Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Bumil Fucker : Season 2


Setelah minggu lalu aku menerima jawaban dari dinas. Maka hari ini aku mencoba kembali melamar pekerjaan di kantor lain. Karena kemampuanku dalam pemasaran dan manajemen, maka aku lebih memilih untuk melamar di bank atau di perusahaan yang bergerak di bidang bisnis. Dengan tekad kuat untuk bertahan hidup, aku beranikan diri untuk mencari dan membuat lamaran pekerjaan tersebut.

Hari ini, aku telah selesai membuat lamaran kerjaku secara online. Ku masukkan ke beberapa bank dan perusahaan yang sedang membuka lowongan pekerjaan di kota metropolitan ini. Hidup di kota metropolitan memang keras. Gagal, maka hidupmu terlihat menyedihkan. Sembari menanti panggilan untuk tes, maka aku mencoba untuk mencari tahu wanita hamil yang kutemui di taman waktu itu.

Dengan berpakaian kaos oblong, sendal, dan celana jeans pendek kususuri tempat tinggal wanita itu dengan berjalan kaki. Aku juga menyamarkan mukaku dengan beberapa kumis dan janggut buatan agar tidak dikenali orang sekitar. Karena wanita itu tinggal di kampung yang menurutku cukup padat penduduk, sehingga apabila ada orang yang mencurigakan akan cepat diketahui.

Sampailah aku di sekitar rumahnya. Waktu aku sedang menyusuri rumahnya, waktu telah menunjukan pukul 5 sore. Warga mulai bersiap-siap masuk rumah untuk beristirahat dari aktivitas seharian. Pada waktu itu, aku melihat gerobak angkringan akan mangkal di sudut jalan menuju rumah wanita itu. Segera aku mendekat ke penjual di angkringan itu. Agar bisa mencari informasi sekaligus tidak dicurigai oleh warga yang lewat.

Aku kemudian memesan teh hangat dan nasi kucing beserta gorengannya. Sekalian makan malam yang hemat juga. Sambil makan aku bercengkrama dengan pemilik angkringan.

"Udah lama jualan angkringan pak ?"

"Lumayan sih mas, sekitar 5 tahun"

"Asli orang sini pak ?"

"Bukan, saya pendatang mas. Saya dari Jateng"

"Bapak juga tinggal di kampung ini ?"

"Iya mas, 6 tahun lalu baru pindah kesini. Itu rumah saya" kata si penjual angkringan sambil menunjuk sebuah rumah yang berjarak 3 rumah dari rumah wanita hamil incaranku.

"Oh disitu ya pak, deket yang warna putih gerbang hitam itu ya ?" Kataku sambil menunjuk rumah wanita hamil itu.

"Iya mas, deket rumah mas Imron dan mbak Nisa"

Aku tahu identitas nama mereka sekarang

"Oh, pendatang baru juga ya pak mereka ?"

"Iya mas, kira2 baru setahun disitu. Itu rumah kontrakan sebenarnya. Pengantin baru"

"Pengantin baru ya pak, bagus dong udah mandiri sewa rumah sendiri"

"Iya mas, enak bisa pisah dulu sama mertua. Kan bisa bebas. Mau ribut atau rame. Ngga ada yang peduli"

"Ribut pak ?" Tanyaku

"Jangan keras-keras mas. Mereka kadang tengah malam bertengkar. Saya kadang dengar kalo lewat sehabis jualan. Kasihan juga sih, lagi hamil tua gitu istrinya. Denger-denger keuangannya lagi ngga stabil."

"Oh gitu ya pak. Ya kaya gitu biasa sih di rumah tangga. Doain aja biar teratasi pak" kataku menambahkan. Padahal dalam hati aku senang karena ada masalah internal yang bisa membuatku merayu istrinya agar tidur denganku.

"Habis dari mana mas ? Kayaknya saya belum pernah lihat mas nya tinggal disini" tanya si bapak

"Saya tadi jalan-jalan sebentar pak. Saya kos disana." Kataku sambil menunjuk arah kosku

"Mahasiswa atau udah kerja ?"

"Lagi nyari kerja pak hehe"

"Semoga cepet ketemu sama rejeki mas, biar cepet kaya hahaha"

"Aaamiiin pak makasih"

Begitulah kira-kira basa-basiku dengan penjual angkringan itu. Angkringan bisa memuat gosip dan berita terbaru sebuah lingkungan jika kita berbicara dengan benar dan perhitungan. Jangan membuat curiga dengan bertanya terlalu jelas atau langsung. Informasi bisa hilang atau malah kita bisa dilaporkan ke polisi setempat.

Beberapa saat kemudian ada motor matic lewat. Motor yang kukenal. Ternyata motor matic keluaran terbaru. Seorang pria dengan jaket hitam mendekat ke arah angkringan. Dia memakai helm half face. Setelah melepas helm, ternyata dia adalah suami dari wanita hamil yang menjadi targetku. Sang pemilik angkringan langsung menyapanya.

"Mau cari apa mas Imron ? Nasi sama gorengan masih banyak ini" kata sang pemilik angkringan

"Saya ngopi aja pak, kopi item satu" jawab Imron.

Imron lalu mengambil beberapa gorengan, lalu mengambil tempat duduk di sebelah kiriku. Setelah itu, dia asyik makan gorengan itu. Kopi hitam pesanannya lalu hadir. Setelah menyeruput kopi hitamnya, dia lalu mengajak ngobrol sang pemilik.

"Makin hari makin sulit aja ya pak"

"Gimana mas ?"

"Saya ada kerjaan lumayan, tapi harus ke luar pulau seminggu. Istriku yang hamil tua itu harus kutinggal di rumah sendirian. Pasti dia tidak mau. Ingin kubawa ke luar pulau sekalian pak. Tapi duitnya ngga cukup. Kalau aku bawa ke kampung dulu, waktunya mepet. Dua hari lagi aku berangkat. Tak ada yang jaga istriku pak. Pengin aku sewa pembantu tapi tak ada uang. Gimana ya pak ? Siapapun yang mau bantu aku gapapa lah, mau dia laki atau wanita. Yang penting aku tenang saat istriku kutinggal kerja."

"Kalau mas mau ninggal istri bukannya bisa sama saudara atau orang tuanya ?"

"Ngga bisa pak, udah mepet ini. Lagipula aku nanti seperti suami tak bertanggung jawab."

"Kalau mau bantuan orang, yang kamu ganti dengan uang bensin. Paling tidak seperti itu. Ngga ada yang gratis mas. Ngga dibayar ngga apa-apa asal difasilitasi" jawab si bapak.

Aku yang mendengarnya hanya cengar-cengir karena peluangku untuk menikmati wanita hamil incaranku semakin terbuka lebar.

"Mas ini aja yang kamu suruh jaga istrimu gimana ron ?" Ucap penjual angkringan sambil menunjukku

"Siapa ini pak ?" Tanya imron

"Mas-mas baru lewat, lagi nyari kerja. Kebetulan lewat sini abis jogging"

"Kamu mau mas jagain istri saya ? Cuma saya kasih uang transport aja loh" Ucap Imron langsung ke intinya

"Gapapa mas, hehe. Itung-itung buat anak kos kaya saya sudah untung. Tapi ngga apa-apa kalo cowok yang jaga istri Mas Imron ?" Ucapku

"Gapapa, penting kalo udah mau brojol langsung anterin ke Rumah Sakit. Aku cuma istriku selamat lahirannya. Biar tenang aku pas ada kerjaan di luar" ucap Imron

"Oke mas" balasku

"Dua hari lagi lu ke rumah gua. Datang pas malam aja. Bawa baju ganti buat seminggu. Aku baru berangkat sore harinya"

"Siap Mas"
 

Dua hari kemudian aku telah sampai di rumah Imron. Sesuai instruksi Imron aku datang pada malam hari. Imron juga sudah memberitahuku lewat telepon kalau istrinya sudah diberitahu soal kedatanganku. Istrinya sudah setuju walau sebenarnya keberatan tinggal bersama lelaki yang bukan suaminya. Toh, demi kebaikan istri dan calon buah hatinya.

Aku mengetuk pintu. Dibukalah pintu itu. Nampak seorang wanita muda memakai gamis dan jilbab hitam itu menyambutku.

"Mas Bram ya ?"

"Iya mbak"

"Mari masuk"

Kemudian aku masuk. Mbak Nisa juga menyediakan teh dan makanan ringan untukku. Kami pun akhirnya ngobrol sebentar untuk menghilangkan rasa canggung. Lalu Mbak Nisa menuntunku ke arah kamar kosong yang nanti aku gunakan. Kamar itu letaknya di kamar tidur yang biasa mereka gunakan. Mbak Nisa walaupun sedang hamil tua namun tetap gesit langkahnya untuk bekerja di rumah. Ia bercerita kalau sedang ambil cuti di rumah. Karena pekerjaannya adalah sebagai admin di sebuah kantor perusahaan. Hari perkiraan lahirnya kira-kira sepuluh hari lagi. Namun karena Imron harus pergi keluar maka dia perlu orang untuk, paling tidak berada di sisi istrinya agar jika ada sesuatu bisa cepat teratasi.

Waktu cepat berlalu, jam menunjukan pukul 9 malam. Mbak Nisa kemudian berpamitan tidur. Melihat tubuhnya yang montok dan menyegarkan itu membuatku ingin segera menikmati tubuhnya. Akhirnya kuputuskan untuk nekat. Kulihat dia sudah tertidur lelap di kamarnya. Masih menggunakan jilbab dan gamis hitamnya. Posisi tidurnya yang menyamping memperlihatkan dengan jelas bentuk perutnya.

Kudekati dia. Lalu kutangkap bagian tubuhnya. Sejenak kupandangi tubuhnya yang terbalut gamis panjang. Aku semakin kesetanan. Aku kemudian menindihnya. Aku rentangkan kedua tangannya dan aku tutup mulutnya yang hendak berteriak dengan ciuman ganasku. Tubuhnya tak berdaya kutindih. Dia sadar seketika, lalu meronta-ronta. Rontaannya juga tak berarti apa-apa untukku. Tangisannya pecah seketika. Dia terus meronta hingga beberapa saat sebelum akhirnya melemah tanda putus asa. Mengetahui hal itu aku melepas cengkraman tanganku dan ciumanku. Aku duduk di atas tubuh perempuan hamil berjilbab panjang dan lengkap dengan gamisnya. Aku taksir dia 25 , mungkin 26 atau 27 tahunlah. Dia sudah tak mencoba berteriak, dia hanya menangis sejadi-jadinya. Aku pandangi wajahnya. Begitu manis, khas perempuan yang berumur matang yang sedang hamil tua.

Aku mulai memikirkan cara menyetubuhinya tanpa paksaan dan tidak akan berbuntut panjang. Aku mengusap air matanya di mata sayu itu. Aku mendekatkan wajahku ke pipinya dan kukecup pipi itu.

“Tenanglah! Tak usah melawan, kamu akan baik-baik saja. Aku tak akan menyakitimu!”, bisikku padanya.

Aku angkat lagi wajahku. Aku pegangi dagunya dan dia mulai memandangiku. Sayu tatapan matanya dan masih sesenggukan. Begitu manis wajahnya. Setelah beberapa saat tangisnya pecah lagi.

“Ampun Mas, ampun! Jangan sakiti saya! Ampun! Saya lagi hamil tua, inget mas kamu diminta jagain saya!”, rengeknya dengan suara serak orang menangis.

Aku tak menjawabnya. Aku melumat bibir mungilnya. Dia diam saja tak membalas juga tak ada tolakan. Aku rasa lampu hijau sudah menyala. Aku menarik tangannya ke atas kepala dan menjejalkan lidahku ke rongga mulutnya. Aku goyang-goyangkan pinggulku menggesekkan penisku ke tubuhnya. Matanya nanar menatap mataku, bingung dan campur aduk tak tahu harus bagaimana. Aku memanfaatkan momen itu dengan semakin intens melumat bibir dan membelit lidahnya. Begitu kaku tubuhnya, aku duga ini pengalaman pertamanya. Aku mulai menyibakkan jilbab hitam panjangnya ke atas dan membuka beberapa kancing gamisnya. Aku heran dia hanya diam saja. Aku malah bingung sendiri. Aku yang sudah membuka kancing gamisnya kagum dengan kulit putih mulusnya. Kemudian aku tarik ke atas branya dan aku kembali terkagum-kagum dengan mulusnya kulit perempuan matang ini dipadu dengan puting mungil merah matang. Aku sangat bernafsu dan langsung menyambar putingnya yang begitu menggoda dengan bibirku. Aku sedot dan mempermainkan puting merah matangnya. Nafsuku semakin meninggi dengan pemandangan di hadapanku. Aku sangat suka payudara montok dengan puting yang sangat cantik. Ditambah perut hamilnya yang bagus itu.

“Cukup Mas! Sudah! Geliiiiiii . . . “, pekiknya sambil menggelinjang kegelian. Aku malah semakin bernafsu menjilati payudara kecilnya. Aku sedot kuat-kuat putingnya dan ku lihat wajahnya memerah. Dia mendongak ke atas menikmati permainan lidahku di putingnya.

“Aghhhhhh, Mas, ahh ah ahhh Mas, cukup Mas, geli, ampun ah ahah aaahhhhhh”, racaunya terus-menerus.

Puas bermain payudaranya aku kecup mungil seksinya lalu berguling ke samping. Aku lihat dia terengah-engah dan berkeringat. Aku pandangi dia begitu seksi. Khas wanita hamil. Tangan nakalku kemudian masuk dari bawah gamisnya dan mengelus-elus paha mulusnya. Dia menggigit bibir bawahnya dan meremas kencang sprei ranjang itu. Dia seperti menahan sesuatu. Aku lanjutkan rabaanku ke pangkal pahanya. Aku masukkan jariku ke celana dalamnya. Aku mendapati rambut kemaluan yang cukup rimbun di bawah sana. Aku pun merasakan lendir di sana. Aku pastikan dia sudah terangsang. Aku memainkan jariku ke lubang kemaluannya.

“Ah, jangan Mas! Geli . . . ahahah aahhhhhhhh”, jariku mulai masuk ke lubang surganya. Hangat rasanya. Begitu sempit.

“Pasti nikmat memekmu manis, hangat”, bisikku lirih di telinganya kemudian mengecup pipinya yang merah merona.

“Ampun Mas, saya . . . belum . . .” ucapnya terpotong karena aku menarik celana dalamnya turun sampai ke lututnya.

“Belum apa sayang? Ha ha ha ha . . .”, seringaiku.

Aku lalu mengangkat kedua kakinya dan mendekatkan wajahku ke pangkal pahanya. Aku jilati paha putihnya sampai membekas merah-merah. Dia gerak-gerak terus menahan geli yang menjalar di tubuhnya. Aku semakin intens menjilati pahanya dan menuju pangkal pahanya yang berwarna merah matang dengan toping rambut keriting yang cukup lebat. Aku jilati kemaluannya yang begitu indah. Lendirnya terasa segar di lidahku. Cengkraman tangannya di seprei semakin menjadi. Pinggul dan perut buncitnya bergoyang mengikuti permainan lidahku. Dia hanya bisa mendesah-desah dengan sedikit ditahannya. Sambil memegangi perut yang kelihatannya mengeras.

“Eeeemmmm, ah ah aaaahh, Mas, ahh ahh, ge . . . liiiiiii, emmmm, ah!”, desahannya membuatku semakin bernafsu. Semakin lama desahannya semakin menjadi dan lendirnya semakin membanjir bercampur air liurku. Aku mencoba menyibak kemaluannya dengan lidahku, tetapi begitu rapat dan tegang.

Aku bergegas menarik celana dalamnya lolos dari kakinya. Kemudian ku kangkangkan kedua kakinya. Aku lihat gumdukan daging merah matang segar merekah di balik rimbunnya rambut kemaluan. Aku kemudian meludahi tanganku dan mengurut-urut penisku yang sudah sangat tegang sempurna. Aku kemudian menggesek-gesekkan penisku ke kemaluannya.

“M. .mas , ja . . ngan . . mass!”, suaranya lirih setengah mendesah dengan tubuh bergetar seperti menggigil.

Aku lalu mencoba melakukan penetrasi. Tapi sangat sulit. Kemaluannya begitu tegang dan sempit. Aku terus memaksa masuk penisku. Dan akhirnya kepala penisku berhasil menyeruak masuk.

“Auuuw, sakiiiiit!” jeritnya. Aku pun juga merasa sedikit sakit karena jepitan rapat kemaluannya di kepala penisku. Aku sempat berhenti sejenak mengambil nafas dan kemudian . . .

“Bleeeesss, aaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh”, aku melenguh kencang setelah menyodokkan dengan sekuat tenaga pinggulku. Penisku amblas di dalam kemaluannya. Aku merasakan hangat di penisku dengan jepitan sangat kuat. Aku merasakan nikmat tak terkira. Aku juga merasakan becek di bawah sana. Aku diamkan sejenak dan mulai menggoyangkan pingggulku dengan cukup cepat. Penisku keluar masuk dengan tekanan dinding kemaluan yang begitu rapat.

“Uh ugh, eeemmmm, ah agghh” desahannya sambil kedua tangannya menutup mulutnya agar tak mengeluarkan desahan. Tapi tetap tak sanggup menahannya.

Aku semakin bersemangat memompa tubuhnya dengan gamis tersingkap ke pinggang dan payudara terpampang menggoda serta jilbab hitam yang mulai kusut dan basah keringat.

“Plak, plak, plak . . .” aku mempercepat goyangan pinggulku. Ku dorong sampai amblas hilang penisku dan berbenturan dengan pantatnya menimbulkan bunyi yang cukup keras.

“Ah ah ah ah, enak sayang, memekmu nikmat sekali, aku suka, aaaaaaaaaaaaaggggggghhhhhhhh, sempit sekali memekmu!” racauku menggila sambil mempercepat sodokkanku. Aku merasakan sudah di ujung penis cairan cintaku.

“Sayang, aku mau . . . AAAAAGGGGGGGHHHHHH, crot crot croooot” banyak sekali penisku menyemburkan sperma. Untungnya aku sempat mencabut penisku, sehingga spermaku muncrat dan berceceran di luar kemaluannya. Penisku tak henti-hentinya berkedut dan tubuhku serasa rontok tulang-tulangnya menikmati orgasmeku kali ini. Akhirnya aku ambruk ke samping perempuan hamil tua yang telah aku nodai ini. Aku merasa begitu lelah dan sangat sangat puas karena jepitan kemaluannya seperti mengurut-urut penisku.

“Mass nanti lagi ya ?’

“Okey”

Jawabku dengan agak heran.
 
Wenak tanpa kerja keras dapat memek n transport
 
Yahhhh dia ketagihan wkwkwkwk
 
Weh mangsa baru sudah di exe suhu... Mantab..
Terima kasih suhu update pagi ini...
 
Mantul hu, umumnya bumil klo mendekati hpl harus sering diberi jatah biar debay nya cepet launching...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd