifa dengan posisi menyamping dan aku di belakangnya. Kuangkat kaki Sifa yang kanan dan menyelipkan kaki kananku di antara kakinya. Kemudian, kumasukkan penisku kembali ke vaginanya yang sudah becek karena cairan dari vaginanya.

Kulanjutkan genjotanku pada Sifa, sambil menciumi seluruh tubuhnya. Tanganku meremas payudaranya yang indah dengan keras. Puting payudaranya kupuntir dan kucubit sepuasnya. Setelah beberapa saat aku mulai mencapai puncak kenikmatanku. Aku angkat kaki Sifa agar aku dapat menggenjot vaginanya dengan kecepatan maksimal.

Dengan posisi berlutut aku menggenjot vaginanya dengan kencang. Kuangkat bagian bawah tubuh Sifa agar mani yang kukeluarkan langsung masuk dan tak tumpah kemana-mana. Saat mencapai orgasme aku tak kuasa menahan getaran tubuhku. “Oh! Ah! Oh!” aku melenguh karena kenikmatan orgasme yang menguasai tubuhku.

Setelah kucabut penisku, aku tetap mengangkat bagian bawah tubuhnya agar air maniku tidak keluar dari vagina Sifa. Setelah beberapa saat, aku membersihkan tubuh Sifa yang penuh air liurku menggunakan kain lapel. Kubersihkan vaginanya dari air mani yang menetes.

Kurapikan pakaian Sifa dan kuposisikan seperti orang yang tidur. Kubaringkan kedua anak Sifa di tempat tidurnya. Kemudian aku kembali mengawasi mesin print yang ternyata kehabisan kertas. Jam setengah satu Heru pulang ke rumah dan menanyakan pekerjaanku. Perbedaannya malam itu tak ada pertengkaran karena Sifa masih tidur dan Heru tidak menyadari apa yang kulakukan pada istrinya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd