Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA coaster : putaran dua [BABAK DUA UPDATED]

Bimabet
Sebenarnya ane belum mau posting di sini karena ane ga suka Korea + ga terlalu demen Puti
Tapi ngapa pake disebut di sini dah namanya :stress:
 
Saya itu bingung kalo tokohnya korea. Tapi gapapalah, lanjutkan terus suhuu :panlok4::panlok4:
 
Gini nih, udah lama updatenya, updatenya bikin pusing nebaknya. Gak bisa diginiin akututu :marah:

Inception dah ini tama:groa:

Tapi seru juga kalo maju mundur alurnya :pusing:
 
saya kembali ke forum fiksi setelah vakum lama, ayo update huuuuuu ekse pucchiiii
 
[5 – yes or yes?]

Aku membuka mata, mendapati tv di ruangan ini sudah menyala. Ada Zee disana.

“Kak Chae, Joenachimnidaa~” ia menyapaku dengan riang sekali, aku hanya tersenyum kearahnya, sementara tanganku masih menggenggam gawai yang semalam sedang asik aku gunakan.

“Abang kuat kan kak?” Zee menatap kakak angkatnya itu dengan perasaan sedih, namun berusaha menutupinya dengan senyuman. Aku menatap Tama yang masih terbaring tak berdaya diatas kasur itu, dan tersenyum sedikit.

“Tama pasti kuat kok, Zee.” Aku menghampiri Zee lalu memeluknya dari samping.

Iya, kamu kuat kan, Ken?

****
Segar. Itu yang kurasakan saat ini. Tubuhku yang hanya setinggi 159 cm ini kuguyur dengan air dingin dari shower di rumahku. Tanganku mengusap seluruh tubuhku, mulai dari atas kepala, leherku, hingga kedua payudaraku.

Entah mendapat angin darimana, jemariku memelintir pelan kedua putingku, membuatku mendapat sedikit rangsangan dari permainanku sendiri.

“Hngh...” mataku terpejam. Kucuran shower ini membuatku nafsuku semakin meningkat, bersamaan dengan meningkatnya permainanku pada kedua buah dadaku ini. Ukuran nya memang tidak terlalu besar, tapi menurut Tama kedua payudaraku ini pas digenggam.

Tangan kananku turun ke perutku, lalu menuju liang vaginaku. Kurasakan sedikit becek disana, bukan dari kucuran shower ini tetapi memang karena nafsuku sudah memuncak.

“Ah..” aku mendesah pelan begitu dua jemariku masuk perlahan kedalamnya. Perlahan, kumaju mundurkan jemariku ini. Tangan kiriku semakin liar bermain dengan payudara kiriku.

“Ah.. hngghhh.. aahhh..” desahanku semakin kencang seiring dengan semakin kencang juga tempo keluar masuk jariku di vaginaku.
Putingku yang sudah sangat tegang ini aku tarik, bersamaan dengan orgasmeku.

“AAHHHHRRGHGHHH.....” kurasakan ujung jemariku basah, sedikit hangat.

Buset. Squirt.

Nafasku sedikit tersenggal. Masturbasiku membuatku sedikit mengingat kenikmatan dari penis Tama yang selama ini memuaskanku.

“Makanya cepet bangun dong, Tam.” Aku tersenyum sedikit dibawah kucuran shower yang daritadi masih menyala. Melihat kulitku yang mulai keriput, aku segera menuntaskan mandiku ini lalu menuju kembali ke rumah sakit.

===

Tama point of view.

Aku menelan ludah. Lembur di kantor bersama Nayeon merupakan ide yang buruk. Bukan, bukan karena aku harus bersama kedua wanita itu hingga tengah malam, namun karena sekarang, penisku sedang di kulum Nayeon dengan asiknya, di meja kerjaku.

“Engh.. Nayeon.. ini masih di kantor.. engh..” aku sedikit berusaha menarik kepala Mina dari penisku.

Plop

“Emhh.. Nayeon udah gatahan Tam.. tolong puasin Nayeon..”
Sialan. Nadanya yang dibuat-buat itu menambah nafsuku. Aku sebenarnya bisa saja sejak tadi langsung menggarap tubuhnya yang indah itu, namun aku sadar ada beberapa karyawan disini yang juga sedang lembur.

“J-jangan disini.. ini meja kerja aku..” aku berusaha menarik tubuh Nayeon untuk berdiri, karena ia masih berjongkok di depan penisku yang sudah tegang dan basah oleh liurnya itu. Nayeon berdiri. Kaos yang ia kenakan sudah terangkat diatas kedua payudaranya yang masih terbungkus sport bra berwarna hitam itu.

Dengan keadaan seperti itu, ia menarikku menuju ruangannya yang tepat berada di sebelah ruangan bosku. Ia membanting pintu dengan sedikit terburu-buru, lalu menguncinya dari dalam, begitu juga dengan connecting door ke ruangan bosku.

“Ka-Kamu yakin disini?” aku masih sedikit ragu. Namun, melihat Nayeon yang mengangguk pelan sembari tersenyum itu membuatku tergesa menabrak tubuhnya lalu mencium bibirnya dengan penuh nafsu.

Tanganku bermain di buah dadanya yang pas digenggam itu. Dari luar, kurasakan putingnya sudah menegang. Kami sama-sama menelanjangi satu sama lain, sehingga kini kami benar-benar telanjang. Nayeon sekarang menungging kearahku. Tangannya bertumpu ke mejanya.

“Fuck me like this is your last time..” nada manjanya itu membuat ide jahilku terlintas. Tanganku mengambil sabuk yang masih menempel di celanaku, lalu sedikit melipatnya menjadi dua bagian. Nayeon yang melihat tindakanku itu, tersenyum lebar, lalu mengarahkan pantatnya itu kearahku.

Bles.

“Ahh...” Nayeon mendesah seiring dengan masuknya penisku ke vaginanya. Tangan kiriku menjambak rambutnya, sementara tangan kananku ku gunakan untuk memecut pantat dan pinggangnya dengan sabukku. Aku mulai menggenjotnya kasar.

“Nakal kamu minta ngewe di kantor!”

Ctak!

“Ahh.. yess... harder please...” desah manja Nayeon. Matanya terpejam. Pantatnya yang baru saja kupecut itu memerah. Genjotanku semakin liar di vaginanya, kurasakan vaginanya menyempit. Entah karena sengaja, atau ia akan mencapai orgasmenya.

Ctak!

“Ahh.. yess... oh my god... hardeerr..” Nayeon kembali mendesah manja, sementara jambakanku semakin kencang. Tangan kanannya meraih pinggangku, seakan memintaku untuk mempercepat genjotanku.

Ctak!

“Fasterr pleasee... aahhhh...” desahan Nayeon membuat nafsuku tidak tertahan lagi. Aku menggenjotnya kasar dengan semakin cepat, membuat suara benturan selangkanganku dan pantat Nayeon terdengar bersamaan dengan decitan meja.

“Ohh.. Tam... I’m gonna come...” Vagina Nayeon terasa menyempit, membuat aliran spermaku juga hampir berada di ujung.

“Argghhh.. Barengggg...” aku mendesah kecil sembari menarik rambutnya dengan lebih keras.

“YEESS... AKU KELUAR TAMM AARGGHHHHH...”

“NAYEEONNN.. AARHGHHHH.”
Vaginanya berkedut, membuatku menumpahkan seluruh spermaku didalam rahim Nayeon. Bersamaan dengan terbebasnya spermaku, kurasakan batang penisku menghangat karena cairan cinta Nayeon.

Tubuh Nayeon ambruk diatas meja kerjanya sendiri, sementara aku jatuh di punggung Nayeon. Kami berdua sama-sama tersenggal, tubuh kami berkeringat. Rambut Nayeon yang kujambak tadi sedikit kusut.

“Hngh... Gomawo, Tam... hgnh..” ucap Nayeon yang masih tersenggal. Ia sedikit mengangkat tubuhnya, lalu memutar tubuhnya menghadapku.

Cup.

Sebuah kecupan singkat mendarat di pipi kananku. Aku hanya tersenyum memandangnya. Gigi kelincinya membuat dirinya terlihat lucu.

“Fun, isn’t it? But, you need to wake up now.” Perkataan Nayeon membuatku sedikit bingung.

“Iya. Kamu harus bangun sekarang.” Tangan Nayeon melingkar di pinggangku.

“Maksud kamu gimana?” aku yang kebingungan berusaha mencerna ucapan Nayeon tadi.
Tangannya melingkar semakin jauh, menarikku kedalam pelukannya. Sebuah cahaya terlihat bersinar dari tubuh Nayeon. Semakin dekat aku dan Nayeon, semakin terang cahaya itu, membuatku menutup mataku saking terangnya.

Shit!
Kenapa ini?!


Kepalaku mendadak pusing, berat sekali rasanya. Tanganku berusaha memeluk tubuh Nayeon yang kuyakini masih memelukku, namun tidak kudapati siapapun yang memeluk tubuh telanjangku.

FUCK!
WHAT IS THIS!
SHIT!


---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Aku membuka mata perlahan. Kurasakan jantungku berdebar kencang. Kedua tangan dan kakiku tidak bisa kugerakkan, namun bisa kurasakan seseorang menggenggam jemari kiriku.

Mataku terbuka seluruhnya. Sebuah ruangan menjadi pemandangan yang menyambutku. Bau obat dimana-mana. Bunyi-bunyi alat medis terdengar dimana-mana, dan..

Chaeyoung?!

Aku berusaha semampuku bergerak, membuat gadis yang menurutku adalah Chaeyoung ini bangun karena aktifitasku menganggu tidurnya. Matanya terbelalak melihatku.

“TAMA?!”
Ia segera bangkit, menekan sebuah tombol, mungkin memanggil perawat.
Ya, aku sudah tau aku berada di rumah sakit.

Tapi,

Kenapa?

Chaeyoung memelukku, lalu menangis histeris.
“Akhirnya kamu bangun.”
Aku yang masih bingung hanya terdiam mendapati pemandangan ini.

“ch..” sialan, suaraku tercekat. Kurasakan kering sekali tenggorokanku. Kulihat tangan kananku, sebuah selang infus menempel, dan kurasakan sebuah selang oksigen juga menempel di kedua lubang hidungku.

Pintu terbuka, seorang dokter yang sedikit berumur dan dua orang perawat tiba di ruanganku.

“Maaf, mas. Bisa kami tahu nama mas?” dokter itu berdiri di samping kananku, lalu bertanya dengan mendadak kepadaku.

“Tama Andhika.” Aku menjawab sebisaku, tenggorokanku kering sekali.

“Bisa beritahu kami dimana dan kapan anda lahir?”

“Bandung, 94.” Aku masih kebingungan dengan pertanyaan dokter tadi.
Kulihat dokter itu tersenyum, seperti berusaha memberitahu bahwa aku tidak apa-apa sekarang.

“Apa yang terakhir anda ingat, mas?”
Aku berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga aku bisa berada disini.

“s.. saya ganti ban mobil di Cipularang.”
Dokter itu tersenyum.

Ohiya, aku mengganti ban mobil di Cipularang, dan tiba-tiba aku disini.

“Apa yang anda ingat setelah itu?”
“Ti-tidak ada, dok.”
“Jadi ingatan terakhir anda adalah, anda mengganti ban mobil di Cipularang?”
Aku mengangguk pelan, sementara Chayeoung di sebelahku masih menyeka air matanya.

“Biar tunangan mas saja yang menjelaskan, sekarang mas bisa tenang dulu, atau kembali tidur karena ini masih jam 1 pagi. Kalo perlu apa-apa, silahkan tekan tombol yang ada diatas kepala mas ya.”
Dokter itu keluar dari ruangan bersama kedua perawat itu setelah melepas selang oksigen di hidungku. Aku reflek menoleh kearah Chaeyoung.
“Chae...”
Chaeyoung tersenyum. Lebar sekali senyumannya.

===

Aku kembali terbangun dari tidurku. Cerita Chaeyoung tadi pagi saat aku baru bangun dari koma ku seakan cerita pengantar tidur bagiku. Kulihat sekeliling, ada Zee dan Chaeyoung yang sedang mengobrol di sofa, sementara kulihat seseorang sedang tertunduk di pojok ruangan ini. Aku berdiri, turun dari kasur, membuat Zee menoleh.

“ABAANNGG!!”

Zee berlari kearahku, lalu menghambur memelukku. Ia menangis kencang, seperti Chae saat tau aku sadar. Teriakan Zee tadi membuat seseorang di pojok ruangan itu menoleh.

Pucchi.

Ia hanya menatapku dengan mata berair dan sebuah senyuman, tidak bergerak dari posisinya sekarang.
Zee melepas pelukannya, lalu menyeka air matanya. Aku mencium puncak kepalanya, lalu berjalan sembari membawa infusku kearah Pucchi.

“Mau apa?”
Nada dingin itu lagi, membuat Pucchi terkejut.
“Merasa gak cukup nyakitin gue dengan ninggalin gue gitu aja?”

Pucchi menunduk.
“Aku.. cuman mau mi... minta maaf... kak..”
Air matanya jatuh ke lantai.

“Gue gak masalah lu mau ketemu gue nanti, tapi tolong, buat sekarang, lu pergi dari sini. Gue baru bangun, jangan bikin gue bikin lu yang koma.”

Perkataanku itu sukses membuat Pucchi mengangkat kepalanya sembari terbelalak. Ia kembali menunduk lalu berjalan keluar.

Chaeyoung yang melihatku hanya terdiam, begitupun Zee.

Aku berdiri di depan jendela, menghirup udara luar kamarku yang cukup segar karena banyak pohon disini. Kurasakan tangan seseorang melingkar di perutku.


“Welcome back, sayang.”
Aku menoleh kebelakang, lalu mencium puncak kepala Chaeyoung.

“Banyak hal yang kamu lewatkan.”
 
Hai, halo semua~

Maaf updatenya cukup lama dan sedikit, karena memang saya sedang sibuk sekali di RL dan tidak bisa membagi waktu antara menulis dan mengejar hal-hal yang harus selesai. Ditambah, saya baru selesai menjalani opaname di RS.

Jadi, mohon maaf dan harap maklum ya.
Terimakasihh.
 
Buset serem amat baru bangun dari koma terus pengen bikin orang koma.....

Semoga sehat selalu om....
 
Update nya cukup ngobatin kangen sama ceritanya hu 🙇

Semoga sehat2 selalu hu
 
Hai, halo semua~

Maaf updatenya cukup lama dan sedikit, karena memang saya sedang sibuk sekali di RL dan tidak bisa membagi waktu antara menulis dan mengejar hal-hal yang harus selesai. Ditambah, saya baru selesai menjalani opaname di RS.

Jadi, mohon maaf dan harap maklum ya.
Terimakasihh.
Saking menghayatinya sampe dirawat juga huu? Ehehehe. gws cepet sembuhh

Puccho masih memendam rasa sama tama eeeaaaa

Mina cuma mimpi. :((
 
Ngimpi ternyata :sendirian:


Hebat juga Tama, bangun dari koma bisa langsung berdiri nyamperin Pucchi dan mau bikin koma :marah:
 
Buset serem amat baru bangun dari koma terus pengen bikin orang koma.....

Semoga sehat selalu om....
bejat emang Tama...
Terimakasii kak~

Update nya cukup ngobatin kangen sama ceritanya hu 🙇

Semoga sehat2 selalu hu
Terimakasih suda membaca kak~

Saking menghayatinya sampe dirawat juga huu? Ehehehe. gws cepet sembuhh

Puccho masih memendam rasa sama tama eeeaaaa

Mina cuma mimpi. :((
iyasih parah jadi ikut dirawat jugaa hahaha
Mina? hmm....
kayaknha....

Ngimpi ternyata :sendirian:


Hebat juga Tama, bangun dari koma bisa langsung berdiri nyamperin Pucchi dan mau bikin koma :marah:
bejat memang Tama ini ckck

Kasian pucchi :(
ada polisi pucchi dong habis ini?
 
“Gue gak masalah lu mau ketemu gue nanti, tapi tolong, buat sekarang, lu pergi dari sini. Gue baru bangun, jangan bikin gue bikin lu yang koma.”
"Gue gak masalah lu mau ketemu gue nanti, tapi tolong buat sekarang, lu pergi dari sini. Gue baru bangun dan belum bisa berdiri, jangan bikin gue tinggi lu yang koma nanti" bercanda, biar syllable wkwk
Anyway be that hard to Pucchi, she deserve it (maybe) :ngacir:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd