Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Cinta Yang Tak Biasa

Bimabet
Dilematika Seorang Ibu


Psikiater yang menangani Fadil menyatakan bahwa anakku telah sehat baik fisik maupun psikisnya. Beliau mengucapkan selamat padaku pada sore hari itu di tempat prakteknya.

"Tapi masih merupakan tanda tanya buat saya mengenai kembalinya ingatan anak ibu. Terapi seperti apa yang ibu jalankan terhadap anak ibu ?".

Rasanya aku tak mungkin menceritakan segalanya. Paling jauh aku hanya bisa bisa mengatakan "Saya mengikuti anjuran dokter untuk merawat Fadil dengan penuh kasih sayang". Dan sang psikiater hanya manggut-manggut.

"Andaikata suatu saat ibu ingin berbagi tips, saya sangat berterima kasih karena barangkali bisa membantu beberapa pasien lain. Saya sedang mengambil program S3 dan berencana mengambil materi mengenai penyembuhan Demensia sebagai tesis dokotral saya. Walaupun anak ibu bukan kena penyakit Alzheimer namun gejala hilang ingatan adalah salah satu ciri yang paling prominent, sehingga terapi apapun yang ibu lakukan terhadap anak ibu tentu bisa sangat membantu penelitian saya."

"Insya Allah suatu saat kalau saya telah memiliki waktu untuk berbagi, saya akan coba membantu semampu saya. Tapi saat ini saya harus konsentrasi untuk mencari nafkah, dok."

"Baiklah, semoga kita bertemu lagi suatu saat nanti. Silahkan ibu hubungi saya langsung jika nanti berminat untuk membantu saya dalam penelitian." Ujarnya sembari memberikan kartu nama pribadinya yang berisi nomor handphone pribadi, bukan nomor rumah sakit tempat dia praktek.

"Tentu ada semacam pengganti biaya untuk waktu yang ibu dan Fadil keluarkan dalam usaha menjadi subjek penelitian saya." tambahnya lagi.

Dan akupun pamit padanya sembari bangkit dan "salam jarak jauh" seperti yang biasa dilakukan para akhwat seperti aku.


**********

"Bun... liat pulpen Adil ngga " suatu malam Fadil bertanya saat dia belajar. Oh iya, dia sudah bersekolah lagi di suatu sekolah swasta.

"Lah itu pulpen nyantol di atas kupingmu, Dil" jawabku sambil senyum-senyum melihatnya kebingunan mencari pulpen. Lucu sekali, umur baru 18 tapi dia sudah pelupa.

Ah, benar juga ya. Si Fadil kok sekarang pelupa. Kenapa ya kok dia sering banget lupa naruh sesuatu. Waktu itu dia kebingungan mencari tas sekolahnya padahal tas yang dia cari sudah digendong di punggungnya. Pernah juga dia baru selesai sarapan 10 menit sebelumnya, dan mengambil nasi goreng lagi. Katanya lupa kalau sudah sarapan.

Iseng-iseng aku mengirimkan whatsapp message ke psikiater yang waktu itu menangani Fadil. Jawabannya sungguh membuat aku agak kaget.

"Saya perlu melakukan pemeriksaan lebih lengkap, tapi dari yang ibu ceritakan ada kemungkinan berhubungan dengan sakitnya anak ibu yang dulu. Ibu menghentikan terapi-nya ?"

"iya dok" jawabku singkat.

"Sebaiknya lanjutkan terapinya, dan saya sangat berterimakasih kalau diijinkan untuk menjadikan anak ibu sebagai subjek penelitian saya. Ada uang pengganti untuk itu. Mohon maaf, 30 juta untuk penelitian selama 6 bulan, semoga ibu tidak tersinggung." katanya.

Aku tercenung, 30 juta bukan uang sedikit. Walaupun aku memiliki deposito dari penjualan rumah sebesar 1,5 milyar tapi aq berusaha untuk tidak mengambil deposit pokok. Yang kuambil per tiga bulan adalah bunga dari deposito tersebut.

"100 juta dok :)" jawabku iseng.

"Haha banyak sekali bu"

"Baik dok, kapan-kapan saya pertimbangkan ya"

"Ok bu. Just call me when you've decided".

Halah.... apa sih pake bahasa inggris segala. Aku ngga ngerti.

"Kenapa bun, kok bibirnya manyun manyun gitu ?" Fadil bertanya. Maklum rumah kontrakan ini sempit dan seadanya, apapun yang kulakukan pasti ketauan Fadil. Termasuk segala macam ekspresiku.

"Bunda capek banget Dil, tadi di toko nyiapin banyak banget pesanan," jawabku sedikit berbohong, eh tapi tidak bohong kok karena hari ini aku capek sekali. Lelah tepatnya.

"Sini Adil pijitin kakinya, bunda. Adil udah selesai belajarnya kok"

"Nggak usahlah dil, bunda ngga apa-apa." jawabku karena kasian kalau dia mijitin.

"Aah ayo cepetan bunda telungkup." katanya sambil mendorong-dorong tubuhku untuk telungkup.

Aku mengikuti perintahnya. Telungkuplah aku di selembar kasur busa yang jadi tempat tidurku. Untuk tidur aku berbagi sudut dengan Fadil. Di sebelah kiri kamar adalah kasurku, dan di sebelah kanan kasurnya dia. Tadi dia belajar di tengah antara kasurku dan kasur punya dia.

Oooh..... aku mengerang ketika jemari Fadil mulai memijiti betisku yang tegang karena selama siang hari kebanyakan berdiri. Nyaman sekali pijatan tangan si Fadil.

"Belajar mijit dimana kamu, Dil ? enak banget mijitnya." tanyaku pelan. Pikiranku melayang-layang. Kantuk langsung datang.

"Belajar itu matematika, bun. Kalau mijit mah naluri aja ngga usah pakai belajar." katanya sambil tertawa. Bener juga ya.

"Aduh..... nah... iya bener disitu pegel banget..." jemari Fadil tepat memijit bagian yang sakit kalau dipijit. Tapi sakit-sakit enak gitu, pas di buah betis yang ototnya tegang.

Tangan fadil terus memijit perlahan ke balik lututku. Nah disitu juga pegel banget tuh. Kantuk makin menghampiri dan aku mulai malas mengobrol dengan Fadil.

"Ini Adil naikan dulu ya bun." kata si Adil. Apa yang dinaikkan ? tapi otakku malas berfikir. Soalnya berasa nyaman dan ngantuk banget sih.

"Nggh...." cuman itu jawabanku.

Sreeeeet. Eh si Adil rupanya menaikkan rok gamisku lebih keatas. Aku menarik nafas dan mau menegurnya tetapi Jemarinya merayap ke pahaku dan memijit otot-otot yang tengah tegang. Aduuuh disitu enak banget pijitannya, iya pas disitu... di tengah-tengah paha bagian belakang. Mataku makin berat.

"Ngga sakit kan bun ?" tanya si Fadil.

"Ngggh...." aku cuman bergumam. Duh ngantuknya.

"Bagian atasnya lagi mau dipijitin, bunda ?" ah pertanyaan si Fadil sudah mulai sulit kucerna. Apa sih barusan pertanyaannya ? aku malah langsung lupa.

"Bunda..... bagian atasnya lagi mau ngga ?" aduh adil banyak tanya banget, bunda ngantuk. Jawabku dalam hati.

"Bunda.... naikin lagi ya roknya ?" ah si fadil ngomong apa sih ? mataku sudah luar biasa berat, pikiranku sudah ngambang di batas antara sadar dan tidur. Jemari Fadil terus menina bobokan aku dengan pijatannya yang.... eh.... aku sedikit tersadar kalau itu bukan pijatan, tapi itu adalah usapan. Uuh, tapi itu juga enak banget. Paha bagian dalamku diusapnya. Pikiranku tetap melayang antara sadar dan tidak, dan otakku telah ditumpulkan oleh rasa nyaman dan kantuk.

"Bunda..... mau Fadil bla bla bla bla grmbl grmbl grmbl bla bla....." ucapan Fadil makin tak mampu kucerna, tetapi usapan-usapan jemari tangannya yang merayapi seluruh pahaku masih berasa nikmat.

Dari ujung kesadaranku masih dapat kurasakan, rok gamisku diangkat sampai ke pinggang. Jemari Fadil merayap hingga bagian atas pahaku, dan usapannya naik ke bongkahan pantatku yang sekarang pasti tinggal tertutup celana dalam. Dia meremas-remas kedua bongkah pantatku.

Nggh......
dalam kesadaran yang sudah begitu minim, aku mengerang. Remasan jemari lincah Fadil terasa melucuti seluruh otot kejangku di bagian pantat. Nikmat sekali. Luar biasa.

Hmm.... kulit tangannya hangat. Sepertinya tangan Fadil merogoh ke balik celana dalamku hingga kulit pantatku langsung bersentuhan dengan kulit telapak tangannya. Nafasku makin teratur, serasa makin berada di ujung kesadaran. Aku bertahan untuk tidak tidur. Di tubir jurang aku bertahan dengan susah payah.

Ah.... itu bukan pantat, Dil..... pikirku. Mungkin kesadaranku tinggal 7% dan aq tak mampu bicara atau bergerak. Hanya mampu merasakan sedikit dari kesadaran itu.

Oh... sedikit geli kurasakan. Dua jempol Fadil meluncur dari buah pantatku turun ke lipatan selangkanganku, melewati lubang pantatku.

Dalam minimnya kesadaranku, aku merasa makin nyaman, makin ngantuk.

Dengan satu pijatan paling nyaman di otot selangkangan, seakan Fadil mendorongku dari pinggir jurang kesadaran, terjatuh kedalam gelapnya mimpi ternyaman.

Gelap.

Nikmat.


**********

Pagi-pagi aku terbangun dan tergesa ke kamar mandi mengambil air wudlu. Kesiangan sholat subuh.

Trek, kukunci pintu kamar mandi.

Srot, kulorotkan celana dalamku.

Tap, tap, berjongkok di toilet.

Serrrrr..... emh... lega sekali aku pipis.

Ih apa ini kok gatal.

Kuselesaikan pipisku dan kemudian berdiri.

Jemariku menyentuh selangkangan yang terasa gatal.

Ih.... apa ini ?

Kugaruk.

Kerak putih.

Dan pikiranku melayang ke kejadian tadi malam.

Ya Tuhan, jangan-jangan.....

Kuraih celana dalamku yang tergantung di paku untuk kucermati. Celana dalam warna putih itu pada bagian pantatnya samar terlihat bercak dan kerak putih. Tapi hanya bagian itu saja, sedangkan bagian yang melindungi vaginaku bernoda samar.

Nih gambarnya.


Lihat bagian yang melindungi vaginaku terlihat noda dan lembab sekali. Nampaknya vaginaku tadi malam banjir cairan hingga membuat lembab dan noda di celana dalamku.

Kuraba kulit pantatku, kutemukan beberapa kerak di bawah batas karet celana dalam.

Kubayangkan, Fadil mungkin menggesekkan kelaminnya pada pantatku tanpa melucuti celana dalamku. Lalu dia mungkin merasa keenakan dengan empuknya bongkahan pantat ini. Dia menekan kelaminnya yang tegang dan besar disaat aku terlelap karena pijatannya yang membuat otot-ototku nyaman. Setelah itu, dia mungkin ejakulasi sambil terengah-engah, menyemburkan spermanya di pantatku yang tertutup celana dalam putih ini. Beberapa spermanya muncrat atau mengalir ke pangkal paha dibawah celana dalam, dan itulah yang tadi terasa gatal.

Jantungku berdenyut kencang, dan aduuuuuh..... kelentitku berdenyut gatal.

Kusentuh dengan jari tengah.

Ooh..... ngilu yang enak itu membuatku merintih.

Sialnya, saat itu kudengar suara alarm dari HP Fadil. Berarti sudah jam 6.

Dengan berat hati aku menghentikan sentuhan di bagian paling sensitif yang ada di tubuhku itu.

Aku melanjutkan dengan mandi besar, wudlu, setelah itu menunaikan sholat subuh yang kesiangan.

Seolah tak terjadi apa-apa, aku dan Fadil bersikap biasa saja.

Fadil cerita, wajahnya segar. Dan dia sambil sarapan bercerita banyak hal yang terjadi di sekolahnya. Tak melupakan sedikitpun. Sepertinya psikiater itu benar, Fadil harus secara berkala merasakan orgasme dan ejakulasi. Mungkin saat orgasme itu otaknya mengeluarkan hormon-hormon tertentu yang membuat fungsi otaknya lancar.

Fadil pergi ke sekolah dengan gembira.
Aku pergi bekerja dengan sakit kepala.
Kentang.
 
Terakhir diubah:
trims updatenya suhu @AjatSurajati2. Alur ceritanya bagus Hu. Bikin betah ngikutin ceritanya. Bikin tegang juga hahahaa...
Jangan lama2 updatenya Hu. Kasian Sri. Pergi kerja dengan kepala pusing. Sementara di tempat kerja ada Pak Hamid yang juga lg pusing. Seru nih seru wkwkwk....
Mantap Suhu. Monggo dilanjut
 
trims updatenya suhu @AjatSurajati2. Alur ceritanya bagus Hu. Bikin betah ngikutin ceritanya. Bikin tegang juga hahahaa...
Jangan lama2 updatenya Hu. Kasian Sri. Pergi kerja dengan kepala pusing. Sementara di tempat kerja ada Pak Hamid yang juga lg pusing. Seru nih seru wkwkwk....
Mantap Suhu. Monggo dilanjut
Eh ngga taunya di tengah jalan ketemu suhu. Mulai sekarang coba perhatikan para akhwat yang suhu temuin di perjalanan. Jangan jangan itu bunda fadil yg lagi kentang heheh.
(No offense, no SARA, cuman imajinasi ajah)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd