Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Cinta Yang Tak Biasa

Bisa ngamuk dong Fadil kalo bunda nya di garap
:aduh:

Tapi liat kisah kentang & kesal nya mas dokter juga kesian
:sendirian:

Hmm, akankah bunda dengan welas asih & naluri keibuannya juga akan meredakan birahinya mas dokter? Atau hanya kan fokus mengendalikan kyubi nya Fadil yang menggilaa
:bingung:
 
Diary of a Psychiatry


Selasa, 8 Februari

- Subjek Utama mampu hidup normal setelah terapi diberikan oleh Subjek Kedua.
- Tidak tampak adanya amnesia retrograde
- Tidak tampak adanya perilaku post traumatic berupa adiksi terhadap seks.
- Tidak tampak sedikitpun depresi pada kedua subjek.


Kamis, 10 Februari

- Tampak penurunan daya ingat pada Subjek Utama
- Subjek Utama menunjukan sedikit depresi dengan marah-marah
- Subjek Kedua normal
- Disarankan pada Subjek Kedua untuk kembali melakukan terapi yang sama

Jumat, 11 Februari

- Subjek utama kembali normal
- Subjek kedua normal

Minggu, 13 Februari

- Subjek utama kembali menunjukkan penurunan daya ingat, depresi, dan marah-marah.
- Dapat terbaca pola yang berulang bahwa efek positif terapi mulai menurun pada hari ke 3.
- Menyarankan pada Subjek Kedua untuk meningkatkan kualitas terapi dengan coitus menyeluruh, dan melihat perbedaan apakah efek terapi coitus menyeluruh dapat bertahan lebih dari 3 hari.



**********

Mempertanyakan Integritas
(POV Dokter)


Tepat pukul 22:00 aku menyalakan komputer dan mengakses NVR yang sedang merekam kedua subjek penelitianku. Mereka berdua terlihat sedang berbicara sambil duduk di pinggiran tempat tidur. Seperti biasa Fadil mengenakan celana pendek. Bu Sri berbeda dari kebiasaannya yang selalu mengenakan gamis. Kali ini kulihat dia mengenakan semacam baju tidur bertype Babydoll.
Tumben.
Apakah ada sesuatu yang istimewa di hari ini ?
Kulihat time-stamp pada video streaming dari CCTV.
14 Februari.
Valentine.

Oooooh shittttt......
Aku berjanji malam ini menjemput Tantri di rumahnya untuk kemudian menginap di Hotel Mercure Ancol. Aku benar-benar lupa !
Dengan panik kuraih hape, dan benar saja telah ada 7 whatsapp message dan 12 miss call.
Aku menyesal tadi selama praktek telah mengaktifkan mode silent pada hape dan lupa menonaktifkannya.

Telepon whatsapp voice call pada Tantri tak diangkat-angkat. Berulangkali kucoba, namun hasilnya tetap sama. Sudah pasti dia marah.
Aku mengirim whatsapp text.

"Sayang.."

Hanya centang satu.
Ah sudahlah, Tantri sudah terlanjur marah. Dia mematikan komunikasi denganku, atau aku diblokirnya. Lebih baik kulanjutkan observasiku terhadap ibu-anak yang terlihat pada layar cctv.

Ekspresi Fadil terlihat masam dan tidak menunjukan keramahan pada Bunda Fadil yang sepertinya sedang membicarakan sesuatu. Apa isi pembicaraannya ? Mungkin ada baiknya besok kupasang kamera tambahan dengan dilengkapi microphone. Aku harus mencatat hal ini agar tidak lupa.

Menarik sekali bahwa sepertinya mereka terlibat adu argumentasi. Mungking sedang bantah-bantahan atas suatu hal. Yang jelas Fadil terlihat semakin stress dan melempar bantal ke dinding.

Bu Sri merapatkan tubuhnya pada Fadil kemudian memeluk sambil mengusapi kepalanya dengan penuh kasih dan kelembutan. Tampaknya Fadil dapat ditenangkan dengan pelukan Bu Sri, dan dia balas memeluk ibunya yang sekarang berdiri dihadapan Fadil yang masih tetap duduk di tempat tidur. Mereka berpelukan, kepala Fadil bersandar di dada Bu Sri.

Ada semacam rasa iri di diriku. Kapankah aku bisa mendapatkan kasih sayang sepenuh hati seperti itu ? Tantri hanya menyayangiku sepenuh uang.

Satu tangan Fadil terlihat menyelusup ke balik Babydoll yang dikenakan Bu Sri. Tangannya merayap dari paha dan naik keatas untuk selanjutnya berhenti di pantat. Bu Sri masih tetap memeluk Fadil sambil berdiri, tangannya mengusapi rambut anaknya.

Penisku perlahan menjadi tegang. Tak bisa kupungkiri bahwa melihat cctv seperti ini membuat aku tidak mampu bertahan pada profesinalitasku yang mengharuskan aku memisahkan emosi pribadi dengan subjek penelitian.

Membayangkan betapa nyamannya tangan Fadil meremasi buah pantat Bu Sri yang pasti empuk dan hangat, penisku semakin mengeras.
Glek.
Tak sadar, aku menelan ludah.

Fadil, penyakitmu sepertinya sebuah Blessing in Disguise.
Suatu anugrah dibalik penderitaanmu. Ada semacam perasaan iri.
Tidak ada anak lelaki yang seperti kamu di dunia ini. Anak lelaki yang diberikan kesempatan mengecap nikmatnya kehangatan celah selangkangan yang dulu menjadi jalan keluarmu ke dunia ini.

Tititit......tititit....tititit.
Hapeku bunyi, dan sekilas kulihat ada sebuah balasan dari Tantri.
Akhirnya dia membalas whatsapp message yang tadi kukirim.
Aku membukanya.

"Gara-gara lu ngga tepatin janji, gua pergi bareng Mirna tadi. Tolong transfer 5 juta buat ngopi bareng temen-temen gua."

Sesaat tekanan darahku naik.
Bahasa Tantri kasar, tanpa perasaan, dan mata duitan.

Tidak tahu kenapa, aku masih tetap menuruti keinginannya.
Kutransfer sejumlah uang yang dimintanya melalui mobile banking Bank ABC.

Dalam hati aku mengutukinya.
Sumpah akan kubuat dia memohon-mohon untuk tidak kuputuskan sebagai pacar. Dia pasti akan nurut padaku kalau kuhentikan supply uang yang rutin kuberikan.
Dasar jalang mata duitan.
Kudoakan kamu jadi pelacur jalanan kalau sudah kudapatkan pacar baru yang penuh kasih sayang seperti Bu Sri. Biar memekmu hancur dipakai kuli bangunan beramai-ramai.

Aku menghela nafas setelah menyumpahi Tantri didalam benakku.

Ah.... Babydoll Bu Sri terangkat sampai dada, dan Fadil bersarang disana sambil mengemuti payudaranya yang masih lumayan ranum. Kedua tangan Fadil meremasi pantat Bu Sri yang masih mengenakan celana dalam. Apa warnanya ? aku penasaran karena cctv hanya menampilkan gambar hitam putih sebagai efek dari infrared mode.

Bu Sri terlihat melucuti baju yang dikenakan Fadil, lalu mereka berpelukan lagi saling menikmati kehangatan tubuh yang saling mereka berikan. Kita semua tahu rasa nyaman yang didapat dari pelukan seorang ibu. Tapi kita semua tak ada yang pernah tahu sebesar apa nyaman yang didapat atas pelukan seorang ibu yang tanpa baju. Aku horny.

(Sama dok... penulis juga jadi horny waktu mengetik kisah ini... parah).

Kulepas kacamataku yang sudah mulai plus, lalu kubersihkan dengan tissue yang ada di meja. Jauh lebih jelas jadinya gambar cctv itu.

Ada suatu penelitian yang dilakukan oleh Milad Borji et-al pada tahun 2018 yang berjudul "Investigating the Relationship Between Mother-Child Bonding and Mental Health"
(Menyelidiki hubungan antara eratnya ibu-anak dan kesehatan mental).
Dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa hubungan yang erat antara ibu dan anak sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental keduanya. Analisaku sementara ini menyimpulkan bahwa hubungan yang begitu erat antara Bu Sri dan anaknya telah berhasil membantu percepatan pemulihan psikologis Fadil.

Fadil berusaha menarik tubuh ibunya ke tempat tidur agar berbaring. Namun sepertinya Bu Sri menolak. Mereka berbicara lagi sebentar, dilanjutkan dengan Fadil yang tidur telentang. Bu Sri duduk di samping Fadil, dan melepas beha yang dikenakannya. Mereka beradu pandang.

Tangan Bu Sri seperti biasa merogoh selangkangan Fadil dan memerosotkan celana pendeknya. Penis tegang itu langsung terbebas sambil bergoyang goyang.

Jika kuperhatikan, aku mulai melihat pola terapi Bu Sri yang selalu bertatapan mata dengan Fadil sembari mengelus-ngelus penisnya yang tegang, sesekali meraba scrotumnya, tetapi selalu menghindari menyentuh ujung penisnya yang berbentuk helm.


Dapat kubayangkan rangsangan semacam itu pasti memunculkan gairah yang luar biasa karena penundaan rasa nikmat dan perpanjangan tahap arousal. Aku luar biasa horny melihat hubungan ibu anak itu sampai sebegitu privat dan dekat.


Mataku meatap layar dengan nanar ketika Bunda Fadil merunduk, menyerahkan payudaranya untuk kembali dinikmati oleh sang anak yang sekarang terlihat tak sabar menahan birahi. Kedua kaki Fadil mengejang-ngejang, pantatnya sesekali terangkat agar penisnya mendapat rangsangan yang lebih dari sekedar usapan jemari Bu Sri.

Namun demikian, Bunda Fadil tetap menguasai proses terapi. Dia tak mengikuti kemauan Fadil yang terlihat ingin buru-buru dipuaskan. Bunda Fadil melakukannya dengan perlahan dan sabar dalam mencurahkan perhatiannya.

Fadil yang dielusi penisnya, kenapa penisku yang malah berontak hebat ingin diremasi jemari lentik itu ? Kuberikan sedikit remasan pada batang penisku.
Aaaakh.... tak puas aku.

Jemari tangan Fadil merambat menelusuri paha Bu Sri yang lencir. Ayo terus Dil... jangan hanya di paha aja, teruslah naik ke selangkangan Bunda !
Aku tak sabar dan menyemangati Fadil didalam hati.

Jemari itu merayap ke pantat Bu Sri lalu berusaha memerosotkan celana dalamnya. Bu Sri menepis tangan Fadil, menyuruhnya diam, lalu dia melanjutkan usapan dan tekanan pada titik-titik tertentu di penis Fadil.

Anak itu sepertinya tak mampu lagi menahan birahi. Dia berusaha memaksa menguasai tubuh Ibunya. Lagi-lagi terlihat Bu Sri mampu menguasai keadaan dengan membujuk Fadil yang sedang merengek-rengek.

Bu Sri berdiri, kemudian meloloskan celana dalamnya.
Aku semakin tegang dan harap-harap cemas pada apa yang akan terjadi berikutnya.
Glek.
Kutelan lagi air ludahku.

Bu Sri naik ke tempat tidur, mengangkangi selangkangan Fadil dengan penis yang mencuat tegang. Dia perlahan menurunkan tubuhnya. Dipegangnya penis Fadil dan dituntunnya ke bibir vaginanya.

Aaaaah.... SIAAAAAL
Kameraku salah posisi.
Aku ingin sekali melihat vagina Bu Sri memberikan kenikmatan surgawi pada penis Fadil yang dahulu dilahirkannya. Tapi yang dapat kulihat hanya bokong Bu Sri yang sedang turun. Kupastikan vaginanya mulai ditembus penis Fadil, karena dapat kulihat cukup jelas bahwa Fadil memejamkan mata dan mulutnya menganga.

Aku mengetuk-ngetuk permukaan meja dengan mouse. Menyesali kenapa aku tidak berusaha memposisikan kamera lebih baik.

Apakah..... apakah.....
Ah... tidak mungkin, aku tak ingin mengganggu mereka.

Kuketuk-ketuk lagi permukaan meja, kali ini dengan jemariku.
Penisku sakit terjepit celana saking kerasnya menegang.

Tidak mungkin.....
Tapi mungkin saja......
Mungkin saja mereka tidak apa apa.
Aku bingung antara beban profesi, hasrat birahi, dan takut Bu Sri menolak jika aku datang langsung kesana.

Akhirnya kuputuskan untuk berdiri dan dengan setengah berlari aku menuju rumah sebelah sambil meraih kunci pintu cadangan.

*********

Hosh... hosh... hosh... hosh.
Jantungku berdetak begitu kencang, Paru-paru berusaha menghirup oksigen lebih banyak.

Ctrak.
Kamar yang temaram itu mendadak terang.
Dua mahluk yang sedang saling menikmati kelenyarnya saraf-saraf kenikmatan pada kemaluan mereka mendadak kaget dan melotot melihat aku berdiri disana.

"Ma... maaf.... kameranya rusak... hosh...hosh...hosh..." Begitu alasanku.

Bu Sri mendadak bangkit dan akan berdiri hingga penis Fadil terlepas dari genggaman vaginanya. Fadil menahan tubuh Bu Sri lalu menariknya lagi kebawah agar penisnya kembali masuk ke vagina yang tengah membuatnya melayang di surga.

"Jangan... dilepas... bun." Kata Fadil sambil terus menahan tubuh Bu Sri.
"Jangan berhenti..... Bu Sri." Kataku sambil terus mendekati mereka.
"Jangan dok..... saya...." Kata Bu Sri ketakutan.

Aku paham kalau Bu Sri tidak siap akan kehadiranku.

Untungnya Fadil tetap menahan tubuh Bu Sri sehingga penisnya tetap menancap di vagina ibunya.

Sekarang aku dapat melihat dengan jelas dalam jarak dua meter. Vagina Bu Sri ternyata begitu indah dengan berhiaskan bulu pubis yang tidak lebat dan cenderung halus bagaikan anak remaja menginjak masa puber. Kedua pahanya tak kalah mulus dengan Tantry yang masih muda usia. Bahkan bibir vagina Bu Sri masih lebih rapi dan berwarna coklat muda kemerahan jika dibanding bibir vagina Tantry yang jujur saja agak gelap dan memiliki jengger yang hitam.

"Saya hanya mengamati, Bu Sri tidak usah khawatir." Aku menenangkan Bu Sri dengan suara khas yang sering kugunakan untuk menenangkan pasien.

Dan berhasil.
Dia diam namun menundukkan wajah, membuat rambutnya tergerai menutupi wajah.

Fadil perlahan bergerak, pantatnya naik turun.

"Nggh......." Fadil melenguh.

Gerakannya bertambah cepat.
Dengan keras ditusukannya penis tegang itu di vagina ibundanya yang lembab dan hangat.

crak...crak...crak...

Itu bukan lembab lagi, tetapi banjir. Suaranya gemecrak seperti genangan air hujan yang terinjak sepatu kanak-kanak yang bermain air. Beberapa gelintir cairan bening merambat turun dari sela-sela bibir vagina Bu Sri yang merekah diterjang penis Fadil.

"hik... hik... hik..." Hanya suara itu yang keluar dari mulut Bu Sri, seirama dengan setiap suara gemcrak yang ditimbulkan vaginanya.

Aku terus menerus menelan ludah.
Ingin sekali aku menggantikan Fadil disana, tetapi aku harus tetap menjaga kewibawaan dan profesionalitasku yang semakin dipertanyakan integritasnya bahkan oleh diriku sendiri.

Kepalaku berdenyut.
Penisku cenut-cenut.
Hasratku ikut hanyut.
Nafasku kian semaput.

Aaaargh.... aku tak tahan.

Fadil terus menggenjot vagina ibundanya tanpa ampun. Cepat, keras, bertenaga.
Bu Sri memejamkan mata, menundukkan wajah, tanpa mau melirik ke arahku.
Namun demikian, suara yang keluar dari mulutnya tak mampu ia kontrol untuk tetap diam.

"Hik ... hik... hik..." Mungkin karena kenikmatan, atau kepuasan karena sedang memberi kenikmatan pada Fadil.

Beberapa wanita dilaporkan menikmati kepuasan yang teramat sangat karena merasa dirinya mampu memberikan kenikmatan pada pasangannya.

Aku lebih mendekat.
Menggiurkan sekali melihat gundukan vagina itu digecak habis-habisan. Mampukah bertahan lebih lama lagi ?

Tentu saja tidak. Karena beberapa detik kemudian Bu Sri menjerit keras sambil gemetaran.
Fadil menghentikan genjotannya untuk memberikan kesempatan sang ibu menikmati orgasme yang melanda.

"Aaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkhhhhhhh ......." Jeritannya begitu panjang.
Seluruh tubuhnya terlonjak lonjak.
Aku dan Fadil memperhatikan dengan seksama.


Bu Sri mengangkat pantatnya hingga penis Fadil terlepas.

Plop.

Disaat suara plop itu meletup, maka sejumlah air bening muncrat dan tumpah ke wajah Fadil.

Serrrrrrrr...........

Bu Sri menurunkan pantatnya lagi hingga penis itu melesak kembali.

Slepppp.

Sedetik berikutnya dia angkat lagi pantatnya hingga penis itu kembali lepas

Plop.

Serrrrrrrrr.......

Bu Sri mendapatkan squirt nya yang nikmat melelahkan.
Fadil terlihat gembira, seperti dalam euforia.

Matanya bersinar aneh.
Bagai kucing yang melihat sinar laser merah di dinding.
Nyalang.

Kedua tangan Fadil menarik tubuh ibunya kembali turun.

Sleppppp.

Fadil langsung menggenjot tanpa ampun.

Waw.... aku tersadar akan apa yang sedang terjadi.
Fadil rupanya mendapat kegembiraan yang teramat sangat melihat ibundanya squirt.
Ya... itu.... itu yang memancing jiwa hypersex nya.

Benar saja, Fadil seperti kesetanan.
Dia menjatuhkan tubuh ibunya ke kasur dengan keras, lalu menindihnya sambil menancapkan batang penis yang makin membonggol keras.

Dia menggenjot, menggenjot, dan menggenjot vagina Bu Sri yang kelelahan.

"Ampuuuun.... Adil......" Sroooooooot...srot...srot.... Bu Sri squirt lagi.

Fadil hanya berhenti sejenak sambil mencabut penisnya.
Setelah selesai Bu Sri squirt, dia langsung menghajarnya lagi.

"AAaaaaaaaaaaakkkkh..... udah... Adil...." Sroooooot....srot....srot.... Bu Sri Squirt lagi.

Tapi Fadil tak memberi ampun. Bahkan untuk menarik nafaspun Bu Sri seolah tak diberi kesempatan.

Sroooooot........


"Am.....puuuun"

Sroooooot.....

Terus.... dan terus

Dan terus

dan terus.

Vagina itu sekarang terlihat merah, bentuknya menyenye tak karuan. Bagian dinding vaginanya bahkan sekarang terlihat nongol keluar dari bibir vagina.

Sroooot....

Bu Sri tak bergoyang lagi.

Dan Fadil terus menghajarnya.

Wah ini bisa terjadi bencana.
Aku tak mungkin mengijinkan ada "kecelakaan kerja" di dalam penelitianku.

"FADIL.... SUDAH !!!" Aku berteriak kencang.

Tapi Fadil terus menggenjotnya.

Untungnya tak lama kemudian tubuhnya mengencang.
Dengan satu teriakan keras, Fadil mencabut penisnya dari vagina Bu Sri yang terlihat sudah berantakan.

"AAAAAAAAAAAAAARRRGHHHHHHH" Fadil menggeram seperti Hulk sedang marah.

CROTT..... spermanya menyembur jauh dan jatuh di rambut Bu Sri.

CROTTTTz.... ke wajah Bu Sri yang pingsan.

CRODDDTTz.... ke dada Bu Sri tepat di putingnya.

Crot... ke perut Bu Sri.

Crt.... membasahi permukaan lubang vagina Bu Sri yang menganga

Sperma itu masuk mengalir melesap ke saluran vaginanya

Sebagian mengalir dan jatuh ke kasur.

Kasur itu basah seperti habis ada air tumpah satu ember.

Basah oleh cairan squirt Sri yang sekarang tak sadar setelah diberikan kenikmatan yang menderitakan.

Badan Fadil Ambruk di sebelah Bu Sri.

Aku mengambil celana dalam Bu Sri dari lantai lalu mengelap sperma Fadil.

Jijik ?
Pengalamanku sebagai dokter UGD di masa-masa awal karier kedokteranku telah membuat aku tidak ada rasa jijik.
Namun demikian aku tetap berusaha agar sperma Fadil tak tersentuh oleh kulit jariku.

Banyak sekali.
Celana dalam Bu Sri sampai tak mempu menampung lagi.
Basah kuyup.

Sekarang kuambil daster Babydoll Bu Sri.
Lalu kulap lagi sampai kering.

Fadil telentang dan diam kelelahan.

Benar, Bu Sri tak akan mampu melayani nafsu Fadil yang menggila.
Aku harus melakukan tindakan pengobatan pada kedua mahluk ini.

Kuraih tubuh Sri, kututup dengan sprei yang basah oleh cairan squirtnya.
Kubopong ke ruang praktekku di rumah kediaman di sebelah rumah ini.

**********

Tubuh Bu Sri tergolek lemah tanpa daya di meja periksa ruang praktekku.
Kesadarannya belum kembali.

Pada rak yang berisi obat-obatan kucoba menemukan cairan dengan bau yang menyengat.

Ah... ini ada sedikit cairan NH3 dalam botol kecil. Kuraih dan kubawa ke tubuh Sri yang masih tergolek.

Kucari-cari kapas atau apapun untuk media cairan amonia itu tapi aku tak menemukan. Sepertinya habis.

Ya sudah, kugunakan saja kain sprei yang menutupi tubuh Bu Sri.
Ujungnya kutarik dan ketika akan kubuka botol NH3 itu, sudut mataku melihat tubuh telanjang Sri yang telentang tak berdaya.

Aku tertegun.
Ada rasa penasaran.

Aku urung mengecrotkan cairan amonia ke sprei untuk diciumkan pada hidung Bu Sri sebagai pemancing kesadarannya. Aku malah menyimpan botol itu dan menarik seluruh sprei dari tubuh Bu Sri.

Dalam kebimbangan, aku mendekati tubuhnya.
Bening.... matang.... halus.... mulus.... sedikit lemak tak membuatnya buruk, malah menjadikannya terlihat tambah empuk dan layak diremas.

Ujung jari telunjukku sekarang menempel pada perut Bu Sri.
Perlahan turun ke selangkangannya.
Hangat.

Aku dalam persimpangan dilema.

Vagina Bu Sri begitu empuk dan lembut. Pantas saja kalau aura seksualnya begitu menguar keluar, mengundang nafsu setiap lelaki walau tubuhnya tertutup begitu rapat oleh gamis syar'i.

Aroma feromon wanitanya begitu kuat. Merangsang.

Penisku tegang.

Aku menyapu pandang ke seluruh ruangan, seperti orang ketakutan.
Ketakutan ada seseorang yang melihat, walaupun aku tahu ruangan praktek ini begitu terlindung dan tak pernah ada seorangpun berani masuk begitu saja.

Kuangkat kedua lutut Bu Sri, sampai membentuk huruf M. Kakinya langsung membentuk M yang lebar mengangkang manakala kulepaskan.

Aroma feromon bertambah kental, terhirup hidungku, memabukkan.
Aroma yang menyenangkan itu masuk ke lubang hidung, ke paru-paru, dan menuju otakku yang sekarang tak mampu berlogika. Semua hanya nafsu.

Oh... ini sekarang di hadapanku ada vagina seorang ibu yang telah berkali-kali memberikan kenikmatan pada saraf-saraf penis anaknya yang sensitif.

Tabu sekali.

Aku membuka zipper celanaku, kukeluarkan penisku yang tegang dengan tangan kiri.

Aku, seorang dokter, ahli psikiater, tanpa malu malu aku menerima keterangsanganku.
Aku mulai mengocok penisku.
Engh.....

Jari telunjuk tangan kananku menglusi bibir vagina Bu Sri yang sekarang memerah.
Slep.... masuk tanpa halangan.

Ooooh Sri..... pantas saja......

Rasanya begitu lembut.
Beda sekali dengan vagina Tantry yang kencang dengan otot-otot muda nya.
Pantas saja begitu banyak lelaki tergila-gila oleh janda dan MILF.
Ternyata begitu memabukkan.

Aku mempercepat kocokanku sambil mataku nanar menatap vagina Bu Sri.

Dan aku, tak juga malu menggapai ejakulasi dengan masturbasi sambil melakukan pencabulan pada pasienku yang tak berdaya.

Badanku tergetar ketika air maniku muncrat dan tumpah di lantai.

Oh...... Tuhan.
Apa yang sudah aku lakukan ?
Tubuh ibu ini begitu menawan.
Seteguk kenikmatan dari tubuhnya tak membuat dahagaku tersembuhkan.

Aku makin haus...... haus..... HAUS !

Aku ingin lagi....

Aku ingin melesakkan penisku ke sana, ke vagina yang sudah dinikmati anak kandungya.

Tapi aku bertahan.

Cukup !

Segera kurapikan celanaku, mengelap cairan yang tadi kukeluarkan.

Aku menyadarkan Bu Sri dengan NH3.


***********

Senin, 14 Februari

- Subjek Fadil diberikan Trihexyphenydil 3x 2mg
- Subjek Sri melanjutkan Risperidone 1x 2mg
- Observasi akan dilakukan selama 3 minggu kedepan.



Senin, 7 Februari
- Stabilitas memori Subjek Fadil bertahan 2 minggu
- Pada minggu ke 2 disarankan untuk terapi ringan seperti terdahulu
- Disarankan tidak melakukan hubungan sex penuh, mengingat efek samping yang dahsyat pada Subjek fadil.
- Terapi perangsangan seksual dalam tidur hanya bertahan 3 hari seperti yang sudah lalu.
- Kesimpulan awal : Kedua Subjek tak ada masalah psikologis dengan terapi terbatas seperti disebutkan diatas, dan diulang setiap 3 hari.



**********

"Jadi dok, bagaimana keadaan ayah kami ?" Sepasang suami istri yang masih muda bertanya dengan cemas mengenai keadaan ayahnya.

"Ayah dan mertua anda dipastikan mengalami alzheimer yang cukup parah, dan sampai dengan saat ini belum ada pengobatan yang dijamin keberhasilannya. Lagipula usia bapak sudah 70 tahun. Saran saya, rawat dengan kasih sayang." Aku menasihati kedua orang ini.

"Tapi tidak mungkin dok, kami berdua dalam dua minggu kedepan mendapat tugas melanjutkan pendidikan di Amerika. Dan kami tidak bisa mengajak bapak kesana. Kalau saja ada yang bisa dokter lakukan, biaya berapapun akan kami penuhi supaya bapak bisa hidup normal dan melanjutkan kesehariannya." Mereka memohon.

Aku lama terdiam, berfikir berbagai hal.

"Jika ada terapi percobaan..... walaupun belum ada kepastian keberhasilannya.... apakah anda berdua mengijinkan bapak dan mertua anda mengikukti ?" Aku hati-hati bertanya.

"Apa saja dok, terserah... yang penting dokter berusaha."

"Baiklah kalau begitu..... Minggu depan mungkin anda dapat mengantar bapak dan mertua anda kesini untuk selanjutnya dilakukan beberapa terapi. Perkiraan terapi sekitar 3 bulan, dengan biaya 100 juta per bulan." Sebetulnya aku agak ragu menyampaikan.

"Tidak masalah dok, Minggu depan saya akan antar bapak kesini sekaligus dana untuk 3 bulan."

Aku menahan nafas.
100 juta perbulan.... tambahan penghasilan yang menarik.

Bersambung.

*Catatan Penulis :
Saya sedang berusaha menamatkan kisah Bunda Fadil lebih cepat karena ada satu tema lain yang ingin saya buat menjadi cerita yang baru.
Tapi saya ingin tahu, tema apa yang sebenarnya lebih disukai suhu-suhu untuk saya tulis ?
- Inses
- Kriminal pemaksaan dan pembunuhan
- Swinger/cuckold/perselingkuhan

Mohon masukannya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd