Di kamar yang dingin, dengan cahaya remang, teletubbies berpelukan....
Paidi : Woi, bukan itu intronya!
TS : Eh iya...maaf salah pilih VCD. Maaf maaf....
Tatkala dingin mulai menyergap raga, dan jiwa telah dipenuhi asmara,
dua insan yang sedang dimabuk asmara telah bersama.
Tanpa kata, tanpa suara, hanya tubuh menjadi bahasa.
Memadukan irama, hingga tercipta harmonisasi indah
Menjadi nyanyian dunia
Chapter 4b : warming up
Keadaan yang kualami saat ini sungguh berbeda. Kali ini aku hanya berdua dengan seseorang yang bahkan bukan mukhrimku. Bukankah telah ditegaskan jika ada dua insan yang bukan mukhrimnya berduaan di satu tempat, maka yang ketiga adalah setan! Dan celakanya, setan itu rasanya manis Brooo....
Di sebuah kamar hotel di kawasan Songgoriti, Batu, tampak dua insan berlainan jenis sedang bermasyuk mesra, saling membelai, merasakan sentuhan terindah dalam kehidupan.
Kami berbaring menyamping. Aku membelai wajahnya. Manis sekali. Dhea tampak menawan dengan rambutnya yang teruruai.
"Suka?" tanya Dhea
"He em"
"Mau lagi dong..." lanjutku usil
"Maunya!" jawab Dhea sambil tersenyum.
Manis....
Aku mengecup keningnya. Dhea tersenyum.
Aku mengecup pipinya. Dhea masih tersenyum.
Aku mencium bibirnya, lembut sekali. Dhea membalas ciumanku, kubelai rambutnya.
Mata Dhea terpejam, menikmati ciumanku di sepanjang bibir mungilnya.
Akupun merasa ada di awang-awang. Pesona kenikmatan yang tak terperih melanda seluruh tubuhku.
Ciumanku semakin menjadi. Kulumat bibirnya bergantian, atas, bawah, atas, bawah.
"Mmmmh" Dhea melenguh. Nafasnya sedikit memburu. Dhea melingkarkan tangannya di leherku.
Dhea manis sekali. Aku mengelus pipinya yang sedikit bulat.
Aku menggigit pelan bibir Dhea dengan lembut, yang dibalas dengan sapuan lembut lidahnya di bibirku. Aku membuka mulut, menyapu lidah Dhea dengan lidahku.
"Hmmmmh" Kami saling menghisap.
Semakin lama semakin panas...
Nafas kami saling memburu.
Pelan tanganku mulai turun. Dari pipinya, sekarang memeluk lehernya, turun ke pundaknya, melewati lengan, mengelus pelan rusuknya. Naik-turun-naik-turun, hingga berhenti di pinggir payudaranya. Perlahan ke depan, meremasnya pelan, ragu.
Sepertinya Dhea mengetahui gelagat itu. Dilepaskan pelukannya, tangannya pelan menelusuri tangan kiriku. Dipegangnya punggung tanganku, diremaskan ke payudaranya. Keras rasanya.
"hmmmmmh" rintihnya tanpa melepaskan ciuman denganku.
Aku benar-benar tidak bisa konsentrasi dengan ciumanku. Perlahan kulepaskan bibirku, melihat sekilas mata, turun ke bibir, leher, dan dada indahnya. Dhea tersenyum. Diciumnya keningku, tersenyum lagi. Manis....
"Kakak belum pernah menyentuh wanita ya?"
Aku terdiam...
"Jujur aku sekarang tegang banget kak. Rasanya kek gimana gitu"
"Aku juga dek. Ini pertama kalinya aku.."
Dhea menciumku lagi. Kami berciuman, lebih mesra. Lidahku menggelitik lidahnya, langit-langit mulutnya. Lidahnyapun tak kalah agresif, digelitiknya lidahku, seolah memberikan perlawanan mesra.
Tanganku mulai berani meremas lebih kuat payudaranya. Keras. Rupanya bra yang dikenakan jenis keras. Entah apa namanya.
Dituntunnya tanganku ke pinggangnya, mengangkat kaus yang dikenakannya, kearah punggungnya. Kucoba membuka pengait bra nya.
Ahayyy gagal sodara!
Dilepaskan ciumannya, sambil tersenyum dibalikkan tubuhnya. Dituntunnya tanganku ke bawah punggungnya, kuangkat kausnya, kucari pengait bra nya. Ketemu. Kucoba lagi melepaskan kaitan, dan... kali ini berhasil!
Kutelusuri lingkar tubuhnya dari balik branya, ke depan, sampai ke payudaranya. Hangat, lembut.
Kusibak rambutnya dengan tangan kananku, kucium leher belakanya, Dhea menggelinjang nikmat.
"Oooh" tangan kirinya aktif membantuku meremas payudara kirinya. Entah yang kanan. Kutarik tubuhnya menghadap keatas, kucium bibirnya.
Kulepas lagi bibirku, aku menunduk, Dhea duduk. Kulepas pelan kausnya, terlepaslah dua guntukan indah dari kaus dan bra nya. Putingnya coklat muda mengacung tegak. Aku menundukkan wajahku ke dada kirinya. Wajah Dhea meringis seperti kesakitan waktu kuhisap pelan puting kirinya. Sementara tangan kananku sibuk membelai bukit yang satunya.
"Mmh.. ohh.. ooh.." Dhea menggap-menggap, tangannya mendekap kepalaku erat-erat, membuatku agak sulit bernafas, namun tangan kananku masih sempat menjelajah ke bawah, tepat di perut Dhea yang mulus, menyusuri lekuk tubuhnya.
"Kamu manis, beneran deh dhe" kataku jujur
"Huuu, gombal. Pasti ada maunya"
"Hehehe tau aja"
Kuturunkan kepalaku, kucium bibirnya. Kulumat sebentar, hisap, lalu mainkan lidah. Lumat, hisap, mainkan lidah lagi.
"Hmmmmh"
Tanganku masih belum terlepas dari dadanya ketika bibirku mulai turun, menjelajah lehernya, lalu ke dada. Kuhisap lembut pucuk harum itu, Dhea menggelinjang hebat. "ooooh" wajahnya memerah.
Aku menengadah ke atas. "hmm...henyaphfa?" tanyaku
Dhea tidak menjawab, ia malah membekap kepalaku menuju belahan dadanya. Aku segera melumat sepasang gunung yang kenyal itu.
"Hmmpfh" aku mencoba mencuri-curi nafas
"Ouuhhh kaaak"
"Hampphfa?"
"Ya ooough... begitu... iyaaah" Dhea meracau tak jelas, biarlah.
Aku menghisap putingnya, Dhea menggelinjang tak karuan.
"ooowhh aaaaarghhh kaaaaaak" Dhea sedikit berteriak ketika kugigit putingnya
"Oooooh"
"Auuuuuuwhh...udah kaaaaak" racaunya sambil mendorong kepalaku
Aku hisap kuat-kuat putingnya. Kupermainkan dengan lidahku.
Ooooh kaaaaaaaaaaaaaaaaaak"
Mata Dhea terpejam, wajahnya memerah seperti orang kesakitan. Dhea mendekap kepalaku erat-erat, sebelum tubuhnya mengejang.
"Umh.. h.. h.. hah.. h.." Mata Dhea setengah terpejam,bola matanya menghilang ke atas, bibirnya sedikit terbuka. Wajah Dhea merona merah, dipenuhi keringat. Seksi sekali.
"Uuh jago banget. Katanya belom pernah gituan" kata Dhea setelah mereda
"Emang belum pernah kok"
"Lha itu tadi? Dhea aja bisa nyampe. Rasanya puaaas banget"
"Eh masa sih? Aku aja kaget dhea bisa menegang gitu. Maklum belum tau apa-apa"
"Emang yang tadi itu udah nyampe? Emang perempuan bisa nyampe gitu? Emang gak perlu dimasukin ini kalo mau nyampe? Seperti apa sih nyampenya?" tanyaku bertubi-tubi membuat Dhea tertawa pelan.
"Kakakku sayaaang. Gak cuman lelaki aja yang bisa nyampe. Wanita juga bisa lho. Nih buktinya, Dhea barusan nyampe"
"Trus gimana rasanya? Apa seperti laki-laki? Bisa keluar sperma gitu?" tanyaku masih penasaran.
"Hihihi gak sampe kayak laki-laki gitu deh kakak. Cuman keluar cairannya putih kentel gitu, walaupun katanya ada yang bisa keluar kayak pipis. Ntar deh Dhea kasih lihat ke kakak"
"Eh....beneran?" tanyaku tak percaya
"Iya. Coba aja buka celanaku"
Kubuka kait celananya, kutarik sekalian cd nya.
"Tuh lihat, cd ku basah kan. Itu cairan kentel yang keluar dari memekku"
"Ah masa iya?" tanyaku sambil mencoba membuka pahanya
"Iiih ganjen nih orang. Dikasih lihat dikit malah minta lebih" ditepisnya tanganku sambil tersenyum.
"Hiihihi abisnya penasaran. Kayak apa bentuk anunya perempuan" jawabku mesum
"Hihihi dasar" dikecupnya tanganku
"Kalo mau lihat, minta ijin dulu sama yang punya"
"Emang boleh?"
Dhea tersenyum centil.
Diarahkan tanganku ke pangkal pahanya. Dibuka sedikit pahanya. Aku terkagum melihat keindahannya, belahan indah yang selama ini hanya bisa kukhayalkan, dengan sedikit rambut yang seperti disisir rapi di atasnya.
"Oh kaaaaaak" racaunya ketika jariku menyentuh bibir bawahnya
Dituntunnya jariku yang kaku ke klitorisnya, digesek-gesekkan di situ
"Ummh gitu kak"
Ditariknya tubuhku. Mulutku dicium dengan sedikit agresif. Tangannya mulai meraba junior dari luar celanaku.
Tak sabar dilepasnya kaitan celanaku, dipelorotkan begitu saja sampai sedikit di atas lutut. Dengan nafsu dikocoknya penisku yang memang sudah tegang. Terlihat kepalanya memerah, urat-urat kecil di tubuhnya mulai mengeras. Aku kegelian
Tak lama kemudian dikecupnya ujung penisku, kakiku terasa lemaas sekali.
"Hihihi lutu banjet dedek ni" Dhea bercanda kepada penisku
"Nanti kalo dedek uda gede mao jadi apa?" telinganya digesek-gesekkan ke leher penisku, seolah yang punya lagi tidak ada di tempat
"Hah? Dootel? Oooh mau jadi dokter. Emang mau ngapain kalo udah jadi dokter?" digesekkan lagi telinganya. Kakiku tambah lemas...
"Haaah nyuntik memek-memek? Emang bicaa?" sekali lagi gesekan maut itu menyiksaku...
"Oooo gitu. Coba gimana nyuntiknya? Gini ya?" kali ini bibirnya yang maju.
Perlahan dikecupnya kepala jamurku, kemudian bibirnya diam menikmati setiap mili sentuhan dengan kulitku. Pelan tetapi pasti bibirnya turun, menjelajahi mili demi mili kulit penisku. Rasa lemas yang kurasakan sebisa mungkin kutahan, sembari menikmati masuknya rudalku ke dalam mulutnya.
Lidahnya mulai menari mempermainkan lubang kencing. Sementara tubuhku semakin bergetar menahan gejolak yang kurasakan. "ooooh....." hanya itu yang bisa kuucapkan saat ini. Seluruh tubuhku, seakan lemas tak berdaya.
Lama Dhea bermain-main, sampai akhirnya...
"Dheeee, aku gak kuaaaatttt........"
"Oooooooooooh......" rintihanku menemani keluarnya calon anakku ke dalam mulutnya. Entah berapa banyak yang keluar.
Tak sebesapa lama Dhea pun juga mengerang perlahan...
"Emmmph" Matanya terpejam hingga bola matanya nyaris tak terlihat
Sekali lagi tubuhnya menegang. Aku yang terkejut, sedikit merasa aneh dengan kondisi ini. Mengingat hal terakhir yang kuketahui aku tidak pernah melakukan hal apapun kepadanya.
Dan keterkejutanku baru terjawab, tatkala Dhea tersenyum manis setelah orgasmenya reda. Tanpa suara, dia hanya melirik ke bawah tubuhnya.
"Ups, maaf" Buru-buru aku menarik tanganku begitu menyadari bahwa dua jariku telah ada di dalam lubang peranakan Dhea.
"Hehehe" Dhea tertawa renyah.
Dhea membalikkan badan, dan menggelayut manja kepadaku. Kami berdua tertawa menyadari kelakuanku barusan. Ketika aku sedang meraih kenikmatan, tanpa sengaja jariku masuk dan menggelitik bagian dalam dan mungkin klitorisnya. Haduuuh.... bodohnya aku tidak menyadari hal ini sebelumnya.