Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Copas Budi budiman dan Layar sakti

Status
Please reply by conversation.
Bab 7 ..Asem
Novi


Ketika Budi melihat celah kegelapan itu
dia terbayang kembali celana dalam berwana pink
yang ia lihat kemarin.
Dan paha mulus milik Novi membuat Budi terhipnotis, meskipun hanya kegelapan yang ia lihat, itu cukup untuk membuat Budi tegang tas bawah, dan keadaannya yang hanya berdua dengan Novi di kamarnya membuat dia lebih berimajinasi.

Namun ketika Novi yang tak sengaja menggenggam burungnya itu dia merasa takut, genggamannya begitu erat, dan dia takut jika burungnya akan bermasalah jika dicekik seperti itu.

" A..ampun Nov..jangan dicekik " Ucap Budi dengan gugup

" E..eh..ini..kamu.. " Novi langsung melepaskan genggamannya dan merangkak mundur, karena sebelumnya dia jongkok sambil meggelitiki Budi yang terbaring tertawa, namun karena Novi bergerak mundur dan seperti sedang melakukan pose yang jatuh dengan kedua tangan menopang dari belakangnya, kaki Novi seperti membentuk huruf M, dan membuat Budi bisa melihat apa yang ada dibalik kegelapan tadi.

Budi melihat di pangkal paha yang putih dan mulus itu, Novi memakai celana dalam berwarna biru muda, dan Budi bisa melihat bayangan bulu hitam di tengah-tengah celana dalam itu. Mata Budi terbuka lebar, dan napasnya memburu dengan cepat melihat pemandangan yang disuguhkan oleh Novi.

Novi pun sadar bahwa dia melakukan postur yang membuat Budi melotot itu, dia kembali menutup tirai pertunjukkannya itu dengan panik. Napas Novi pun sudah tak beraturan, dia sudah memegang burung Budi dan kini dia malah memberi bonus pada Budi, seolah-olah ingin memaksa Budi untuk lepas kendali.

Namun dia juga tak menyangkal jika kejadian ini cukup menggairahkan baginya. Karena saat ini dia sedang berada dikamar seorang lelaki, memegang alat vitalnya, dan tak sengaja menunjukkan isi dalam roknya, Novi sudah tak bisa berpikiran jernih berada dalam situasi ini, apalagi..ia sejak dulu tertarik pada Budi secara sembunyi-sembunyi.


Budi menutup matanya sejenak dan menarik napas dalam-dalam, dia sudah hampir kehilangan kendali, sifat buas pada dirinya hampir menunjukkan taringnya, dia berdiri dan mengambil bungkus rokok, dia pun berdiri di teras balkon dan menyalakan rokoknya, sambil melihat pemandangan sekitar untuk menenangkan dirinya.

Novi melihat Budi yang tiba-tiba diam itu pun tidak tahu harus berkata apa, dia bisa melihat tangan yang ia gunakan untuk meletakkan rokok ke bibirnya itu gemetaran, napasnya agak tidak karuan dan pelan-pelan mulai menjadi tenang, Novi pun meminum minuman cola yang ada di gelas untuk menenangkan diri, ia pun melangkah ke arah balkon dan berbicara dengan pelan,

" Maap Bud.. aku gak sengaja " Namun Budi hanya diam, dan tetap menikmati rokoknya.

" Jangan marah dong Bud.. " Novi berbicara dengan nada yang memelas.

" Hah.. Aku yang harus minta maap Nov, aku diem pengen nenangin diri dulu, sebentar aja kok. "

" Iya deh.." Novi tidak bisa melihat wajah Budi dari posisinya, namun dia yakin, disana tidak ada senyumannya.

" Aku beneran gak sengaja kok tadi megang..itu kamu.." Ucap Novi dengan panik

" Hahahahaha…." Budi tertawa terbahak-bahak mendengar Novi malah meminta maaf mengenai hal itu.

Novi hanya bisa memberikan wajah kebingungannya pada Budi. Budi pun mengelus pipi Novi sambil berkata " Gak apa-apa kali Nov, ga sengaja kan itu, tadi aku hampir kelepasan aja gara-gara tadi liat kamu jatuh,aduh bener deh kamu ini, malah ngomongin yang lain "


" Eh kelelapasan apa.. " Namun kata-kata Novi terhenti ketika menyadari yang Budi maksud.

" Ihh..namanya juga jatoh, dasar nyebelin ih ! " Ucap Novi sambil mencubit daerah perut yang tadi ia cubit

" Eh..ampun Nov, udah biru-biru ini perut dicubit terus " Jawab Budi sambil mengangkat seragam dan kaos dalamnya dan menunjukkan tanda merah bekas cubitan Novi. Namun setelah Novi melihat bekas cubitannya itu, pandangannya tertarik kepada perut Budi yang berotot, ' pantes aja agak keras perutnya..' pikir Novi, namun dia juga merasa itu sangat seksi, apalagi dia baru saja memegang alat vitalnya Budi, dia malu pada dirinya sendiri karena berpikiran mesum.

" Malah diem bukannya tanggung jawab yah "
lalu dia merasa tangan lembut Novi mengelus-elus perutnya dengan lembut.
" Nih aku tanggung jawab, aku elusin biar gak sakit " Jawab Novi dengan gugup, dia secara tidak sadar malah mengeluskan tangannya pada perut Budi. Dia pun tak percaya bahwa dia berani melakukan hal ini, apalagi Novi sudah merasa bahwa celana dalamnya sudah lembab.

Namun tiba-tiba terdengar suara Ayah Budi yang memanggil-manggil nama Budi dari lantai bawah yang menyadarkan Budi dan Novi, Novi pun langsung kembali duduk di kursi dengan segera.
" Bud.. kata si Ibu kamu bawa temen nih ke rumah " Ucap Ayah Budi yang muncul dari tangga, Budi tidak menutup pintu kamarnya sehingga Ayah Budi bisa langsung melihat Novi.

" Selamat sore Pak, saya temennya Budi " Ucap Novi sambil tersenyum malu dengan mukanya yang merah.
" Haha ga usah malu-malu gitu, bapak cuma penasaran aja, kata Ibu si Budi bawa temen cewek cantik " Ucap Ayah Budi sambil tertawa.
"He..hehe.. " Novi hanya bisa tersenyum malu
" Ya udah lanjutin aja, Bapak mau ke warung lagi " Ayah Budi pun langsung pergi. Budi mulai berpikir jika dia hanyalah anak pungut, karena Ayahnya pun menghiraukan keberadaannya ketika berbicara dengan Novi.

" Eh..iya ya Bapak kamu gak marah Bud liat kamu ngerokok " Ucap Novi heran dengan kebebasan Budi di rumah.
" Kan udah kubilang..tuh makan dulu kue nya Nov "

" Iya.." Novi pun mulai memakan kue yang Budi suguhkan, Budi pun kembali ke balkon untuk menghabiskan rokoknya. Novi melihat sosok Budi dari jendela dan dia memandangi Budi sambil memasukan kue ke dalam mulutnya.
Tak lama kemudian Novi menerima pesan dari Ibu nya bahwa dia sudah sampai di gerbang sekolah, Novi pun meminta ijin untuk pulang kepada Budi. Setelah Novi berpamitan pada orang tua Budi, Budi pun mengantarkan Novi ke dekat gerbang sekolah, namun di perjalanan mereka tidak banyak berbicara.

Mereka berhenti di gang jalan ke rumah Budi, dari sini Novi hanya harus berjalan sebentar ke gerbang sekolah, Budi pun tau jika Novi malu bila harus diantar sampai ke gerbang sekolah karena Ibu nya menunggu disana.

" Aku pulang ya Bud. Makasih loh " Ucap Novi sambil tersenyum.

" Iya gak apa-apa Nov, aku yang harusnya makasih sama kamu haha " Ucap Budi sambil tertawa, wajah Novi pun langsung memerah, dia sudah beberapa kali dikalahkan Budi ketika berbicara. Dia pun ingin membalaskan kekalahannya dan mendekati Budi sambil berbisik.
" Sama-sama..Budi.. gede dan keras banget sih tadi… " Budi langsung terdiam setelah mendengar ucapan Novi,
" Novi pun pergi meninggalkan Budi yang masih terdiam ditempat. Budi memandangi Novi yang semakin menjauh darinya, lalu dia pun pergi berjalan untuk kembali ke rumahnya dengan perasaan yang tidak karuan. l


***


Sesampainya di kamar, Budi mengambil hadiah-hadiah dari Quest hari ini, sekarang Budi memiliki uang Rp.700.000 dan merasa puas dengan tabungannya ini.
Dan ketika ia melihat isi Storage nya yang kosong,
Budi berpikir bahwa jika ia bisa menaruh uang di Storage ini, dia pasti merasa aman untuk menyimpannya, dia takut jika orang tuanya akan curiga melihat Budi memiliki uang yang cukup besar seusianya ini.

Lalu tiba-tiba uang yang ada di meja Budi pun menghilang, Budi panik dan langsung memeriksa kolong mejanya dan lantai dekat meja, namun ia tidak menemukan uang itu, tapi untungnya dia melihat ada gambar uang di salah satu slot Storage nya bertuliskan" Uang tunai Rp. 700 ribu "

Dia pun merasa lega karena uang itu tidak hilang dan masuk ke Storage nya saja, dia mulai penasaran dan menatap pensilnya dan berpikir ingin memasukkannya ke Storage, dan hal yang sama pun terjadi. Budi sangat senang mengetahui bahwa ia bisa memasukan benda apa saja dalam Storage nya ini, apalagi Storage nya memiliki 30 slot.

Budi pun memutuskan untuk menyimpan rokok dan koreknya di storage, setiap slot bisa menyimpan satu jenis benda yang sama, jadi Budi bisa menyimpan rokok sebanyak yang ia mau, dan ia memutuskan untuk pergi berbelanja benda-benda yang penting yang bisa ia bawa kemana-mana nantinya.



Keesokan harinya, Budi menjalani sekolahnya seperti biasa, meskipun dia harus menerima banyak pertanyaan dari teman sekelasnya yang tetap tidak percaya bahwa Budi tidak berpacaran dengan Novi, Budi hanya bisa pasrah menerima nasibnya saja, apalagi Novi pun hanya diam saja dan terlihat malas untuk meladeni temannya.

Ketika jam istirahat, Novi mengajak Budi untuk makan di kantin bersama dengannya dan dia berkata bahwa kali ini dia yang akan membayar makanannya. Budi pun mengikuti Novi yang terus memaksanya itu, mereka memesan bakso yang sama seperti kemarin dan duduk di pojok kantin.

" Semalem kemana? Gak chat aku " Ucap Novi sambil makan di samping Budi.

" Ketiduran seudah belajar Nov, Hp ku tinggal cas aja di meja, kenapa?kangen ?" Jawab Budi sambil menikmati bakso nya.

" Ih PD banget walaupun udah ngajak aku ke kamar " Novi berkata demikian sambil menjulurkan lidahnya.

" Hehe.. hati-hati kalo ngomong, nanti didenger orang bahaya, disangkanya ngapain." Novi pun langsung melirik kiri kanan untuk memastikan bahwa tidak ada yang mendengarnya. Mereka duduk di pojokkan yang jauh dari murid lainnya, namun tetap saja kadang ada yang duduk di dekat tempat mereka, jadi Novi sedikit khawatir.

" Ah nakut-nakutin aja kamu Bud " Ucap Novi yang bernapas lega.

" Makanya hati-hati Nov " Budi pun langsung melanjutkan makanannya dan menghabiskannya.

Ketika Budi dan Novi sedang meminum minuman mereka , datang satu murid laki-laki yang menghampiri mereka, Budi mengingat bahwa dia adalah salah satu preman sekolah dan dia pun mengerutkan dahinya ketika melihat dia berhenti di dekat Budi.

" Eh lo Budi kan? Gue ada perlu nih nanti seudah pulang sekolah, gue tunggu di gerbang ye "

Ucap lelaki itu dengan kasar.

" Ada apa emang? "Jawab Budi dengan nada yang sopan, sambil tersenyum.

" Ikut dulu aja nanti, gak bakal lama kok " lelaki itu pun langsung pergi meninggalkan mereka.

" Kamu tau dia Bud ? " Ucap Novi yang kelihatan khawatir dengan Budi

" Nggak Nov, siapa emang dia? " Jawab Budi dengan heran.

" Temennya si Hendrik Bud..langsung pulang aja nanti Bud, jangan ikutin dia "

" Haha gak bakal kenapa-kenapa kali Nov, paling cuma nanya-nanya doang " Jawab Budi dengan santai, dia tahu tentang Hendrik, salah satu siswa yang ditolak oleh Novi, dia terkenal kasar dan bertindak seenaknya karena ia adalah anak seorang polisi.

" Tenang aja Nov, kalau dia macem-macem kan tinggal teriak aja "

" Aku ikut ya sama kamu Bud " Ucap Novi sambil memegang lengan Budi. Budi bisa melihat bahwa Novi sangat khawatir dengan Budi, Budi merasa senang ketika melihat ada yang memperhatikannya.



" Tenang aja Sayang, pacar kamu ini jago larinya, jadi bisa kabur haha " Ucap Budi sambil bercanda, muka Novi pun memerah dan dia pun langsung melepaskan tangan Budi.

" Ih..ya udah, hati-hati ya nanti, aku mau ke toilet dulu, kamu ke kelas aja duluan " Ucap Novi sambil pergi terburu-buru, Budi hanya bisa tersenyum melihat sikap malu-malunya Novi.



Sepulang sekolah Budi langsung pergi menuju gerbang sekolah, disana dia bertemu lelaki tadi yang langsung mengajaknya pergi untuk mengikutinya, Budi mengikutinya sampai ke dekat rumah kosong dekat rumahnya, di dekat rumah Budi ada rumah yang sedang dibangun namun diabaikan pemiliknya sebelum rumah tersebut selesai di bangun, disana sering dijadikan tempat merokok para siswa sepulang sekolah karena lokasinya yang sepi. Di sana dia melihat ada 4 orang siswa yang sedang merokok, sambil mengobrol dan tertawa. Mereka adalah siswa kelas 12 IPS 3, dan lelaki yang paling terlihat sangar adalah Hendrik, dengan badan besar dan tinggi 175 cm, Hendrik langsung melihat ke arah Budi dan tertawa.

"Hahahaha..jadi ini si curut pacar Novi, gede juga ya nyali lo "

" Haha.. saya Budi bro, ada apa nih? " Ucap Budi sambil membuka tas nya, ketika tangan Budi masuk ke dalam tas nya, dia mengambil rokok dan korek yang ada di storage, sehingga rokok dan korek itu langsung berada di dalam tas nya, Budi pun menyalakan rokoknya dengan santai.

" Heh..gue kira lo banci yang ga ngerokok " Ucap Hendrik, wajahnya seperti sedang merendahkan Budi.

" Ah lo bisa aja drik, banci aja banyak yang ngerokok " Jawab Budi dengan santai, Hendrik langsung berdiri dan mendekati Budi,

" Besok kalo gue masih denger lo pacaran sama Novi, gue abisin lo ! "

" Emang lo siapa bro, apa urusannya sama lo? " Budi membalas pandangan Hendrik yang melotot padanya sambil tersenyum tenang, dia heran masih ada orang yang emosi seperti ini ketika wanita yang menolaknya berpacaran dengan orang lain.

" Hahahahaha.." Hendrik tertawa sambil memegang kerah seragam Budi dan mengangkat kerahnya sampai ke dagu Budi, Budi hanya melepaskan asap dari mulutnya ke wajah Hendrik dengan senyum yang berbeda. Teman-teman Hendrik pun mulai berdiri dan mengelilingi Budi, mereka tertawa melihat Budi yang tidak melawan.

" Hayo ngapain lu disini bocah! " Dari luar datang seorang pria bertubuh besar dengan tinggi sekitar 190 cm, pria itu hanya memakai kaos dalam dan celana pendek, wajahnya terlihat sangar dengan kepalanya yang gundul mengkilap itu, pria itu memegang kunci Inggris yang besar di tangannya.

" Ga.*** ngapa-ngapain Bang ! Cuma ngerokok aja ! " Hendrik berkata dengan gugup, pria itu adalah pemilik bengkel di gang rumah Budi dan para murid di sekolah mengetahuinya sebagai preman daerah ini. Mereka langsung panik melihat Evan yang datang dengan kunci yang besar itu, mereka hanyalah anak SMA biasa dan sangat tertekan melihat kehadiran Evan.

" Berisik aja lu, pergi sono, gue dapet laporan dari warga banyak puntung rokok dan sampah disini, udah berisik ga di bersihin pula, lu pikir ni rumah punya bapak lu ! " Ucap Evan dengan suara yang berat dan serak. Mereka pun langsung pergi dan pamit meninggalkan rumah kosong ini.

" Ah elu Bud, gue kira siapa yang mau macem-macem, gak lu lawan aja tuh " Evan pun berjalan ke arah Budi sambil mengambil satu bungkus rokok yang ia sodorkan dan langsung menyalakan rokok.

" Kaga Bang, bokapnya polisi, kalo gue jotos ntar marah bokapnya haha " Jawab Budi dengan santai, sebelum pulang sekolah Budi mengirim pesan chat kepada Evan agar mengikutinya dan mencegah bila mulai terjadi kekerasan.

Budi tidak mau terlibat masalah di semester akhirnya ini, jadi dia terpaksa meminta bantuan temannya ini. Ketika Budi masih belum berani merokok di rumah, dia selalu merokok di rumah kecil Evan yang menyatu dengan bengkelnya.

" Cuih! Gitu aja belagu, enek gue sama yang sombong gitu, ya udah gue balik ke bengkel Bud, lagi benerin motor tadi, yang punya motor gue tinggal aja di bengkel haha " Ucap Evan sambil berjalan ke luar.

" Makasih bang, nih buat abang " Budi melemparkan sebungkus rokok yang langsung Evan tangkap.

" Ah elu Bud, jadi enak nih gue haha "

" Ya enak lah bang, haha. " Jawab Budi sambil mengikuti Evan keluar rumah, mereka berdua sangat dekat dan Evan pun tidak sungkan kepada Budi, Evan tau Budi tidak akan memberikannya rokok bila tidak mempunyai uang. Evan bahkan tidak banyak bertanya mengapa dia harus mengikuti Budi dan hanya membalas pesan Budi dengan jempol ketika melihat isi pesan Budi.



Ketika Budi sampai di depan warung, Budi melihat Novi sedang duduk di teras rumah bersama Ibu nya, Budi terkejut melihat Novi yang ada di rumahnya, Ayah Budi yang ada di warung pun mendekati Budi.

" Embud darimana? Itu Novi nunggu kamu dari tadi, katanya kamu tadi pergi sama anak nakal dari sekolah gara-gara Novi, kamu gak apa-apa? Bapak telpon ga diangkat-angkat " Ayah Budi terlihat khawatir, dia ingin mencari Budi namun dia tidak tahu harus pergi kemana.

" Haha Hp Budi di silent Pak, anak nakalnya juga pada kabur, di gerebek Bang Evan tadi " Jawab Budi dengan santai.



" Oh si Evan haha, pantesan kabur tuh bocah, kamu nanti hati-hati loh, Bapak takut kamu kenapa-kenapa. "

" Gak apalah Pak, pasti takut mereka, kan lewat bengkel tiap hari "Ucap budi dengan tenang, namun ia tidak menyangka jika Novi akan memberitahu orang tuanya, dia tidak tahu harus senang atau kesal karena sekarang orang-tuanya mengetahui permasalahan ini.

Budi pun menghampiri Ibunya dan Novi di teras, setelah menjelaskan hal yang sama kepada mereka seperti yang ia jelaskan pada Ayahnya.

Ibu Budi pun menyuruh mereka masuk ke dalam rumah dan dia pamit pergi kembali ke warung.

Budi pun pergi ke kamarnya dengan Novi yang membawa nampan kue dan minuman.

Budi kembali duduk di balkon, dan Novi pun duduk di kursi meja belajar Budi seperti kemarin.

" Ini kita ga apa-apa berdua disini? Orang tua kamu ga bakal marah? " Ucap Novi dengan cemas, dia malu karena Ibu Budi malah cuek saja dengan Budi yang mengajak Novi ke kamar, dia merasa tidak pantas untuk ke kamar Budi dan tidak tahu apa yang orang tua Budi pikirkan tentangnya.

" Aku takut disangka cewek ga bener Bud.."

" Haha santai aja kali, orang kita ga ngapa-ngapain, mereka juga tau lah aku ga bakal macem-macem, aku kan anak mereka kali " Jawab Budi dengan santai sambil menyalakan rokoknya.

" Ihh..malah ngerokok lagi kamu, apa enaknya sih " Ucap Novi sambil mendekati Budi dan duduk di sampingnya.

" Kebiasaan Nov hehe.. "

" Nov nov, panggil aja Vi napa. Jadi penasaran, sini coba nyobain dikit " Ucap Novi sambil merebut rokok Budi yang ada di tangannya, Novi pun langsung batuk dan mengembalikannya pada Budi.

" Eh ga boleh kalo cewek, beda lagi rokoknya Vi "

" Uek.*** enak, asep doang, apa enaknya sih, yang buat cewek yang gimana emang? Bukannya sama semua? " Ucap Novi yang mencoba meniup sisa asap dari mulutnya sambil mengerutkan dahi nya.

" Yang buat cewek rokoknya rokok daging hahaha " Budi bercanda sambil tertawa, entah mengapa dia semakin merasa bebas bersama Novi, dia bahkan merasa biasa saja sesudah bercanda mesum seperti itu.

" Rokok daging? Masa daging di bakar terus di isep?" Jawab Novi sambil heran.

Budi pun berbisik di telinga Novi dengan pelan-pelan

" Ya jangan di bakar lah, dikulum aja, masa ga tau rokok daging sih, itu loh yang gede dan keras..hahaha " Budi langsung berlari ke kasurnya meninggalkan Novi yang sepertinya akan mulai menggelitikinya lagi.

" Ih jorok! Diem-diem mesum ! " Novi mengejar Budi ke balkon sambil mengambil postur yang siap menggelitik Budi lagi.

" Eh jangan Nov, ntar kaya kemarin lagi ah, horor! " Jawab Budi, dia benar-benar tidak tahan geli, dia lebih baik dicubit daripada harus mengalami kejadian kemarin. Novi pun langsung menurunkan tangannya dan hanya duduk di samping Budi.

" Kamu kalo udah deket mesum ya orangnya, ga nyangka ih " Ucap Novi sambil malu-malu.

" Ya becanda doang Vi..seru sih jailin kamu hehe "

Ketika Budi berkata demikian, dia melihat ada notifikasi di tanda Questnya,

Quest : Remas pantat Novi

Hadiah : Vitality Candy x 1, Uang tunai Rp 300.000



Budi hanya bisa menelan ludah sambil berpikir

' Asem..'
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd