Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG CINTA RUMIT ANTARA STW, BINOR, MAMAH MUDA, JANDA DAN ABG by SUMANDONO

Status
Please reply by conversation.
Mantab mas bro....lanjutkan....hajar bu camat jangan kasih kendor....
 
SEPULUH
Bu Camat yang Nikmat





Sri Mulyani lahir di Jakarta tahun 1986. Nenek dari pihak ibunya bernama Lim Siaw Ling sedangkan kakeknya bernama Martono. Mereka memiliki perusahaan kecil yang bergerak di bidang jamu tradisional Jawa. Ibunya bernama Marliani. Ibunyalah yang mengembangkan perusahaan kecil itu menjadi perusahaan menengah. Marliani membuka kafe khusus jamu di wilayah Jakarta Selatan dan memiliki sejumlah pelanggan ekslusif kalangan atas.

Marliani menikah dengan Hari Sentanu, seorang pengusaha yang bergerak di bidang periklanan. Mereka memiliki 3 orang anak perempuan, Indriani, Puji Astuti dan Sri Mulyani. Jadi, Sri adalah anak bungsu.

Sebagai keluarga besar keturunan Jawa dan Tionghoa, Sri dibesarkan oleh adat budaya Jawa yang juga tercampur dengan adat budaya Tionghoa. Mereka masih memegang kuat nilai-nilai tradisional Jawa sekaligus juga nilai-nilai modern barat. Selama beberapa kali berpacaran secara serius, ada 3 orang cowok yang ditolak oleh ayah, ibu, kakek dan nenek Sri. Mereka melakukan perhitungan menggunakan primbon Jawa dan shio, hasilnya Sri disarankan untuk putus dengan ketiga cowok tersebut. Namun ketika Sri berpacaran dengan Anjar, hasil perhitungannya bagus dan mereka pun mendapat restu dari orangtua Sri. Akhirnya mereka menikah.

Setelah menikah kurang lebih 12 tahun, mereka mengalami berbagai pasang surut kehidupan. Karir Sri terus meroket dan karir suaminya selamat dari kejaran penegak hukum. Bahkan kini, suaminya yang kemudian berpindah ke Partai Persatuan Pembangunan Indonesia atau Perpindo, karirnya semakin meningkat. Anjar dipercaya mencadi Ketua Dewan Pimpinan Daerah, sehingga Anjar berhak dicalonkan sebagai bakal calon Gubernur.

Hanya satu kekurangan pasangan ini, mereka tidak atau belum dikaruniai seorang anak. Meski begitu, Sri juga tahu kalau perselingkuhan Anjar dengan mantan kekasihnya yang sudah bersuami, telah menghasilkan seorang anak. Namun hal tersebut merupakan rahasia besar yang dipegang erat oleh mantan kekasih Anjar yang bernama Ratna Palupi serta suaminya yang bernama Antonius Hendrawan.

Antonius Hendrawan adalah sahabat Anjar sejak SMA. Saat Anjar mengentot Ratna di kamarnya, Hendrawan menyaksikannya sambil melakukan onani. Pada saat Anjar memuncratkan cairan pejuhnya ke dalam memek Ratna, pada saat itu juga Hendra memuncratkan pejuhnya menyemprot lantai.

Walau pada awalnya Sri marah karena perbuatan Anjar tersebut, namun lama kelamaan Sri luluh juga dan memaafkan Anjar.

Kini, saat ini, dia tengah berbaring di bawah sebuah cekungan tanah yang menjorok ke dalam dan merasa aman terlindung, Sri menatap Gagan yang tengan duduk bersimpuh menyembah memeknya. Kemudian Gagan berdiri dengan lututnya, menempelkan batang kontolnya yang besar, tebal dan panjang pada belahan memek Sri yang merekah. Sebuah ekstasi kenikmatan segera saja menjalari saraf-saraf di tubuh Sri. Batang kontol Gagan demikian hangat dan nikmat. Apalagi saat Gagan menurunkan tubuhnya, menekan batang kontolnya itu sehingga terjepit oleh bibir-bibir memek luarnya yang lebar dan tebal. Seluruh permukaan batang kontol Gagan menyentuh seluruh panjang memeknya bahkan glandula kontol Gagan menyundul-nyundul itilnya yang mulai berdiri tegak.

Saat Gagan mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur, otomatis batang kontol Gagan majju mundur pula di sepanjang belahan memeknya. Sri tidak menyangka Gagan akan melakukan hal seperti itu.
“Agkhh… Kang Gagan…”
“Kenapa, mbak?”
“E-e-nak.”

Gagan tersenyum. Dia tahu Bu Camat menyukai apa yang dia lakukan pada belahan memeknya. Sambil terus agak ditekan, Gagan melakukan penggesekan yang mirip dengan gerakan menggergaji itu selama berulang-ulang. Glandula kepala kontolnya berkali-kali menyundul-nyundul itil atau kelentit memek Bu Camat yang berdenyar-denyar.

“Akgkhhhh….kaaaannnggghhh….” Bu Camat mendesah. Matanya yang sayu menatap bagaimana anak muda itu dengan sangat tekun menggergaji belahan memeknya menggunakan batang kontolnya, yang menimbulkan sensasi kenikmatan yang mustahil terungkapkan. Hanya bisa dirasakan dan diresapkan dengan sepenuh hati. Sehingga apa yang bisa dilakukan Bu Camat Sri hanyalah mengerang dan mendesah-desah, menahan kenikmatan yang datang bertubi-tubi dari saraf-saraf di sekitar bibir-bibir memeknya.

Suara erangan dan desahan Bu Camat tertiup terbawa angin, menyelinap di antara rimbun dedaunan kopi dan batang-batang pohon jati. Hanya langit yang biru dan matahari yang bersinar terang serta sepasang mata yang tak berkedip yang menjadi saksi bagaimana belahan memek Bu Camat banjir oleh lendir kenikmatan yang menggelontor seperti air pancuran.

Sepasang mata itu milik seorang perempuan desa yang sederhana. Memiliki wajah manis. Namanya Lilis. Biasa dipanggil Ceu Lilis. Dia sedang bersembunyi di sebuah tempat persembunyian di balik batang-batang pohon Jati, untuk menghindari suaminya yang marah-marah karena mabuk dan kalah berjudi. Dia kabur dari kemarahan suaminya yang berhasil membuat matanya lebam karena sebuah pukulan tangan sang suami yang cukup keras.

Ceu Lilis sungguh terkesima melihat pemandangan itu. Bagaimana belahan memek itu di gergaji dengan batang kontol menghasilkan banjir lendir bagai pancuran. Sambil menahan sakit pada salah satu kelopak matanya, Ceu Lilis memngusap-usap belahan memeknya sendiri dari luar celana panjangnya.
“Diusap-usap dengan tangan sendiri aja enak, apalagi kalau digergaji dengan kontol Kang Gagan, pasti rasanya selangit.” Kata Ceu Lilis dalam hatinya. Dia lalu mengendap-endap untuk menemukan tempat yang tepat, yang aman dari kejaran suami namun aman juga untuk melihat bagaimana nanti sebuah kontol yang gagah perkasa melinggis liang memek yang demikian rindu dengan pengecoran ternikmat di dunia. Saat menemukan tempat yang aman itu, Ceu Lilis tersenyum sendiri.
“Memang,” katanya lagi dalam hati. “Kalau dari atas, tempat Kang Gagan dan Bu Camat yang sedang ewean itu tersembunyi dan tidak kelihatan, tapi dari sini, memek Bu Camat yang merekah terlihat jelas. Bahkan lendir kenikmatannya yang menetes itu berkilauan diterpa cahaya matahari… agkhhh… kang Gagan, ceuceu juga ingin diewe dengan cara seperti itu… agkh…” berkata begitu dalam hatinya, Ceu Lilis pun menyusupkan tangannya ke dalam celananya, mengobel-obel itilnya yang mengeras sambil membayangkan Kang Gagan mengewe liang memeknya dengan segencar-gencarnya.

Sementara itu Bu Camat yang belahan memeknya sedang digergagi oleh batang kontol Gagan mulai memerah mukanya. Kedua telapak tangan Bu Camat hinggap di buah pantat Gagan yang halus, kenyal dan berotot. Mengusap-usapnya dan kemudian meremas-remasnya. Hal itu rasanya cukup aneh ternyata justru menambah kenikmatan yang dirasakan Bu Camat. Sedangkan kedua tangan Gagan yang kokoh dan kuat, menekan permukaan karpet dalam kondisi lengan yang lurus seperti sedang push up. Kedua pergelangan tangan Gagan berada di antara di tengah-tengah ketiak Bu Camat. Gagan sendiri merasakan ekstasi dan denyaran yang luar biasa saat menggergaji belahan memek itu. Pelahan dan pasti kontolnya semakin menegang dengan sempurna. Panjangnya dan kekerasannya pun hampir maksimal. Selama hampir 12 tahun dirawat dengan pengolesan minyak menjangan secara teratur, sesinsitivitas batang kontol Gagan semakin meningkat, terutama sensitivitas dalam merasakan denyaran bibir-bibir memek atau otot-otot yang dipenuhi ribuan serabut saraf di dalam liang memek perempuan. Sensitivitas yang tinggi sangat diperlukan dalam memberi dan menerima kenikmatan persenggamaan. Sehingga apabila ewean selesai, keduanya akan sama-sama menikmati perasaan bahagia karena sama-sama mencapai puncak orgasme.

Sambil terus menggergaji belahan memek Bu Camat, Gagan menatap mata perempuan keturunan ningrat itu untuk berkomunikasi secara bathin. Bu Camat pun demikian. Wajahnya yang putih yang menjadi kemerahan seperti udang rebus itu karena nafsu sahwat yang semakin menggelegak, sangat sedap untuk dipandang. Apalagi saat glandula kepala kontol Gagan menggoda liang memek Bu Camat dengan sedikit dicelup-celupkan.

Mulut Bu Camat menyeringai senang sambil mendesah nikmat.
“Aah, jangan dicelup-celup, masukin sekalian.”
“Enggak sabar ya?”
“Akang nakal, masukin.”
“Sebentar mBak, itil mbak sudah ngaceng, sebentar lagi pasti ke luar nyemprot.”
“Dari tadi mbak sudah ke luar. Kayaknya banyak deh.”
“Itu bukan ke luar yang sebenarnya…nah, ini dia…” Berkata demikian Gagan mengangkat batang kontolnya lalu dengan jurus ular mematuk mangsa, dia menggaplokan kepala kontolnya ke klitoris Bu Camat yang sedang terengah-engah. Kontan saja gaplokan itu mengenai persis itil Bu Camat yang bergitu terkena, langsung muntah-muntah mengeluarkan lendir cinta yang belum pernah dirasakan oleh Bu Camat seumur hidupnya.
“Aaaaakkkkk….ggkhhhhhh…..” Kontan saja Bu Camat menjerit setengah histeris. Kedua tangannya meremas keras pantat Gagan dan menariknya ke bawah sementara pinggul Bu Camat sendiri melengkung ke atas. Gagan mengikuti kemauan Bu Camat sambil tersenyum. Dia menindih Bu Camat dalam kondisi batang kontolnya kelelep di antara bibir-bibir luar memek Bu Camat yang tebal dan lebar. Mirip seperti sosis yang terjepit di antara dua lapis roti yang dipenuhi selai.

Jantung Bu Camat berdentum keras bagai pukulan drum. Kedua kakinya mengait paha Gagan dan kedua tangan Bu Camat berpindah ke punggung dan memeluk tubuh Gagan dengan seerat-eratnya. Sementara giginya menggigit bbirnya untuk menahan rasa nikmat yang tak terlukiskan.

Gagan membiarkan Bu Camat menikmati orgasme pertamanya. Ditatapnya wajah Bu Camat yang matanya terpejam sambil menggigit bibir. Gagan selalu merasa ada kepuasan tersendiri saat melihat bagaimana ekspresi seorang perempuan ketika mengalami orgasme. Denyaran klitoris Bu Camat berkedut-kedut berkali-kali diikuti dengan semburan lendir cinta yang hangat. Gagan bisa merasakan dengan batang kontolnya.
“Aakhhhhhhhhhhhhhhh…. Legaaa….” Kata Bu Camat setelah 3 menit berlalu. Kedua tangannya terkulai melepaskan pelukan dan sepasang matanya terbuka. Dia tersenyum, “makasih kang… rasanya enak dan lega.” Katanya polos.

Gagan hanya tersenyum.

“Kang Gagan juga udah ke luar kan?” kata Bu Camat Sri sambil melepaskan kaitan kakinya pada pinggul Gagan. Dia berbaring santai dengan kaki terbuka lebar.
“Maksud mBak?” tanya Gagan, dia mengangkat tubuhnya dan duduk di atas betisnya.
“Maksud mbak, kamu juga udah enak kan? Pejuhnya udah ke luar?”
“Enak sih ya mBak, tapi ke luar, belum koq.”
“Apa? Yang basah di paha dan pantat mbak ini cairan apa?”
“Cairan punya mbak sendiri.”
“Ah masa? Koq banyak amat?”
“Kalau saya ke luarnya di dalam, boleh enggak mbak?”
“Eh I ya ya, kamu kan belum masuk. Hi hi hi… digesek aja enaknya bikin mbak berada di awang-awang, apalagi kalau kontolnya dimasukkan dan…”
“Boleh enggak, mbak?”

Sejenak Bu Camat terdiam. Dia menatap Gagan dengan sayu.
“Bukan boleh, tapi kamu harus muncrat di dalam memek mbak, di dalam rahim mbak.”
“Kalau mbak hamil gimana?”
“Kalau mbak hamil ya selametanlah.”
“Tapi suami mbak?”
“Apa hubungannya? Kan yang hamil aku bukan suami.”
“Suami mbak enggak marah?”
“Ya enggaklah, kan dia enggak tahu kamu yang menghamili mbak.”
“Kalau tahu gimana?”
“Siapa yang akan ngasih tahunya? Akang?” kata Bu Camat dengan wajah ceria.

Gagan tersenyum sambil agak nyengir.

“Udah ah, yuk masukin kontolnya ke memek mbak.” Kata Bu Camat dengan tak sabar. Dia membuka pahanya lebih lebar sehingga liang memeknya terlihat menganga.
“Ayo, siapa takut?” kata Gagan. Dia kemudian menempelkan glandula kepala kontolnya persis di liang yang menganga itu.

Clep.

“Ahhhhhhhkhhhh… enak kang, tahan dulu sebentar. Mbak seneng banget merasakan kepala kontol akang menempel di liang memek mbak… anget benerrrr….”
“Masukin jangan?”
“Sedikit aja dulu.”

Gagan pun menekan kepala kontolnya menyusup di liang yang sudah basah itu.
“Aakhhhhhh…aduuhh… rasanya full banget deh.”
“Tapi mbak suka kan?”

Bu Camat mengikik senang, “suka, pake banget.” Katanya. “Tapi goceknya pelan-pelan ya kang, soalnya mbak seneeeeeennngg banget ngerasain kontol akang menyelundup masuk ke dalam liang memek mbak. Rasanya gimanaaaaa gitu…”

Gagan tersenyum. Mereka saling bertatapan dengan tatapan berbinar dan bahagia.
“Siap-siap ya, akang masukin lebih dalam.” Kata Gagan sambil mendorong pinggulnya ke arah selangkangan Bu Camat.

Srrrrrtttt… jleb.

“Oughkhh!” mulut Bu Camat tampak agak monyong saat mengerangkan kata “oughk”.
“Baru setengah koq.” Kata Gagan. Lalu dia menekan lagi pinggulnya sehingga kontolnya masuk lagi lebih dalam.
“Agkh…kang… sepertinya kepala kontol akang menyentuh dinding rahim mbak deh…”
“Masa? Teken lagi ya, masih ada 2 senti lagi nih.”
“Heu-euh…” jawab Bu Camat setengah tersengal.

Srrrrrr…. Jleb!
“Ah.. Ah… ah… kang…shhh…shhh…”

Gagan menahan senyum untuk dirinya sendiri saat menemukan ujung glandula kepala kontolnya menyentuh dinding servix Bu Camat.

“Aku tutul-tutul dulu sebentar ah, pasti lendirnya sangat banyak.” Kata Gagan dalam hatinya sambil menggenjot-genjot pelahan dan pendek-pendek. “Sungguh edan sekali rasanya, bisa menyentuh rahim bu camat.” kata Gagan dalam hatinya.

“Ah… shhh… Ah… shhh… Ah… shhh… Ah… shhh…aduh kaangkhh…” Bu Camat tersengal menahan kenikmatan yang dalam mimpi basahnya pun belum pernah dia alami.

Saat Gagan menarik batang kontolnya ke luar dari caplokan memek Bu Camat, seketika cairan berwarna putih seperti susu kental manis ikut ke luar. Seperti pompa tangan manual yang ketika digenjot dengan sekali hentak, dari mulut pipanya mengeluarkan air.

“Aaaaaaaaa….” Bu Camat mengerang nikmat.

Tidak menunggu setengah detik, glandula kepala kontol Gagan yang baru saja terbebas dari caplokan liang memek Bu Camat, melakukan ancang-ancang untuk melinggis liang kenikmatan itu dengan sepenuh tenaga. Seperti ancang-ancang seekor banteng yang akan mengamuk.

“Heup!” Gagan menahan nafas dan berkonsentrasi penuh mengerahkan seluruh tenaganya pada pinggulnya, “inilah jurus kuli melinggis tanah menggali lubang.” Kata Gagan dalam hatinya.

Begitu pinggulnya bergerak, kontolnya pun tanpa ayal melinggis liang memek Bu Camat dengan sangat ganas. Tanpa ampun dan tanpa kenal kasihan, Gagan melakukan pelinggisan liang memek itu dengan gencar, cepat, akurat dan berulang-ulang.

Bu Camat pun menjerit-jerit histeris saking nikmat dan lezatnya. Seluruh tubuhnya bergetar oleh sensasi kenikmatan yang tak terperi. Setiap kali kontol Gagan melinggis memeknya, setiap kali itu pula orgasmenya meledak. Hanya dalam 90 detik tubuh Bu Camat kelojotan dan dia pun sudah tak sanggup lagi menahan gempuran nikmat yang dilakukan Gagan. Bu Camat langsung memeluk Gagan dengan erat dan kedua betisnya membelit pinggang Gagan dengan sekuat tenaga untuk menghentikan pelinggisan yang dilakukan Gagan.

Gagan tahu, itulah saatnya bagi dia untuk memancurkan pejuh di dalam kuluman liang memek Bu Camat.

“Haaaahhhhh…..” Seru Gagan setengah berteriak. Dia mencecabkan seluruh batang kontolnya di dalam pendaman kuburan liang memek Bu Camat.

Srrrrr…. Crot crot crot crot crot… Srrrrr…. Crot crot crot crot crot… Srrrrr…. Crot crot crot crot crot…

“Arrrgghhhkkhhh… pejuhku pasti banyak sekali menyemprot di dalam memek Bu Camat.” Pikir Gagan sambil menahan pinggulnya agar seluruh batang kontolnya tidak semili pun bergerak.

Pada saat itu, Gagan sempat melihat sepasang mata Bu Camat menjadi putih. Kedua tangannya jatuh dari punggung Gagan dan tergeletak di atas karpet. Demikian juga paha dan betisnya.

Gagan menunggu selama 3 menit hingga kontolnya mulai mengkerut. Saat dia menarik batang kontolnya ke luar dari kuluman memek Bu Camat dengan hati-hati, Bu Camat sudah lagi memejamkan mata dan tertidur dalam keadaan setengah pingsan. Gagan harus hati-hati menarik kontolnya dan harus yakin jika pejuhnya seluruhnya telah tumpah di dalam rahim Bu Camat dan tidak ada sisa-sisa pejuh pada mulut kontolnya.

Setelah lepas, Gagan menghadapkan selangkangannya ke arah matahari yang bersinar terang. Cairan lendir Bu Camat yang memenuhi seluruh permukaan batang kontolnya dibiarkan menjadi kering. Setelah kering, Gagan mengelupasnya dengan teliti hingga tidak ada satu titik pun lendir kering yang tersisa. Lendir kering itu kemudin diremas-remasnya sehingga membentuk bola kecil sebesar lalat.

Sambil menyalakan rokok, Gagan membakar bola lendir itu yang ternyata meletup-letup dan mengeluarkan asap cukup tebal, lebih tebal dari asap rokoknya. Lalu Gagan mengucapkan sebuah mantra:

Lendir basah lendir kenikmatan, lendir kering lendir kerinduan,
jika cuaca kering lalu turun hujan, maka ada unggun tuk hangatkan diri

Kontol dan memek sama-sama merasakan kenikmatan
Jika ada waktu dan kesempatan, tentu kita akan ewean lagi…


(bersambung)
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd