*BASED ON TRUE STORY*
Cerita ini dibuat berdasarkan kisah nyata yang dialami TS dan WFnya.
Setting dalam cerita ini memposisikan TS dan WF sebagai orang pertama untuk membuat jalan cerita menjadi lebih menarik dan mudah diimajinasikan.
Beberapa nama dan lokasi dibuat berbeda dengan tujuan menjaga kerahasiaan identitas TS dan WF.
Pembaca sangat dianjurkan untuk mempersiapkan pelumas agar prosesi haphap berjalan lebih nyaman.
PART VIII - Brand New (F) Job (Chapter 2)
Chapter sebelumnya:
Rey tiba-tiba saja terlibat chat dengan Laura, seorang mantan therapist yang pernah melayaninya di sebuah spa plus-plus di Denpasar. Dalam pembicaraan dengan gadis asal Indr*m*yu itu, imajinasi gila Rey mulai muncul lagi..
POV TS
Chat-chat berikutnya, kami lanjutkan hanya dengan bercanda dan bicara seputar keluarganya. Ia curhat padaku soal bagaimana keluarganya yang bersikeras menjodohkannya, tapi ia selalu menolak. Ya wajar saja, jaman sekarang mana ada orang yang masih mau dijodoh-jodohkan begitu.
Namun di sela-sela pembicaraan kami, pikiranku selalu terusik oleh bayangan saat Laura melayani tamu-tamunya. Hal ini membuat birahiku seperti tak terkendali, meski ada sedikit campuran emosi ketika mengingat Natalie, pacarku sendiri, orang yang kusayangi, sempat menjual tubuhnya untuk dinikmati oleh pria hidung belang. Bagaimana pun, yang namanya nafsu, jarang sekali bisa seiring sejalan dengan logika. Di sisi logika, aku memang sakit hati dengan pengkhianatan yang dilakukan oleh Natalie. Namun tatkala nafsu yang bicara, bayangan Natalie bersenggama dengan pria lain pun bisa membuat birahiku bangkit. Sampai di satu titik, aku membayangkan seandainya saja aku dulu menjadi kekasih Laura saat ia menjalani profesinya sebagai therapist, pasti akan seru sekali. Setiap pulang bekerja, ia akan selalu membawa cerita yang bisa membuatku horny..
"Tunggu dulu", pikirku.
"Kenapa harus jauh-jauh mengharapkan orang lain untuk memuaskan imajinasi liarku?", tanyaku pada diri sendiri.
"Jika sekarang aku mulai berharap pada orang lain untuk mewujudkan fantasi seksku, sama saja aku akan menyakiti Natalie lagi. Lalu akan jadi apa ketika pengkhianatan dibalas dengan pengkhianatan lagi?", batinku.
"Lebih baik aku bicarakan dulu dengannya. Ya, aku akan membicarakan ini dengannya", ujarku bertekad dalam hati.
Kusudahi pembicaraanku dengan Laura. Aku berjanji pada diriku sendiri, jika Natalie bisa kuajak kompromi soal ini, aku tidak akan pernah menghubungi Laura lagi. Dan itu terjadi, sampai detik ini.
.
.
.
POV WF
"Bodo amat! Weeekkk..", ujarku sambil menjulurkan lidahku ke arah Rey.
Aku kesal padanya. Karena pembalasan dendamnya padaku yang melibatkan Amey, si Amey malah sekarang ketagihan ikut minta jatah sama Rey. Meski sebenarnya Rey tidak pernah melakukan itu dengan Amey tanpaku, dan aku pun terhanyut dalam nafsu saat Rey menyetubuhiku dan Amey secara bersamaan, tetap saja sebagai wanitanya aku kadang merasa cemburu.
"Hey.. Aku kan ngga pernah pake perasaan kalo main sama dia", ujar Rey sambil memelukku dan memberikan kecupan-kecupan di dahi dan pipiku.
"Aku mana tau kamu pake perasaan apa ngga pas main sama Amey.. Emangnya perasaanmu bejendol kaya titit, bisa keliatan kalo konak?", jawabku ketus yang malah direspon Rey dengan tawa lebar.
"Eiiittss.. Aku bahkan belom nyebutin permintaanku yang ketiga loh", kata Rey sambil menyunggingkan senyum licik di bibirnya.
"Duhh! Mati aku. Kok anak ini masih inget aja sih..", gerutuku dalam hati.
"Hufft.. Yauda, apa permintaanmu yang ketiga? Cepet sebutin, biar aku ngga ada utang nebus kesalahan lagi", ujarku sembari menghela nafas.
"Tapi permintaanku kali ini agak ekstrim", lanjut Rey.
"Apa itu? Aku ngga mau kalo yang aneh-aneh ah. Ntar pake nyuruh aku difoto telanjang outdoor segala. Males!", sergahku.
Aku tau Rey ini punya pola seksual yang di luar kebiasaan, jadi aku hanya mencoba mengira-ngira apa yang akan jadi permintaan ketiganya.
"Yeee.. Ngga separah itu juga kali..", jawab Rey.
Aku agak lega mendengar jawaban ini.
"Aku cuma mau minta kamu untuk kerja jadi therapist..", ujarnya.
"..di spa plus-plus", lanjut Rey menyelesaikan kalimatnya.
"Whattt?! Kamu minta aku untuk kerja di spa plus-plus?! Kamu udah gila ya, Rey?!", tandasku yang benar-benar kaget dengan permintaan Rey kali ini.
Apa dia sudah tidak waras lagi? Baru saja aku dan dia bertengkar hebat gara-gara perbuatanku dengan Pak Andi. Dan sekarang dia memintaku untuk melakukan hal yang sama!
"Ya daripada kamu ngelakuinnya diem-diem di belakangku, aku sakit, kamu pun ngga tenang ngelakuinnya", kata Rey.
"Maksudmu apa? Aku kan udah bilang, aku ngga akan ngianatin kamu lagi. Cukup itu aja, aku ngga pengen ngulang kesalahan itu lagi. Apa kamu berfikir aku bakal kaya gitu lagi?", ujarku berusaha menegaskan bahwa aku sudah cukup kapok melakukan kesalahan yang menyakitinya dan merusak hubungan kami.
"Yauda, gini aja deh. Aku percaya kok sama kamu. Anggep aja ini memang murni permintaanku, ngga ada hubungannya sama apa yang pernah terjadi kemaren-kemaren", tukas Rey.
"Trus, tujuanmu sebenernya apa?", tanyaku yang masih belum mengerti, apa yang ada dalam pikiran Rey.
"Aku cuma pengen, tiap pulang kerja kamu bawain aku cerita yang bikin aku horny. Aku pengen dibikin konak dengan cerita-cerita antara kamu dengan tamu-tamumu", ungkap Rey soal pemikirannya.
Sampai disini aku baru bisa memahami. Seperti yang sudah kubilang, Rey selalu punya fantasi dan imajinasi yang di luar dugaan. Dan saat mendengar alasan ini, aku tidak heran lagi. Inilah Rey, kekasihku, yang selalu punya ide gila dan kadang cemerlang untuk urusan seks.
"Emang kamu rela gitu, aku ditidurin sama laki-laki lain tiap hari?", tanyaku padanya, sekaligus berusaha menjawab keraguanku.
"Trus, abis itu kamu ninggalin aku, dengan alasan aku ini cewek ngga bener? Gitu maumu? Supaya kamu ada alasan buat mutusin aku?", desakku lagi.
Ya, ada beberapa hal yang membuatku ragu. Aku tidak mau kalau permintaan ini ternyata hanya jadi ajang balas dendamnya saja. Setelah diriku rusak jadi sex therapist, ia akan meninggalkanku begitu saja. Yang lebih kutakutkan adalah, seandainya ia memang berusaha menghancurkanku, ia akan membongkar perkara ini kepada banyak orang segera setelah aku mulai bekerja sebagai therapist.
"Kalo niatku kaya gitu, ngapain nunggu sekarang? Dari kemaren-kemaren aja aku lakuin itu, toh aku punya foto-fotomu pas kamu indehoy sama si om", ujar Rey padaku.
Masuk akal juga, kalau memang niatnya hanya untuk menghancurkan aku, pasti sudah ia lakukan hal itu sebelumnya.
"Aku ngga punya maksud jelek. Aku udah bilang apa yang sebenernya aku pengen", kata Rey singkat.
Aku pun terdiam.
"Atau gini aja. Kita coba sebulan dulu. Kalo emang nantinya ini lebih banyak jeleknya buat hubungan kita, ya kamu berenti aja. Kalo kamu rasa ini baik, ya kita lanjutin", lanjutnya memberi solusi.
"Hmm.. Gimana ya..", gumamku penuh keraguan.
Aku tidak tau harus bagaimana..
TO BE CONTINUED..