Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Cerita Paidi

Bimabet
Kalau Indri di exe di salah satu pantai wisata di madura pasti seru tuh, :)
 
Pendukungnya Indri manaaaa.........



Pendukungnya Novi manaaaa.........

Yup, akhirnya bisa apdet. walaupun dengan kondisi seadanya.

Apdet kali ini pendek, pendeeeek banget. dengan kondisi awal dari puncak konflik, pai rasa para agan dimari akan segera meminta apdet lagi.

kalau itu yang terjadi, pai mohon maaf, pai sendiri terlalu terbawa emosi waktu mengetikkan chapter ini. hingga tak bisa mengembangkan cerita lebih jauh lagi. khawatir malah merusak feel yang sudah terbangun.

jadi, sekali lagi pai mohon maaf kalo dua apdetan ke depan pendek-pendek sekali :ampun:
 
Lagu-lagu hymne berkumandang, memenuhi seluruh gedung. Meresap jauh ke dalam hatiku, menggoyahkan pikiranku. Perlahan lukisan itu kembali menyeruak ke dalam imaji. Menampilkan adegan-adegan saat bersamanya. Sebuah kenangan terindah dalam hidup. Sebuah kisah klasik yang takkan mungkin terulang kembali...


Chapter 23 c : Penuntasan III, Kemantapan Hati



Jangan salahkan takdir kenapa aku harus menerima permintaan Vero untuk mengantar Indri ke Sumenep.

Jangan salahkan takdir kenapa harus bermacet-macet ria di jalan.

Manusia punya rasa lelah, dalam artian fisik, maupun mental. Saat ini, baik aku maupun Indri tengah mengalaminya. Parahnya lagi, mesin mobilpun sepertinya juga memiliki perasaan yang sama. Mesin mobil 90-an awal, meskipun katanya bandel, tetap saja punya batasan.

Ya begitulah takdir. Dan sekarang akupun harus terdampar di sebuah hotel kecil pinggir jalan di kota Sampang. Tepat 10 meter di belakang mobilku -eh, mobil Vero nding- yang mogok. Itupun kalau masih layak disebut hotel. Oke, katakan saja itu penginapan. Sedangkan sang mobil, juga terpaksa "menginap" di bengkel kecil, yang untungnya berada tepat di sebelah hotel.

"Sampiyan mau kemaana cak?" kata sang pemilik dengan logat maduranya yang kental, setelah kudorong mobil Vero ke bengkelnya
"Sumenep pak, ngantarkan istri"
"Ooo... Ini mobilnya sampiyan tinggal aja disinni biyar saya kerjakan setelah mesinnya dingin"
"Eh, gak usah pak, biar saya tunggu saja" kataku yang merasa gak enak meninggalkan mobil rusak begitu saja, seperti meninggalkan tanggung jawab
"Halah sudah biyassa cak, mobil dattang ke sini ya ditinggal sama yang punnya. Sampiyan juga sekaliyan berisirahat"
"Ooo gitu pak, ya sudah pak, nanti kalau sudah selesai, sampeyan bisa hubungi nomor ini ya. SMS boleh kok" kuberikan nomor teleponku kepada pemilik bengkel
"Iya, nanti kalau sudah selesai, tak SMS sampiyan"

Malam telah larut, badanpun terasa letih. Letih karena perjalanan panjang. Terlebih karena beban yang tiba-tiba menyeruak ke dalam pikiran. Aku merebahkan tubuh di kasur sempit penginapan ini. Tepat di samping Indri yang lebih dahulu memunggungiku.... Indri? Ya, kami tidur sekamar. Bukan apa-apa. Selain hemat, kamar hotel yang tersisa tinggal satu. Itupun yang ukuran paling kecil. Alhasil satu kasur ukuran kecil, harus berbagi dengan dua orang. Dafuq!

Sejak turun dari kapal, Indri nyaris tak bersuara. Akupun lebih banyak melihat ke jalan raya, hanya untuk mengalihkan perhatian dari kecamuk dalam pikiranku. Dan hal itu berlanjut sampai merebahkan tubuh penat kami.

Indri masih tengkurap di kasur, memainkan hapenya. Sekali lagi berasa dejavu. Kali ini aku tidur menyamping, menghadap Indri tepat di sebelahnya.

“Ndri...”
“Hmm. Apa mas?”
“Mobilnya udah dibenerin tadi. Sekarang tinggal nunggu mesinnya dingin dulu. Tinggal mataku yang berat” kataku sambil memejamkan mata.
“Terus maunya diapain masnya?” Indri memindahkan posisinya, mulai menggodaku.
“Emmm...diapain ya? Badan pegel semua nih”
“Oooo, kalo gitu biar Indri panggilkan Mbah Mo ato Novi aja?”
“Jiah, kalo gitu mah, itu namanya bunuh diri tau” jawabku ngasal
“Biarin, urusan elu, guwa bisa kok cari cowok lain yang lebih kaya dari mas” kata Indri dengan logat betawian
“Jiakakaka gayamu Ndri... aneh tau, gayamu itu. Sok pake logat betawi pula” aku tertawa lihat gaya Indri yang kaku banget.
“Ya udah, sini, tak pijeti”

Indri berpindah, menaiki tubuhku. Bersiap memijat badanku. Aku yang masih tertawa sontak meronta, membalas sambil memegangi tangannya. Badannya kubanting ke arah sebelumnya. Alhasil, Indripun terjatuh, kutindih dengan sempurna. Mukaku dekat sekali dengan mukanya. Kurasakan hembusan nafasnya yang hangat, seperti biasanya, yang selalu terasa indah di hati, yang selama ini kurindukan, kini kurasakan. Benar-benar kurasakan. Kupandang indah wajahnya, wajah yang selalu kukagumi. Diapun juga melakukan hal yang sama, hanya saja kali ini pipinya bersemu merah sekali.

Entah siapa yang memulai, tahu-tahu bibir kami sudah bertaut. Kuhisap lembut bibirnya. Kuhisap kenikmatan darinya, cintanya, segalanya dengan seluruh perasaan yang ada padanya. Membuatku ringan hingga terasa melayang. Membuatku lupa akan dunia ini. Membuatku hanya mengingat Indri dan Indri saja.

Kami menikmati ciuman ini, hingga tiba-tiba Indri dengan pelan menghindar dariku.

“Kenapa?” aku bertanya
“Ini salah mas”
“Ya aku tahu”
“Seharusnya kita gak boleh melakukan ini”
“Iya aku tahu”
“Aku gak mau mas mengkhianati Novi. Aku gak mau aku menjadi penghancur hubungan kalian” Indri mulai terisak

Aku terdiam. Kusadari dalam relung hati ini, aku masih mencintai Novi. Walaupun di sisi lain aku juga mencintai Indri, dengan perasaan yang sama besarnya. Dan itu yang membuat dadaku terasa sesak.

Aku tersenyum. Aku telah mengambil keputusan. Sebuah keputusan tentang masa depanku. Keputusan yang kelak pasti akan kupertanggungjawabkan. Dan aku yakin keputusan ini yang terbaik buatku, dan juga mereka.

Kubelai lembut rambutnya, lembut sekali, hingga Indri merasa nyaman denganku. Kukecup keningnya, Indri terpejam. Kubelai kembali rambutnya, aku merebahkan diri di sampingnya. Kupeluk hangat tubuhnya, mencoba membuatnya merasa terlindungi. Indri semakin merapatkan tubuhnya ke pelukku. Kukecup kembali keningnya.

Kecupanku perlahan turun ke mata, hidung, hingga bibir kami bertemu lagi. Kecupanku dibalas dengan lembut oleh Indri. Bibir kami berpagut, saling menghisap. Lidah kami saling berkait satu sama lain, seakan tak ingin kehilangan kesempatan ini.

Tanganku sekarang mulai bergerak. Naik turun secara perlahan, menyusuri punggungnya, memberi kenyamanan kepadanya. Kemudian berhenti di belakang kepalanya, untuk membantu memperkuat ciumanku, untuk menegasakan bahwa aku benar-benar ingin dirinya.

Dengan mata terpejam, Indri membelai dadaku. Menginginkan seluruh kekuatanku untuk melindungi jiwanya, hatinya, hanya dia seorang. Bukan yang lain.

Tanganku mulai berpindah ke depan, membelai gundukan kecil nan indah dari luar kaus yang dikenakannya. Meraba, berputar, meremas, menggelitik setiap saraf kecil di dalam sana, memacu setiap hormon dalam tubuh, menaikkan emosi, memulai pendakian menuju puncak kenikmatan birahi.

Beberapa saat kemudian Indri melepas ciumannya.

“Aku cinta kamu, mas” kata Indri mantap, sembari melepas kaus yang dikenakan dan melemparnya sembarangan. Begitu pula denganku, kulepas semua dalam sekejap.
“Aku juga Ndri. Gak pernah sedetikpun kulupakan cintaku padamu”

Aku kembali menciumnya dengan penuh nafsu. Entah, mungkin ada sedikit emosi, juga kasih sayang. Saat ini aku benar-benar ingin merasakan kebersamaan dengannya. Aku merasa seolah dunia akan berakhir besok.

Kubuka pengait beha di punggungnya. Kulepas dan kulempar sembarangan. Bibirku mulai bergerak. Menjelajah dagu, leher, menyusuri dada indah miliknya, dan akhirnya hinggap di puncak bukit indah itu. Kuhisap puting kecil yang menyembul di tengahnya. Kureguk kenikmatan itu.

“Ooooh massss” Indri mendesis. Merasai setiap rangsangan yang kuberikan.
“Nikmati aku massss” Indri memohon dalam kenikmatannya

Kulepaskan puting itu. Bibirku kembali berkelana ke bawah tubuhnya. Menikmati perut dan menggelitik pusarnya. Lidahku meneguk, juga menyampaikan seluruh kasih sayang kepadanya.

Pinggulnya ditarik ke atas tatkala aku membuka celana dan CD dan menurunkannya. Kuturunkan perlahan sekaligus kuhisap mesra setiap kulit yang terbuka setelahnya. Tubuhnya menggelinjang, mengharapkan kenikmatan lebih dari sekedar kenikmatan birahi purba.

Kupandang sejenak badannya, tanpa busana. Sebuah keindahan purba. Ciptaan sempurna dari Yang Maha Kuasa, saat ini sedang terlentang pasrah menanti pengharapan dariku.

Kuhisap jari kakinya, kemudian naik melalui kulit-kulit di betisnya, merayap ke paha, dan berhenti di pangkalnya. Kuhirup sebentar aroma yang selalu kurindukan. Dibuka kakinya lebar-lebar. Kujilat perlahan bukit berbelah itu. Merangsang saraf, menghantarkannya menuju kenikmatan purba yang selalu dia idamkan.

Tangannya meraih kepalaku. Menekannya, memastikan agar tiada pernah lepas lagi kenikmatan itu. Lidahku bermain-main di klitorisnya, menuntunnya mendaki puncak kenikmatan sejati. Membuat tubuhnya menggeliat kesana kemari.

“Ooooohhhh” pekiknya tertahan ketika badannya melengkung menahan nikmat. Kakinya kaku menjepit tubuhku. Tangannya menekan kepalaku agar terbenam semua di dalamnya. Kurasakan cairan kenikmatannya di lidahku.

Nafas Indri terengah-engah. Matanya memejam, meresapi sisa-sisa orgasme yang baru saja dia dapatkan. Wajahnya menampakkan rona kepuasan atas segala penantiannya selama ini. semua terlihat tampak indah di mataku. Wajah itu, tubuh itu, segala yang ada di hadapanku. Kekasih sejatiku. Cinta abadiku. Kini semua ada di sampingku.

Perlahan indri membuka matanya. Sambil tersenyum, perlahan dia bergerak menindihku. Bibirnya mencari-cari bibirku, mengulumnya dengan penuh perasaan. Gairah bercampur dengan cinta, entah apa namaya. Jiwaku menuntut segala penuntasan perasaan ini. Membuatnya hingga menjadi sesuatu yang..... Sempurna. Ya, kini aku sedang mentransformasikan seluruh perasaanku terhadap perempuan di hadapanku ini menjadi suatu kesempurnaan.

Tanganku dengan agresif meremas payudaranya, memainkan kedua pucuk yang menjulang di atas bukit itu. Bibirku kini turun menciumi lehernya, kemudian bergerak menuju dadanya, dan dengan segera menggantikan tanganku menjamah kedua bukit kembarnya. Sekilas kulihat bibirnya tersenyum. Wajahnya menampakkan raut kepuasan. Membuatku semakin yakin bahwa akulah yang diinginkannya. Membuatku semakin yakin kalau aku juga mencintainya, sama besarnya dengan cintanya padaku.

Entah bagaimana caranya, tahu-tahu aku sudah menindih tubuhnya. Dengan lembut Indri memegang batangku, menuntunnya menuju ke vaginanya.

“Ahhhh.....” hanya itu yang terucap. Indri merasakan kenikmatan tiada tara ketika batangku mulai memasuki tubuhnya.

Kudiamkan sesaat sang penis di dalam sarangnya. Kunikmati rasa geli-geli nikmat yang menjalar sepanjang sarafku. Kulihat bening matanya, menatap penuh kekaguman pada diriku. Tersirat rasa cinta diantara kami. Tak perlu ada kata, tanpa suara, tetapi hati kami telah bertaut, melalui pandangan mata yang menyatu.

Kugerakkan pinggulku perlahan, menarik sang pelir ke luar, kemudian mendorong dalam. Indri mendesah “Aaaaahhhh.....”. pinggulnya menggelinjang kegelian.

“Emmhhh....” Pinggulnya naik, turun, ke kiri, ke kanan, bergerak tak beraturan, ketika kutambah kecepatanku. Tekanan demi tekanan terus kuberikan. Kipas anginpun tak sanggup lagi mendinginkan kamar akibat aktivitas kami. Bulir-bulir keringat mulai menetes dari daguku, membasahi tubuhku, melunturkan dukaku. Meringankan seluruh beban yang mengganjal di hatiku.

Entah berapa lama kami bersetubuh. Rasanya hanya sebentar saja, tetapi peluh telah penuh membasahi tubuh kami. Hanya satu variasi yang kami lakukan, tetapi rasanya seluruh dahagaku telah tersampaikan. Gairahku terlampiaskan dengan sempurna. Seluruh rasa cinta, cita, dan harapan kutuntaskan melalui kedutan demi kedutan yang kulepaskan ke dalam rahimnya. Seiring pancaran benih cinta yang terlepas, kutitipkan seluruh jiwa ragaku kepadanya.

“Terima kasih Ndri” Kataku sesaat setelah kucium keningnya.

Matanya terpejam, menikmati sisa-sisa denyut kenikmatan yang masih ada. Senyum kepuasan terpancar dari bibirnya.

“Aku cinta padamu, Ndri”
“Aku juga mas”
“Bersediakah kau menyimpan cinta kita selamanya?”
“Ya, mas. Aku bersedia. Akan kusimpan untukmu, mas. Selamanya”
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Novi pai, novi...

Novi wooi pai novi,

Lu punya hati kagak sih pai? Argh! Novi pai, novi!

He he he...

Alus, cerita lu suhu pai... mantabz
 
Akhhkhhhhh...:galak:

Ngegantung banget nih suhu Pai...
Ini nyimpen cintanya buat kenangan apa buat masa depan nih..

Kalo buat masa depan...hadewhhh kasihan sekali dirimu Novi..:galau:
 
Pasti ini yang dikhawatirkan Novi....
 
kok indri sih pai? :galak:

jatah pai kan novi, indri mau ditikung juga :pandaketawa:

pengen dikomenin ss nya? :ngupil:

entar aja deh, aku arep mlipir sik nenangin novi :cup:
 
udah nglempar bumerang bwt jd bom wakt bwt hub. pai ma novi hadewww, sakit ny nant past d jidat tuh novi nya, kuat g nahan pai tetp d sisinya, duh cah ayu,nimbang ama pai ma. reader d sini aja slalu setia :pandajahat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd