Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Caligula Retreat [2019]

Cer
POV Helen

Lima menit setelah Ricky meninggalkanku untuk jogging sesuai arahan dari admin via WA. Pesan lain masuk ke smartphoneku.

“Masuk ke kamar mandi lalu mandi tanpa menutup pintu kamar mandi, tunggu yang terjadi...” demikian arahan dari admin.

Setelah skenario perampokan kemarin, aku mulai lebih rileks dan menikmatinya. Maka kutanggalkan semua pakaian yang melekat di tubuhku dan menuju ke kamar mandi, tidak lupa pintu kubiarkan terbuka sesuai arahan admin. Kran shower yang menempel di plafon mengucurkan air hangat mengguyur tubuhku. Sambil membasuh tubuhku aku memikirkan kejutan apa yang akan terjadi kali ini? Darahku berdesir memikirkan fantasi erotis yang melintas di benakku ditambah lagi memori ‘pemerkosaan’ terhadap kami semalam menambah rangsangan bagiku. Bekas cupangan memerah pada payudara dan leherku masih belum hilang bahkan masih agak nyeri di beberapa bagian.

“Eeehhmm... pagi Helen!” sahut sebuah suara dari samping.

“Aaaahh!!” refleks aku menyilangkan tangan ke dada menutupi ketelanjanganku.

Ternyata Pak Satrio yang datang, beliau masih mengenakan pakaian semalam berdiri di ambang pintu. Kekagetanku berkurang, pria ini kan kemarin sudah melihat tubuhku bahkan melihatku disetubuhi, untuk apa harus setegang itu.

“Eeehh... pagi Pak!” sapaku.

“Boleh bapak ikut mandi?” tanyanya, “sekalian kita ngobrol-ngobrol”

Aku terdiam beberapa detik hingga akhirnya mengangguk, “ii... iya, silakan” karena bukankah ini tujuan kami mengikuti retreat ini, mencari pengalaman seks yang tidak biasa.

Pria itu pun membuka pakaiannya hingga telanjang memperlihatkan perutnya yang agak maju dan penis ereksi yang menggantung di selangkangannya. Ia gantungkan bajunya pada gantungan di samping pintu lalu menghampiriku yang semakin deg-degan, karena semakin terbayang apa yang akan segera terjadi di antara kami berdua. Dipeluknya tubuh basahku dari belakang.

“Kamu shock semalam?” tanyanya

“Shock sih ngga Pak, ya kaget aja, soalnya saya belum pernah diperkosa”

“Lama-lama kamu bakal enjoy kok, ini cuma hubungan badan, ambil enaknya aja” kata pria itu lagi lalu bibirnya menciumi tengkukku, kurasakan kumisnya menyapu kulitku menimbulkan sensasi geli.

“Kamu belum sabunan yah?” tanyanya, yang hanya kujawab dengan gelengan kepala, “biar bapak mandiin kamu yah, kamu kaya masih tegang, santai aja!”

Ia mengurangi kucuran shower dan mengambil shampoo dan membalurinya ke rambutku. Uuuhh... pijatannya terhadap kepalaku enak juga sampai aku terpejam dan mendesis pelan menikmatinya. Setelah membiarkan rambutku penuh busa, tangan pria itu menekan kotak sabun cair di sebelah. Mulailah tangannya membaluri sabun itu ke tubuhku sambil menggerayanginya. Jemarinya memilin-milin putingku hingga terasa mengeras. Birahi yang naik membuat tanganku secara refleks meraih batang penis pria itu dan mengocoknya lembut.

“Enak?” tanyanya

“Eeehhhmm!!” aku mengangguk mengiyakannya


Setelah menyabuhi tubuh atasku dari punggung hingga dada, ia kembali mengambil sabun cair itu dan berjongkok di belakangku. Tangannya menyabuni pantat, paha hingga akhirnya selangkanganku, jemarinya mengelus terkadang menyelusup ke dalam.

“Kamu cantik, badan kamu juga bagus banget!” puji Pak Satrio membuatku merasa tersanjung.

Tiba-tiba kurasakan sesuatu yang hangat menyapu vaginaku

"Ooohhh.... Paaak... geliiii...." desahku

"Ssluuurpp... mmmhh...." pria itu menjilati vaginaku dari belakang, “biar licin... suami kamu sama istri bapak pasti lagi kaya kita juga!" katanya.

Perasaan cemburu menyergapku, terbayang apa yang sedang dilakukan oleh Ricky kepada istri pria yang sekarang menggarapku ini. Berulangkali, lidah Pak Satrio menggelitik bibir vaginaku membuatku menggelijang keenakan. Selain menjilat, jarinya juga mengorek-ngorek liang kewanitaanku itu, rasanya sungguh luar biasa. Kumisnya yang tebal menambah nikmat ketika bergesekkan dengan bibr vagina atau klitorisku.

"Oohhh... Pak... duh mau keluar nih!!" erangku dengan tubuh mulai bergetar

Sebelum aku benar-benar mencapai orgasme, beliau menghentikan jilatannya lalu berdiri dan menyorongkan batang penisnya ke liang senggamaku. Saat itu tubuhku sudah basah karena guyuran air dan sabun sehingga tak sulit bagi Pak Satrio mempenetrasi vaginaku. Aku menggeliat dan sedikit menjerit saat penisnya melesak masuk dan menghantam dasar rahimku.

“Uuuhh... enak rasanya punya kamu" erang Pak Satrio sambil mulai menggerakkan penisnya.

Dengan mata terpejam dan menggigit bibir, aku meresapi kenikmatan ini. Penis Pak Satrio mulai bergerak-gerak maju-mundur dengan mantapnya, seolah sedang mengaduk-aduk liang senggamaku. Ini membuat mataku membeliak-beliak dan tubuhku tergoncang-goncang. Aku tidak menyangkal genjotan pria yang usianya hampir sebaya ayahku itu rasanya nikmat sekali? Apakah karena kami sedang melakukan selingkuh, meski dengan izin pasangan masing-masing? Entahlah, yang jelas aku semakin lupa daratan, terlebih ketika ia menggenjotku sambil menjilati leher, daun telinga serta memainkan putingku.

“Pak... enak banget… aaaah… lebih keras lagi Pak… aaah… oohh!” tanpa canggung aku meminta di antara nafas kami yang tersengal-sengal

“Yang kamu juga enak... emang beda punya wanita belum melahirkan… uuugghh” desah pria itu.

Aku merespon genjotannya dengan goyangan pinggulku seperti layaknya ketika bercinta dengan suamiku. Batang penis Pak Satrio terus bergesekan dengan klitorisku hingga akhirnya ku mulai merasakan gejala-gejala akan mencapai orgasme. Kali ini aku tidak bisa menahannya lagi, tubuhku pun berkelojotan dan mendesah panjang menyambut terpaan gelombang nikmat itu.


“Udah keluar Len?” tanya Pak Satrio

“Iyaaah… Pak” sahutku dengan mata tetap terpejam sambil menikmati indahnya orgasme ini, kurasakan dinding vaginaku berkedut-kedut dan lendirku meleleh membasahi liang kenikmatan dan paha dalamku.

Pria itu mendiamkan penisnya di dalam vaginaku turut menikmati kontraksi dinding vaginaku. Sesaat kemudian ia mulai menggenjotku kembali dengan perkasanya. Aku pun sudah bergairah kembali untuk menikmati genjotannya. Kuputar kran shower, air hangat pun memancar membilas busa sabun dari tubuhku.

“Boleh… dilepasin di...dalam?” tanya Pak Satrio di tengah genjotannya yang semakin ganas.

“Boleh,” sahutku, “Bapak udah mau keluar?”

“Iyah, dikit lagi nih.... uuuhhh…”

Sodokan-sodokan pria itu semakin keras, remasannya terhadap payudaraku juga makin brutal. Suara erangan erotis kami pun berpadu dengan kucuran air shower

Dan pada suatu saat Pak Satrio berucap terengah, “Bapak... mau sampai nih!!”

“Sayah juga... sama-sama ya Pak!” sahutku sambil mempercepat goyangan pinggulku

Tak lama kemudian, kami seolah kerasukan, pria itu memeluk tubuhku makin erat seolah ingin meremukkannya. Ia hujamkan penisnya sedalam mungkin, sementara liang vaginaku bekontraksi lagi, sambut-menyambut dengan kedutan penis pria itu yang tengah menyemprot-nyemprotkan spermanya. Cairan kental dan hangat mengaliri liang senggamaku. Oh… ternyata swinger ini menaburkan nikmat yang tidak biasa, sulit dilukiskan dengan kata-kata, bahkan diam-diam membuatku ketagihan. Agaknya obrolan semalam bahwa kami butuh rekreasi seksual memang benar. Teringat lagi kata-kata Pak Satrio kemarin, bahwa persetubuhan dalam perselingkuhan jauh lebih nikmat daripada persetubuhan yang sah dengan pasangan. Setelah merasakannya, kini aku harus mengaminkan kata-kata itu. Setelah mencabut penisnya, Pak Satrio berkomentar,

“Luar biasa… ini salah satu ngeseks paling mengesankan di acara ini”

Aku cuma menanggapinya dengan senyum. Jujur saja, aku juga merasa puas sekali dengan pergumulan barusan

“Sekarang ganti saya sabunin bapak yah!” tawarku yang langsung diiyakannya.

Aku merasa wajib membalas kepuasan yang diberikan itu dengan memberinya kemesraan. Aku pun mulai menyabuni tubuh tambunnya itu, sesekali kugesekkan payudaraku ke tubuhnya, kadang kami juga berciuman mesra. Aku mulai menyabuni area bawah dan aku pun berlutut mulai menyabuni selangkangannya. Pria itu melenguh nikmat saat kusabuni buah zakar dan batang penisnya yang setengah loyo itu. Yang seperti ini sebelumnya hanya kulakukan pada suamiku, ada sedikit rasa tidak enak juga memberi pelayanan khusus ini pada pria lain, tapi setelah kupikir lagi, toh saat ini suamiku pun sedang melakukan hal yang sama dengan istri pria ini. Setelah kubilas penis itu dengan air, aku mengocok lembut penis tersebut sehingga batang itu mulai bangkit lagi. Lidahku mulai menyapu kepalanya yang bersunat membuat pria itu bergetar menahan nikmat.


“Kita lanjutin nanti” pria itu menahan kepalaku saat aku baru mau memasukkan penisnya ke mulut, “masih banyak waktu dan acara, jangan terlalu boros tenaga”

Aku mengangguk lalu memutar kran shower untuk membilas sisa-sisa air sabun yang masih menempel di tubuh kami. Setelah mengeringkan tubuh kami dengan handuk, tiba-tiba...

“Aaaww!!” jeritku kecil karena Pak Satrio mengangkat tubuhku.

Tubuhnya yang besar itu masih kuat menggendong tubuhku di usianya yang sudah setengah abad.

“Hehehe... kita ke kamar yah! istirahat aja dulu” katanya

Aku tersenyum dan mengangguk, kami pun keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benang di tubuh. Baru saja beberapa langkah dari pintu kamar mandi, pintu depan membuka. Ricky masuk sambil menggandeng tangan Mbak Wulan dengan mesra. Baik aku dan Ricky saling terperangah menyaksikan pasangan masing-masing mesra dengan orang lain, sementara pasutri ini terlihat biasa saja, Pak Satrio malah tersenyum pada mereka seolah bangga telah mencicipi tubuhku.

--------------------
POV Ricky

Jam sembilanan, ketika sedang menikmati snack pagi sambil bercengkrama santai bersama pasutri Surabaya itu, terdengar suara lain dari luar. Helen menengok ke jendela untuk melihat

"Itu tamu berikutnya, sama si Grace" katanya.

Kami berempat keluar ke depan pondok kami menyambut kedatangan mereka.

“Hai semua!!” sapa Grace terlebih dulu, “nah ini peserta kita berikutnya, jadi semua sudah lengkap!”

Grace memperkenalkan kami semua, ada sepasang suami istri Chinese yang sebaya dengan kami, mereka berasal dari Bandung, yang pria berkacamata bertubuh gempal, namanya Gary (37 tahun) dan istrinya bernama Elvina (35 tahun), Chinese Kalimantan dan juga memiliki darah Dayak dan Melayu sehingga parasnya tidak terlalu ‘amoy’ seperti istriku, ia sudah memiliki seorang putri. Walau baru bertemu, kami sudah terasa akrab dengan pasutri itu, terutama Elvina yang terbuka dan talk active.


“Nah... dan yang satu ini, Natalia!” Grace memperkenalkan wanita cantik seumurannya yang sejak tadi mendampinginya, kulihat di jarinya ada cincin biru yang menandakan dirinya adalah peserta retreat, “masih single, dan Nat ini adalah seorang psikolog, tujuannya mengikuti retreat ini adalah untuk penelitian tesisnya mengenai seksualitas dan psikologi manusia. Bisa dibilang Nat ini bonus buat kalian, soalnya kalian boleh konseling ke dia, di sini gratis, kalau di luar kan bayar, ya gak sis?”

Wanita itu tersenyum lalu memberi salam pada kami semua, “hai semua, mohon dukungan dan kerjasamanya! Saya sedang mengerjakan tesis yang temanya kebetulan berhubungan dengan seks, jadi tolong kesediaan kalian meluangkan waktu dikit untuk menjawab beberapa pertanyaan saya nanti. Dan tentunya kita juga bisa have fun karena saya sekarang statusnya peserta” ia menunjukkan tangannya yang memakai cincin biru.

“Gimana hari pertama kemarin?” Grace bertanya pada aku dan Helen

“Ngeri-ngeri sedap, hahaha... ngagetin” jawabku

“Yah... agak shock juga, belum pernah diperkosa soalnya” jawab istriku disambut tawa yang lain.

“Baiklah, sekarang semua sudah lengkap, acara akan lebih seru, kalian tunggu aja pemberitahuan lewat WA” kata Grace setelah kami saling berkenalan, “kalau ada perlu apa silakan hubungi saya atau admin, saya tinggal dulu, masih ada urusan lain! Have fun!” pamitnya, “sis, gua tinggal dulu yah!” katanya pada Natalia.

“Sure... “ balas Natalia yang tiba-tiba menarik lengan Grace dan memagut bibirnya.

Mereka berpagutan bibir sambil saling meraba selama beberapa saat di hadapan kami.

“Wow... apa sebenernya hubungan kalian?” tanya Gary.

“Friend” jawab Natalia singkat, “ya kan sis?”

“Yah... friend, the very special one” kata Grace lalu berbalik badan meninggalkan kami.

“Eh bentar yah, gua ada perlu” kataku pada Helen

“Mau apa emangnya?” tanya istriku

“Bentar aja deh pokoknya, lu ngobrol-ngobrol aja dulu oke!” aku lalu berlari kecil meninggalkan Helen dan yang lain.


Aku berlari kecil menyusul Grace dan menemukannya di tempat parkir mobil saat ia baru meletakkan sesuatu di bangku belakang mobil Xpander putihnya dan baru mau menutup pintu gesernya.

“Eeii... cari apaan?” sapanya melihat kedatanganku.

“Cari lu hehehe... “ kataku agak terengah.

“Oohh... emang ada apa nih?”

“Excuse me!” kataku sambil kuraih tangan kirinya, “cincin hitam, jadi kamu.... “ aku memperhatian bergantian wajah dan cincin hitam yang melingkar di jari manis kirinya.

“Ada yang nyadar juga ternyata” Grace tersenyum.

“Jadi, apa aturannya masih berlaku?” tanyaku.

“Well.... sebenarnya gua ada rapat” jawabnya sambil melihat ke arloji, “but, kita masih ada waktu sedikit”

Aku langsung menyergap pinggang rampingnya dengan pelukan hangat, lalu kucium bibirnya dengan bergairah. Tanganku bergerak ke bawah mengelus pahanya dan menyingkap roknya yang pendek. Kubuka pintu belakang mobilnya dan kududukkan dia di jok. Buru-buru kutarik celana dalamnya lalu kubentangkan kedua paha mulusnya sehingga dapat melihat vaginanya yang tercukur bersih tanpa bulu dengan bibirnya yang kemerahan. Mulutku lantas melumat kewanitaannya itu membuatnya mendesah dan menggeliat.

“Oohh... terus Rick, jilat di situ enak!!” Grace membuka pahanya lebih lebar agar aku lebih leluasa menjelajahi wilayah intimnya.

Aku pun semakin intens menyapu dan menyedot-nyedot vagina Grace sehingga wanita itu terkejang-kejang, terutama saat kuhisapi klitorisnya. Jari tanganku pun ikut bermain, menggesek-gesek bibir vaginanya sehingga membuatnya basah kuyup dengan cepat.

"Ooo.... ooooooooh... " desah Grace menggeliatkan tubuhnya.

Vaginanya mengucurkan cairan kewanitaan yang langsung kuseruput dengan rakus.

"Udah nge-crot lagi?" godaku setelah puas melumat vaginanya

"Iyah" sahutnya tersipu, "abis gila banget jilatinnya... "

“Gua baru mau mulai loh!” kataku sambil membuka celana dan mengeluarkan penisku yang mengacung dengan gagahnya.

Grace setengah terbelalak, tangannya lalu meraih penisku dengan lembut seolah mengaguminya.

“Sini! Masuk aja!” ditariknya aku ke dalam


Kini ia duduk di pangkuanku di bangku belakang mobil. Kami berciuman dan tanganku mengobok-obok bagian dalam liang kewanitaannya. Ia mengarahkan vaginanya menduduki penisku yang sudah ereksi maksimal.

“Be gentle yah!” katanya

“Tenang, memek lu kan udah basah juga”

“Akhhh… yeeesshhh…” rintih Grace menurunkan tubuhnya sehingga penisku pun melesak masuk ke vaginanya.

Akhirnya dengan posisi berpangkuan, Grace memicu tubuhnya di pangkuanku. Kubuka kancing bajunya lalu kusingkap bra hitamnya. Sebelum lanjut ia melepas dulu pakainnya agar tidak kusut dan menggantungnya di sandaran jok kemudi, sehingga kini yang tersisa di tubuhnya hanya bra hitam yang tersingkap ke atas payudaranya. Sambil menikmati genjotannya, kulumat payudara montoknya yang berputing coklat itu.

“Akhhh… hisap terus Rick... aahh enakkk...” desahnya meremasi rambutku sambil terus menaik-turunkan tubuhnya.

Setelah beberapa saat lamanya, kami berganti gaya. Tanpa melepas penisku dari vaginanya, kurebahkan tubuh Grace di jok belakang dan dengan gerakan pendek-pendek aku mulai menggenjotnya. Kedua kakinya yang terlipat melingkari pinggangku. Genjotanku makin bertenaga, kurasakan kepala penisku menyundul-nyundul dasar liang vaginanya yang memberi kenikmatan luar biasa. Tubuh Grace bergetar-getar dan mulutnya menceracau tak karuan karena genjotanku.

“Uuuhh…. gak nyangka punyalu enak gini Rick…” desahnya lirih, wajah cantiknya bersemu merah membuatnya semakin seksi

Beradunya alat kelamin kami membuat kami seolah melayang-layang di alam yang teramat indah. Kedua tanganku pun tiada hentinya meremas-remas, baik payudara maupun pantatnya, bibir kami saling lumat dengan gairah dan kenikmatan tiada tara. Aku mulai merasakan gejala-gejala hendak orgasme.

“Gua udah mau crot nih!” kataku dekat telinga wanita itu

“Sama... terusin Rick, kita sama-sama yah!!”

Aku mengatur ritme agar kami bisa sama-sama mencapai puncak kenikmatan sampai kurasakan dinding vaginanya semakin meremasi penisku dan banjir. Pada detik-detik yang paling indah itulah kubenamkan penisku hingga mentok. Kami menggelinjang dan mendesah bersamaan menyambut gelombang nikmat yang menerpa tubuh kami. Dalam kepuasan sedalam lautan, aku tetap menghujam-hujamkan penisku di dalam liang senggamanya yang sudah banjir. Penisku sendiri menyemprot-nyemprotkan sperma di dalam liang kewanitaannya… sungguh luar biasa nikmatnya. Kami melemas kembali setelah mengejang selama beberapa saat lamanya.

---------------------------

Setelah ditetapkan, selama di retreat ini aku dan Elvina adalah pasangan. Aku membawakan koper Elvina ke pondoknya.

“Gimana hubungan kalian setelah ikutan acara ini?” tanyaku membuka percakapan setelah meletakkan kopernya di kamar.

“Hhhmm... positif, kehidupan seksual kita makin bergairah pastinya!”

“Kalian sendiri memilih ikut retreat ini apa alasannya?” tanyanya

“Hhhmm... kita sih.... “ akhirnya aku menceritakan secara blak-blakan bagaimana kami bisa ikut dalam acara ini.

Awalnya agak risih harus buka-bukaan urusan pribadi suami-istri dengan orang yang baru kukenal seperti ini. Namun teringat lagi kata Grace dan Mbak Wulan, bahwa acara ini justru agar peserta bisa saling berbagi urusan ini dan menemukan sesuatu yang baru dalam kehidupan seks, aku pun semakin lepas bercerita tentang segalanya, apalagi Elvina pendengar yang baik dan karakternya supel, mudah mengakrabkan diri dengan orang yang baru kenal.

“Well... “ katanya setelah aku menyelesaikan ceritaku, ia juga merapatkan tubuh denganku dan menggenggam tanganku, nih cewek agresif juga ternyata, “menurut gua sih, selain lu perlu nyedian lebih banyak quality time, kalian juga memang perlu refreshing. Swinger di jaman sekarang udah lumrah, apalagi kalian di Jakarta, kalau kita di Bandung sih belum terlalu yah, makanya kita jauh-jauh ke sini buat ikut ini. Hubby gua tuh orangnya keliatan alim, tapi dia suka cuckold, suka liatin gua digituin cowok lain. Dari situ dia direkomendasiin sama temannya buat ikutan retreat ini. Ntar liat deh setelah pulang ke Jakarta, pasti lu bakal lebih buas ke istrilu”

Aku termenung, teringat aku pernah membaca sebuah artikel seks mengenai akibat positif tentang pasangan suami istri yang pernah melakukan swinger/ cuckold, dengan catatan kedua belah pihak terbuka/ setuju untuk melakukannya. Dikatakan bahwa rasa cemburu yang timbul saat menyaksikan pasangan digauli orang lain menjadi rangsangan yang hebat membuat kehidupan seks semakin bergairah.

“Tadinya gua juga polos soal seks, gara-gara selera hubby gua agak nyeleneh, gua mulai berani eksplorasi seks, dia bilang hubungan seks gak ada hubungannya dengan cinta.”

“Amin!” sahutku menyetujuinya.

Tiba-tiba Elvina menepuk lenganku sambil bertanya, “Hei... mau liat gak pasangan kita lagi apa?” ia berdiri mengambil remote TV lalu kembali duduk di sebelahku.

Dinyalakannya TV plasma yang menggantung di seberang ranjang.

“Mana nih orangnya?” Elvina mengganti-ganti chanel melihat semua ruangan di pondok suaminya dan Mbak Wulan kosong.

“Aahhaa...” chanel di TV menunjukkan adegan di kamar pondok Natalia, si psikolog

Adegan di layar memperlihatkan Gary sedang di ranjang mendoggie style Mbak Wulan yang pada saat bersamaan sedang menjilati vagina Natalia yang berbaring selonjoran bersandar pada kepala ranjang. Tangan Gary nampak menggerayangi payudara Mbak Wulan yang menggantung sambil sesekali menampar pantat wanita itu. Sementara Natalia nampak mendesah-desah nikmat sambil meremasi payudaranya sendiri.


Kulihat mata Elvina nampak terpaku beberapa saat menonton suaminya menggarap dua wanita lain, lalu senyum aneh tergurat di wajah cantiknya.

“Dasar... baru dateng udah dapet dua sekaligus” katanya

“Jealous?” tanyaku

“Pasti adalah, tapi justru itu sensasinya Rick, itu yang bikin turn on-nya” katanya “mau liat wife lu gak?” ia memindah chanel dengan remote.

“Aahhh... aahhh!!” aku sudah familiar dengan desahan Helen.

Nampak di layar istriku sedang menaik-turunkan tubuhnya di atas selangkangan Pak Satrio yang meremasi kedua payudaranya. Liukan pinggulnya yang khas yang membuat penis serasa diplintir itu ia berikan juga ke pria setengah baya itu. Sesekali Helen melihat ke arah kamera juga, apakah ia tahu aku menyaksikannya lewat CCTV dan sengaja membuatku cemburu? Yang pasti birahiku langsung on menyaksikan adegan bokep yang diperankan istriku sendiri itu.

“Rick... kita bayar mahal untuk acara ini bukan cuma buat curhat dan nonton pasangan kita kan?” tanya Elvina dekat telingaku dengan nada menggoda.

Aku baru sadar sejak tadi kami sudah banyak menghabiskan waktu untuk ngobrol sementara yang lain sudah mulai duluan. Aku memang dilanda cemburu, tapi bukankah aku mendapatkan Elvina sebagai kompensasi. Kami saling tatap, kubuka ikat rambutnya sehingga rambut hitam panjang wanita itu tergerai bebas membuatnya semakin terlihat seksi. Bibirnya yang tersenyum mendekati bibirku. Aku hanyut dalam perasaan tak menentu ketika bibir itu mengecup bibirku. Tak cuma itu, tangannya juga menyelusup ke balik celanaku meraih batang penisku sehingga aku hanya bisa memejamkan mata dalam desiran hasrat sambil membalas permainan lidahnya. Kurebahkan tubuhnya ke ranjang sambil tanganku menyingkap roknya, tanganku mengelusi naik paha indahnya hingga kuraih celana dalamnya dan kutarik lepas. Setelahnya Elvina berguling ke samping menindihku lalu dilucutinya pakaianku sebelum ia membuka gaun dan branya hingga kami telanjang. Ia kembali memagut bibirku sambil menggesekkan payudaranya di dadaku dan mengocok lembut penisku. Ciumanku lalu merambat turun melumat payudaranya bergantian kiri dan kanan selama beberapa saat hingga ia naik ke wajahku.

“Jilatin Rick, gua juga servis yang lu!” katanya.

Kami pun bergaya 69, kuciumi vaginanya yang berbulu jarang sambil jariku menyibakkan bibirnya yang sudah basah. Lidahku mengais-ngais liang senggamanya yang terasa harum, pastinya hasil perawatan rutin yang mahal. Pada saat yang sama Elvina juga menjilati batang penisku hingga buah zakarku. Tubuhku bergetar nikmat saat ujung lidahnya menyentil-nyentil lubang kencingku. Elvina seorang type wanita yang agresif dan dominan dalam bercinta. Tak mau kalah, aku pun balas menjilati vaginanya sambil mencucuk-cucukkan jari ke liang tersebut. Di sela kegiatanku aku melihat di layar TV istriku dan Pak Satrio sudah berganti gaya, kini pria tambun itu tengah menyetubuhi istriku dalam posisi menyamping.


Adegan itu ditambah hisapan Elvina yang mahir membuatku tak sanggup lagi menahan ledakan birahi.

“Na... aaauuuhh.... gila keluar nih!!” lenguhku tanpa bisa menahan sperma yang muncrat melalui penisku.

Elvina justru terus menghisap penisku dan melahap cairan yang keluar, teknik oralnya sungguh luar biasa sampai membuatku menggeliat-geliat nikmat di bawah tindihan tubuhnya. Ia terus melakukannya hingga penisku menyusut di dalam mulutnya dan berhenti menyemprotkan spermanya. Aku tidak melihat setetespun cairan putihku meleleh di bibirnya, ia melahapnya habis. Selanjutnya, sambil menunggu penisku bangkit lagi, aku mengenyoti payudaranya lalu turun ke vaginanya. Bibirku bermain di kewanitaannya, lidahku menggelitik klitorisnya lembut.

“Aaaahhhh.. Rick!!” desahnya sembari meremas rambutku.

Sesekali mata kamu bertatapan, wajahnya nampak makin cantik saat larut dalam birahi. Sedang asyik-asyiknya menjilati vagina Elvina, tiba-tiba bel musik berbunyi disertai ketukan di pintu.

“Kayanya aktor, biarin masuk aja, kita bisa threesome” kata Elvina lalu turun dari ranjang.

“Na... ga pake baju?” tanyaku melihatnya dengan cuek keluar dari kamar dengan tubuh polos.

“What for? Bukannya kita ke sini untuk itu?” katanya santai lalu menuju ke pintu, “ya! Siapa?”

“Permisi! Pizza delivery!” sahut suara dari luar.

Dari kamar kulihat Elvina membuka pintu tanpa canggung. Tamu itu, pemuda dua puluhan berkulit sawo matang pun terhenyak melihat ketelanjangan yang langsung terpampang di hadapannya.

“Eehh... si mas ini, masih kerja ini yah” kata Elvina yang sepertinya mengenal pria itu, “Mas... siapa namanya?”

“Saya Hamdi... ini Ci Ivana kan kalau ga salah?”

“Elvina... Ivana siapa lagi? Ah iya Mas Hamdi, ayo sini masuk aja!” Elvina menarik tangan pria itu dan menutup pintu.

Dituntunnya pria itu ke kamar dan memperkenalkannya padaku, kulihat di jarinya tersemat cincin hitam yang menandakan dia aktor dalam retreat ini.

“Kalian udah kenal yah?” tanyaku

“Iyah... di retreat kemaren Mas Hamdi ini perannya jadi tukang kebun yang rapiin rumput di depan rumah hihihi!” tutur Elvina

“Terus lu yang goda dia? Atau si mas yang perkosa lu?” tanyaku bercanda, kami bertiga pun tertawa.

“Udah ah... gak usah buang waktu lagi!” kata Elvina mulai membuka kancing seragam karyawan pizza yang dipakai Hamdi.

Sebentar saja Elvina sudah menelanjangi pemuda itu dan mengajaknya naik ke ranjang.


“Sini Rick, lu sebelah sini!” panggilnya setelah menyadarkan kepalanya di atas dua bantal tersusun.

Tangan lembutnya meraih penis Hamdi yang berlutut di sebelah kiri dan aku yang berlutut di kanan. Secara bergantian ia mengoral dan mengocok penis kami.

“Jadi aktor di sini udah lama mas?” tanyaku pada Hamdi sambil menikmati sapuan lidah Elvina pada kepala penisku.

“Saya udah dua tahun lebih Koh, part time uuuhh!!” jawab Hamdi lirih, “lumayan banget lah gajinya”

Sambil menikmati penis kami diservis Elvina aku menyempatkan diri ngobrol dengan Hamdi sambil tanganku meremasi payudara kanannya. Ternyata ia adalah mahasiswa arsitektur yang sedang menyelesaikan skripsi sambil magang di perusahaan. Di tengah kesibukannya, ia mendapat pekerjaan ini lewat seorang temannya. Menurutnya gaji sebagai aktor itu lebih dari lumayan namun ia tidak menyebutkan nominal.

“Udah ah.... ngobrol melulu, fokus dong!” protes Elvina, “Rick kamu berbaring!” perintahnya.

Kuturuti perintah wanita yang dominan itu, lalu ia menaiki selangkanganku serta mengarahkan penisku yang sudah ereksi lagi ke vaginanya.

“Hhhoohh... oohh!!” desah Elvina saat penisku menerobos liang senggamanya.

Tanpa buang waktu lagi, wanita itu mulai menaik-turunkan tubuhnya membuat penisku serasa dihisapi oleh vaginanya. Hamdi memeluk tubuh Elvina, diciuminya leher, pundak hingga bermuara di payudaranya yang ia lumat dan remas bergantian. Makin lama goyangan Elvina makin liar hingga akhirnya ia berhenti sejenak.

“Di kamu tusuk dari belakang! Gentle yah!” perintah Elvina menginginkan double penetration.

“Siap ci!” pemuda itu segera ke belakang mengarahkan penisnya ke dubur wanita itu.

Elvina mencondongkan tubuhnya ke depan agar pantatnya lebih menungging sehingga payudara montoknya itu tepat di depan wajahku.

“Aaarrggh!!” rintihnya saat Hamdi melesakkan penisnya lewat anal.

Kulumat payudara Elvina agar memberinya rasa nikmat di tengah penetrasi ke analnya.

“Udah siap digoyang ci?” tanya Hamdi setelah beradaptasi sejenak penisnya menancap di dubur wanita itu.

“Hee... ehhh....! ayo! Tunggu apa lagi!” kata Elvina tidak sabaran

Melihat gaya Elvina yang begitu bossy di ranjang, aku menduga wanita ini pasti yang paling berkuasa di rumahnya, apalagi suaminya nampak begitu kalem. Kami mulai memicu tubuh kami, penisku dan penis Hamdi merojok-rojok kedua liang Elvina membuatnya menceracau tak karuan, mungkin suaranya sampai terdengar keluar sana karena jendela kami biarkan setengah terbuka. Sesekali Hamdi memagut bibir wanita itu, sementara aku sibuk mengenyoti payudara dan merambahi tubuh mulusnya. Cukup lama aku dan Hamdi men-sandwitch Elvina hingga kami bertiga bermandi keringat.

"Ayooh... lebih cepat... udah mau dapet nih!" kata Elvina tersengal-sengal

Aku menyentak-nyentak pinggulku ke atas berusaha memenuhi keinginan Elvina. Dinding vaginanya makin meremasi penisku, makin basah hingga akhirnya tubuhnya bergetar hebat, cairan cintanya membanjir membasahi selangkangan kami. Ia menyambut orgasmenya dengan sebuah erangan panjang. Agaknya saat itu Hamdi juga mencapai orgasmenya, ia melenguh nikmat dan menghujam penisnya dalam-dalam menyemburkan spermanya di dubur wanita itu. Aku yang sudah tinggal sedikit lagi menyusul mereka menelentangkan tubuh Elvina dan mengocok penisku hingga menyemburkan spermanya membasahi dadanya. Ia melakukan cleaning service terhadap penisku hingga menyusut di mulutnya sebelum kami bertiga terkulai lemas di ranjang.

------------------------
Kolam renang gedung serbaguna
Pukul 16.24

POV Helen



Sesuai arahan admin lewat pesan WA, kami semua berkumpul di pinggir kolam renang indoor itu menduduki kursi santai bersama pasangan masing-masing yang tersusun membentuk huruf U mengelilingi si psikolog cantik, Natalia, yang duduk di tengah.

“Sebagai psikolog dan sekarang sedang mendalami seksualitas, kamu pasti udah khatam sama tulisan-tulisan Sigmund Freud?” tanya Mbak Wulan.

Dari beberapa pertanyaan yang diajukan, Mbak Wulan yang dulu pernah kuliah sospol, menunjukkan dirinya sebagai seorang terpelajar dan berwawasan.

“Freud... “ Natalia mengembangkan senyum, “untuk profesi seperti kami, beliau itu nabinya dan tulisannya adalah bible”

“Eeerrr... ci...!” aku mengangkat tangan kanan hendak bertanya

“Call me Nat sayang!” katanya ramah, “kita cuma beda sedikit, gak usah seformal itulah”

“Eehh.... iya Nat, apakah melakukan seks dengan bebas atau bisa dibilang selingkuh terang-terangan seperti di acara ini, akan berpengaruh positif dalam hubugan pasutri, mengingat budaya di sini dan sejak kecil kita sudah diajarkan untuk menjauhi yang seperti itu.” tanyaku sehubungan masalah yang sedang aku dan Ricky gumulkan.

“Good question!” kata Natalia, “jadi gini... menurut pandangan para seksiolog, dalam kehidupan pernikahan, ada saat-saat tertentu mengalami periode rawan dimana perkawinan mengalami krisis. Krisis ini apabila tidak disadari, lalu ditambah lagi masalah-masalah eksternal yang terus datang, maka akan masuk ke tahap yang lebih parah yaitu hilangnya kegairahan dalam perkawinan. Nah ini yang bahaya!” pungkasnya.

“Bahaya gimana nih? Dan menurut kamu baiknya gimana?” Ricky nampak mulai tertarik dengan diskusi ini, aku pun meraih tangannya dan menggenggamnya.

“Bahaya kejenuhan dalam perkawinan, dimana hubungan seks antara suami-istri tidak lagi menyala-nyala yang disebabkan oleh berbagai faktor. Hubungan badan akhirnya terasa menjadi hambar dan hanya menjadi rutinitas saja. Untuk itu, dibutuhkan pergantian suasana atau variasi dalam kehidupan seks. Secara psikologis, pria itu memiliki hasrat terhadap wanita lain dan keinginan untuk melakukan hubungan badan dengan lebih dari satu wanita, baik secara sadar maupun tidak. Celakanya, kecenderungan inilah yang menjadi sumber konflik dalam kehidupan perkawinan. Sampai sini dulu, kalian setuju? Atau ada sanggahan maybe?”

Penjelasan psikolog cantik ini sangat memukau hingga kami semua terdiam mendengar penjelasannya.

“No... lanjut... lanjut! Mulai rame ini!” sahut Gary.

“Baiklah... maka dari sini, dibuatlah norma-norma, segala peraturan dalam hubungan pria dan wanita yang melarang ini dan itu. Nah, retreat ini menarik menurut saya, karena disinilah potensi konflik akibat penyelewengan itu dicegah, baik pria maupun wanita sama-sama berhak mendapat kenikmatan dari orang lain. Sejak kecil kita semua sudah ditanamkan pemahaman bahwa seks itu harus dilakukan dengan cinta, padahal keduanya itu ibarat teh dan susu”


“Teh dan susu? Coba jelasin analoginya!” kata Elvina agak heran.

“Begini..” Natalia melanjutkan “analoginya adalah teh itu cinta dan susu itu kenikmatan seks. yaitu antara unsur ‘cinta’ dan unsur ‘kenikmatan seks’. Kedua unsur ini saling melengkapi dalam hubungan perkawinan seseorang. Kita dapat menikmati dengan cara berbeda-beda, minum teh saja enak, minum susu saja juga enak, atau kita juga bisa mencampurnya menjadi Thai tea, tinggal pilih sesuai selera saja, ya kan?”

Aku manggut-manggut mendengar ceramah Natalia, ini benar-benar pemikiran yang out of the box.

“Cinta merupakan merupakan faktor yang dominan yang membentuk ikatan batin antara dua insan yang berlainan jenis. Sedangkan kenikmatan seks adalah merupakan unsur penunjang yang dapat memperkokoh dan mewarnai unsur cinta tersebut. Adanya nafsu birahi ini dalam diri kita sebagai mahluk hidup adalah wajar dan bukan sesuatu yang memalukan”

“Jadi Nat, yang gua tangkap yah... retreat ini bertujuan untuk membuat keadaan yang adil dan berimbang di antara pasutri. Keduanya mempunyai hak yang sama dalam hubungan seks, Istri juga boleh memilih kehendaknya, apakah ingin minum ‘teh’ saja, atau ’susu’ saja, atau ‘Thai tea’. Retreat ini merupakan wadah untuk mewujudkan semua itu secara terorganisir dan rahasia karena yang seperti ini belum diterima oleh mayoritas masyarakat kita.”, aku mencoba mencerna esensi retreat ini.

“You got it all Len!” kata Natalia, “cepat juga lu mengerti, oke... ada yang mau ditanyain lagi?”

Semua diam... tidak ada yang bertanya.

“Okeh kalau gitu sekarang giliran saya yah minta tolong ke bapak ibu sekalian!” katanya, “pertama-tama saya tanya dulu ke ibu-ibu nih” ia memandangi kami tiga wanita di ruangan ini yang penasaran dengan permintaannya, “apa ibu-ibu bertiga bersedia kalau... saya pinjam suami-suaminya untuk “minum susu” (sambil memberi tanda kutip dengan tangannya) dengan saya?”

“Sekarang? Di sini?” tanya Mbak Wulan yang dijawabnya dengan anggukan kepala

“Jadi kita bertiga main sama lu seorang gitu?” tanya Ricky, Natalia mengangguk lagi.

“Saya akan juga akan sedikit mewawancarai kalian setelahnya, saya berharap sekali kerjasamanya”

“Sure, why not?” kata Elvina mengiyakan, “keliatannya kamu belum puas setelah threesome dengan suami gua sama Mbak Wulan tadi”

“Silakan, bojoku juga kayanya wis kepengen kok!” kata Mbak Wulan menepuk pundak Pak Satrio yang cengengesan.

Natalia lalu memandang ke arahku setelah dua wanita itu setuju. Akhirnya aku pun menganggukkan kepala. Belum juga mulai darahku sudah berdesir membayangkan suamiku menggangbang wanita lain.

“Ayo! Gak usah sungkan-sungkan!” Natalia mulai membuka pakaiannya sendiri hingga menyisakan bra dan celana dalam kuning, memamerkan tubuh indahnya di depan kami.

Ricky berinisiatif maju dan mendekap psikolog cantik itu dan memagut bibirnya. Saat keduanya berciuman Pak Satrio mendekat dari sisi lain dan meremas payudaranya, Natalia melepaskan ciumannya dan ganti mencium pria berkumis itu, namun tangannya menyusup ke balik celana boxer suamiku itu dan pasti menggenggam penisnya. Gary menyusul lalu berjongok di depan Natalia dan membuka celana dalamnya, sementara Ricky membuka bra wanita itu. Setelah ditelanjangi mereka membaringkan Natalia pada kursi santai.


Ketiga suami kami juga membuka pakaian mereka hingga telanjang sebelum meneruskan. Ricky mengambil posisi di antara kedua belah paha Natalia, dijilatinya paha jenjang itu hingga sampai di pangkal pahanya yang ditumbuhi bulu-bulu. Wanita itu menjilati penis Pak Satrio yang berdiri di kanan, lidahnya menelusuri batang hingga buah zakar hingga naik lagi menjilati kepalanya yang bersunat sebelum akhirnya ia masukkan ke mulut mungilnya. Gary yang duduk di sebelah kiri mengenyoti dan meremas payudaranya. Ricky yang membenamkan wajahnya di selangkangan Natalia bukan hanya menjilat dan menghisap, kulihat jarinya juga mengobo-obok liang kewanitaannya sehingga wanita itu pun menggeliat-geliat dengan desahan tertahan.

“Len!” panggil Elvina sehingga aku menoleh ke samping, “seru gak hihihi”

“Yaa... gitu deh, gimana yah” aku tidak tahu harus menjawab apa karena perasaanku campur-aduk.

“Ini selingkuh resmi namanya, daripada pasangan kita diem-diem di belakang, kalau terang-terangan gini dan kedua pihak menerima kan jadinya saling menikmati” kata Elvina

“Ssssshh! Jangan berisik” kata Mbak Wulan

Kami pun kembali menonton suami-suami kami menggarap Natalia. Kini Ricky berlutut di antara kedua belah paha Natalia dan memposisikan penisnya di vagina wanita itu.

“Aghhhh!” desah Natalia sambil menggeliat ketika penis suamiku menyeruak masuk ke dalam liang senggamanya.

Ricky mulai memompa penisnya dengan konstan, pelan lalu mulai cepat dan bertenaga membuat Natalia mengerang tak karuan setiap penis itu menghujam. Puas mengenyoti payudara Natalia, Gary bangkit dan menyodorkan penisnya ke depan wajah wanita itu yang langsung menggenggam dan menjilatinya sementara tangannya tidak lepas menggerayangi payudara wanita itu, sementara tangan kanan Natalia mengocok penis Pak Satrio. Dijarah tubuhnya oleh tiga pria, Natalia pun semakin ribut. Desahan, erangan, dan suara gesekan kelamin bersahut-sahutan di kolam renang indoor ini, sukses membuat kami para istri terperangah antara cemburu dan horny. Beberapa kali aku menggesekkan pahaku karena merasa gatal pada vagina, kulihat si sebelah Elvina juga meremas payudaranya sendiri dan Mbak Wulan menggigit bibir bawah dan juga meremas payudara sendiri.

“Naatt... gua mau ngecret nih..” erang Ricky

“Di daleem aja!” pinta Natalia yang masih bergantian mengoral dan mengocok penis Gary dan Pak Satrio.

Natalia dan Ricky mendesah berbarengan tak lama kemudian. Tubuhku terasa meriang membayangkan sperma suamiku mengisi liang vagina wanita itu. Ricky masih menggenjot selama beberapa saat sebelum mencabut penisnya yang lemas dari vagina Natalia.


Tanpa disuruh, Gary segera mengambil alih tempat suamiku.

“Kamu berbaring aja sini!” kata Natalia sebelum Gary memasukkan penisnya.
Mereka pun ganti posisi, Gary berbaring menyandar, kemudian Natalia menaiki selangkangannya memunggunginya dan berhadapan dengan kami. Tangannya mengarahkan penis pria itu ke vaginanya yang becek itu.

“Uuugghh!!” desahnya saat menurunkan tubuh hingga penis Gary melesak masuk.

“Sini Rick... gua bersihin yang lu!” ia memanggil suamiku yang masih lemas.

Ricky berdiri di kanan membiarkan wanita itu menjilati penisnya yang berlumuran sperma dan cairan kewanitaan. Tanpa menunggu lagi, Natalia mulai menaik-turunkan tubuhnya di selangkangan Gary. Pak Satrio duduk di sebelah kiri mengenyoti payudara dan menggerayangi tubuh mulusnya.

“Suamiku tuh paling demen netek kaya gitu” kata Mbak Wulan

Aku fokus memperhatikan bagaimana wanita itu mengoral penis suamiku, bagaimana ia mengulum buah zakarnya, menjilati batang hingga kepala penisnya hingga membuat Ricky mendesah-desah nikmat dan penisnya mulai ereksi lagi. Tak lama kemudian, Gary mengernyit, mulutnya menganga dan urat-uratnya tampak tercetak di dahinya.

“Aahhh… Nat… mau keluar nih!” lenguhnya

“Keluarin aja…” kata Natalia terus memicu tubuhnya “ohhh… cepat keluarin aja!”

“Yessshh… keluar nih!” Gary mendesah kelabakan, “Aahhh… ngecrot nihhh!”

Pria tambun itu menekan tubuh Natalia, sambil meremas kuat payudaranya. Ia pasti sedang menyemburkan spermanya di vagina Natalia.

“Oohhh… mmhhh… yaahhh… gitu enakk!” Natalia membeliak-beliak merasakan semprotan sperma Gary, tangannya makin cepat mengocok penis suamiku.

Berikutnya giliran Pak Satrio, ia meminta Natalia menungging dengan wajah menghadap kami. Meskipun sudah berumur, pria itu kelihatan bersemangat menggenjot vagina Natalia, tangannya mengelus-elus paha terkangkang wanita itu, menikmati kulit mulusnya. Sisa-sisa sperma suamiku dan Gary nampak meluap keluar di paha dalamnya

“Mau dong Nat dicleaning service sama lu!” Gary menyodorkan penisnya ke wajah Natalia.

Tanpa ragu, Natalia pun memasukkan penis pria itu ke mulutnya. Gary mengayuh pinggulnya dengan lembut, menyetubuhi mulut psikolog cantik itu. Sesekali Natalia menggeleng-gelengkan kepalanya, merasakan gesekan penis Gary di setiap dinding mulutnya. Saat itu Ricky berjongkok di samping menyusu dari payudara Natalia yang menggantung. Pak Satrio semakin cepat menyodok vagina Natalia, nampaknya ia akan orgasme sebentar lagi.


“Udah mau yah Pak?” Natalia menengok ke belakang, “siram ke saya yah! ayo kalian juga!”

Ia berlutut di lantai mengajak para suami kami mengelilinginya. Pak Satrio yang sudah di ambang orgasme adalah prioritasnya, dikulumnya penis itu sambil tangannya terus mengocok penis Gary dan suamiku. Tak lama kemudian, pria setegah baya itu pun melenguh panjang. Creett... creett... cairan putih kental berhamburan dari kepala penisnya membasahi wajah cantiknya, ia membuka mulut membiarkan cipratan sperma itu masuk ke mulutnya. Ricky menyusul mencapai puncak kenikmatan dengan kocokan wanita itu pada penisnya. Spermanya pun muncrat membasahi wajah dan sebagian rambut wanita itu. Tidak sampai lima menit, Gary yang di sebelah kiri menyusul tak sampai lima menit setelahnya. Semprotan sperma yang mendarat di wajah wanita itu membuatnya semakin basah kuyup. Bukan hanya wajah dan rambut, pundak, leher, dan payudara Natalia pun penuh cipratan cairan putih susu. Natalia membersihkan ketiga penis suami kami sebelum semuanya lemas dalam kepuasan. Nampak senyuman nakal di wajah Natalia yang belepotan sperma, sepertinya ia puas telah menaklukkan suami-suami kami.
“Thanks ladies... suami-suami kalian gak mengecewakan” kata Natalia bangkit berdiri, “siap-siap diinterview ya, sekarang saya mau mandi dulu!” ia memunguti pakaiannya dan berjalan dengan cuek ke ruang bilas kolam.
Natalia menginterview kami, para istri, satu persatu secara pribadi, setelah mandi. Tidak ribet, paling hanya setengah jam, itu pun diselingi ngobrol dan aku juga berkonsultasi dengannya masalah rumah tangga kami sehingga banyak mendapat masukan darinya. Overall, ia wanita yang smart dan enak diajak diskusi. Dalam obrolan kami, ia juga mengakui bahwa Grace adalah pasangan lesbinya, walau ia mengatakan dirinya cenderung biseksual.

------------
Pukul 19.25

Ini adalah malam terakhir, admin retreat telah memberitahukan agar kami bersiap untuk acara malam yang tidak diberitahu persis kapan waktunya. Para wanita diimbau memakai pakaian yang siap untuk dirobek sehingga jangan mengenakan pakaian kesayangan atau yang mahal. Poin ini memang sudah disebutkan dalam dokumen yang diemailkan ke kami mengenai barang-barang yang harus dibawa. Aku pun mengenakan tank top hitamku yang sudah agak lama dan hotpants. Mbak Wulan, Elvina dan Natalia juga nampak mengenakan pakaian santai yang siap untuk dirobek. Kami bertujuh duduk di meja panjang bangsal utama menikmati makan malam yang didominasi seafood dengan beberapa botol minuman keras impor. Rasa cemburu mengisi diriku melihat Ricky yang duduk di sebelah Elvina nampak akrab bercengkrama. Kubalas dengan mengakrabkan diri dengan Gary yang duduk di sebelahku. Di tengah obrolan pasca makan, tiba-tiba pintu ganda bangsal ini membuka dan masuklah seorang wanita cantik berkemeja putih dan celana panjang hitam dengan sarung pistol melingkari tubuh dan bahu lengkap dengan pistolnya, tidak ketinggalan cincin hitam di jari manis kirinya. Sosoknya dengan kecantikan oriental itu mengingatkan para jagoan wanita di film-film Mandarin.

“Selamat malam semua! Nama saya Eva” ucapnya memperkenalkan diri seraya meletakkan kedua telapak tangan di meja, “tolong duduk tenang... jangan panik... dengarkan baik-baik yang saya katakan, situasi sedang gawat di luar”



Bersamaan dengan itu terdengar rekaman lagu yang terdengar mencekam lewat audio system di ruangan ini. Kami pun mulai tegang mendengar apa yang akan disampaikannya.

“Ada sekumpulan zombie di luar sana dan mereka akan segera sampai ke sini!”

“Oohh... tema haloween toh, pas ini bulan Oktober” bisik Mbak Wulan yang duduk di sebelahku

“Untuk itu saya minta pada bapak-bapak, bantu saya mengangkat barang dari belakang sana untuk menahan pintu!”

“Ayo!” Gary di sebelahku berdiri paling pertama disusul Ricky lalu Pak Satrio.
Mereka mengikuti Eva ke belakang meninggalkan kami empat wanita yang saling bertukar pandang.

“Gua dulu pernah ikut yang skenarionya penyanderaan” kata Elvina, “sekarang zombie, kok jadi serem bayanginnya hihihi”

“Jadi kita bakal diperkosa zombie nih mbak?” tanyaku pada Mbak Wulan.
“Tenang ini skenario aja, nikmatin aja!” katanya menepuk-nepuk tanganku menenangkan

“Len... Len... kamu...” panggil Elvina namun belum juga ia meneruskan kata-katanya tiba-tiba terdengar suara alarm dari audio system disusul pintu depan dilabrak dan segerombolan zombie berhamburan masuk dengan mengeluarkan suara geraman yang membuat kami refleks menjerit kaget. Aku mengikuti Elvina lari ke pintu kaca tempat suami-suami kami masuk tadi tapi dihalangi oleh tiga zombie yang mengepung kami.

“Aaww!” jeritku ketika zombie berpakaian polisi menerkamku dan menghimpitku ke tembok.

Breett... pakaianku direnggut hingga robek memperlihatkan bra tanpa tali bahu di baliknya. Zombie itu langsung meremasi payudaraku dengan gemas. Harus kuakui cosplay zombie ini keren sekali make-up nya, mereka memakai soft lens putih dan efek kulit yang busuk itu terbuat dari karet dilumuri cairan merah seperti darah sehingga nampak seperti asli.


“Jangan!!” jeritku saat zombie itu membetot bra-ku dan langsung melumat payudaraku, “ooohhh... aaahh!!” zombie itu menggigit-gigit kecil putingku dan tangannya meremas payudaraku yang lain.

Di dekatku Elvina sedang (berakting) menjerit-jerit karena dikeroyok dua zombie di lantai. Satu zombie menangkap kakinya yang menendang-nendang lalu membentangkannya sehingga terlihat celana dalam dan paha indahnya, zombil lainnya yang botak mendekapnya dari belakang meremas-remas dadanya yang masih tertutup gaun terusan mini. Hei... kuperhatikan lebih jelas bukankah zombie botak itu adalah pria yang kemarin berperan sebagai perampok di malam pertama. Zombie itu juga melihat ke arahku dan tersenyum, ya memang aktor yang sama. Di tempat lain, dua zombie menaikkan tubuh Mbak Wulan yang pakaiannya sudah robek sana-sini ke atas meja. Zombie yang memakai kaos singlet membetot celana dalam Mbak Wulan hingga robek lalu langsung menggerayangi selangkangannya, zombie satunya yang kurus sedang melumat payudaranya. Nasib Natalia pun serupa, ia terbaring di lantai dengan pakaian sudah robek-robek, satu zombie memagut bibirnya dan mengais-ngais rongga mulutnya, sementara zombie yang satunya menciumi dan menggerayangi tubuhnya. Kuhitung total ada tujuh aktor zombie, setiap wanita kecuali diriku digarap oleh dua zombie. Konsep acara seperti ini tidak pernah terbayangkan olehku sebelumnya, memberi sensasi seks diperkosa zombie, sungguh pengalaman unik sepanjang kehidupan seksualku.

“Eemmhh.... eemmm!!” aku mendesah tertahan saat zombie yang menggumuliku melumat bibirku.

Aku yang sudah pasrah membiarkan lidahnya menyeruak masuk ke mulutku, menyapu-nyapu rongga mulut dan memainkan lidahku. Tangan zombie itu meremasi payudara dan tangan satunya sudah mulai menyusup masuk ke balik hotpantsku. Ooh... tangan kasar itu akhirnya menjamah vaginaku, badanku pun bergetar saat jemarinya mengelusi bibir vaginaku.
“Aaahh... lepasin saya!” desah Elvina yang saat itu vaginanya sedang dilumat zombie
Payudaranya yang sudah terbuka diremasi dan dipencet-pencet putingnya dari belakang oleh zombie lain yang menjilati leher jenjangnya.

--------------
POV Ricky

Kami mengikuti Eva ke belakang untuk mengangkat benda-benda berat guna mengganjal gerbang bangsal.

“Ini aja!” katanya menunjuk kursi-kursi santai di pinggir kolam.

Kami segera mengangkat kursi-kursi santai itu, namun baru saja beberapa langkah, tiba-tiba terdengar suara alarm dari audio system.

“Apaan tuh?” tanyaku pada Eva lalu saling pandang dengan Pak Satrio dan Gary.

“Gawat!” wanita itu mencabut pistolnya dan berlari ke pintu kaca

Aku meletakkan kembali kursi santai yang kubawa dan berlari ke pintu kaca bersama dua pria lainnya. Kami terperangah menyaksikan zombie-zombie menyeruak masuk ke bangsal dan memangsa istri-istri kami. Yang pertama kulihat adalah Natalia didekap dari belakang oleh seorang zombie dan meronta-ronta. Zombie lain dari depan menarik pakaiannya dan breett... kaos itu robek memperlihatkan bra pink di baliknya. Kemudian zombie yang dibelakangnya juga menarik bra-nya hingga putus.

“Aaaww!!” jerit wanita itu ketika zombie itu mencaplok payudaranya dengan gemas.

Di dekatnya Mbak Wulan terpepet dekat meja makan lalu disergap oleh dua zombie. Ia meronta (akting tentunya) dan dinaikkan ke meja hingga beberapa piring berjatuhan. Dua zombie itu mulai melucuti pakaiannya dan menggerayangi tubuh indahnya. Sementara Helen dan Elvina tidak terlihat, mereka agaknya di sudut lain yang tidak tertangkap pandangan kami.

“Jangan kesana! Sudah terlambat!” sahut Eva merentangkan kedua tangan di depan pintu menghalangi kami.

Kini sedang terjadi sesuatu yang membuat darah kami menggelegak bahwa istri kami sedang diperkosa gerombolan ‘zombie’. Dari terperangah darah kami turun ke bawah dan pandangan kami mulai beralih ke Eva.

“Eh... kalian kenapa?’ tanya Eva merasa salah tingkah.

Kami bertiga mengepungnya di pintu kaca dan mulai menggerayanginya.

“Hei... lepasin, apa-apaan ini!” berontaknya saat tangan-tangan kami mulai menjamahi tubuhnya, aku sendiri meremas payudaranya.

“Hehehe... ga adil dong bini kita dientot, lu ngga!” kata Gary mengelusi payudara Eva yang satunya.

Pak Satrio membuka kancing kemeja wanita itu dan memasukkan tangannya ke balik bra putih serta meremas payudara kirinya. Kami mulai melucuti pakaian Eva satu persatu, wanita itu meronta namun tentunya itu hanya akting sehingga malah membuat kami lebih bernafsu. Sebentar saja seluruh pakaiannya telah terlepas dan ia berdiri telanjang menyilangkan tangan menutupi dada dan selangkangannya. Kami juga melepas semua pakaian kami hingga telanjang sebelum kembali mendekati dan menjarah tubuh telanjang wanita itu. Aku melumat bibir Eva dengan bernafsu, tanganku menggerayangi selangkangannya yang berbulu jarang. Pak Satrio meremasi payudara kirinya dan menciumi pundak dan lehernya. Gary berjongkok mencium dan menjilati paha indah dan pantatnya. Birahi Eva mulai naik, ia membalas permainan lidahku dan tangannya meraih penis Pak Satrio yang lalu dikocoknya lembut.


Sejenak kemudian Eva berlutut memegangi penisku dan Pak Satrio yang dioral dan dikocoknya bergantian. Sementara Gary mendekap tubuhnya dari belakang, menciumi pundak dan meremasi payudaranya. Ciuman Gary terus turun menyelinap ketiak Eva dan melumat payudara kanannya, tangannya sibuk menggerayangi selangkangan wanita itu sehingga tubuhnya bergetar-getar akibat sensasi nikmat.

“Wah udah becek banget nih Va, udah siap disodok ya?” tanya Gary mengeluarkan jarinya dari selangkangan Eva yang belepotan cairan.

“Mmmmhh” Eva mengangguk sambil tetap mengulum penis Pak Satrio

Gary pun mengarahkan penisnya ke vagina wanita itu, ditekannya ujung penisnya ketika sudah tepat.

“Aaahh!!” desah Eva merasakan sodokan pada vaginanya.

Gary mendiamkan sejenak penisnya di vagina Eva, sementara wanita itu terus menjilat dan mengocok penisku dan Pak Satrio seperti menjilati permen. Aku melenguh nikmat merasakan kehangatan mulut Eva dan sapuan-sapuan lidahnya pada kepala penisku. Perlahan Gary menggerakkan penisnya keluar masuk membuat Eva merem-melek merasakan nikmat di vaginanya. Gary meremasi payudara Eva sambil terus menggenjot. Setelah beberapa lama, Eva tiba-tiba mengerang keras, punggungnya menegang, genjotan Gary telah mengantarkannya ke puncak kenikmatan.


“Hehe cepet amat lu keluarnya Va, enak ya genjotan gue?” kata Gary bangga.

“Emmh” gumam gadis itu mengangguk

Ronde berikutnya aku berbaring di kursi santai lalu Eva naik ke selangkanganku. Payudaranya yang sekel tersaji tepat di wajahku yang langsung kukulum dan kumainkan putingnya. Eva mengarahkan penisku ke vaginanya lalu menurunkan pinggul hingga amblaslah penisku ke vaginanya diiringi erangan nikmat kami. Aku menikmati goyangan wanita itu di penisku sambil meremas payudara kanannya, sementara yang kiri dikenyoti oleh Gary dengan rakus dan mulutnya sedang sibuk berpagutan dengan Pak Satrio, keduanya nampak beradu lidah dan bertukar ludah, tangan Eva menggenggam penis pria itu dan mengocoknya. Goyangan Eva yang ganas membuatku tidak bisa bertahan lama, lima belas menit saja aku sudah melenguh nikmat mencapai orgasmeku yang luar biasa. Spermaku menyembur di vaginanya sampai meleleh keluar di sela bibir vaginanya. Pak Satrio langsung mengambil alih dengan menunggingkan pinggul wanita itu dan melesakkan penisnya.

“Uuughh… masih seret yah memek kamu!” komentar Pak Satrio

Eva menikmati genjotan Pak Satrio sambil membersihkan penisku dengan jilatan dan hisapannya. Di akhir ronde kami menyiramkan sperma kami membasahi tubuh Eva, terutama wajah, payudara, leher,dan perutnya. Eva terbaring dengan nafas tersengal-sengal di kursi santai, demikian pula kami yang telah orgasme dengannya. Acara masih berlanjut dengan turut bergabungnya kami dengan para ‘zombie’ menggarap para wanita (selain istri sendiri) di bangsal hingga akhirnya kami semua benar-benar ambruk dalam lemas dan puas.

------------------------
POV Helen


“Aaahh!!” jerit Natalia ketika vaginanya dipenetrasi penis zombie yang menggerayangi tubuhnya.

Zombie itu mulai memaju-mundurkan penisnya di dalam vagina Natalia. Zombie yang satunya juga membuka celana mengeluarkan penisnya, lalu berlutut di sebelah kepala wanita itu. Tangannya yang satu mengangkat kepala Natalia dan tangan satunya menyodorkan penisnya yang bersunat ke mulutnya.

“Hhmm... mmmm....!” Natalia mendesah tertahan sambil mengulum penis si zombie sambil menikmati sodokan penis zombie yang satunya.

Tangan-tangan mereka tidak pernah absen menggerayangi lekuk-lekuk tubuh psikolog cantik itu. Di dekatku, Elvina berlutut sambil mengulum penis zombie botak dan tangannya mengobok penis zombie yang satunya. Di atas meja, Mbak Wulan menggeliat-geliat karena vaginanya sedang dijilat dan difingering oleh seorang zombie sementara zombie yang satunya terus melumat payudaranya. Zombie yang menggarapku kini memeloroti hotpants yang kupakai, dengan pasrah kugerakkan kakiku membantunya melepaskan hotpants beserta celana dalamku. Kini aku telanjang bulat bersandar pada tembok. Si zombie berlutut di hadapanku dan...

“Ooohh... “ desahku ketika ia mendekatkan wajahnya ke selangkangan dan menjilati bibir vaginaku.

Zombie itu menaikkan kaki kananku di bahunya agar lebih leluasa menjilati vaginaku. Kedua payudaraku tidak luput dari remasan-remasan tangannya ditingkahi dengan pilinan dan gesekan jarinya yang membuatku semakin mendesah kenikmatan. Tanganku meremasi rambut si zombie yang berjongkok menjilati klitorisku dan menghisap-hisapnya. Aku sungguh tak sanggup menahan desah nikmatku, tubuhku bergetar menahan laju nikmat yang sangat luar biasa.

“Ooh... terus... terus jilat... aahh!!” spontan aku memohon seperti itu, desahan-desahan nikmat keluar tanpa henti dari mulutku

Vaginaku semakin basah akibat perlakuan zombie itu, cairan pelumasku semakin banyak keluar, membasahi jari-jarinya yang sedang keluar masuk di liang senggamaku. Tubuhku meliuk-liuk menahan arus nikmat yang luar biasa, pantatku mengejut-ngejut saat zombie itu menghisap klitorisku.
“Aaaakkhh!” Mbak Wulan merintih saat zombie itu menusukkan penisnya dalam posisi doggie.

Zombie itu segera menyodok-nyodokkan penisnya dengan cepat sambil meremasi kedua payudaranya yang menggelantung. Zombie yang satunya berlutut tepat di hadapan Mbak Wulan dan menyodorkan penisnya ke mulut yang langsung disambut oleh wanita itu dengan penuh nafsu. Diserang dari dua arah membuat Mbak Wulan mendesah-desah tertahan dengan tubuh menggelinjang. Sementara aku sendiri merasakan vaginaku akan segera banjir oleh jilatan, hisapan dan tusukan jari zombie di bawahku ini.

“Ooohh... saya udah gak tahan... mau keluar!! Aahh!!” desahku keras.

Ssrrr... cairan vaginaku mengucur deras dan langsung diseruput oleh si zombie itu dengan rakusnya. Ssrrllpp.... gggrrhh... ssrrllpp.... dilahapnya cairan kewanitaanku itu dengan rakus.


“Gggrrhhh!!” geram zombie itu bangkit berdiri setelah melahap cairanku.

Wajah dengan efek busuk dan darah itu tidak jauh dari wajahku memberiku sensasi seram sekaligus horny. Ia menjulurkan lidahnya menjilat pipiku lalu memagut bibirku. Aku pasrah mengikuti permainan yang dipimpinnya. Kurasakan kaki kiriku diangkat dan kepala penisnya menempel di bibir vaginaku.

“Aaakkhh!” zombie itu menyodokkan penisnya agak kasar hingga melesak ke vaginaku membuatku menjerit.

Vaginaku yang banjir mempermudah keluar-masuk penis zombie itu yang dengan bertubi-tubi menghujam liang senggamaku. Tanpa bisa kutahan, aku mendesah-desah keenakan, tubuhku melenting matanya terbelalak saat ujung kepala penisnya menghantam dinding rahimku. Di dekatku, Elvina terbaring di lantai dengan zombie yang mengerjainya menyodok-nyodokkan penisnya di liang senggamanya dengan ganas. Tubuh Elvina tersentak-sentak akibat sodokan bertenaga itu, kedua payudaranya bergoncang-goncang seirama sodokan zombie itu. Tangan Elvina mengocok penis zombie yang satunya yang sedang meremas-remas payudaranya. Zombie itu merem-melek dan menggeram ketika Elvina mendekatkan penis itu ke mulutnya dan mulai menjilati.

“Ouugghh… sshhh... aahhh.. cepetin... puasin aku!” Mbak Wulan menceracau menerima sodokan-sodokan si zombie.

Natalia juga sedang merasakan kenikmatan yang luar biasa, ia sudah ganti gaya WOT, naik-turun di atas penis zombie yang tadi menggenjotnya sambil mengulum penis zombie yang satunya. Rintihan, jeritan, dan desahan kami sahut-menyahut di bangsal ini, keringat sudah membanjiri tubuh kami, bunyi suara beradunya alat kelamin menambah ramai suasana. Tak lama berselang aku melenguh panjang, kakiku bergetar hebat dan kupererat pelukanku terhadap si zombie. Gelombang birahi yang menerpa tidak dapat kubendung lagi. Tusukannya masih belum berhenti, ia terus memompa hingga lima menit berikutnya.

“Aaarrgghh.... aaarrr!!” tubuhnya mengejang lalu ia menghela pinggulnya hingga penisnya mentok ke vaginaku.

Di dalam sana kurasakan cairan hangat menyembur deras, memberi sensasi nikmat tak terlukiskan. Zombie itu melepaskanku dan beralih menghampiri Elvina, ia memberi syarat pada temannya yang lalu menghampiriku bersama zombie lain yang telah orgasme dengan Natalia. Ohh... ini masih belum berakhir... pertempuran kami masih berlanjut tukar-menukar pasangan beberapa kali hingga kami semua ambruk bersimbah keringat dan sperma. Kami benar-benar bertarung habis-habisan sampai tubuh serasa luluh-lantak. Malam itu aku tidur dengan Gary yang dengan gentle mengangkat tubuhku yang sudah lemas ke pondoknya. Orgy bertema zombie ini adalah pesta seks yang tidak akan pernah terlupakan olehku dan tentu juga tidak akan dilupakan oleh suamiku dan peserta lainnya. Orgy ini terus berlanjut, saling tukar pasangan,



DAY 3

Paginya merupakan hari terakhir bagi kami untuk bersama-sama di retreat ini. Gary, Elvina dan Natalia masih ingin di sini, baru check out jam tiga sore nanti. Pak Satrio dan Mbak Wulan harus memburu pesawat jam 11.30. Ricky juga harus pulang karena ada panggilan mendadak dari perusahaan untuk menggantikan rekannya yang sakit menghadiri rapat penting. Kami berpisah dengan pasutri Bandung itu setelah bertukar kartu nama dan nomor WA, kemudian kami mengantarkan Pak Satrio dan istrinya ke bandara dan berpisah di sana. Dalam perjalanan pulang kami begitu mesra mengobrol dan merencanakan apa yang akan kami lakukan setelah retreat ini. Perjalanan lancar, kami tiba di rumah pada jam makan siang. Home sweet home... akhirnya di rumah lagi setelah dua hari penuh kegilaan.

“Say... mau makan siang dulu ga??” tanyanya

Aku menggeleng, “ntar aja, belum lapar, lu lapar?"

“Belum juga, jadi?”

Aku mendekatinya, kutatap matanya, “dua hari ini gua udah banyak minum susu, gua mau Thai tea dari lu sekarang, boleh?”

Kami bertatapan, sorot penuh cinta di matanya masih dapat kurasakan, bibir kami pun makin mendekat dan kami berciuman penuh nafsu dan cinta. Kecemburuan yang menumpuk selama diretreat kami lampiaskan sekarang. Kami saling menelanjangi, pakaian pun berceceran di sekitar kami. Diangkatnya tubuhku ke kamar dan dinaikan ke ranjang. Kami bercinta dengan penuh gairah, lama dan habis-habisan. Sungguh aku tidak ingin berpisah darinya baik fisik maupun hati. I love you forever.... Rick!



EPILOG

Dua tahun lebih berlalu setelah Caligula Retreat yang kami ikuti, tiga hari dua malam yang mengubah hidup dan pandangan kami tentang seks. Hari itu aku sedang di Gramedia di sebuah mall, mampir sebentar setelah membeli beberapa kebutuhan bayi. Tiba-tiba pandanganku tertumbuk pada sebuah buku di rak best seller, judulnya “Post-modern Sexual Revolution (sebuah analisis psikologi mengenai perilaku seks masa kini)”, nama pengarangnya tertulis di tengah atas Maria Natalia Susanto Ph. D. Kulihat cover belakangnya...

“Ternyata memang dia” kataku dalam hati melihat foto penulisnya yang terpampang di sudut kiri atas.

Kami hanya pernah bertemu di retreat itu saja, di foto ia masih cantik, bedanya kini rambutnya dicukur pendek. Kubuka buku itu untuk membaca sekilas, di kata pengantar Natalia menjelaskan bahwa buku ini merupakan tesisnya yang ia sadur dengan bahasa yang lebih sederhana sehingga dapat dicerna pembaca awam, juga pada penutup ia mencantumkan beberapa nama yang membantunya sehingga buku ini tersusun. Senyuman mengembang di bibirku melihat namaku dan Ricky tercantum, juga ada nama pasutri Surabaya dan Bandung yang bertemu dalam retreat perdana dulu.

“Waaa... maaa... maa!” suara imut dari stroller yang kubawa membuatku meletakkan buku itu.

“Eee... udah bangun!” senyumku pada Nathan, putraku yang akan berusia dua tahun bulan depan, yang terbangun dari tidurnya, “mau minum?” aku mengeluarkan botol berisi ASI dan langsung diraih tangan kecilnya.

Segera kubawa buku tadi ke kasir dan membayarnya. Baru beberapa langkah keluar dari Gramedia, smartphoneku berbunyi, Ricky memanggil, agaknya pesanan kami sudah datang. Segera kudorong stroller berisi bayiku itu menuju ke sebuah kafe di mana kami akan makan siang. Ketika tiba, kulihat Ricky sedang mengobrol dengan seorang pria dan wanita yang memunggungi posisiku.

“Eee... kalian!” sapaku ketika mendekat dan dapat melihat wajah mereka

“Aahh... ini dia nyonyanya!” kata si pria yang bernama Tedi

“Wah, ini anaklu, lucu yah!” istrinya, Widya, memandang gemas ke arah Nathan dan melambaikan tangan.

Aku menjabat tangan Tedi lalu memeluk Widya serta cipika-cipiki sejenak. Di jari tangan mereka, selain cincin kawin, juga melingkar cincin platinum biru yang sama seperti di jari kami. Ya... kami semua adalah member Caligula Retreat. Aku dan Ricky memutuskan mendaftar sebagai member dua minggu setelah retreat perdana kami, kami memperbaharui hubungan kami dan tidak jadi bercerai. Hubungan kami makin hangat ketika aku positif hamil seminggu setelahnya, di masa awal-awal kehamilan, kami sempat dua kali mengikuti retreat serta sekali lagi di Bali sambil bulan madu kedua di masa kehamilan. Kelahiran Nathan sungguh mendatangkan sukacita bagi kami, mertuaku sedikit lebih membaik walau sifat sok ngaturnya masih belum hilang. Terlebih Ricky yang begitu bahagia menyambut kelahiran putra kami ini, padahal aku sendiri tidak yakin Ricky adalah ayah biologisnya, hingga kini masih misteri, bibit siapa yang membuahiku saat retreat dulu. Ricky pun menyadarinya, namun tidak mengurangi kasih sayangnya padaku dan Nathan. Nah, Tedi ini adalah mitra usaha Ricky, dari suamiku itulah ia dan istrinya mendapat rekomendasi bergabung dengan Caligula Retreat, dimana aku juga merasakan bercinta dengannya dan istrinya yang biseks. Dari retreat ini kami tidak hanya mendapatkan kepuasan dan pengalaman seks, tapi juga teman dan memperluas jaringan.

“Wah bobo nih!” kataku melihat anaknya yang lebih tua sedikit dari Nathan terlelap di strollernya.

“Iyah udah cape jalan-jalan, makannya belum sempat udah keburu teler deh” kata Widya, “udah berapa bulan tuh?” tanyanya melihat perutku yang mulai membesar karena hamil kedua.

“Tiga... “ jawabku.

Aku berharap yang kukandung sekarang adalah bibit Ricky, harusnya begitu karena sebulan sebelum hamil aku hanya berhubungan seks dengannya. Namun bagaimanapun hasilnya, kami sepakat ia tetap anak kami dan kami akan menyayanginya sepenuh hati.


Kami mengajak mereka bergabung makan bersama saja, namun mereka menolak halus karena mereka juga baru makan sebelum bertemu dengan Ricky di kafe ini.

“Jadi yang itu lu urus aja ke Grace, ok!” sahut Ricky ketika mereka hendak beranjak, “kalau diiyain kabarin ya, biar kita retreat bareng lagi, udah delapan bulan ya terakhir”

“Sip bro! Ntar calling-calling lagi!” kata Tedi, mereka pun lalu meninggalkan kami bertiga.

“Apa yang urus sama si Grace?” tanyaku sambil menyendok sup ke mangkuk untuk Nathan.

“Itu, jadi mereka tuh udah cerita soal retreat ke keluarganya, nah si keluarganya ini juga mau ikutan”

“Keluarga? Siapa maksudnya? Kan anaknya masih baby gitu?”

“Yeee... bukan yang baby lah, papanya, terus dia ada dua saudara perempuan plus keluarganya, mereka juga tertarik mau ikutan, termasuk ada anak-anaknya, emang udah di atas delapan belas, tapi kan aturannya ini tuh buat pasutri yah, kalau mau tanya anak-anak yang belum nikah terus masih keluarga gitu ya gua gak bisa jawab, si Grace aja yang urus”

“Hah? Apa?” aku mengernyitkan dahi sampai berhenti menyedok, “anak-anaknya? Papanya? Emangnya mereka.... incest?” aku memelankan suaraku.

Ricky mengangguk, “jadi mereka sekeluarga tuh emang suka ngelakuin hubungan sedarah, Tedi sendiri udah gituin saudara-saudara perempuannya, keponakannya, buat mereka itu biasa, malah katanya itu tuh tradisi mengakrabkan antar anggota keluarga”

“Wow” itu yang keluar dari mulutku, sulit mempercayainya, ternyata ada yang lebih gila dari Caligula Retreat kami.

“Udah... udah sekarang makan aja! Nih masih hangat!” kata Ricky menaruh udang asam manis kesukaanku di piringku, “gua laper nih!”

Aku mengangguk, ini adalah quality time kami, jangan sampai ada masalah lain yang mengganggu. Kuletakkan mangkuk sup di meja, sambil menunggu tidak terlalu panas lagi aku mulai menyuapkan makanan ke mulutku.

“Beli buku apaan?” tanya Ricky melihat kantong Gramedia yang menggantung di handle stroller.

“Oh ini.... pasti lu kenal deh yang ngarangnya!” kataku seraya menyodorkan kantong itu padanya.

“Weiss... si Natalia, jadi penelitiannya udah dijadiin buku ternyata”

“Itu best seller, ada nama kita disebut juga” sambil menyuap sup ke mulut Nathan.

“Kayanya rame nih, gua juga pengen baca ah” katanya.

Tiba-tiba Ricky tersenyum dan melambai pada seseorang di luar kafe. Aku mengikuti arah matanya, seorang wanita cantik mendorong stroller bersama suaminya.

“Siapa?” tanyaku

“Aktor di retreat, namanya Erlin”

“Hah, rasanya gak pernah liat wajah itu?” aku mencoba mengingat.

“Iya lu emang ga pernah ketemu, dia yang pertama kali kita dateng, waktu itu lu lagi lesbongan sama Mbak Wulan itu”

“Oooh itu orangnya yah”

“Udah gak jadi aktor, waktu itu dia bilang mau resign kok”


Kami makan dengan gembira dan ngobrol seperti layaknya keluarga. Nathan nampak sudah tertidur lagi setelah menghabiskan supnya. Biarlah dia banyak istirahat setelah baru sembuh dari flu beberapa waktu lalu. Seorang wanita yang beRicky tersenyum pada seorang wanita yang lewat di koriKami sudah selesai makan dan baru saja hendak berdiri setelah Ricky membayar dan membiarkan uang kembalian di folder sebagai tips untuk pelayan, ketika sepasang suami istri mendekati meja kami.

“Aaahh... maaf sepertinya kita dari klub yang sama yah?” sapa si pria meletakkan satu tangannya di meja agar jarinya yang memakai cincin biru terlihat oleh kami, “tadi waktu cuci tangan kebetulan saya liat cincinnya”

Kulihat istrinya pun memakai cincin yang sama dengan kami. Usia mereka sebaya dengan kami atau mungkin sedikit di atas.

“Caligula?” tanya Ricky memelankan suara.

“Yes... benar!” jawab pria itu

“Orang Jakarta? Atau luar?” tanya suamiku

“Sama kok sama-sama orang sini” jawabnya, “ga pernah ketemu ya waktu retreat?”

“Iya hehe... dunia sempit yah...”

Kami pun berjabat tangan berkenalan dengan pasutri bernama Arga dan Aryanti itu. Mereka menjadi member baru enam bulan dan sudah empat kali ikut retreat, cukup sering juga untuk ukuran yang baru masuk. Kulihat Ricky dan Arga sudah cukup nyambung walau baru kenal, demikian pula Aryanti yang saat itu sedang hamil muda. Ini kedua kalinya cincin platinum biru di jari kami membuka hubungan dengan anggota lain. Sepuluh menit ke depan kami sudah berada di nursery toilet yang ukurannya lebih luas dibanding toilet biasa.

“Eeemmh... nngghh!!” aku menutup mulut agar desahanku tidak terlalu keras dengan satu tanganku bertumpu pada tembok saat Arga menyetubuhiku dari belakang dalam gaya berdiri.

Sementara di sebelah, Ricky menggenjoti vagina Aryanti sambil mengangkat paha kirinya dan berciuman penuh nafsu. Nathan terlelap di strollernya di sudut ruangan. Di luar sana orang pasti mengira kami adalah keluarga yang sedang mengganti popok bayi dibantu temannya. Sejak mengikuti Caligula Retreat, aku merasa seks adalah sesuatu yang seolah tak ada habisnya untuk diekspolasi dan berbagai petualangan seks menjadi bumbu penyedap dalam pernikahan kami.

THE END



Special thanks to:
  • Panitia, juri, dan admin forum yang menyelenggarakan kompetisi ini
  • Bro @Mojo Joss yang karakter legend nya saya pinjam untuk tampil cameo
  • Para pembaca mupengers sekalian
Berwarna juga lomba cerpen kali ini, kayak bagian dari buku undercoover, tapi versi cerita lengkaap... sukses buat penulisnya... tetap berkarya
 
Keren, asli. Ide ceritanya boleh lah, ga cuma soal ngeseks, tp ada aktornya itu yg sangat luar biasa menambah sensasi soal swinger. Semoga dapet penilaian bagus dari para juri.

Rating 9/10
 
Ah. Sayang. Ci grace dikit bgt. Mungkin ada kesempatan lain di sub forum lain

Warbyasa suhu. Seperti biasa

No caligula no party
 
Suhu, analogi thai tea nya luar biasa.. applaus meriah buat ceritanya.. slamat atas ceritanya...
Makasih apresiasinya, thai tea emang yummy apalagi pake bubble (ga nyambung)
thx suhu cerita yg bagus

di bikin lanjutan kusah cerbung asik juga
WOW! Pasti butuh usaha keras bikin cerita kaya gini.

Mungkin lebih menegangkan kalau aktor dan artis tidak diberitahukan lebih dulu.
Pasti lebih terasa real dan bersensasi.

;) :Peace:
ya ada rencana skenario lbh variatif kalau bikin sequel sih
Wah keren

Ada Aryanti. Jadi inget ceritanya Aryanti
Emang legend karakter ini
Ini event ada di dunia nyata gak sih.. Pengen daftar gue..
Silakan daftar & transfer ke gw, ditunggu duitnya hak..,hak..hak...
Wah mantap ini, klo bisa sih dilanjut hu
Tergantung mood & wangsit, emg ada rencana bikin sequel, tapi gw ga janji dulu
Cer

Berwarna juga lomba cerpen kali ini, kayak bagian dari buku undercoover, tapi versi cerita lengkaap... sukses buat penulisnya... tetap berkarya
Jakarta undercover mksudnya?
Keren, asli. Ide ceritanya boleh lah, ga cuma soal ngeseks, tp ada aktornya itu yg sangat luar biasa menambah sensasi soal swinger. Semoga dapet penilaian bagus dari para juri.

Rating 9/10
Moga2 sih, menang syukur ga pun ya dah, krn selera gw kayanya ga sejalan dgn selera pasar berdasarkan pengamatan gw
Ah. Sayang. Ci grace dikit bgt. Mungkin ada kesempatan lain di sub forum lain

Warbyasa suhu. Seperti biasa

No caligula no party
Ya emang sih ada rencana bikin sequel apalagi udah ada kunci dgn munculnya widya sbg cameo di akhir, jadi cerita ini bisa memperluas caligula universe. Grace tunggu aja kiprahnya di cerita lain.
 
Ntap ada caligula universe... Makin bnyk aja variasinya :beer:

Skenarionya agak susah emang... Tp no problem... Eike kasih macam macam nya sapa tau bantu TS bisa bikin lebih wah
 
Caligula joss manis seperti gula.
Ditunggu cerita yang lai di semprot teater.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Makasih semua unk dukungannya walau cerita ini gak menang. Ya udahlah... masa mau nuntut ke mk kaya si anu? Malu2in aja. Mungkin taste gw ga sejalan selera pasar kalau gw rasa ya. Seengganya udah memperluas caligula universe supaya bisa bikin cerita lebih menarik ke depannya. Ada rencana gw bikin cerita ttg aktor retreat atau member2 lain mungkin. Itu tergantung mood &wangsit yg lewat. Jadi gw blm janji dulu ya
Ntap ada caligula universe... Makin bnyk aja variasinya :beer:

Skenarionya agak susah emang... Tp no problem... Eike kasih macam macam nya sapa tau bantu TS bisa bikin lebih wah
Susah knp nih?
Yampon suhu caligula 🙈 aku diserang SS bertubi² gak kuatttt ..
Emang juwara bikin pembaca lemes :cim:
Haha senang bisa menghibur smp basah
Daftar jadi aktornya suhu 👋🏻
Wah gw juga mau nih. Nantikan cerita dgn karakter utama para aktornya
 
Menang urusan belakang bor.. Lanjutin cerita urusan depan.. Sok atuh mangga di lanjut ceritanya..
 
Padat singkat dan seru.....
Pas juga ide cerita, judul sama ownernya @caligula1979 hahaha......
Kayaknya yg menang banyak yg cewek ya, sayang Grace cuma muncul sekali dan yang dapet juga si Ricky.
Seandainya boleh dilanjut di cerbung boleh nih lanjut kegiatan diluar retreat yg ketemu ngak sengaja seperti bareng Arga& Aryanti dan lanjut have fun....
 
@caligula1979 susah buat skenario yg ada di retreat nya... semoga suhu membuat games dan skenario lebih mantap djiwa :ampun:
 
Bimabet
Menang urusan belakang bor.. Lanjutin cerita urusan depan.. Sok atuh mangga di lanjut ceritanya..
Tunggu aja ntar
Padat singkat dan seru.....
Pas juga ide cerita, judul sama ownernya @caligula1979 hahaha......
Kayaknya yg menang banyak yg cewek ya, sayang Grace cuma muncul sekali dan yang dapet juga si Ricky.
Seandainya boleh dilanjut di cerbung boleh nih lanjut kegiatan diluar retreat yg ketemu ngak sengaja seperti bareng Arga& Aryanti dan lanjut have fun....
Kayanya grace walau minor karakter banyak yg suka ya & bilang porsinya dikit, ntar kalau ada wangsit gw harap bisa nambah porsi doi.
@caligula1979 susah buat skenario yg ada di retreat nya... semoga suhu membuat games dan skenario lebih mantap djiwa :ampun:
Berharap wangsit lewat & waktu tersedia
Mana zuraida.... Mana zuraidanya.... :aduh:
Unk kesekian kali gw jawab yg sama, minta cerita jilbab2an jgn ke gw, ga selera, not my type at all
Mantap suhu. Senangnya main yg rame" yah suhu yang satu ini.
Emang kesukaan gw, & berhubung yg garap ss rame2 juga ga banyak
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd