Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG CONGORIS (By : FigurX)

Bimabet



PART 4 : PERJUANGAN
Hard to be 'hore'




"Hidup Adalah Perjuangan" Dewa

kemenangan hari ini bukanlah berarti
kemenangan esok hari
kegagalan hari ini bukanlah berarti
kegagalan esok hari

hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti
usah kau menangisi hari kemarin
ahha

tak ada yang jatuh dari langit
dengan cuma-cuma
semua usaha dan doa
kebenaran saat ini
bukanlah berarti kebenaran saat nanti
kebenaran bukanlah kenyataan

hidup adalah perjuangan
bukanlah arah dan tujuan
hidup adalah perjalanan
hidup adalah perjuangan


------------




Scene 1, Mencoba

^^^^^^^^^^^^^^^^^^



[POV Rani]


Hari ini hari jumat. Biasanya aku pulang, bahkan sudah menjadi rutinitas mingguan. Tapi hari ini pertama kalinya aku tak pulang. Semua karena aku telah berjanji dengan tiga orang sekaligus.

Sabtu pagi aku ada janji dengan Raka, katanya minta bantu ngerjain catering ibunya, kebetulan sang ibu sedang sakit namun pesanan terlanjur di iya kan.






Sabtu malamnya ada Inul yang pingin ngajak cari buku. Aku sih iya saja, namanya jalan ke toko buku adalah hal paling favorit bagiku.

Dan hari minggu paginya, Johan berencana main ke kosan karena hal penting yang ingin dia sampaikan. Awalnya aku sudah meminta untuk langsung dibicarakan saja, namun dia bersikeras untuk menunggu hari minggu. Ya terserah dia sih, yang ada keperluan kan dia, bukan aku.

Kulihat jam dinding di ruang tengah kosan. Hmm..baru jam 2 siang. Lalu apa yang harus kulakukan sekarang hingga malam nanti?. Rani nganggur euy. Semua teman kosan lagi pada pulang. Iish bete bete beteee...

Ohiya, aku ingat jika Ita memberikan kunci kamarnya kepadaku. Aku yang memintanya sih, karena koleksi film di komputer dia cukup lengkap. Jadi aku bisa mengisi kebosanan ini dengan nonton film. Biasa biasa aja kok, ga usah ngeres pikirannya.

"Lho Ran..***k mole (ga pulang)?"
Ibu kos menyapa Rani yang terlihat bete.

"Mboten buk. Wonten janji mbenjang kale konco (tidak bu. besok ada janji dengan teman)," jawabku sopan.

"Owalah. Ya sudah ibu turun dulu. Kalau butuh teman ngobrol, kebawah aja!" tawar ibu kos.

"Injih bu," kujawab kembali ucapan beliau.

Sepeninggal ibu kos, kulanjutkan rencanaku untuk nomton film di kamar Ita. Ternyata banyak sekali judul film koleksi Ita. Mulai dari drama, action, komedi, lengkap. Aku sampai bingung mau nonton yang mana.

Tringg..

Sebuah pesan whatsapp masuk, kulihat. Ternyata Raka.

Rk : Ran, ga jadi pulang kan?. Aku njagakno (mengandalkan) kamu buat besok bantu soalnya.

Ra : Beres bos.

Rk : wah makasih banget ya. Eh kamu sekarang bengong dong di kosan.

Ra : kok tau??!!

Rk : Lah kan kapan hari udah cerita kalau males weekend di kosan karena semua pada pulang.

Ra : ooh hehe iya lupa

Rk : Nanti malam mau ditemenin jalan?

Ra : Belum tau Ka. Lihat nanti

Rk : Yaudah kabari aja kalau perlu kemana gitu. Daripada sendirian kan ga asyik

Ra : Iyo beres.


Setelah balasanku yang terakhir sepertinya Raka sudah tidak mengirim pesan lagi. Aku kembali bersandar pada kursi di depan meja belajar Ita.

Sejenak aku melamun. Raka ini sebenarnya baik, sopan, care juga. Aku tahu dia ada maksud, makanya sering cari cara biar bisa dekat sama aku. Aku sih tak masalah, posisiku juga masih belum punya pacar kok. Tapi jujur aku masih belum ada arah untuk berpacaran dengan Raka. Menunggu waktu saja, biar bersemi sendiri cintanya.

Lamunanku bergeser pada sosok Inul. Dia juga baik, bahkan dia pria paling lembut yang pernah kukenal. Bicaranya kalem, wajahnya cerah, mirah senyum juga. Aku menyimpulkan bahwa Inul ini juga memiliki ketertarikan kepadaku. Perhatiannya terlalu over kepadaku. Lagi-lagi aku masih ragu. Belum ada kecondongan untuk berpacaran dengan Inul.

Serba salah kalau jadi cewek, lalu banyak cowok yang kasih perhatian. Dan semuanya baik. Tapi ga mungkin juga jika aku pilih semua.

Pria ketiga yang kulihat naksir kepadaku adalah Johan. Secara tampang dia bisa dibilang kalah dengan Raka dan Inul. Body-nya jumbo, tinggi besar. Badanku mungkin hanya sepertiga badan Johan. Tapi secara kekayaan, dia paling tajir. Bahkan mungkin paling tajir diantara teman se angkatan. Untuk yang ketiga ini aku tak ada kecondongan sama sekali. Aku tak mau dibilang matre jika terlihat dekat dengan Johan. Lebih baik berteman biasa saja. Tapi bukan berarti aku menghina fisiknya. Aku tak pernah melihat seseorang dari fisiknya saja, seperti pola pikir Ita. Yang aku cari adalah kenyamanan. Selama ia bisa membuatku nyaman, maka akan aku pilih dia.

Pikiranku kembali melayang pada sosok Rios. Aku sempat nyaman bersamanya. Kami berpacaran sejak jaman awal SMA hingga semester pertama aku kuliah. Kondisi LDR yang akhirnya memungkasi hubungan kami. Peran cewek yang lebih dekat dengan Rios di sana memberikan ruang bagi Rios untuk menepikan cara berpacaran LDR. Aku tak merasa kecewa meski berpisah dengannya. Bagiku, semua itu adalah liku jalan. Biar saja mengalir apa adanya. Walaupun keperawananku sudah direbutnya, aku tak bersedih. Karena itu atas kemauanku. Hidupku adalah jalan yang sudah aku pilih, apapun kenyataannya harus bisa ku terima.

Lamunan terhenti saat aku membaca sebuah judul film yang janggal. 'Spider X', ehmm emang ada ya film dengan judul itu?. Seingatku film spiderman tak pernah merilis film seri X.

Bermodal keppo, coba ku-play film tersebut. Dari ilustrasi diawal memang terlihat bahwa ini adalah salah satu film dengan spiderman sebagai aktor utamanya.

Aku tak bisa mencerna obrolan yang terjadi di dalam film tersebut. Terjemahan yang biasanya ada dibawah layar ternyata tak ada. Alhasil aku hanya melihatnya bermodal pengalaman mengenal gerakan pantomim. Bukan aku tak mahir bahasa inggris, tapi mereka main pakai bahasa Papua Nugini. Mana ku tahu..

Aku tak terlalu bisa mengikuti detail scene demi scene. Aku aku perhatikan detail justru saat seragam ketat spiderman ternyata ada resleting mungil bagian selangkangannya. Sekali sentak, mencuatlah penis yang...ampuuun, jumbo.

Aku terhenyak. Kutekan tombol pause. Dadaku berdegup kencang. Aku masih berpikir untuk meneruskan, ataukah menyudahi tontonan film aneh itu.

Sekian menit aku terdiam, otak mesumku berbicara. Si otak mesum sedang pedekate dengan si otak kepo dan memerintahkan tubuhku untuk melanjutkan aksi.

Tombol play kutekan. Dalam layar terlihat adegan seorang cewek cantik sedang mengulum penis spiderman. Suhu tubuhku meningkat. Ruangan kamar Ita yang berasa tetap terasa gerah. Beberapa kali kuseka keringat dikening.

Entah sejak kapan, tahu-tahu tangan kiriku sudah sibuk meraba bagian indah di dadaku. Tangan kananku juga ambil bagian dengan menggosok area selangkangan yang masih tertutup celana pendek.

Ooosshh...kudu ku meremang. Darah terasa berdesir.

Ehmmm shh, desahan semakin terdengar seiring meningkatnya libido yang terangsang oleh gesekan jari di area dada dan selangkanganku.

Mataku sayu, napasku memburu. Aku sudah tak mampu berpikir tentang benar dan salah. Aku hanya tertaut pada pikiran tentang nikmat dan enak. Sebentar aku berdiri dan melangkah mengunci pintu kamar.

Aku kembali ke kursi dengan sebelumnya melucuti semua pakaian yang melekat di tubuh indahku. Kuakui aku memang seksi dan cantik, tapi sayangnya aku masih sendiri. Sebeell.

Kunikmati tontonan di layar. Jemariku sibuk meremas dan memilin dada bulat indah yang tekah menegang putingnya. Tanganku yang lain sudah menggosok dengan cepat area klitoris dan serambi vagina.

Ooouu shhh...nikmat sekalii!!. Lama sekali aku yak merasakan rangsangan pada dada dan kelaminku. Aku selalu disibukkan dengan kuliah dan praktikum.

Eehmm...aku semakin berani untuk mengorek ke dalam liangku. Lambat laut korekan itu berubah menjadi gerakan keluar masuk yang konstan. Tak cukup sati jari, dua jari malah. Jempolku ikut mendarat menggencet tonjolan klitoris. Aku menggelinjang. Kukangkangi meja belajar Ita dengan posisi kaki terbuka lebar. Ooooh kali ini aku sangat binal.

Ooohhmm...ini terlalu nikmat...sshhh. Liangku semakin becek. Suara kecipak cairan yang tergesek jemariku menimbulkan nada indah. Ooohh..aku tak tahan.

Di layar kulihat persetubuhan spiderman mulai terjadi. Ia menggenjot kuat vagina pasangannya yanpa ampun. Akupun ikut mennggenjot vaginaku dengan tangan, tanpa ampun.

Oouuhh ehmm...dorongan syahwatku menggelora. Aku sudah lupa dengan kesantunanku di dunia nyata. Aku bagai hidup di dunia kenikmatan yang tak bertepi. Ku imajinasikan bau-bauan sperma menerobos hidung, menyeruak ke dalam paru-paru. Ooohhh...vaginaku sangat geliii..

Aku tak kuatt...aku tak kuat. Kupercepat kocokan pada liang hingga akhirnya, oooooohh...aku menggeliat. Pinggulku terangkat tinggi. Dahsyat orgasme menerobos pertahan terakhirku. Tubuhku kaku beberapa saat sebelum kemudian melemas. Tulang dan persendianku serasa remuk. Aku terkulai diatas kursi. Lelehan cairan orgasme terlihat mengalir membasahi kursi yang kududuki. Aku puasss.

Dengan sisa tenaga yang kupunyai, kulangkahkan kaki menuju tempat tidur. Aku rebah dan tak lama kemudian tertidur pulas.


----------



[POV Seno]


"Haloo semua...", kulambaikan tangan kepada semua personel Sonyk plus Shinta yang sudah duduk berkeliling di salah satu meja Zangrandi. Paling ujung terlihat Yosi memangku sebuah gitar.

"Wes beres No lirik sampel-nya?" tanya Obeng penasaran.

"Lebih dari beres, aku mbrebes mili (menangis) pas nulis. Hancikk!!" balasku sewot. Bisa-bisa nya mereka punya ide memasukkan kisahku ke dalam bait puisi. Tapi aku masih ingat ucapan Raka tempo hari, saat kami nanti tenar, lirik inilah yang akan pertama menyayat hatinya Ita. Biar mampus kamu karena telah bikin Super Seno kecewa.

"Sih coba lihat mana?" Yosi ikut penasaran. Dia juga sebenarnya termasuk penulis puisi sepertiku. Mungkin dia bisa menilai hasil tulisanku layak tidaknya. Ku letakkan ksecarik kertas A4 diatas meja. Semua kepala berdesakan mengerubutinya.

---

"Sudah Terlambat"

by : Seno 'Sonyk band'



[Intro]

Langkah kaki ini,
Susuri hari penuh harap,
Menapak jalan cinta,
Mencintaimu.

Sejak pertama kali,
Engkau tlah curi hati ini,
Hipnotis ku terpana,
Merindukanmu.

Bridge :
Namun..luruhlah hasratku,
Tuk miliki kamu,
Kau campakkan aku,
Kau tepis cintaku...

Reff :
Sakit...sakitlah hatiku,
Saat kau ucap, ku tak pantas untukmu..
Perih...perihlah lukaku,
Kau sayat sembilu, kau hujam jantungku..

Bila saatnya nanti,
Aku datang kembali,
Takkan lagi cinta,
Enyahlah engkau.

Jika kau mohonkan cinta,
Aku takkan peduli,
Meski kau berlutut,
Sudah terlambat...

[Interlude]

Back to bridge
Reff 3x

Meski kau menghiba,
Ku takkan sudi.


---


"Wooow...ini sempurna No!!. Daya kreasimu luarbinasaa," teriak Yosi semangat, "Gua yakin bakal masuk nih kita ke dapur rekaman kalau pakai lirik ini!!", imbuhnya.

"Tunggu dulu...lihat dulu nadanya bagus ga. Percuma saja Seno sampai nangis-nangis nulisnya kalau kalian bikin nadanya ga match!!" Shinta yang sedari tadi diam akhirnya ikut berbicara.

Kamipun segera merangkai nada demi nada menggunakan gitar bolong Yosi. Genre yang kita sasar adalah pop-rock alternative. Bayangan kami adalah setup seperti band Padi atau Dewa. Ada mellow-nya, ada gagah-nya, ada romantisnya, ada riang-nya. Sekali denger sudah pasti bakal bikin cewek klepek-klepek hahaha.

Dua jam lebih kami habiskan hanya untuk membahas satu lagu saja. Namun hasil akhirnya adalah kepuasan di wajah kami. Hasil kasar yang direkam menggunakan handphone akan kami matangkan nanti saat di studio menggunakan alat lengkap.

"Eh tapi maaf ya, bukan gue nolak, tapi gue hanya bisa bantu di Surabaya saja. Gue diminta papa untuk fokus kuliah. Jika kedepan perlu bantuan di Jakarta sana ya kalian harus mencari lagi backing vokal cewek," Shinta berucap. Ia tak mau kami teelalu berharap padanya.

"Itu sih bisa diatur, temen gue yang vokalis cewek di Jakarta, bejibun." Tanggap Yosi.

Tring...


Pesan whatsapp muncul di handphone-ku,


B : No, repot ga?

S : Ada apa Gong?

B : Mo curhat men.

S : Nanti sore aja yo. Sekalian kita jalan cari mie pangsit. Ini sekarang aku masih kumpulan band

B : Wokey men, tar sore jam 4an kujemput

S : Sipp


Yang mengirim pesan kepadaku adalah Bagong. Dia salah satu teman kuliah dan cukup akrab denganku. Kosannya beda gang dengan kosanku. Bagong ini orang perantauan seperti Yosi. Bapak Jawa tulen, ibunya betawi tulen. Jadilah seorang Bagong anak Betawi yang logatnya medok abis. Hobinya adventure, makanya ga pernah bareng nge band.


------------



Sore itu aku sudah dijemput Bagong dan sudah duduk manis disebuah kedai mie pangsit daerah kotamadya. Yang pernah makan disini pasti tahu warung pangsit yang berseberangan dengan kantor Satpol PP.

Nama asli Bagong adalah Bagus, Bagus Zubairi. Namun akrab dipanggil Bagong oleh teman-teman sebagai pelesetan dari nama Bagus. Dan lagi, gigi depannya yang rompal satu sangat mirip seperti pemeran Bagong di pewayangan.

Aku memesan satu porsi mie pangsit, sedangkan Baging memesan porsi double, sungguh edan. Meski kurus, selera makan Bagong ini sangat nggilani (menjijikkan). Pepatah jawa mengatakan, wong kuru kuwi lempeng e dowo (orang kurus itu perutnya panjang). Yang artinya bakal muat makanan banyak. Entahlah, mungkin benar atau mungkin cuma sekedar mitos. Yang jelas, Bagong ini termasuk orang yang tahan lapar, makannya jarang, tapi sekali makan bisa menghabiskan apapun, yahh sejenis omnivora - pemakan segalanya.


"Onok opo Gong, pengen curhat opo?" tanyaku memulai pembicaraan sambil bersama menyantap makanan yang sudah tersaji.

"Hmmm...aku abis pedekate cewek No," jawab Bagong menghela napas.

"Sopoo?" Super Seno keppo dong ah hehe.

"Dewi!!"

"Hahh!!"

Hampir saja aku tersedak makanan yang masih ku kunyah, namun segera kuatasi. Aku ga mau Bagong berpikir macam-macam jika melihat kekagetanku.

"Lha kok tiba-tiba bisa pedekate Dewi iku yopo (gimana) awalnya?" kukejar dia. Aku kok rada panas ya..hmm.

"Sudah lama sih, tapi akhir-akhir ini aku lebih gencar. Kadang aku telepon, kadang aku paksain buat nganterin pulang, kadang mendadak aku maen ke rumahnya," jamputt beneran koen si Bagong ini. Wah wah..kok respon ku begini banget sih hadoooh.

"Trus dia tanggapane gimana?" tanyaku menyelidik.

"Dia welkom. Ga ada gelagat penolakan sih No. Tapi aku belum berani nembak dia," balas Bagong lirih.

Ya bagaimanapun juga aku kan bukan pacarnya Dewi. Justru haruslah aku mendukung sahabatku jika memang itu baik buat dia. Sejauh ini aku kan semakin tahu bahwa Dewi itu baik, ga ada salahnya kalau ternyata berjodoh dengan Bagong.

"Yo tempel ketat ae Gong. Buat dia terbiasa dengan kehadiranmu. Kalau sudah biasa kan jadi mudah buat kamu menyatakan cinta!" entah mengapa malah aku memberikan saran seperti itu kepada Bagong.

"Suwun (makasih) No atas dukungannya. Coba mulai besok aku terapkan," Bagong sumringah, aku ikut tersenyum, tapi seperti ada satu ruang kosong di dalam hatiku yang tiba-tiba merasa hampa. Ahh mungkin ini kebawa baper ke Ita, khawatir Bagong bernasib sama denganku.

"Santai ae, aku mendukungmu," lagi-lagi aku mensupport Bagong. Emboooh wes.

"Boleh aku minta tolong No?" wajah Bagong menghadap kearahku dengan tatapan serius.

"Opo kuwi (apa itu)?" Kupicingkan mata membalas tatapan serius Bagong.

"Eehm..kamu kan sering ketemu Dewi di kantor kakaknya, otomatis kamu lebih sering melihat Dewi. Aku mintol, kabari aku update - update terbaru tentang dia ya," jawaban Bagong sedikit membingungkanku.

"Maksudnya??" tanyaku.

"Ya misal dia pas sakit, atau ada cowok lain menjemput, atau mungkin pas dia butuh sesuatu... apapun deh, tolong aku dikabari. Ya semacam mata-mata gitu lah," Bagong menerangkan, aku akhirnya paham.

"Beres bos," tukasku.


Dalam perjalanan pulang, aku terus berpikir. Apakah benar langkahku dengan mendukung Bagong?. Apakah nanti tidak malah runyam jika sampai mas Dana tahu kemudian tidak setuju?. Mau ditaruh mana muka ini jika mas Dana sampai murka.

"Gong...pesenku satu. Dewi jangan dipermainkan atau dipermalukan. Dekatilah dengan cara yang baik. Taruhannya adalah nama baikku di depan kakaknya!!" ucapku saat aku turun dari motor Bagong.

"Tenang ae men!" jawab Bagong santai.

"Serius iki cukk!!. Sampai Dewi kenapa-kenapa, tak ke'i ndasmu!!"


-----------


Woww.. lelah juga nyelesaikan scene ini,

Bersambung yahh
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd