Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Cinta seratus juta Rupiah

Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Haduh kasian tuh wendy..
kira-kira nanti Rio sama Wendy atau Vina?
atau dua-duanya? :pandaketawa:
 
lanjutin gan
baru kali ini ane baca cerita yg gk ada bokepnya tapi bisa seru2
 
Nicè Story Suhu :jempol:

Baru :baca: mulai Chapter 1 sampai 16
Mantap dah ceritanya, bacanya bikin perasaan campur aduk kayak gado2 :D
ditunggu kelanjutannya Suhu
ijin gelar Tenda :ngeteh:
 
Waduh ketinggalan ..eh pas baca jd sineron .tp menarik ceritanya lanjutkan suhu
 
best story ever..
keren abis..
plotnya ga gampang ketebak..
two thumbs up dude..
 
Chapter XVII
Kami beranjak meninggalkan taman ria. Vina yang menyetir mobilku karena aku belum diperbolehkan menyetir dikondisi seperti ini. Vina tampak begitu menikmati setiap momen malam ini. Aku tak percaya aku menciumnya. Jantukku berdegup kencang, aku tak tahu apa yang kurasakan sekarang. Apa itu cinta?? Apa aku mencintainya?

"Rio, aku gak peduli lagi apa ingatan kamu akan kembali, tapi aku ingin memulai semuanya lagi dari awal, dengan kamu......."
Kata - kata Vina menyadarkanku dari lamunanku. Aku tak tahu harus menjawab apa. Hatiku dipenuhi banyak keraguan. Sebenarnya aku masih butuh lebih banyak waktu agar bisa lebih mengingat dan kembali mencintainya.

" I will, Vina......"
Kalimat itu tiba - tiba saja keluar dari mulutku. Aku tak tahu apa yang kukatakan tadi tapi kuharap keputusanku ini tidaklah salah.

"Aku tahu kamu bisa Rio......" Vina tersenyum Mendengarnya. Ia senang mendengar ucapanku tadi.
Akhirnya Kami tiba dirumah. Vina mengantarku masuk hingga ke kamarku. Sejak aku pulang dari rumah sakit ia begitu sering menginap dirumahku. Kadang ia tidur di ruang tengah afar aku bisa istirahat total. Tapi malam malam belakangan ia sering tidur disampingku. Jujur aku suka merasa canggung. Mungkin karena aku tidak begitu mengingatnya.

Aku duduk ditepi kasur itu dan melepaskan jaketku. Vina duduk disampingku lalu tiba tiba menyandarkan tubuhnya padaku.

"Aku pengen lewatin malam ini sama kamu say......"
Tangannya dengan manja memelukku. Kutatap wajah Vina yang anggun itu. Kudekatkan wajahku padanya lalu kukecup bibirnya yang kemerahan itu. Kedua lidah kami bermain satu sama lain. Lenguhan demi lenguhan terdengar dari bibirnya, Vina mendorongku hingga ku terbaring dikasurku. Tubuhnya kini menimpaku. Tangannya dengan lembut bermain main diarea vitalku. Bibirnya terus mengecup bibirku dengan lembut, penuh cinta, namun sungguh nikmat.
Vina melepaskan kecupannya. Matanya menatapku kosong. Ia seolah tak sadar dengan apa yang telah kami lakukan berdua. Kedua tangannya lalu meraih bajuku. Perlahan ia membimbingku melepaskan seluruh pakaianku. Kemudian, satu persatu ia melucuti seluruh pakaiannya. Vina kini duduk dihapadapanku tanpa kain sehelaipun ditubuhnya.

" Aku rela lakuin apa aja yo berikan apapun untuk kamu yo.... Aku rela jika itu kamu........"
Perlahan ia mendekatkan tubuhnya lalu kembali mencumbu lembut leherku. Ia menggenggam tanganku lalu membimbingnya menyentuh vagina Vina.

" lakukan aja Sayang , jangan malu malu......."
Tangannya mulai meremas lembut batang kemaluanku lalu sesekali memainkan kepala penis itu dengan jemarinya. Aku terasa nyaman dan menikmati setiap sentuhan Vina. Jemariku mulai bermain di liang kemaluannya. Tangannya mulai memompa penisku, sementera bibirnya terus mencumbu setiap inchi tubuhku. Jemariku terus bermain diliang Vaginanya. Lenguhan lenguhan mulai terdengar dari bibi Vina. Ia menikmati setiap sentuhan jari jariku. Tubuhnya makin menggeliat tak karuan, Vina makin mengocok kuat penisku dengan jari jari manisnya. Penisku makin mengeras. Cairan kenikmatanku terasa seperti akan segera meledak. Vina lalu menghentikan kocokannya. Ia melepas jari jari dari Vaginanya.

Vina lalu menindihkan tubuhnya tepat diatasku. Penisku kini tergencet diantara selangkangannya. Ia lalu membenamku kepalaku tepat dipayudaranya yang kencang dan indah lalu membimbingku untuk menghisapnya.

Kuhisap puting payudara Vina yang mengacung kencang. Vina mulai melenguh menikmati setiap kecupanku. Ia terus menggerakkan selangkannya, memberikan kenyamanan bagi penisku. Aku dapat merasakan Vaginanya yang amat basah itu sesekali bergesekan langsung dengan penisku.

Setelah cukup lama, Vina melepaskan payudaranya lalu kembali menatap kosong mukaku. Ia mengangkat tubuhnya lalu duduk diantara buah zakarku. Kedua tangannya menggenggam erat tanganku. Ia mengangkat vaginanya lalu perlahan memasukkanya di liang Vaginanya.

Perlahan perlahan penisku mulai terbenam di lubang vaginanya. Vina makin menggenggam erat tanganku, sesekali ia memejamkan matanya menahan tusukan pensiku, hingga akhirnya terbenam sempurna di vagina Vina.

Vina terdiam sejenak, lalu mulai memompa Vaginanya. Penisku bergesekan keras dengan dinding dinding Vaginanya yang sempit itu. Lenguhan lenguhan kami berdua terdengar dengan keras , ditambah dengan suara hentakan kami berdua yang menghiasi hangatnya malam itu. Payudara Vina yang besar dan keras itu bergoyang goyang tepat didepan mataku, makin memompa nafsuku ke ubun ubun.

Vina makin memompa keras penisku. Gerakannya begitu cepat dan kuat. Penisku makin mengeras. Vina terus memompa keras vaginanya. aku mulai tak mampu membendung setiap gerakan Vina dan akhirnya...

croooot.... crooot.....croooot
Cairan spermaku mulai membasahi Vagina Vina. Namun Vina tetap tanpa henti teros meneruskan gerakannya. Tubuhku mulai mengejang dan tak berdaya menahan sentuhan Vaginanya. Genjotan Vina makin cepat, kini tubuhnya terasa mengejang.

AAAAAAAHHHHH.......AHH!!
Cairan yang hangat kini terasa membasahi penisku. Vina mencabut vaginanya lalu terkulai lemas disampingku. Ia menatap mukaku lalu tersenyum hangat padaku.

" Jangan pernah tinggalin aku sayang....... "
Aku tersenyum membalas senyumannya. Vina lalu mendekapku lalu terlelap disampingku. Kupejamkan mataku lalu terlelap bersama hangatnya malam itu.

~~~~~***~~~~ [/center}

Aku terbangun dari tidurku. Jam menunjukkan pukul 03:00 AM. Kuberdiri meninggalkan Vina yang kini tertidur nyenyak, lalu membersihkan tubuhku. Kukenakan kembali pakaianku. Sayu sayup, aku seperti mendengar suara tangis seorang gadis. Kuberjalan keluar kamar, suara tangis gadis itu seperti berasal dari teras rumahku.
Kubuka perlahan pintu depan rumahku. Aku terkejut seorang gadis kini terduduk dan menitihkan air mata diteras rumahku. Gadis itu langsung berdiri ketika ia menatapku. Ia masih mengenakan piyama yang amat kusut dan mukanya juga semerawut. Sontak , gadis itu langsung memelukku. Ia menagis begitu keras dan menepuk nepuk dadaku..

"Om Rio Jahat!!! Om Rio gak Boleh lupa ama Wendy!! Wendy gak Rela!! Om Rio Jahat!!"
Ia membentakku dengan nafasnya yang masih tersedak sedak. Perlahan ia mulai menghentikan pukulannya. Kulirik wajahnya yang dipenuhi dengan air mata itu. Gadis ini.... Dia.........

~~~~ *** ~~~~​

POV Wendy

Kurebahkan kembali tubuhku ditempat tidurku. Aku berusaha menenangkan kembali diriku. Ibu kembali duduk dikursi tak jauh dari tempat tidurku. Kupejamkan lagi mataku dan kembali beristirahat.

Gadis itu terus mencumbu Rio. Rio hanya dia tak berbuat apa - apa. seolah menikmati setiap cumbuan gadis itu.

"Om RIO!!! Jangan!!!! RIO!!!!!!!!!"

Aku terbangun lagi dari tidurku. Lagi lagi mimpi buruk itu. Perasaanku sungguh tak tenang. Dimana Rio sekarang?? Aku sungguh tak rela mimpi itu jadi nyata. Aku harus bangkit dan menemuinya sekarang.

Aku bangkit dari tempat tidurku. Kulepaskan infus dari tanganku lalu mengendap -endap meninggalkan Ibu yang tengah tertidur lelap.
Rumah sakit ini begitu sepi dimalam hari. Tampak dua orang suster piket tengah asik menonton Video dari HP mereka. Aku mengendap endap meninggalkan mereka lalu masuk ke tangga darurat.

Aku turun hingga ke lantai dasar lalu menuju pintu keluar darurat. Aku kini tiba dilapangan parkir yang begitu sepi. Untung saja pintu gerbang rumah sakit ini hanya ditutupi palang otomatis dan satpam kebetulan tengah asik menonton Bola didalam. Aku terus mengendap- endap menuju pintu gerbang lalu berjalan meninggalkan rumah sakit ini.

Aku berjalan cukup lama menyusuri jalan jalan sepi menuju rumah Rio. Aku tak terpikir hal hal lain yang bisa menimpaku sekarang. Diotakku kini hanyaa ada Rio dan Rio. Aku tak mau berdiam diri cukup lama lalu membiarkan hal itu menjadi kenyataan. Kuberjalan cukup lama hingga perhatianku tertuju pada sebuah sepeda yang terparkir dipinggir jalan. Segera kuraih sepeda itu lalu kukayuh langsung kerumah Rio.

Akhirnya aku tiba dirumah Rio. Kulihat sebuah mobil terparkir didepan rumahnya. Aku berjalan terhuyun-huyung menuju Pintu itu. Tubuhku terasa berat dan lemas. Kuketok keras pintu rumah itu. Tapi tak ada yang mendengarkanku.

"OM RIO!!! OM RIO!!!"

Aku berteriak memanggilnya namun sepertinya ia tidak mendengarkannku. Aku terduduk diteras rumah itu. Air mataku mulai mengalir. Tak ada seoarangpun yang menemaniku malam ini. Aku benar benar ingin dia disampingku malam ini.

Sudah dua jam lebih aku duduk menunggu didepan pintu. Tapi aku takkan pernah lelah hingga ia muncul dihadapanku.

"Greeeeek!"
Pintu itu pun akhirnya terbuka.Kulihat Rio kini berdiri dibalik pintu itu. Aku langsung berdiri lalu memeluknya erat. Kupukul pukul dadanya sambil menangis tersedu sedu meluapkan perasaanku.

"Om Rio Jahat!!! Om Rio gak Boleh lupa ama Wendy!! Wendy gak Rela!! Om Rio Jahat!!"

Aku membentaknya keras meluapkan seluruh isi hatiku. Rio menatap wajahku dengan jelas. Iapun heran dan kebingunan.

"Ugh........ Wendy gak mau om Rio lupain Wendy........" Pandanganku mulai kabur. Kesadaranku mulai memudar. Rio mengendongku masuk menggulingkanku disofanya. Pandanganku kini begitu kabur dan tak begitu jelas.........

"Om Rio...."

To be continued
 
Bimabet
nyabut jarum infus?
untung cuma cerita...

padahal aslinya :(
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd