Asya terbangun dini hari karna dering ponsel yang begitu nyaring ditelinganya. Ia mengangkatnya dengan mata yang masih terpejam.
"hallo siapaaa?" tanya Asya
Ia tak melihat siapa yang menghubunginya dipagi buta seperti ini.
"Asyaaa ini Deaaaaa, bisa kerumah sakit sekarang ga cilll? temenin akuuuu ihhh ranti mau ngelahirinnnn" dengan nada yang panik!
Asya langsung membuka matanya setelah mendengar suara Dea yang begitu panik disambungan telpon, Asya memijat pelipisnya sebentar sembari mengumpulkan kesadarannya.
"oke oke, sharelock nanti aku kesana"
Asyapun memutuskan panggilannya, ia melihat Idan yang masih menyusu padanya.
"byby"
Asya membangunkan Idan yang masih terlelap dalam tidurnya, berkali kali Asya memanggilnya hingga akhirnya Idan menggeliat karna terganggu dengan tepukan tangan Asya pada pipinya.
Idan menatap Asya dengan mata yang masih mengantuk, terang saja ini masih pukul 3 dini hari mau apa istrinya membangunkannya biasanya juga Idan yang mengganggu istrinya jam segini.
"Ranti mau ngelahirin idann, kita kerumah sakit ayoo kasian Dea sendirian disana" ucap Asya menjelaskan
Idan mengerjap tapi malah kembali mengeratkan pelukanya pada pinggang sang istri.
"idaaan ihhhhh!"
"sebentar atuh sayang ihhh masih ngantuk" protesnya
"yaudah aku naik taksi aja!"
Asya melepaskan pelukan suaminya dengan paksa dan beranjak dari kasurnya, ia bergegas berganti baju dan membawa tasnya. Idan menahan lenganya saat akan memesan taksi dengan ponselnya, ia menarik Asya kepangkuannya.
"idan tidur lagi aja, Asya bisa naik taksi" ucapnya
"idan anter sayang engga boleh naik taksi"
"yauda kalo gaboleh sana cuci muka dulu ih, ganti bajunya" ucap Asya lagi, Idan masih tetap memeluknya.
"mau nenen sebentar lagi atuh Asya" pintanya, Asya menghela nafas tapi menuruti keinginan lelakinya itu.
"5 menit by jangan kelamaan Dea kasian" ucap Asya
Idan mengangguk kala istrinya mengeluarkan benda favoritnya itu, Idan langsung menghisapnya tanpa permisi. Asya mengelus kepala Idan sesekali menciumnya, setelah 5 menit Idan menepati ucapannya ia pergi ke kamar mandi dan mengganti pakaiannya.
Setelah sampai di rumah sakit mereka berdua langsung pergi ke ruang rawat karna Dea bilang Ranti masih pembukaan 4.
"gimana De?" tanya Asya
Pasutri itu sudah masuk keruang perawatan yang diberitahukan Dea, Asya melihat Ranti terus merintih kesakitan merasakan kontraksi dalam perutnya.
"udah 6 sya, kalo lancar mungkin 2 jam lagi lahiran"
Asyapun mengangguk mengerti, ia memberikan sekantong makanan pada Dea. Sebelum ke rumah sakit Idan berinisiatif mengajaknya ke minimarket untuk membeli beberapa cemilan dan makanan siap saji.
"akhhh De gakuattttt" rintih Ranti
"sabar Ran gue juga gitu pas mau lahiran"
"gue gamau hamil lagi! sakit banget sumpah perut gue"
Asya hanya bisa mengelus punggung temannya itu, ia tak bisa apa apa toh dia juga belum merasakan mengandung apalagi lahiran.
Sudah satu jam mereka berada disana, setiap Ranti mengaduh sakit Asya merasa vaginanya berkedut dan perutnya ikut kontrkasi, sudah berkali kali Asya masuk kamar mandi untuk membuang air.
"kamu gapapa?" tanya Idan saat istrinya kembali duduk disampingnya.
"gapapa by cuman ngerasa ikut mules aja aku dari tadi"
Idan mengangguk, tanganya terulur mengusap perut istrinya yang rata itu.
"jangan panik gitu, yang mau lahiran temen kamu sayang" ucap Idan menenangkan, Asyapun mengangguk dan bersandar pada bahu suaminya.
Tak lama seorang dokter pun datang bersama 3 orang perawat, mereka mengecek kondisi Ranti.
"pindahin ke ruang bersalin sus, pembukaannya udah sempurna" ucap sang dokter
Ke 3 perawat yang di perintahpun langsung membawa Ranti ke ruang bersalin yang tepat berada disamping ruangan ini.
"ada yang mau nemenin pasien bersalin?" tanya dokter
Dea dan Asya saling memandang tak mungkin Idan yang menemani Rantikan, akhirnya Asya yang masuk ke ruang bersalin karna Dea takut dengan darah, Asya sempat protes dan tidak mau karna ia juga takut melihat proses melahirkan tapi akhirnya ia tetap masuk karna kasian jika Ranti sendirian tidak ada yang menguatkannya.
Idan dan Dea menunggu tepat di depan ruang bersalin, Idan merasa gugup dan terus berjalan kesana kemari.
"gini ya rasanya nungguin orang ngelahirin, degdegan gajelas" keluh Idan pada Dea
"yagitu deh Dan, apalagi nungguin pembukaan dari awal pasti mules gakaruan. Gapapa lah itung itung latihan kalo nanti Asya ngelahirin yakan?"
Idanpun hanya mengangguk menyetujui ucapan Dea.
"udah ngehubungin keluarganya mba?" tanya Idan
Dari luar ruangan ia bisa mendengar teriakan Ranti dari dalam sana, sakit banget pasti batinnya.
"udah, orangtuanya sih bilang mau kesini tapi gatau deh bener atau engga. Aku juga ngehubungin suaminya tapi yg ngangkat malah selingkuhannya" ucap Dea
Ia tak habis fikir dengan suami temannya itu, sudah enak menikah dengan Ranti malah kurang ajar kelakuannya.
1 jam berlalu Idan dan Dea mendengar suara tangisan bayi dari dalam ruangan, keduanya merasa lega itu berarti anaknya Ranti lahir dengan selamat.
Sementara di dalam ruangan sebelum suara tangis bayi itu terdengar Asya berkali kali menyemangati temanya itu untuk terus berusaha mengejan dengan baik, ia memastikan Ranti mengikuti arahan dari dokternya.
Berkali kali Ranti berusaha hingga akhirnya bayi laki laki itu lahir, Ranti mengatur nafasnya yang sudah terengah engah.
"gue gamau hamil lagi Asya, apalagi ngelahirin rasanya sakit banget. 30x lipat sakitnya dibanding malam pertama" ucap Ranti dengan terengah engah.
Bayinya sudah dibawa perawat untuk dibersihkan dan diperiksa sebelum nanti mendapatkan asi pertamanya sedangkan Ranti masih di ruang bersalin ia harus mendapat jahitan, karna ukuran bayinya yg cukup besar hingga akhirnya dokter harus merobek bagian vagina ke anusnya agar bayinya bisa keluar.
Asya merasakan ngilu kala melihat bagian itu di jahit oleh dokter, vaginanya menjadi kembang kempis rasanya.
"berapa jahitan dok?" tanya Asya
"ini sih bukan jahitan mba, tapi obras hihi" balas sang dokter sambil terkekeh
Asya menggelengkan kepalanya tak percaya, ia jadi merasa ngilu sendiri. Setelah selesai Rantipun dipindahkan keruang perwatan lagi untuk nanti bertemu dengan anaknya.
Asya keluar dari ruang bersalin dan disambut pelukan suaminya, rasanya ia lemas sendiri setelah menemani temanya melahirkan meski begitu ia juga senang jadi sedikit tau cara melahirkan yang baik.
"kenapa sya? pasti ngilu ya? haha" tanya Dea sambil tertawa, ia bisa tau apa yg Asya rasakan didalam sana karna ia sudah merasakannya lebih dulu. Asya hanya mengangguk mengiyakan ucapan Dea
"jangan di pikirin, ga seburuk itu kok rasanya" ucap Dea sambil menepuk pucuk kepala Asya
Deapun berlalu masuk ke ruang perawatan karna Ranti sudah dipindahkan. Idan masih setia memeluk istrinya dan mengelus punggungnya.
"kalo aku ngelahirin kamu pasti adakan by? aku gamau kaya Ranti sendirian?" cicitnya
"tentu sayang, pasti Idan ada buat Asya"
"janji?" tanya Asya sambil menatap mata suaminya, Idan tersenyum dan mengangguk.
"janji sayang, udah yuk masuk kita liat bayinya"
Idanpun menggenggam tangan istrinya dan masuk ke ruang perawatan, karna dilihat dari kejauhan Ranti sedang mencoba menyusui anaknya Asya meminta Idan untuk berjalan mundur dan jangan melihat kearah Ranti sama sekali.
"kenapa suami mu mundur mundur begitu cil?" tanya dea yang aneh melihat cara jalan Idan
"biar galiat susu perempuan lain" ucap Asya
"posesif banget" cibir Dea
"biarinnnn" ketus Asya
Idan hanya terkekeh melihat wajah Asya yang kesal namun menggemaskan, jadi ini alasan dia tidak boleh melihat Ranti sama sekali takut suaminya tergoda dengan barang orang lain haha.
"awwww" jerit Ranti saat bayinya mulai menghisap susunya
"sakit banget De, emang gini ya rasanya?" tanya Ranti pada Dea
"yaemang begitu rasanya Ran, sakit sama ngilu jadi satu nanti juga biasa aja kalo udah terbiasa Gue dulu juga begitu sama" jawab Dea
"mending diisep bapaknya berarti, kalo kekencengan bisa gue pukul! lah ini bayi mana ngerti sianjir" ucap Dea
Asya langsung melihat wajah suaminya, jadi masih mending diisep suami toh daripada anak sendiri batinnya, Idan yang melihat Asya memperhatikannya mengangkat sebelah alisnya.
"mau aku isep?" tanya Idan tanpa suara, Asya langsung menyentil bibirnya membuat Idan malah terkekeh lucu.
" Syaa makasih ya mau nemenin gue tadi, kalo gada lu gue gatau deh ngelewatinnya gimana" ucap Ranti
"iya sama sama Ran, lu hebat pokoknya" ucap Asya memberi semangat
Tak lama kedua orang tua Rantipun datang, Idan yang melihatnya lebih dulu menarik tangan istrinya agar memberi ruang untuk keduanya. Mereka terharu melihat cucunya lahir dengan selamat, tapi setelah itu keduanya sama sama menyalahkan Ranti karna keputusan bodohnya menikah dengan Ruli.
Merasa tak enak karna obrolan sudah masuk ke ranah pribadi keluarga Ranti, Idan,Asya dan Deapun pamit untuk pulang. Idan mengantarkan Dea terlebih dahulu kerumahnya sebelum akhirnya ia dan juga Asya kembali ke kediamannya.
Untungnya Idan sudah libur hari ini jadi ia bisa melanjutkan tidurnya yang terganggu.
"kamu mau langsung tidur by?" tanya Asya karna melihat Idan sudah berbaring di kasurnya
"kenapa emang sayang?"
"aku mau masak buat sarapan, kalo kamu tidur siapa yang makan?"
"yaudaa masak aja, nanti aku makan sayang"
Asya mengangguk dan turun kedapur setelah mengganti bajunya dengan daster agar lebih santai. Asya hanya membuat nasi goreng untuk keduanya sarapan, iapun membawanya kekamar.
"by makannnn"
Idan yang dipanggil pun langsung bangun dan duduk diatas karpet yg ada dikamarnya, keduanya menyantap sarapan dengan hikmat. Tak ada suara selain dari televisi yang menayangkan berita, suapan Asya terhenti kala melihat kumpulan berita tentang istri yang dibunuh suaminya. Ia bergidik ngeri dengan berita berita seperti itu, kenapa semakin banyak orang gila diluar sana? dengan mudahnya menghilangkan nyawa manusia begitu saja.
Ironis sekali, apalagi ketika ia mengetahui yang melakukan tindakkan seperti itu umurnya masih sangat muda. Ya menurutnya kenapa menikah jika belum siap apa apa.
"habisin sayang" ucap Idan menginterupsi
Makanan Idan sudah habis sedari tadi tapi milik Asya masih ada setengahnya.
"jangan diliat terus beritanya Asya"
Asyapun menurut dan segera menghabiskan masakannya itu, setelah selesai kini giliran Idan yang turun kedapur ia membersihkan semua piring kotor yang ada disana, mengelap beberapa bagian kitchen set yang sedikit kotor juga disana.
Tidak ada sistem patriaki di rumahnya, laki laki bukan penguasa menurutnya jadi ia juga harus andil dalam pekerjaan rumah. Idan selalu membantu Asya sebisanya, apalagi di hari liburnya ia selalu lebih banyak mengerjakan pekerjaan rumah dibanding istrinya karna jika hari biasa ia harus pergi bekerja dan baru pulang menjelang malam.
Selesai dari pekerjaannya dilantai bawah Idan naik kembali kekamarnya, ia tak menemukan istrinya di sana akhirnya ia mencari Asya kekamar mandi dan benar saja Asya sedang berendam di bathup dengan mata yang terpejam.
Idan menyeringai dan langsung melucuti pakaian yang ia gunakan, Idan masuk kedalam bathup membuat Asya mengerjapkan matanya.
Tanpa mengatakan apapun Idan memeluk Asya menyandarkan kepalanya dibahu istrinya, Asya mengusap punggung Idan yang berada didekapannya. Ia kira Idan akan menerkamnya seperti biasanya ternyata tidak.
"sayangg" panggil Idan, Asya berdehem sebagai jawaban.
Lama tak mendapat sahutan dari suaminya Asya menoleh melihat wajah Idan yang bersandar pada bahunya.
"kenapa Massss?" tanya Asya dengan penekanan, Idan malah terkekeh mendengarnya.
"ciye salting dipanggil Mas hahaha" Asya tertawa melihat wajah suaminya yg kini bersembunyi di lehernya.
Idan menyukai panggilan itu dari awal menikah, Asya juga dibiasakan oleh kedua orangtuanya untuk memanggil suaminya dengan kata Mas tapi karna menurut Asya suaminya lebih muda dan sepertinya kurang cocok jadi Asya jarang sekali memanggilnya seperti itu kecuali jika keluarga besarnya berkumpul saja makanya sekalinya dipanggil Mas malah membuat suaminya malu malu lucu.
"sayang aku mau ngomong serius" ucap Idan setelah beberapa saat.
" ya apa? daritadi ditanya gajawab malah ndusel keleher aku yeee" protes Asya
"ya kamu godain aku terus, udah tau akunya malu malah di gituin mulu"
"tapi suka kan dipanggil mas hm?" tanya Asya sambil mencolek hidung suaminya, Idan pun mengangguk mengiyakan.
"jadi lebih suka mas atau baby? apa mau jadi mas baby aja?" goda Asya
"semuanya aku suka asal kamu yg manggil" balas Idan
"jadi mau ngomong apa sih gantengku ini hmmm?"
Idan kembali diam, ia mengeratkan pelukannya pada Asya.
"one day kalo Idan udah gada, kamu harus cari pengganti Idan ya? Asya gabole sendirian ngabisin waktunya, Asya harus dapetin laki laki yang sayang dan cintanya lebih besar daripada Idan pokoknya, yg prioritasin Asya dihidupnya, yg Asya yakinin gaakan nyakitin Asya nantinya oke?!"
Asya yang mendengar penuturan Idan yang tibatiba pun meregangkan pelukannya, ia menatap wajah suaminya yg hanya tersenyum dengan tulusnya.
"kamu ngomong apa sih gajelas!" ucap Asya
Ia tak suka dengan topik pembicaraan mereka sekarang.
"kenapa tiba tiba ngomong gitu hah? kamu mau pergi kemana? sama siapa?! kamu gaboleh kemana mana tau! gainget sama janji kamu dirumah sakit tadi Idan? kamu bilang janji nemenin aku lahiran kan? trus sekarang apa pembahasannya kaya gini? Asya gasuka tau!!!"
Idan jadi panik karna setelah menyelesaikan ucapannya Asya malah menangis, Idan mengangkat tubuh istrinya ke pangkuannya.
"stttt kenapa nangis sayang? aku ganinggalin kamu, ini masih ada disini Asya" tanganya menangkup wajah istrinya yang berderai air mata dan mengusapnya lembut.
"gasuka omongan Idan kaya gitu" ucap Asya
"idan minta maaf ya sayang ya? engga ngomong gitu lagi janji, Idan sama Asya selamanya oke?" bujuk Idan, Asyapun mengangguk dan mengeratkan pelukannya ia tak mau kehilangan Idannya.
"janji sama Asya terus, Idan harus sehat gamau tau! Asya cuman mau sama Idan aja titik"
Idan mengangguk mengiyakan ia tak tega jika membuat istrinya kembali menangis.