Setelah minggu lalu aku menerima jawaban dari dinas. Maka hari ini aku mencoba kembali melamar pekerjaan di kantor lain. Karena kemampuanku dalam pemasaran dan manajemen, maka aku lebih memilih untuk melamar di bank atau di perusahaan yang bergerak di bidang bisnis. Dengan tekad kuat untuk bertahan hidup, aku beranikan diri untuk mencari dan membuat lamaran pekerjaan tersebut.
Hari ini, aku telah selesai membuat lamaran kerjaku secara online. Ku masukkan ke beberapa bank dan perusahaan yang sedang membuka lowongan pekerjaan di kota metropolitan ini. Hidup di kota metropolitan memang keras. Gagal, maka hidupmu terlihat menyedihkan. Sembari menanti panggilan untuk tes, maka aku mencoba untuk mencari tahu wanita hamil yang kutemui di taman waktu itu.
Dengan berpakaian kaos oblong, sendal, dan celana jeans pendek kususuri tempat tinggal wanita itu dengan berjalan kaki. Aku juga menyamarkan mukaku dengan beberapa kumis dan janggut buatan agar tidak dikenali orang sekitar. Karena wanita itu tinggal di kampung yang menurutku cukup padat penduduk, sehingga apabila ada orang yang mencurigakan akan cepat diketahui.
Sampailah aku di sekitar rumahnya. Waktu aku sedang menyusuri rumahnya, waktu telah menunjukan pukul 5 sore. Warga mulai bersiap-siap masuk rumah untuk beristirahat dari aktivitas seharian. Pada waktu itu, aku melihat gerobak angkringan akan mangkal di sudut jalan menuju rumah wanita itu. Segera aku mendekat ke penjual di angkringan itu. Agar bisa mencari informasi sekaligus tidak dicurigai oleh warga yang lewat.
Aku kemudian memesan teh hangat dan nasi kucing beserta gorengannya. Sekalian makan malam yang hemat juga. Sambil makan aku bercengkrama dengan pemilik angkringan.
"Udah lama jualan angkringan pak ?"
"Lumayan sih mas, sekitar 5 tahun"
"Asli orang sini pak ?"
"Bukan, saya pendatang mas. Saya dari Jateng"
"Bapak juga tinggal di kampung ini ?"
"Iya mas, 6 tahun lalu baru pindah kesini. Itu rumah saya" kata si penjual angkringan sambil menunjuk sebuah rumah yang berjarak 3 rumah dari rumah wanita hamil incaranku.
"Oh disitu ya pak, deket yang warna putih gerbang hitam itu ya ?" Kataku sambil menunjuk rumah wanita hamil itu.
"Iya mas, deket rumah mas Imron dan mbak Nisa"
Aku tahu identitas nama mereka sekarang
"Oh, pendatang baru juga ya pak mereka ?"
"Iya mas, kira2 baru setahun disitu. Itu rumah kontrakan sebenarnya. Pengantin baru"
"Pengantin baru ya pak, bagus dong udah mandiri sewa rumah sendiri"
"Iya mas, enak bisa pisah dulu sama mertua. Kan bisa bebas. Mau ribut atau rame. Ngga ada yang peduli"
"Ribut pak ?" Tanyaku
"Jangan keras-keras mas. Mereka kadang tengah malam bertengkar. Saya kadang dengar kalo lewat sehabis jualan. Kasihan juga sih, lagi hamil tua gitu istrinya. Denger-denger keuangannya lagi ngga stabil."
"Oh gitu ya pak. Ya kaya gitu biasa sih di rumah tangga. Doain aja biar teratasi pak" kataku menambahkan. Padahal dalam hati aku senang karena ada masalah internal yang bisa membuatku merayu istrinya agar tidur denganku.
"Habis dari mana mas ? Kayaknya saya belum pernah lihat mas nya tinggal disini" tanya si bapak
"Saya tadi jalan-jalan sebentar pak. Saya kos disana." Kataku sambil menunjuk arah kosku
"Mahasiswa atau udah kerja ?"
"Lagi nyari kerja pak hehe"
"Semoga cepet ketemu sama rejeki mas, biar cepet kaya hahaha"
"Aaamiiin pak makasih"
Begitulah kira-kira basa-basiku dengan penjual angkringan itu. Angkringan bisa memuat gosip dan berita terbaru sebuah lingkungan jika kita berbicara dengan benar dan perhitungan. Jangan membuat curiga dengan bertanya terlalu jelas atau langsung. Informasi bisa hilang atau malah kita bisa dilaporkan ke polisi setempat.
Beberapa saat kemudian ada motor matic lewat. Motor yang kukenal. Ternyata motor matic keluaran terbaru. Seorang pria dengan jaket hitam mendekat ke arah angkringan. Dia memakai helm half face. Setelah melepas helm, ternyata dia adalah suami dari wanita hamil yang menjadi targetku. Sang pemilik angkringan langsung menyapanya.
"Mau cari apa mas Imron ? Nasi sama gorengan masih banyak ini" kata sang pemilik angkringan
"Saya ngopi aja pak, kopi item satu" jawab Imron.
Imron lalu mengambil beberapa gorengan, lalu mengambil tempat duduk di sebelah kiriku. Setelah itu, dia asyik makan gorengan itu. Kopi hitam pesanannya lalu hadir. Setelah menyeruput kopi hitamnya, dia lalu mengajak ngobrol sang pemilik.
"Makin hari makin sulit aja ya pak"
"Gimana mas ?"
"Saya ada kerjaan lumayan, tapi harus ke luar pulau seminggu. Istriku yang hamil tua itu harus kutinggal di rumah sendirian. Pasti dia tidak mau. Ingin kubawa ke luar pulau sekalian pak. Tapi duitnya ngga cukup. Kalau aku bawa ke kampung dulu, waktunya mepet. Dua hari lagi aku berangkat. Tak ada yang jaga istriku pak. Pengin aku sewa pembantu tapi tak ada uang. Gimana ya pak ? Siapapun yang mau bantu aku gapapa lah, mau dia laki atau wanita. Yang penting aku tenang saat istriku kutinggal kerja."
"Kalau mas mau ninggal istri bukannya bisa sama saudara atau orang tuanya ?"
"Ngga bisa pak, udah mepet ini. Lagipula aku nanti seperti suami tak bertanggung jawab."
"Kalau mau bantuan orang, yang kamu ganti dengan uang bensin. Paling tidak seperti itu. Ngga ada yang gratis mas. Ngga dibayar ngga apa-apa asal difasilitasi" jawab si bapak.
Aku yang mendengarnya hanya cengar-cengir karena peluangku untuk menikmati wanita hamil incaranku semakin terbuka lebar.
"Mas ini aja yang kamu suruh jaga istrimu gimana ron ?" Ucap penjual angkringan sambil menunjukku
"Siapa ini pak ?" Tanya imron
"Mas-mas baru lewat, lagi nyari kerja. Kebetulan lewat sini abis jogging"
"Kamu mau mas jagain istri saya ? Cuma saya kasih uang transport aja loh" Ucap Imron langsung ke intinya
"Gapapa mas, hehe. Itung-itung buat anak kos kaya saya sudah untung. Tapi ngga apa-apa kalo cowok yang jaga istri Mas Imron ?" Ucapku
"Gapapa, penting kalo udah mau brojol langsung anterin ke Rumah Sakit. Aku cuma istriku selamat lahirannya. Biar tenang aku pas ada kerjaan di luar" ucap Imron
"Oke mas" balasku
"Dua hari lagi lu ke rumah gua. Datang pas malam aja. Bawa baju ganti buat seminggu. Aku baru berangkat sore harinya"
"Siap Mas"