Kemarin adalah masa lalu. Besok adalah masa depan. Dimanakah kita berada? Hari ini, saat inilah kita berada.
Lembar demi lembar kanvas masa depan yang tersaji, pasti akan kita gores dengan kuas yang kita tentukan sendiri warnanya. Menjadikannya lukisan, satu demi satu. Apapun wujud lukisan itu, baik atau buruk, itulah masa lalu kita. Itulah takdir yang telah kita lewati.
Chapter 24 : Aku Percaya Pilihanku
Sore ini, aku duduk di teras depan kamar kost ku. Kemarin, aku sudah menuliskan pilihan yang kelak akan aku jalani. Aku tahu, keputusanku mengantarkan Indri ke Sumenep akan membawa konsekuensi yang besar, terutama bagiku di masa depan. Dan aku harus menyiapkan banyak kuas dan cat yang nanti akan kugunakan untuk melukis kanvas-demi-kanvas berikutnya.
Tadi siang Novi telah kembali dari rumahnya di Jakarta, untuk mengurus wisudanya yang akan dilaksanakan tiga hari lagi. Sedangkan wisudaku? Aku sendiri sudah selesai mempersiapkannya (entah apa yang perlu dipersiapkan oleh wisudawan laki-laki). Acaranya sendiri dilaksanakan besok pagi. Orang tuaku datang besok, langsung ke gedung serbaguna, tempat dilaksanakannya wisuda.
Mas Pai... Ucapnya dari gerbang kost.
Aku tersenyum melihatnya
Hai Nov. Gimana kabarmu sayang Ucapku setelah Novi mendekat.
Baik, muach Novi mengecup ringan pipiku
Ni buat calon suamiku tercinta Novi memberi bingkisan kepadaku
Heh? Apa ini? Kok tumben? Gak usah repot-repot Nov
Halah, buat suami sendiri kok repot
Kubuka bingkisan itu, dan tersenyum karenanya.
Terima kasih banyak ya Nov. Sudah perhatian sekali sama Paidi
Hehehe. Besok kan mas?
Iya. Novi datang kan?
Novi tersenyum tersipu, manis.
Gimana kabar mas Pai selama Novi tinggal?
Alhamdulillah baik, masih tetap seperti ini. Nih, apa ada yang kurang? ucapuku sambil menepuk kepala, dada, dan perut.
Hehehehe gak sampe segitunya kali mas
Hahaha biar saja, siapa tahu Novi masih pengen ngecek kondisiku
Idih, gak segitunya kali
Hehehe, gimana kabar Novi selama di Jakarta? Gimana Papa Novi?
Alhamdulillah, baik-baik semua. Papa malah antusias pengen mas segera ke sana
Hah? Masa? Ucapku dengan ekspresi terkejut yang dibuat-buat
Iiiih mas Pai, nyebelin. Ekspresinya itu lho... Nggilani
Cih, udah mulai terkontaminasi bahasa sini ya
Eh? Masa? Beneran nih? Novi tersipu
Hahahaha gak papa lah kalo Novi begitu
Emang gak papa. Ciyus?
Ciyus? Gini nih. Muach Kukecup pipinya cepat
Awww Mas.... Novi terkejut dengan seranganku yang mendadak
Sesaat kemudian kami tertawa. Suasana saat ini terasa riang sekali. Akupun merasa ketika bersamanya seluruh bebanku terhapus begitu saja. Novi mampu menghadirkan suasana ceria dalam sekejap. Ku akui itulah kelebihannya.
Oh ya mas, ceritain ke Novi dong, gimana bisa ke Banyuwangi? Rame kagak?
DEG...
Pertanyaan yang sungguh aku hindari sodara.
Banyuwangi? Jauh
Iya? Emang berapa lama dari sini?
Lama sih, setengah harian dari sini. Kalau berangkat pagi bisa sore atau malem sampainya
Oooo. Kapan-kapan ke sana yuk
Hehehe boleh kalau ada waktu aku tersenyum kecut.
Tersenyum manis, Novi menyandarkan kepalanya di pundakku. Kurasakan sentuhan-sentuhan kasih tulus tanpa noda. Kucium kepalanya, dia menoleh. Kutatap matanya. Mata orang yang benar-benar mencintaiku dengan sepenuh hati.
Apa salahnya aku punya mimpi sanggah Novi
Kita gak bisa terus-terusan hidup dalam mimpi Nov
Kalau gitu akan kubuat mimpi itu menjadi kenyataan kata Novi mantap
Akan kutunggu kau walaupun Novi harus sendiri sampai tua
Rasa bersalah tiba-tiba menyeruak dari dalam hati. Menggoyahkan keangkuhan, membuatku tersadar yang telah kulakukan. Maafkan aku Nov. Aku menyembunyikan fakta ini darimu.
Pai....
Kau jahat Pai....
Dia itu lho mencintaimu tulus....
Tapi kau khianati dia....
Dadaku penuh sesak. Kebimbangan kembali menyeruak. Pikirku kembali terkotak. Aku tahu aku mencintai Indri. Tapi di sisi lain aku juga mencintai Novi, sama besarnya dengan perasaanku kepada Indri.
Aku tahu keputusanku kali ini akan membawa implikasi panjang dalam perjalanan kehidupanku selanjutnya. Namun tak kurang rasa bimbang juga menyeruak dari dalam hati, haruskan kusakiti hati orang-orang yang kucintai dan mencintaiku?
Maaf, saat ini aku belum bisa menjadi pacarmu. Tapi aku janji suatu saat ketika hati ini sudah mantap, akan kulamar kau seperti seorang ksatria yang melamar putri raja
Hiks... terima kasih mas.... kata Novi sambil terisak
Hanya satu tugas Novi kedepannya
Apa itu?
Ajari aku cara mencintaimu
Apapun itu, aku akan melakukannya untukmu, ksatriaku
Nov...
Ya mas?
Apakah kau percaya kepadaku?
Kenapa mas bertanya seperti itu?
Entahlah, aku hanya ingin memastikan masa depanku
Pastilah mas. Hanya kau yang ada di hatiku. Aku percaya sepenuhnya kepadamu
Terima kasih banyak Nov
Pai....
Jujurlah....
Katakan siapa yang kau cintai....
Siapa yang kau pilih....
Kemana kau kan melangkah....
Bersikaplah seperti seorang ksatria....
Katakan....
Sejujurnya....
Novi kembali meletakkan kepalanya di pundakku. Bermanja terhadapku. Dipeluknya mesra lenganku. Dimainkan lembut jemari tanganku.
Aku cinta padamu, Ndri
Aku juga mas
Bersediakah kau menyimpan cinta kita selamanya?
Ya, mas. Aku bersedia. Akan kusimpan untukmu, mas. Selamanya
Bismillahirrohmanirrohim....
Nov... aku ragu, entah, mungkin juga takut
Maafkan aku kataku pelan
Maaf kenapa Novi berkata tanpa menoleh
Aku... kataku tertahan
Aku percaya pilihanku. Aku percaya itu kamu. Bila memang salah, biarlah salahku. Bukankah aku berhak cintai kamu, selama kau mencintaiku. Akan lebih salah jika kuabaikan rasa ini...