Epilog 2
Perkembangan perusahaan papa Novi semakin pesat. Saat ini, tujuh tahun sejak aku menikahi Novi, perusahaan membuka cabang di Makassar. Dan tahu sendiri kan siapa yang jadi kepala cabangnya?
Selama ini aku terus bertanya dalam hati, kenapa aku terus dipindah hanya dalam waktu paling lama satu tahun. Ternyata selama ini papa novi terus memantau, mengasah, dan menguji kemampuanku dari berbagai bidang di perusahaannya. Dan inilah hasilnya. Sekarang ujian terberatku, menjadi kepala cabang di tempat baru. Benar-benar baru.
Untuk mempercepat proses pengembangan dan meningkatkan pangsa pasar, kami bekerja sama dengan PT. MP3. Sebagai perusahaan yang memiliki banyak pengetahuan tentang pangsa pasar di berbagai bidang di wilayah sulawesi, mereka dinilai mampu menjadi parnter strategis untuk membantu perusahaan kami beradaptasi di wilayah ini. Semangat dan jiwa muda mereka diharapkan dapat ditularkan kepada cabang baru perusahaan agar kami bisa bertahan dan berkembang di kemudian hari. Dalam hal ini AYP, Presedir mereka, menunjuk Pak Toto, Regional Business Director PT MP3 untuk wilayah Indonesia Timur, memandu kami hingga kami dapat berdiri sendiri.
Oke, akibat dari itu semua, aku terpaksa meninggalkan Novi dan anak semata wayangku Alan, di Jakarta. Novi sendiri sudah mendapatkan pekerjaan di Jakarta, sedangkan Alan sudah masuk sekolah. Jadi gak mungkin juga kan kubawa serta mereka.
Sore itu aku berjalan santai di sebuah taman di tengah kota, ketika tanpa sengaja aku melihat sosok yang sangat kukenal. Sosok wanita yang sedang bermain dengan anak laki-laki. Membuatku kembali mengingat ke masa lalu. Ah, mungkin kebetulan saja wajahnya mirip. Tapi hatiku terus berdetak. Mengingatkanku bahwa itu benar dia. Hingga dalam satu momen, tanpa sengaja mata kami saling bertatapan. Dan dia pun tersenyum, manis....
Deg....
Senyum itu menyadarkanku bahwa itu benar-benar dia. Hingga tanpa sadar aku berjalan ke arahnya.
Hai Kuulurkan tanganku
Hai mas Dia menyambut uluran tanganku. Kugenggam tangannya lebih rekat, seolah tak percaya dia hadir kembali.
Katanya di Masalembu?
Yaelah mas, disono mah setahun aja. Itu pun boro-boro pergi diajak nikah. Gara-gara anak ini nih
Ooo. Ya syukurlah kalau begitu. Kamu sudah benar-benar move on dariku
Hahahaha move on sepenuhnya sih belom mas. Malah gak bakal bisa
Hah?
Dulu aja beruntung ada yang mau ngajak aku nikah, sebelum usia kehamilanku 4 bulan. Kejadiannya ya pas di Makassar ini. Berhubung dianya baik hati, ya terima aja hihihi
Jiah.... berarti anak ini bukan anaknya dong?
Indri mengangguk.
Untungnya dia bisa menerima, dan tidak mempermasalahkan. Malah sudah menganggap seperti anaknya sendiri
Walah, baik banget suamimu Ndri
Hmmm, walaupun gak bisa sepenuhnya menghapus perasaanku padamu mas
Indri terdiam.....
Mas
Ya?
Jadi nikah sama Novi?
Jadi, tujuh tahun yang lalu. Dah punya anak satu pula
Hehehe selamat ya
Iya, sama-sama jawabku pendek
Mas
Ya?
Cinta yang kau titipkan dulu masih terjaga dengan rapi lho ujarnya dengan senyum-senyum gak jelas
Trus?
Udah ada wujudnya pula.
Deg....
Masa mas gak nyadar sih?
Coba lihat baik-baik. Matanya mirip siapa? Hidungnya mirip siapa?
Kulihat anak itu baik-baik. Memang mata, hidung, bibirnya mirip denganku.
Beneran nih anakku?
Yah mas Paidi, oon banget sih kalo sama aku
Ya iyalah mas. Ini anakmu mas. Buah hatiku bersamamu. Inget?
Terus aku harus bertanggungjawab gitu?
Nope. Cukup dirimu mengetahui bahwa aku masih cinta itu saja. Toh dia juga sudah punya bapak yang sanggup menyayangi dia kok
Terus aku harus gimana dong?
Cintai Novi, sayangi dia, jaga dan rawatlah anakmu, itu sudah cukup bagiku. Mendengar kalian bahagia itu sudah cukup membuatku bahagia
Terus dirimu?
Tenang aja, aku sudah cukup bahagia dengan kehidupanku yang sekarang. Masalah harta, suamiku tidak sekere dirimu saat kuliah dulu hehehe. Suamiku juga cukup memperhatikanku dan juga anakku. Jadi jangan pikirkan diriku lagi, oke Indri tersenyum manis.
Oh ya, satu lagi. Jangan sampai anakku yang ini dan keturunannya nikah sama anakmu dan keturunannya ya hehe Indri tertawa, garing. Aku pun juga begitu.
Udah yuk kak, kita pulang. Sudah sore Perintah Indri kepada anaknya.
Bik Ijah, tolong bawakan barangnya nanta ya perintah Indri kepada pembantunya
Iya bu. Yang diperintah segera membawa keranjang penuh dengan makanan kecil dan pakaian anak-anak milik Nanta.
Mas aku pulang dulu ya. Lain kali kalau ada kesempatan kita pasti akan bertemu lagi. Semoga kondisinya jauh lebih baik dari sekarang Katanya sambil menepuk dadaku.
Di kejauhan tampak Pak Toto keluar dari mobil yang menjemput rombongan Indri dan anaknya.
Ah, pertemuan yang tak disangka-sangka ini sedikit banyak membuat dadaku sesak. Hari itu pun berlalu dengan sejuta pertanyaan yang mengganjal di hati, yang intinya adalah Entah bagaimana aku bisa menemukan kembali lukisan tentangku dengan indri?
Waktu terus berlalu
Tanpa kusadari yang ada hanya
Aku dan kenangan
Masih teringat jelas
Senyum terakhir yang kau beri untukku
Tak pernah ku mencoba
Dan tak ingin ku mengisi hatiku dengan cinta yang lain
Kan kubiarkan ruang hampa di dalam hatiku
Bila aku harus mencintai
Dan berbagi hati
Itu hanya denganmu
Namun bila ku harus tanpamu
Takkan pernah kuarungi hidup tanpa bercinta
Note:
Yang terakhir liriknya sengaja TS ganti, biar relevan ama kisahnya hehehe