Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Cerita Paidi

Maaf, terlalu lama. Update kali ini masih sangat pendek. mungkin bagi anda penikmat cerita, cerita ini hanya seperti selilit. Baru sempat menikmati alurnya, udah berhenti duluan. untuk itu pai sekali lagi mohon maaf :ampun:

Baiklah, daripada menunda lebih lama lagi, kita tampilkan update cerita paidi.
 
Seorang pemancing ikan dalam prosesnya harus memiliki keberanian, kesabaran, dan perhitungan yang benar-benar pas, agar hasil pancingannya sesuai dengan yang diharapkan. Jika tidak, bersiaplah bila ikan yang ditargetkan tidak akan pernah terambil untuk selamanya.

Demikian pula untuk mewujudkan harapan. Secercah harapan, haruslah dipupuk, dan ditegaskan hingga berubah wujud menjadi kenyataan. Untuk mewujudkannya diperlukan keberanian dan kesabaran dengan perhitungan yang benar-benar pas, sehingga apa yang diharapkan tidak akan terlepas, sehingga menyakitkan bagi diri sendiri.

Di luar itu, ada beberapa faktor yang tidak dapat kita atur sekehendak kita. Yang paling utama adalah keberuntungan. Seorang pemancing handalpun, tidak mendapatkan ikan hanya dengan sekali lempar kail saja, kecuali dia benar-benar beruntung. Demikian juga dalam hal asmara. Sangat jarang seorang lelaki yang mendapatkan kekasih hati hanya dalam satu kali percobaan. Ditolak, putus, dicueki, bahkan dihina adalah hal biasa bagi lelaki pemuja cinta sejati.

Sayangnya hal itu pun berlaku pula untukku. Entah berapa kali aku hendak menyatakan cinta kepada wanita, tetap saja tak ada keberanian dariku untuk mengungkapkannya. Oleh karena itu ketika kesempatan itu datang, jangan sampai kusia-siakan harapan yang datang mendekat. Rengkuh dan raihlah harapan itu, wujudkanlah menjadi kenyataan. Jadi, apakah kali ini harapan itu dapat terwujud? Dapatkah aku melepaskan gelar kebangsawananku sebagai seorang "Jomblo Sejati"?. Hanya Tuhan yang tau masa depan manusia hehehe.


Chapter 3 : Somewhere in the Saturday night


Hari yang dijanjikan tiba. Sore itu aku menjemput Dhea di kostnya. Setelah menunggu sebentar, keluarlah Dhea dengan wajah centilnya yang entah kenapa terlihat menjadi lebih....manis....

"Hai kakaaak"
"Hai Dhea. Udah siap? Bawa jaket gak?"
"Oh iya....lupa"

Dhea masuk lagi....

Aku menunggu lagi deh....

Keluar lagi.

"Apa lagi yang kurang"
"Apa ya....tau deh"
"Yuk berangkat"
"Ayo"

Payung merupakan satu ruas jalan sekitar 5 km dari alun-alun Batu (saat itu belum jadi kota) menuju ke kota Kediri/Jombang. Di sana banyak terdapat warung-warung lesehan yang menyediakan beragam makanan, dari jagung bakar, bakso, sampai makanan berat seperti nasi pecel, rawon, dll. Minuman yang disajikanpun beragam, umumnya yang hangat-hangat. Biasanya sih hampir setiap malam tempat ini ramai dikunjungi orang-orang yang ingin melihat pemandangan batu dari atas, atau sekedar hang out rame-rame. Jam sibuk di sini mulai dari jam 7 an sampai jam 12 an malam

Setelah menempuh perjalanan 1 jam, aku dan Dhea tiba di payung. Kuparkirkan supra ku di depan salah satu warung yang menyajikan pemandangan menarik. Waktu yang masih "terlalu sore" membuat kawasan itu tidak begitu ramai, sehingga cukup mudah mencari warung yang ideal.

Segera setelah memesan makanan, aku dan Dhea duduk di pojok, tempat ternyaman untuk melihat pemandangan batu dan jalan sekaligus. Sambil duduk Dhea terus mendekap mesra tangan kananku. Toket kirinya yang sekel menekan keras lenganku.

Banyak waktu kami habiskan untuk mengobrol dan bercanda bersama. Saling berbagi cerita, suka dan duka di waktu itu, sampai kami benar-benar kehabisan bahan pembicaraan.

"Kakak..."
"Ya..."
"Dingin"
"Hmm..."

Diam..........

"Kaak..."
"Ya..."
"Cakep...pemandangannya"
"Banget" hampir aku kege-eran

Diam lagi. Entah kenapa, otakku benar-benar buntu, tidak bisa mencerna situasi, membimbing bibirku mengatakan sesuatu. Pikiranku beku, tidak dapat memerintahkan lidahku sehingga menjadi kelu.

Aaah, khayalanku menerawang kemana-mana, meninggalkan Dhea seorang diri di sampingku. Aaah, imajiku menerabas batas-batas yang tidak pernah kupikirkan sebelumnya.

"Kaaak"
"Apa"
"Jagungnya enak"
"Jagung yang mana?" pikiranku mulai gak karuan
"Yang mana ya..." manjanya

Aku mesti hati-hati nih. Pengalamanku boleh nol, tapi logikaku menunjukkan gejala yang tidak enak. Salah langkah, bisa berabe nih, hehehe.

"Emmm....ya gak tau lah. Kan yang ngerasain Dhea" kukecup pelan keningnya
"Kak"
"Ya"
"Nyaman banget bareng kakak"
"He hem?"
"Enak"
"Oya?"

Kugenggam jemari tangannya. Dhea memejamkan mata. Menikmati setiap remasan lembut yang kulakukan. Jujur, sekian lama aku hidup di dunia ini, inilah tindakan terjauhku terhadap seorang wanita. Jantungku berdetaknya lebih kencang, bagaikan genderang mau perang.

"Dhea"
"Ya kak"
"Seneng ya"
"Banget"
"Mau gini terus?"
"Ho oh"
"Aku yang capek, sayaaang"
"Heh?" dia terkejut...sebentar kemudian ketawa sendiri.

Cepat ku tegakkan badanku yang sudah miring dan menggerakkan tangan kiriku yang sudah mulai kram akibat terlalu lama menyangga badanku yang miring ditindih Dhea, sekaligus meregangkan otakku yang sudah mulai kaku.

"Dhea" ucapku setelah kondisiku lebih baik
"Ya kakak" sambil memonongkan mulutnya
"Suka kakak manjain gini" sambil kupeluk lagi pundaknya
"Banget"
"Mau lagi?"
"Apanya"
"Dimanjain"
"Ho oh"
"Turun yuk"
"Ngapain?"
"Manjain Dhea"
"Manjain apa manjain" wajahnya mulai mengkerut
"Trus...maunya diapain" kuusap lembut punggung tangannya
"Manjain terus satu kali dua puluh empat jam setiap hari" rengeknya

Aku tertawa.... kami tertawa....

"Dhe...."
"Hmm...."
"Turun yuk"
"Hmm..."
"Dah jam setengah sebelas nih"
"Heh?" diliriknya jam di tangannya
"WHATTT!"
"Sampe sana jam setengah duabelas. trus Dhea gak bisa pulang dong"
"Ya udah kita nginep dulu di sini" lanjutku
"Takut ah"
"Takut diapain?"
"Takut digituin kakak"
"Ya udah tak manjain aja"
"Hmm..."
"Mau ya"
"Tapi gak pake gitu-gitu ya"
"Lihat aja nanti.....mau ya?"
"Terserah kakak ajah"

BINGGO! Pintu telah terbuka lebar sodara!

Langkah itu semakin dekat sodara. Khayalan yang selama ini kuidam-idamkan, fantasi yang selama ini terus menghiasi pikiranku, semakin dekat dengan kenyataan. Darahku mengalir jauh lebih cepat, dari ujung kaki ke ujung kepala hahaha.

Jadi... gak perlu pake lama. Setelah bayar ke kasir, langsung ngegas pake supra kesayangan. Gak lupa otak langsung googling : "Find any random hotel near here, kalo perlu yang nearest!".
 
ya udah, karena ini masih juga sangat pendek, pai tambahin bonusnya deh :sendirian:
 
Manusia pada kodratnya adalah makhluk hidup. Oleh karena itu manusia juga mempunyai ciri-ciri berkembang biak. Pelajaran biologi SMP, maupun SMA mengajarkan bahwa perkembangbiakan dibedakan menjadi perkembangbiakan vegetatif maupun generatif. Ketika tumbuhan dan hewan sederhana, mampu mengembang biakkan secara vegetatif, maka struktur yang lebih kompleks, harus berkembang biak secara generatif jika tidak ingin spesiesnya punah.

Selain itu, manusia juga makhluk sosial, punya akal, punya rasa, dan punya karsa. Itulah yang menjadi mendasari adanya budaya. Untuk melaksanakan "kewajibannya" mengembangbiakan spesiesnya, manusia memiliki tata cara tersendiri. Ya agak mirip-mirip dengan beberapa hewan terentu sih, sayang dengan sombongnya manusia tidak mau disamakan dengan hewan. Padahal polanya itu mirip banget. Perempuan pasti memilih laki-laki yang paling sesuai dengan dia kehendaki. Entah itu yang paling kuat, atau paling tampan, atau paling pintar, atau dompetnya tebal (hewan punya dompet gak ya?). Itulah yang menjadikan stigma "Laki-laki menang memilih, perempuan menang menolak".

Atas dasar stigma tersebut banyak laki-laki (atau pria, cowok, lanang, gent, atau dengan sebutan lain) saling berebut mendapatkan perhatian dari perempuan (atau wanita, cewek, wedok, lady, atau dengan sebutan lain). Dan parahnya walaupun perbandingan laki-laki dengan perempuan hampir seimbang, banyak laki-laki yang tidak beruntung mendapatkan perempuan yang diincarnya. Yup, mau disangkal atau tidak, aku adalah salah satu dari golongan itu. Bahkan sampai sekarangpun aku masih berstatus seperti itu. Bukannya aku tidak mau, atau sok jual mahal. Hanya saja dengan modal yang sudah kusebutkan dulu, aku belum pernah memberanikan diri untuk mendekati perempuan. Jadi sampai saat ini diriku masih memegang rekor yang bisa kubanggakan: "Belum pernah ditolak cewek manapun!". Walaupun itu hanya kamuflase bahwa aku belum pernah nembak cewek manapun.

Akibat ketidakberanianku membuat request seorang kekasih, aku jadi tidak mempunyai pengalaman di dunia persilatan. Jangankan menyentuh, "mendekatipun" aku tidak berani. Oke, katakanlah teman wanitaku banyak, tetapi hanya sebatas teman, tanpa embel-embel. Sampai saat ini hanya Ibuku yang pernah menetekiku. Itupun pada saat aku bayi. Di era remajaku, untuk pertama kalinya aku bisa berboncengan dengan perempuan yang lebih "dekat", maaf, "lebih dekat" denganku. Inilah perempuan pertama yang mau kupegang tangannya. Inilah kali pertama aku berbuat lebih jauh dengan seorang wanita. Inilah pengalaman pertamaku...


Chapter 4a : Pengalaman pertama


Tak butuh waktu terlalu lama, sampailah kami di sebuah hotel. Lumayan kecil sih. Deg-degan juga pas mau masuk ke lobby. Jujur ini pertama kalinya aku masuk ke hotel, ngadep resepsionis sendiri pula. Jadi pas tanya ke resepsionis juga rasanya berat-berat gimanaaa gitu. Emang layanannya ramah sih, hanya pas lihat menu yang ditawarkan : "Standard roon Rp.180.000,00".

Uang saku 2 minggu itu!

Itung-itung daripada ada yang berubah pikiran, ambil aja lah. Resiko tanggung belakangan. Yang penting hepi dulu. Sekilas kulihat Dhea pasrah melihatku sambil duduk di sofa. Kuperkirakan dia sama tegangnya denganku. Teringat ada perlakuan berbeda darinya waktu berboncengan sebelum dan sesudah dari payung. Jika sebelum ke payung, Dhea lebih menjaga jarak denganku, entah karena kedingingan, atau karena lebih nyaman, sepanjang perjalanan menuju hotel dia memeluk erat diriku. Kenyal dadanya begitu hangat terasa di punggungku. Entah karena dinginnya udara malam ini, atau dia merasa lebih nyaman. Atau dua-duanya hehehe.

"Kami antar ke kamar anda mas" begitu kata belboy

Dhea pun mengikuti di belakang, agak jauh. Mungkin malu.

"Silahkan ini kamar anda mas" kata belboy begitu sampai ruangan.

Lumayan. satu kasur ukuran sedang, lebih besar dari kasur di kostku, satu meja panjang dengan televisi diatasnya dan rak-rak kecil di bawahnya, satu lemari pakaian ukuran kecil. Kamar mandi dalam, dan....selesai. Aku melepaskan jaket yang kukenakan, kutaruh di gantungan yang tersedia, begitu pula Dhea.

"Dhea bubuk aja kalo ngantuk" kataku sambil menghidupkan tivi
"Takut ah"
"Takut apa?"
"Ada maling ngintipin daleman orang"
"Huuuh maunya" sahutku sambil duduk di kursi rias.... satu-satunya kursi di kamar
"Hehehe..."
"Hehehe..."

Kami tertawa bersama, lalu diam....

Lamunanku menerawang jauh. Jantungku sudah berdetak tak karuan. Kakiku dingin luar biasa. Rasanya kalau bisa aku akan kembali ke masa lalu dan menolak melakukan hal ini. Tapi sudahlah, terlanjur. Daripada dibatalkan lebih parah lagi akibatnya hehehe.

"Katanya mau manjain Dhea... mana?" rajuknya
"Iya bentar ah"
"pilemnya lagi bagus nih"
"Iiih....mau pilem apa Dhea sih?"
"Iya iya"

Segera aku berpindah ke kasur. Kupeluk Dhea, kukecup keningnya, dia diam.

"Gimana? udah?" tanyaku, Dhea terdiam
Sebentar kemudian Dhea pergi ke kamar mandi...
"Pipis dulu, dingin"

Kulanjutkan menonton tivinya....

Sebenarnya dari tadi mau masuk ke hotel jantungku sudah berdetak tak karuan. Sekarang malah tambah parah. Sekarang aku malah gak tahu harus melakukan apa. Menonton tivi hanyalah pelarian saja dari bayangan-bayangan "masa depan" yang berkelbat di otakku. Sungguh pikiranku sudah tidak bisa fokus lagi. Perasaanku tak tenang. Antara senang, takut, ciut nyali, ya, dan tidak campur aduk jadi satu.

5 menit kemudian Dhea keluar langsung ambruk di sampingku, memeluk lenganku.

"Kakaaaak...muachhh"
"Hei, geli tau"
"Biarin weeek"

Aku merasa ada gelagat aneh dari Dhea. Seperti nanggung banget gerakannya, tidak seperti biasa. Akhirnya kaku juga melanda hatiku. Ragu yang semakin menjadi. Antara terus atau berhenti. Apakah ini rasanya jadi yang pertama? Entahlah.

"Dhe"
"Ya"
"Aku baru belum pernah seperti ini sebelumnya"
"......."
"Agak takut juga sih"
"Trus kita pulang?"
"Emmm...gimana ya?"
"Rugi dong dengan usaha kakak yang sejauh ini"
"Iya juga sih"
"Jadi?"

Meskipun ragu, kukecup pelan keningnya, dia terdiam. Menikmati. Kupegang lembut kepalanya, kecupanku mulai turun ke mata kanan, kemudian ke kiri, hidung, terus ke pipi..... Dhea mulai menggeliat. Tangannya merangkul leherku. Ditariknya kepalaku hingga bibirku bertemu dengan bibirnya. Dihisapnya bibirku, aku gak tahu harus berbuat apa, sehingga kulakukan hal yang sama. Lidahnya menyapu bibirku, kubalas hingga lidah kami saling menyapu. Lembut sekali.

Selama beberapa saat mulut kami saling menghisap, dan lidah kami saling menyapu, memberikan kesan aneh dalam pikiranku. Inikah rasanya berciuman?

Akhirnya aku dapat jawaban awal atas sebuah pertanyaan, kenapa orang begitu menikmati yang begituan. Ciuman rasanya ajib. Mak nyus! Padahal itu baru ciuman, belum yang lain. Jantungku terasa berdetak lebih kencang. Jauh lebih kencang daripada sebelumnya.

"Dhe" ucapku setelah bibir kami terlepas
"Ya kak?"
"Jujur baru pertama ini kakak berciuman"
"Wah....asik dong, Dhea dapet ciuman pertamanya kakak" sahut Dhea centil
"Emang Dhea udah pernah?"
"Kasih tau gak ya..."
"Ayolah.... pliiis" kupererat pelukanku ke Dhea
"Emmmm udah sih, dulu" jawabnya sedikit mengejutkanku
"Wah berarti aku bukan yang pertama dong"
"Hehehehe"
"Emang sama siapa dulu ciumannya?"
"Pacar Dhea...waktu sma dulu"
"Udah ah kak, jangan ungkit-ungkit masa lalu, sakiit"
"Ya udah kalo gak mau. Aku gak maksa kok"

Aku tersenyum, Dhea tersenyum. Manis...

Pelan-pelan didekatkan wajahnya. Sekarang sudah sangat dekat, kalau aku mau bisa saja aku sosor bibir itu.

Sejenak kami saling memagut mesra. Dhea memejamkan matanya yang sembab. Aku membelai rambutnya. Saat bibir kami terlepas, pipinya menempel di wajahku. Kusapukan hidungku ke pipinya, ke kiri-ke kanan-kiri-kanan-kiri-kanan. Gemas.

Aku begitu menikmati perlakuanku kepadanya. Inilah pengalaman pertamaku menjelajah kenikmatan purba. Kenikmatan yang mampu mewarnai dunia. Kenikmatan yang dicari oleh semua orang, bahkan dari jaman manusia ada. Namun jauh dalam dasar hatiku, aku berpikir, is it a right thing?
 
yaaaaah sensor:jimat:.. baru juga nyosor,, sia-sia bikin lubang buat:genit: ngintip....


:mindik:
*adeganlanjutansesuakan
dengandayapikirmasing2
:D
 
yaaaaah sensor:jimat:.. baru juga nyosor,, sia-sia bikin lubang buat:genit: ngintip....


:mindik:
*adeganlanjutansesuakan
dengandayapikirmasing2
:D
hehehe ada lah, masanya begituan. Tapi tidak pada apdet kali ini. Mungkin apdet berikutnya sudah bisa diintip adegannya
 
kasian lu pai...
barternya gak setimpal, ngasih yang pertama tapi dapatnya yang sekian...

poor you bro...!
om TS nya tega banget ya pai..???
 
bikin geregetan aja mas Pai :khappy:
 
Cobinong bos, duit cair.
 
"Ya agak mirip-mirip dengan beberapa hewan terentu sih"
Menonton tivi hanyalah pelarian saja dari bayangan-bayangan “masa depan” yang berkelbat di otakku.

Ada typo nyelip om pai :beer:

Om pai..narasinya terlalu panjang-dan ngalor-ngidul terlalu melebar om..malah ilang kesan naturalnya..kerasa bosan dinarasinya. Jujur, ane malah langsung skip bagian narasinya.

:baca:

Diluar narasi..cerita intinya udah rapi, step2 mulai menuju SS bs dinikmati feelsnya kok om..

Tp kentang :galak:


Update pendek jg gpp kok om ,om pai kan rajin updatenya:pandaketawa:

Rileks aja om :beer:

Tetep semangat om :banzai:
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd