Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Bumil Fucker Season 3

Alur ngentot bumil paling enak yang apa nih dari season 1-3?


  • Total voters
    168
duhh ditunggu kelanjutan bumil bercadar ini hehe
 
Season 3 Episode 9

Hari ini aku masuk kerja seperti biasa. Setelah mandi dan sarapan, aku memanasi motor bebek kesayanganku sebelum berangkat. Sambil memanasi motor, aku memperhatikan tetangga kosku yang bercadar itu. Suaminya tidak terlihat dari tadi. Mungkin sedang bekerja, soalnya sudah menunjukan waktu berangkat kerja. Wanita bercadar itu sibuk mondar mandir bersama supir dan asistennya untuk menata barang di kamar kos.

Aku lihat wanita itu keluar kamar kos. Ternyata dia sudah berganti pakaian menjadi gamis bermotif bunga dengan jilbab berwarna krem, serta cadar yang menutupi wajahnya. Dengan pakaian ini, perutnya yang membuncit menjadi terlihat dengan cukup jelas. Aku rasa, dia sudah hamil sekitar 7 bulanan dilihat dari ukuran perutnya.

Motorku sudah panas. Aku lalu segera tancap gas untuk segera pergi ke kantor tempatku bekerja. Perjalanan pagi itu cukup melelahkan. Sehingga aku agak kecapekan begitu sampai di kantor.

Segera aku presensi terlebih dulu di mesin sidik jari. Aku lalu melapor ke atasanku terlebih dulu. Hari ini ada pekerjaan untuk mewawancara seorang influencer terkenal mengenai virus yang sedang mewabah dunia. Influencer ini berseberangan dengan dokter-dokter dunia yang menyatakan harus segera menutup diri agar tidak menular dengan ganas. Aku nanti dijadwalkan untuk wawancara pukul 10 pagi. Wawancara dilakukan di studio nomor 6. Sekarang masih jam 8.30 pagi. Masih ada waktu untuk sarapan terlebih dahulu.

Pergilah aku ke kantin kantor. Memesan seteguk kopi hitam panas. Ditambah dengan roti kering dengan selai stroberi di atasnya. Sengaja aku tidak memesan nasi agar tidak langsung penuh perutku. Karena jika penuh dengan nasi bisa ngantuk, dan itu tidak baik jika bertemu dengan narasumber. Kopi dan roti kering. Salah satu kombinasi sempurna sarapan di pagi hari.

"Halo mas Bram"

Saat sedang menikmati sarapan, aku dikejutkan dengan suara dari belakang. Suara yang kukenal. Ternyata Bu Titik. Dia sepertinya sedang mencari minuman untuk dibawa ke kantornya.

"Eh, Bu Titik." Jawabku

"Mau pesen apa ini ?". Tanyaku

"Mau ambil kopi tadi Mas, kok ngga dateng-dateng." Ucapnya

"Loh, lagi hamil tua kok minumnya kopi Bu ?" Tanyaku.

"Gapapa loh mas, malah bagus buat si kembar ini." Ucapnya sambil mengelus perut buncitnya.

Hari ini dia memakai long dress bermotif. Dengan jilbab biru. Dia memakai legging hitam dan kaos dalaman berwarna sama dengan jilbabnya. Kurasa nanti dia akan mengganti bajunya lagi, seperti kemarin.

"Nanti siap makan bareng yuk mas". Ajak Bu Titik.

"Bisa Bu." Ucapku.

Percakapan basa-basi itu berakhir setelah kopi susu pesanannya datang. Berakhir pula basa-basi di pagi hari itu. Jam menunjukan pukul 9.43 pagi. Sudah waktunya aku persiapan untuk mewawancarai influencer itu di studio. Setelah membayar, aku kemudian ke studio.

..........

12.10 WIB

Dua jam lebih aku mewawancarai influencer itu. Hasil rekaman di studio nantinya akan diedit. Lalu akan tampil di acara tv nanti malam. Aku yang merasa lapar langsung segera menuju kantin. Disana ternyata sudah menunggu Bu Titik. Dia sendirian duduk disana. Setelah memesan jus dan Soto, aku segera mendekatinya.

"Siang Bu". Ucapku sambil mengambil kursi di depannya.

"Siang juga Mas". Jawabnya

"Sendirian aja nih Bu". Ucapku.

"Anak-anak udah duluan tadi, kalo bos divisi kaya saya terakhir juga gapapa mas." Jawabnya. Makanan yang kupesan segera datang. Segera aku makan dan habiskan karena aku sudah kelaparan.

"Makannya gercep banget Mas Bram." Ucap Bu Titik.

"Laper Bu hehehe." Jawabku

Tak sampai 10 menit, aku sudah menghabiskan makan siangku. Perutku sudah terisi penuh. Ditambah dengan jus mangga tanpa gula yang bikin seger di siang itu.

"Bu Titik ga segera balik ke kantor ?" Tanyaku.

"Ga ah Mas, lagi suntuk. Toilet yuk Mas." Ucapnya.

"Serius mbak ?". Ucapku dengan mengganti panggilanku padanya. Kami memang sepakat untuk bersikap formal di kantor setelah kejadian di apartemen itu. Namun, kalau urusan "lain", kami akan segera mengganti panggilan kami.

"Ayok. Kangen sama junior hihihi." Ucapnya.

"Mbak duluan ke toilet yang "itu"." Ucapku memberi kode ke toilet yang dekat dengan kantornya. Toilet itu memang sepi dan jarang digunakan. Namun, tetap terjaga kebersihannya.

Aku dan Titik segera membayar makanan kami. Lalu berlalu secara terpisah agar tidak dicurigai oleh karyawan lain. Maklum, karena kantor media mobilitasnya tinggi sehingga jika ada "affair" sesama karyawan akan cepat ketahuan. Kalo ketahuan udah saling memiliki pasangan bisa runyam.

Aku segera ke toilet yang dimaksud. Titik akan memberi tahu dimana pintu toilet yang berisi dirinya. Dengan membuat jejak kaki dari air atau potongan tisu. Aku sudah sampai di toilet. Toilet ini unisex. Artinya dipakai oleh pria atau wanita. Namun terdapat beberapa pintu terpisah. Segera aku mencari-cari Titik. Lalu terlihat bekas jejak kaki sepatu miliknya berakhir di pintu toilet paling ujung. Mainstream sih, tapi karena sepi oke aja. Aku kemudian mengetuk pintu. Dibalas pula dari dalam. Aku lalu masuk.

Toilet ini berukuran sekitar satu meter kali dua meter. Begitu aku masuk, wastafel mini ada di samping kananku. Di seberang wastafel terdapat closet duduk menghadap ke arah wastafel. Jarak antara ujung closet sampai dengan ujung wastafel sekitar empat pulih centimeter. Di dinding sebelah kananku menempel pipa besi sepanjang tiga puluh centimeter yang memiliki fungsi untuk pegangan pada saat kita menggunakan closet atau wastafel.

“Sempit Mas”, sahut Titik agak kencang.

“Shhttt”, aku memberi tanda agar Titik tidak bersuara keras. Titik reflek mendekap mulutnya dengan kedua tangannya dan tertawa tertahan.

“Toilet kan emang sempit, kalo teras baru luas hehehe”, sahutku sedikit berbisik. Cubitan tangan kanan Titik pun mendarat di perut kiriku.

“Mau gimana Mas ?”, tanya Titik berbisik.

Tanpa menjawab pertanyaan Titik, langsung kudorong sedikit badannya hingga bersandar pada dinding belakang toilet, lalu kusambar bibirnya dengan bibirku. Bibir kami saling berpagutan penuh nafsu. Lidah kami saling beradu saling berebut untuk bermain di rongga mulut pasangannya.
Tangan kananku aku masukkan ke dalam celana legging Titik, menuju ke vaginanya. Kumainkan jari tengah tangan kananku di area klitorisnya lalu berlanjut ke lubang kenikmatannya. Lubang vaginanya masih terasa basah oleh cairan pelumas vaginanya.

Kedua tangan Titik pun mulai beraksi membuka kaitan ikat pinggang celana jeansku. Lalu dibukanya kancing celanaku beserta resletingnya. Kemudian dimasukkannya tangan kanannya ke dalam celana dalamku dan mulai mengocok batang penisku yang mulai mengeras.

Satu menit kemudian, kusudahi permainan jari tengahku di vaginanya yang sudah cukup basah dan siap untuk dilakukan penetrasi oleh batang penisku. Kedua tanganku pun menurunkan celana legging beserta celana dalamnya sampai sedikit di bawah kedua bongkahan pantatnya.

“Yuk Mbak”, sahutku sambil menurunkan celana jeans sekaligus celana dalamku sampai pertengahan pahaku. Kemudian aku duduk di closet yang sudah dalam keadaan tertutup. Posisi dudukku sedikit menyerong ke arah pintu.

“Kamunya sini”, sahutku sambil memberi isyarat supaya dia duduk di pangkuanku.

Lalu Titik mengambil posisi membelakangiku. Dengan tangan kanan berpegangan pada dinding toilet, Titik sedikit membungkuk mengarahkan lubang vaginanya ke arah batang penisku yang sudah berdiri tegak sempurna. Sementara tangan kirinya memegang perutnya yang sudah membesar itu.

Mulut vaginanya dan vaginanya yang basah bisa kulihat dengan jelas. Kukocok sebentar vagina Titik dengan jari tengah kananku supaya vaginanya kembali mengeluarkan cairan pelumasnya. Setelah dirasa cukup, kemudian kulumuri kepala penisku dengan air liurku agar memudahkan penisku menembus mulut vagina Titik.
Tangan kananku kuletakkan di pangkal penisku, sementara tangan kiriku berada di pinggang kirinya, memandu tubuhnya sedikit demi sedikit turun mendekatkan lubang vaginanya ke kepala penisku. Saat kepala penisku bersentuhan dengan bibir vaginanya, kusapu mulut vaginanya dengan kepala penisku agar mulut vaginanya membuka.


“Pelan-pelan Mas, memekku masih kering”, sahut Titik.

Setelah kepala penisku sudah ditelan oleh mulut vaginanya, kutarik turun tubuhnya hingga bongkahan pantat Titik duduk di kedua pahaku bagian atas dan batang penisku sukses ditelan seluruhnya oleh vaginanya. Bleesshh.

“Ach”, Titik menjerit pelan.

Kudiamkan sejenak posisi ini. Bisa kurasakan kehangatan dinding vagina Titik memeluk batang penisku. Nafsu kami yang memburu membuat gesekkan antara batang penisku dengan vaginanya secara otomatis. Tanpa mengeluarkan tenaga dari kami berdua, batang penisku dan vagina Titik saling mengocok satu sama lain mengikuti arah nafsu kami. satu tanganku aku letakkan di pinggulnya dan satu lagi di perut buncitnya menjaga agar Titik tidak terjatuh. Sungguh ini pengalaman yang belum pernah kualami sebelumnya.

“Ssshh hhaaahh”, desahan pelan Titik terdengar berkali-kali.

Titik mulai tidak sabar, dia menggoyangkan pinggulnya maju mundur sehingga menambah kecepatan kocokan batang penisku dengan vaginanya.

“Enak sayang?”, tanyaku sekitar tiga menit kemudian.

“Banget”, jawabnya sambil terus menggoyangkan pinggulnya. “Tapi aku takut ketauan. Kamu masih lama keluarnya?”, lanjut Titik.

“Bisa dipercepat sih. Kamu maunya dikeluarin dimana?”, tanyaku.

“Di situ aja ya”, jawab Titik.

Kudiamkan sejenak batang penisku berada dalam memek Titik. Dinding memeknya yang lembut menjepit erat batang penisku. Kemudian aku mulai menggoyangkan pinggulku maju mundur.

“Aku keluarin ya sayang”, sahutku.

“Iyah Mas”, jawab Titik.

Lalu aku mulai berkonsentrasi pada gerakan pinggulku untuk mengocok lubang vagina Titik. Jepitan kuat dinding memeknya pada batang penisku memberikanku kenikmatan yang luar biasa. Supaya batang penisku dan dinding memek Titik tidak luka atau lecet, aku harus secara periodik melumasi batang penisku dengan air liurku.

Kupercepat kocokan batang penisku pada lubang vaginanya. Tangan kiriku yang semula berada di perut bagian kiri Titik, mulai menjalar ke atas menyingkap ujung bajunya bagian bawah, terus ke atas menuju payudara kirinya. Sementara tangan kananku masih berada di pinggul Titik sebelah kanan, membantu gerakanku mengocok batang penisku pada liang vaginanya. Kuremas-remas payudara kiri Titik sambil terus mengocok batang penisku. Puting kirinya yang imut menjadi sasaran tangan kiriku untuk dipilin berkali-kali. Tak lupa aku tetap mengelus-elus perut buncitnya agar tidak kram.

Tidak sampai dua menit kemudian, aku merasakan desakan dari pangkal penisku. Batang penisku mulai berkedut-kedut siap untuk menyemprotkan cairan yang mengiringi aku menggapai puncak kenikmatan dunia. Kulihat Titik juga merasakan semakin kerasnya batang penisku di dalam lubang vaginanya. Titik menggigit bibir bawahnya berusaha keras agar desahannya tidak terdengar kencang.

“Egh egh egh achh”, desah Titik tertahan.

Terus kupercepat gerakan kocokkanku karena puncak kenikmatanku sudah hampir aku raih. Kubenamkan dalam-dalam batang penisku di liang memek Titik.

Dan..

Crot crot crot crot..

Penisku menyemprotkan beberapa kali air mani di liang memek Titik. Seluruh tubuhku terasa kaku, bahkan tangan kiriku tanpa sadar meremas kencang payudara kiri Titik yang membuat Titik pun menahan tangan kiriku dengan tangan kirinya agar untuk mengurangi rasa sakit akibat cengkeraman tangan kiriku.

Setelah gelombang orgasmeku mereda, aku peluk Titik dari belakang. Kemudian aku ciumi tengkuknya, Titik pun menoleh kepalanya ke kiri dan menyambar bibirku dengan bibirnya, bibir kami pun saling berpagutan. Sementara penisku masih menancap pada lubang vaginanya.

“Udah yuk Mass. Keburu nanti digerebek cleaning service”, sahut Titik pelan.

“Sebentar jangan dicabut dulu. Biar peju kamu ngga kena baju kamu”, lanjutnya. Selanjutnya Titik pun mengambil tisu yang tergantung dekat closet. Ditariknya tisu dari gulungannya. Kemudian dengan tangan kanannya, diselimutinya pangkal penisku dengan tisu. Lalu pelan-pelan Titik dorong tubuhku menjauhi tubuhnya sehingga penisku perlahan-lahan keluar dari lubang vaginanya. Setelah seluruh penisku keluar dari lubang vaginanya, disekanya batang dan kepala penisku dengan tisu. Kemudian dia pun menyeka mulut vaginanya juga menggunakan tisu.

“Masih banyak aja sih”, sahutnya sambil mengelap batang penisku kembali.

“Tau mau ngewe sama kamu kayanya, makanya gacor hehehe”, sahutku.

“Dasar mesum. Ini di dalem aku masih banyak belum keluar”, sahutnya lagi.

“Waduh, jangan sampe meleleh ke legging kamu”, ucapku khawatir.

“Ngga akan Mas, tenang aja”, sahutnya.

“Udah. Kamu duluan keluar aja. Aku mau ngeluarin pipis dulu”, sahutnya disertai selesainya kedua tangannya mengelap penisku yang sudah melemah.

Kemudian aku menaikkan kembali celana dalam dan celana jeansku yang masih menyangkut di kedua lututku, lalu memasangnya pada posisi yang seharusnya. Setelah selesai memakai celanaku dengan benar, aku kembali mencium bibir Titik sejenak, lalu membuka kunci toilet dan membukanya perlahan-lahan. Setelah kuyakin aman terkendali, aku melangkah keluar toilet. Pintu toilet aku tutup kembali begitu aku sudah berada di luar toilet. Terdengar suara pintu toilet dikunci dari dalam.​
 
Season 3 Episode 9

Hari ini aku masuk kerja seperti biasa. Setelah mandi dan sarapan, aku memanasi motor bebek kesayanganku sebelum berangkat. Sambil memanasi motor, aku memperhatikan tetangga kosku yang bercadar itu. Suaminya tidak terlihat dari tadi. Mungkin sedang bekerja, soalnya sudah menunjukan waktu berangkat kerja. Wanita bercadar itu sibuk mondar mandir bersama supir dan asistennya untuk menata barang di kamar kos.

Aku lihat wanita itu keluar kamar kos. Ternyata dia sudah berganti pakaian menjadi gamis bermotif bunga dengan jilbab berwarna krem, serta cadar yang menutupi wajahnya. Dengan pakaian ini, perutnya yang membuncit menjadi terlihat dengan cukup jelas. Aku rasa, dia sudah hamil sekitar 7 bulanan dilihat dari ukuran perutnya.

Motorku sudah panas. Aku lalu segera tancap gas untuk segera pergi ke kantor tempatku bekerja. Perjalanan pagi itu cukup melelahkan. Sehingga aku agak kecapekan begitu sampai di kantor.

Segera aku presensi terlebih dulu di mesin sidik jari. Aku lalu melapor ke atasanku terlebih dulu. Hari ini ada pekerjaan untuk mewawancara seorang influencer terkenal mengenai virus yang sedang mewabah dunia. Influencer ini berseberangan dengan dokter-dokter dunia yang menyatakan harus segera menutup diri agar tidak menular dengan ganas. Aku nanti dijadwalkan untuk wawancara pukul 10 pagi. Wawancara dilakukan di studio nomor 6. Sekarang masih jam 8.30 pagi. Masih ada waktu untuk sarapan terlebih dahulu.

Pergilah aku ke kantin kantor. Memesan seteguk kopi hitam panas. Ditambah dengan roti kering dengan selai stroberi di atasnya. Sengaja aku tidak memesan nasi agar tidak langsung penuh perutku. Karena jika penuh dengan nasi bisa ngantuk, dan itu tidak baik jika bertemu dengan narasumber. Kopi dan roti kering. Salah satu kombinasi sempurna sarapan di pagi hari.

"Halo mas Bram"

Saat sedang menikmati sarapan, aku dikejutkan dengan suara dari belakang. Suara yang kukenal. Ternyata Bu Titik. Dia sepertinya sedang mencari minuman untuk dibawa ke kantornya.

"Eh, Bu Titik." Jawabku

"Mau pesen apa ini ?". Tanyaku

"Mau ambil kopi tadi Mas, kok ngga dateng-dateng." Ucapnya

"Loh, lagi hamil tua kok minumnya kopi Bu ?" Tanyaku.

"Gapapa loh mas, malah bagus buat si kembar ini." Ucapnya sambil mengelus perut buncitnya.

Hari ini dia memakai long dress bermotif. Dengan jilbab biru. Dia memakai legging hitam dan kaos dalaman berwarna sama dengan jilbabnya. Kurasa nanti dia akan mengganti bajunya lagi, seperti kemarin.

"Nanti siap makan bareng yuk mas". Ajak Bu Titik.

"Bisa Bu." Ucapku.

Percakapan basa-basi itu berakhir setelah kopi susu pesanannya datang. Berakhir pula basa-basi di pagi hari itu. Jam menunjukan pukul 9.43 pagi. Sudah waktunya aku persiapan untuk mewawancarai influencer itu di studio. Setelah membayar, aku kemudian ke studio.

..........

12.10 WIB

Dua jam lebih aku mewawancarai influencer itu. Hasil rekaman di studio nantinya akan diedit. Lalu akan tampil di acara tv nanti malam. Aku yang merasa lapar langsung segera menuju kantin. Disana ternyata sudah menunggu Bu Titik. Dia sendirian duduk disana. Setelah memesan jus dan Soto, aku segera mendekatinya.

"Siang Bu". Ucapku sambil mengambil kursi di depannya.

"Siang juga Mas". Jawabnya

"Sendirian aja nih Bu". Ucapku.

"Anak-anak udah duluan tadi, kalo bos divisi kaya saya terakhir juga gapapa mas." Jawabnya. Makanan yang kupesan segera datang. Segera aku makan dan habiskan karena aku sudah kelaparan.

"Makannya gercep banget Mas Bram." Ucap Bu Titik.

"Laper Bu hehehe." Jawabku

Tak sampai 10 menit, aku sudah menghabiskan makan siangku. Perutku sudah terisi penuh. Ditambah dengan jus mangga tanpa gula yang bikin seger di siang itu.

"Bu Titik ga segera balik ke kantor ?" Tanyaku.

"Ga ah Mas, lagi suntuk. Toilet yuk Mas." Ucapnya.

"Serius mbak ?". Ucapku dengan mengganti panggilanku padanya. Kami memang sepakat untuk bersikap formal di kantor setelah kejadian di apartemen itu. Namun, kalau urusan "lain", kami akan segera mengganti panggilan kami.

"Ayok. Kangen sama junior hihihi." Ucapnya.

"Mbak duluan ke toilet yang "itu"." Ucapku memberi kode ke toilet yang dekat dengan kantornya. Toilet itu memang sepi dan jarang digunakan. Namun, tetap terjaga kebersihannya.

Aku dan Titik segera membayar makanan kami. Lalu berlalu secara terpisah agar tidak dicurigai oleh karyawan lain. Maklum, karena kantor media mobilitasnya tinggi sehingga jika ada "affair" sesama karyawan akan cepat ketahuan. Kalo ketahuan udah saling memiliki pasangan bisa runyam.

Aku segera ke toilet yang dimaksud. Titik akan memberi tahu dimana pintu toilet yang berisi dirinya. Dengan membuat jejak kaki dari air atau potongan tisu. Aku sudah sampai di toilet. Toilet ini unisex. Artinya dipakai oleh pria atau wanita. Namun terdapat beberapa pintu terpisah. Segera aku mencari-cari Titik. Lalu terlihat bekas jejak kaki sepatu miliknya berakhir di pintu toilet paling ujung. Mainstream sih, tapi karena sepi oke aja. Aku kemudian mengetuk pintu. Dibalas pula dari dalam. Aku lalu masuk.

Toilet ini berukuran sekitar satu meter kali dua meter. Begitu aku masuk, wastafel mini ada di samping kananku. Di seberang wastafel terdapat closet duduk menghadap ke arah wastafel. Jarak antara ujung closet sampai dengan ujung wastafel sekitar empat pulih centimeter. Di dinding sebelah kananku menempel pipa besi sepanjang tiga puluh centimeter yang memiliki fungsi untuk pegangan pada saat kita menggunakan closet atau wastafel.

“Sempit Mas”, sahut Titik agak kencang.

“Shhttt”, aku memberi tanda agar Titik tidak bersuara keras. Titik reflek mendekap mulutnya dengan kedua tangannya dan tertawa tertahan.

“Toilet kan emang sempit, kalo teras baru luas hehehe”, sahutku sedikit berbisik. Cubitan tangan kanan Titik pun mendarat di perut kiriku.

“Mau gimana Mas ?”, tanya Titik berbisik.

Tanpa menjawab pertanyaan Titik, langsung kudorong sedikit badannya hingga bersandar pada dinding belakang toilet, lalu kusambar bibirnya dengan bibirku. Bibir kami saling berpagutan penuh nafsu. Lidah kami saling beradu saling berebut untuk bermain di rongga mulut pasangannya.
Tangan kananku aku masukkan ke dalam celana legging Titik, menuju ke vaginanya. Kumainkan jari tengah tangan kananku di area klitorisnya lalu berlanjut ke lubang kenikmatannya. Lubang vaginanya masih terasa basah oleh cairan pelumas vaginanya.

Kedua tangan Titik pun mulai beraksi membuka kaitan ikat pinggang celana jeansku. Lalu dibukanya kancing celanaku beserta resletingnya. Kemudian dimasukkannya tangan kanannya ke dalam celana dalamku dan mulai mengocok batang penisku yang mulai mengeras.

Satu menit kemudian, kusudahi permainan jari tengahku di vaginanya yang sudah cukup basah dan siap untuk dilakukan penetrasi oleh batang penisku. Kedua tanganku pun menurunkan celana legging beserta celana dalamnya sampai sedikit di bawah kedua bongkahan pantatnya.

“Yuk Mbak”, sahutku sambil menurunkan celana jeans sekaligus celana dalamku sampai pertengahan pahaku. Kemudian aku duduk di closet yang sudah dalam keadaan tertutup. Posisi dudukku sedikit menyerong ke arah pintu.

“Kamunya sini”, sahutku sambil memberi isyarat supaya dia duduk di pangkuanku.

Lalu Titik mengambil posisi membelakangiku. Dengan tangan kanan berpegangan pada dinding toilet, Titik sedikit membungkuk mengarahkan lubang vaginanya ke arah batang penisku yang sudah berdiri tegak sempurna. Sementara tangan kirinya memegang perutnya yang sudah membesar itu.

Mulut vaginanya dan vaginanya yang basah bisa kulihat dengan jelas. Kukocok sebentar vagina Titik dengan jari tengah kananku supaya vaginanya kembali mengeluarkan cairan pelumasnya. Setelah dirasa cukup, kemudian kulumuri kepala penisku dengan air liurku agar memudahkan penisku menembus mulut vagina Titik.
Tangan kananku kuletakkan di pangkal penisku, sementara tangan kiriku berada di pinggang kirinya, memandu tubuhnya sedikit demi sedikit turun mendekatkan lubang vaginanya ke kepala penisku. Saat kepala penisku bersentuhan dengan bibir vaginanya, kusapu mulut vaginanya dengan kepala penisku agar mulut vaginanya membuka.


“Pelan-pelan Mas, memekku masih kering”, sahut Titik.

Setelah kepala penisku sudah ditelan oleh mulut vaginanya, kutarik turun tubuhnya hingga bongkahan pantat Titik duduk di kedua pahaku bagian atas dan batang penisku sukses ditelan seluruhnya oleh vaginanya. Bleesshh.

“Ach”, Titik menjerit pelan.

Kudiamkan sejenak posisi ini. Bisa kurasakan kehangatan dinding vagina Titik memeluk batang penisku. Nafsu kami yang memburu membuat gesekkan antara batang penisku dengan vaginanya secara otomatis. Tanpa mengeluarkan tenaga dari kami berdua, batang penisku dan vagina Titik saling mengocok satu sama lain mengikuti arah nafsu kami. satu tanganku aku letakkan di pinggulnya dan satu lagi di perut buncitnya menjaga agar Titik tidak terjatuh. Sungguh ini pengalaman yang belum pernah kualami sebelumnya.

“Ssshh hhaaahh”, desahan pelan Titik terdengar berkali-kali.

Titik mulai tidak sabar, dia menggoyangkan pinggulnya maju mundur sehingga menambah kecepatan kocokan batang penisku dengan vaginanya.

“Enak sayang?”, tanyaku sekitar tiga menit kemudian.

“Banget”, jawabnya sambil terus menggoyangkan pinggulnya. “Tapi aku takut ketauan. Kamu masih lama keluarnya?”, lanjut Titik.

“Bisa dipercepat sih. Kamu maunya dikeluarin dimana?”, tanyaku.

“Di situ aja ya”, jawab Titik.

Kudiamkan sejenak batang penisku berada dalam memek Titik. Dinding memeknya yang lembut menjepit erat batang penisku. Kemudian aku mulai menggoyangkan pinggulku maju mundur.

“Aku keluarin ya sayang”, sahutku.

“Iyah Mas”, jawab Titik.

Lalu aku mulai berkonsentrasi pada gerakan pinggulku untuk mengocok lubang vagina Titik. Jepitan kuat dinding memeknya pada batang penisku memberikanku kenikmatan yang luar biasa. Supaya batang penisku dan dinding memek Titik tidak luka atau lecet, aku harus secara periodik melumasi batang penisku dengan air liurku.

Kupercepat kocokan batang penisku pada lubang vaginanya. Tangan kiriku yang semula berada di perut bagian kiri Titik, mulai menjalar ke atas menyingkap ujung bajunya bagian bawah, terus ke atas menuju payudara kirinya. Sementara tangan kananku masih berada di pinggul Titik sebelah kanan, membantu gerakanku mengocok batang penisku pada liang vaginanya. Kuremas-remas payudara kiri Titik sambil terus mengocok batang penisku. Puting kirinya yang imut menjadi sasaran tangan kiriku untuk dipilin berkali-kali. Tak lupa aku tetap mengelus-elus perut buncitnya agar tidak kram.

Tidak sampai dua menit kemudian, aku merasakan desakan dari pangkal penisku. Batang penisku mulai berkedut-kedut siap untuk menyemprotkan cairan yang mengiringi aku menggapai puncak kenikmatan dunia. Kulihat Titik juga merasakan semakin kerasnya batang penisku di dalam lubang vaginanya. Titik menggigit bibir bawahnya berusaha keras agar desahannya tidak terdengar kencang.

“Egh egh egh achh”, desah Titik tertahan.

Terus kupercepat gerakan kocokkanku karena puncak kenikmatanku sudah hampir aku raih. Kubenamkan dalam-dalam batang penisku di liang memek Titik.

Dan..

Crot crot crot crot..

Penisku menyemprotkan beberapa kali air mani di liang memek Titik. Seluruh tubuhku terasa kaku, bahkan tangan kiriku tanpa sadar meremas kencang payudara kiri Titik yang membuat Titik pun menahan tangan kiriku dengan tangan kirinya agar untuk mengurangi rasa sakit akibat cengkeraman tangan kiriku.

Setelah gelombang orgasmeku mereda, aku peluk Titik dari belakang. Kemudian aku ciumi tengkuknya, Titik pun menoleh kepalanya ke kiri dan menyambar bibirku dengan bibirnya, bibir kami pun saling berpagutan. Sementara penisku masih menancap pada lubang vaginanya.

“Udah yuk Mass. Keburu nanti digerebek cleaning service”, sahut Titik pelan.

“Sebentar jangan dicabut dulu. Biar peju kamu ngga kena baju kamu”, lanjutnya. Selanjutnya Titik pun mengambil tisu yang tergantung dekat closet. Ditariknya tisu dari gulungannya. Kemudian dengan tangan kanannya, diselimutinya pangkal penisku dengan tisu. Lalu pelan-pelan Titik dorong tubuhku menjauhi tubuhnya sehingga penisku perlahan-lahan keluar dari lubang vaginanya. Setelah seluruh penisku keluar dari lubang vaginanya, disekanya batang dan kepala penisku dengan tisu. Kemudian dia pun menyeka mulut vaginanya juga menggunakan tisu.

“Masih banyak aja sih”, sahutnya sambil mengelap batang penisku kembali.

“Tau mau ngewe sama kamu kayanya, makanya gacor hehehe”, sahutku.

“Dasar mesum. Ini di dalem aku masih banyak belum keluar”, sahutnya lagi.

“Waduh, jangan sampe meleleh ke legging kamu”, ucapku khawatir.

“Ngga akan Mas, tenang aja”, sahutnya.

“Udah. Kamu duluan keluar aja. Aku mau ngeluarin pipis dulu”, sahutnya disertai selesainya kedua tangannya mengelap penisku yang sudah melemah.

Kemudian aku menaikkan kembali celana dalam dan celana jeansku yang masih menyangkut di kedua lututku, lalu memasangnya pada posisi yang seharusnya. Setelah selesai memakai celanaku dengan benar, aku kembali mencium bibir Titik sejenak, lalu membuka kunci toilet dan membukanya perlahan-lahan. Setelah kuyakin aman terkendali, aku melangkah keluar toilet. Pintu toilet aku tutup kembali begitu aku sudah berada di luar toilet. Terdengar suara pintu toilet dikunci dari dalam.​
Mantap hajar trus bu titik
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd