Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Crazy Ass Couple (True Story)

cool !!!
btw realita emang kejam yah...
ketika cowok ketahuan selingkuh, dia akan mengemis minta maaf sama ceweknya. dan berharap tidak ada hukuman atas kesalahan nya.
tetapi ...
ketika si cewek yang ketahuan selingkuh, si cowok will do brutality ... ga sadar bahwa cowok pun penuh dosa.

wakakaka
lanjut Hu ! nais story
 
Ooo jd nipple piercing yg ud gw intip sblom waktunya gara" ituuuu hahaha

Gmn rasanya hu ngulumin nipple berpiercing?
 
Ooo jd nipple piercing yg ud gw intip sblom waktunya gara" ituuuu hahaha

Gmn rasanya hu ngulumin nipple berpiercing?

Yoi, hu..
Rasanya kaya mainan gitu di lidah..
Tapi ane lebih seneng ngeliatnya sih.. Keren aja keliatannya..
:D
 
*BASED ON TRUE STORY*
Cerita ini dibuat berdasarkan kisah nyata yang dialami TS dan WFnya.
Setting dalam cerita ini memposisikan TS sebagai orang pertama tunggal untuk membuat jalan cerita menjadi lebih menarik dan mudah diimajinasikan.
Beberapa nama dan lokasi dibuat berbeda dengan tujuan menjaga kerahasiaan identitas TS dan WF.
Pembaca sangat dianjurkan untuk mempersiapkan pelumas agar prosesi haphap berjalan lebih nyaman.


PART VII - Dis(sex)ster For the Twins (Chapter 2)

Chapter sebelumnya:
Rey akhirnya memutuskan untuk mengecek kondisi Natalie, karena ia kuatir Natalie akan bertindak nekad. Ketika Rey kembali, Natalie memohon agar Rey bisa memaafkannya, dan ia bersedia melakukan apapun untuk bisa bersama dengan Rey lagi..


"Aku punya tiga permintaan", kataku. Pada saat mengatakan hal ini, sebenarnya aku sangat ingin tertawa. Aku jadi ingat iklan produk rokok dengan sosok jin yang bersedia mengabulkan tiga permintaan.
"Yang pertama, aku pengen kamu pasang piercing di nipple kamu", ujarku menyebutkan permintaan pertamaku.
Natalie hanya mengangguk pasrah, tanda ia menyanggupinya. Aku tau mungkin ia mau menuruti permintaan itu lantaran terpaksa saja, tapi aku tak peduli. Aku akan minta apa yang aku mau, mumpung ia dalam kondisi terpojok dan bersedia memenuhi APAPUN permintaanku.
"Oya, aku pengen kamu jujur sama aku, siapa yang ngenalin kamu ke om-om bangsat itu", kataku bermaksud menyelidiki siapa otak di balik aksi jual diri Natalie ini.

"Itu idenya Amey", jawab Natalie membuatku kaget setengah mati. Bagaimana bisa seorang adik menjual kakaknya sendiri ke pria hidung belang?!

"Ohh.. Jadi kalian bedua sekongkol buat ngianatin aku, gitu ya? Bagus!", sindirku setelah mendengar jawaban tadi.
"Duit hasil mecunnya dibagi berapa-berapa?", tambahku.

"Dia ngga minta sepeser pun. Dia juga sering diajak sama bapak itu kok", sanggah Natalie dengan ekspresi wajah datar.
Jawaban ini membuatku mendapatkan inspirasi untuk permintaan selanjutnya.

"Okay, kalo gitu permintaanku yang kedua, aku pengen ngentot sama Melanie, ngga peduli gimana pun caranya!", ujarku.
Natalie tampak terperanjat mendengar permintaan keduaku ini. Ia tiba-tiba menoleh ke arahku dengan mata berkaca-kaca.

"Maksud kamu apa? Gimana caranya aku bisa bikin dia ML sama kamu? Dia kan udah punya cowok", jawabnya lirih.

"Aku ngga peduli. Terserah kamu gimana caranya", balasku cuek.
"Kalian bedua kan udah biasa mecun. Lagian, dia yang ngerusak kamu jadi kaya gini. Jadi aku juga harus ngerusak kalian bedua", ujarku menambahkan.
"Kalian udah berani ngianatin gw, sekarang waktunya gw balas dendam", pikirku membatin.

"Tapi, Rey..", kata Natalie yang masih mencoba beralasan.

"Ngga ada tapi-tapian!", kupotong langsung omongannya.
"Kalo kamu ngga mau, then it's over. Hubungan kita selesai. Simple aja kan?", ujarku bersikukuh.

"Okay, okay.. Bakal aku usahain. Trus yang ketiga? Kenapa ngga sekalian kamu bunuh aku aja?", tanya Natalie.

"Yang ketiga bakal aku pikirin setelah kamu berhasil menuhin dua syarat tadi", jawabku.
"Kalo aku mau bunuh kamu itu gampang, ngga perlu kamu suruh. Tapi aku ngga bakal ngotorin tanganku buat ngebunuh orang macem kamu dan Melanie", tambahku sok galak.

Keesokan harinya, aku langsung mengajak Natalie pergi ke salah satu studio tattoo dan piercing yang ada di bilangan Jalan Legi*n. Gejolak perasaanku muncul tatkala melihat si piercing artist memegangi toket Natalie tanpa penutup terpampang di hadapannya dan mengusap sekitar putingnya dengan kapas beralkohol. Kuperhatikan si piercing artist ini sempat menelan ludah saat melakukan hal itu. Ia kemudian mengambil semacam tang berujung bulat berlubang, menjepit bagian puting susu Natalie, kemudian menusuknya dengan jarum piercing. Natalie pun menggigit lidah dan memejamkan matanya sambil memegang tanganku. Ekspresinya mirip saat ia mendapatkan orgasme.
"Pemandangan yang sungguh erotis!", pikirku. Bagaimana tidak, puting pacarku sedang 'dikerjai' oleh pria lain. Imajinasiku malah jadi melayang memikirkan hal yang aneh-aneh.

"Aku lagi ngebujuk Amey supaya mau nginep di tempat kita. Ntar terserah deh mau kamu apain", ujar Natalie saat kami kembali ke mobil.

"Trus? Kapan dia bisa?", tanyaku sambil memberi Natalie ice cream cone yang kubeli di convenience store tepat di sebelah tempatku memarkir mobil.

"Dia bilang..

TO BE CONTINUED..

 
Permintaan ketiga pengen swinger sama istri si om ya hu.. Kan klien nya amey
HaHahaha
#mwi
 
*BASED ON TRUE STORY*
Cerita ini dibuat berdasarkan kisah nyata yang dialami TS dan WFnya.
Setting dalam cerita ini memposisikan TS sebagai orang pertama tunggal untuk membuat jalan cerita menjadi lebih menarik dan mudah diimajinasikan.
Beberapa nama dan lokasi dibuat berbeda dengan tujuan menjaga kerahasiaan identitas TS dan WF.
Pembaca sangat dianjurkan untuk mempersiapkan pelumas agar prosesi haphap berjalan lebih nyaman.


PART VII - Dis(sex)ster For the Twins (Chapter 3 - End of Part VII)

Chapter sebelumnya:
Natalie bersedia memenuhi semua permintaan Rey. Permintaan pertamanya, agar Natalie memasang piercing di nipple-nya. Yang kedua, Rey ingin agar Natalie menyerahkan kembarannya untuk ia nikmati..


Trus? Kapan dia bisa?", tanyaku sambil memberi Natalie ice cream cone yang kubeli di convenience store tepat di sebelah tempatku memarkir mobil.

"Dia bilang, hari Selasa dia off. Jadi Senin dia bisa nginep di tempat kita", jawab Natalie setengah hati seraya membuka kemasan ice cream cone yang kuberikan.
Kujalankan mobilku beranjak dari tempat itu. Dalam hati, aku merasa senang karena sebentar lagi aku bisa menikmati tubuh Melanie, yang bagiku pantas diberi hukuman karena sudah berani menjual Natalie ke pria hidung belang dan merusak hubunganku dengan kakaknya.

"Akhinya, dateng juga nih hari", kataku dalam hati. Jam dinding di kamarku menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Aku merasa sangat bersemangat, hingga tanpa kusadari aku senyum-senyum sendiri ketika keluar dari kamar mandi.

"Deuuuh, yang seneng dapet mangsa baru hari ini", ceteluk Natalie menyindirku dengan wajah datar.

"Siapa suruh macem-macem sama aku. Ya terima aja konsekuensinya", responku atas sindiran Natalie.

"Aku tau ini salahku. Tapi kalo boleh aku minta satu hal..", kata Natalie sambil menunduk.

"Kamu mau minta apa?", tanyaku singkat.

"Aku ngga peduli kalo kamu ngentot sama Amey malem ini. Tapi aku bener-bener ngga rela kalo sampe kamu ada perasaan sama dia", ujar Natalie.

"Perasaan? Perasaan apa? Kalo benci, jelas. Karena dia udah bikin kamu rusak", jawabku ketus.

"Okay, deal. Jadi skenarionya gini..", kata Natalie setelah permintaannya kukonfirmasi.
"Aku bilang sama dia kalo hari ini kamu pergi ke luar kota. Dia kan pulang jam 5 sore. Nah, kamu datengnya agak malem aja, di atas jam 11 deh. Biar dia udah setengah tidur dulu. Ntar kamu dateng, matiin listrik kamar dari meteran yang ada di depan, trus kamu mulai deh ngerjain dia", sambung Natalie menjelaskan rencananya.

"Lah? Segampang itu? Trus ntar kalo mendadak dia bangun dan teriak, gimana?", tanyaku kurang yakin dengan rencananya.

"Kamu ngga usah mikirin itu. Biar aku yang urus", jawab Natalie.

Mau tak mau, akhirnya aku menghabiskan waktuku keliling tanpa tujuan yang jelas usai bekerja. Karena tak tau lagi harus kemana, aku terpaksa mampir ke rumah seorang temanku, menunggu waktu menjalankan rencana jahatku. Tak terasa, bermain Playstation bersama rekan kerjaku itu telah mengalihkan perhatianku, hingga waktu menunjukkan pukul 11.17 malam. Aku pun segera berpamitan, dan langsung menuju kost Natalie.

"Udah aman. Cepetan", chat Whatsapp dari Natalie masuk ke ponselku saat aku sudah dalam perjalanan.

"Iya, dikit lagi nyampe. Siap-siap ya", balasku singkat.
Sesampainya di kost Natalie, kumatikan listrik kamar dari pengukur daya yang ada di luar. Natalie yang mengetahui kode kedatanganku, langsung membuka kunci kamar, mendatangiku keluar dan membawakan sebuah topeng penutup mata.
"Ini buat apaan?", tanyaku heran.

"Ya buat dipake, bego. Supaya ngga ketauan. Tenang aja, ntar kalo dia udah ngga ngelawan, kamu buka aja", bisik Natalie padaku.
Aku pun berjalan masuk ke kamar dengan mengendap di belakang Natalie. Begitu kulihat Melanie di tempat tidur, penisku langsung mulai menegang. Bagaimana tidak, Melanie hanya mengenakan lingerie tipis berwarna merah tanpa bra. Bisa kulihat puting susunya menyembul dari lingerie transparan itu.
Segera saja kuraba perlahan betis hingga naik ke pahanya. Kulitnya sedikit lebih mulus daripada Natalie, mungkin karena ia bekerja di gerai perawatan kulit dan wajah. Entahlah, aku tidak peduli dengan semua itu. Tanganku pun mulai menjelajah lebih dalam, menyingkap bagian bawah dari lingerie yang dipakainya. G-string yang senada dengan lingerie tipisnya itu tak mampu menutupi indahnya daerah kewanitaan Melanie. Kubelai lembut pangkal pahanya, lalu kutarik sedikit g-string mungil itu.

"Mmhh..", terdengar suara Melanie seperti mengigau.
Aku sempat terkejut, sementara Natalie bersiap di dekat posisi kepala Melanie. Setelah kulihat Melanie kembali lelap, mulai kuberanikan diriku mengusap permukaan vaginanya. Sesekali ia bergerak seperti kegelian, namun kemudian tenang lagi. Kurasakan permukaan vaginanya mulai basah. Segera saja kumasukkan jari tengahku ke dalam liang kewanitaan Melanie.

"Aaahh.. Ehh! A..apa..", belum selesai kata-kata keterkejutan Melanie meluncur, Natalie langsung membekap mulutnya dengan kedua tangannya, menaiki tubuh Melanie, lalu menahan kedua tangan Melanie dengan kakinya.

"Lanjutin aja", kata Natalie pelan.
"Maafin aku, Mey..", ujarnya sambil menatap Melanie yang sudah dalam posisi terkunci itu.
Kedua kakinya kurenggangkan, lalu kudekatkan wajahku ke vaginanya. Perlahan kusapu permukaan memek Melanie yang mulai basah itu dengan lidahku. Awalnya ia masih berusaha meronta, bisa kurasakan itu dari gerakan badannya. Tapi begitu jilatanku di area kemaluannya ditambah dengan serangan jariku masuk ke dalam vagina mulusnya itu, tubuhnya melemas.

"Mmhhh.. Mmhh.. Mmh.." sayup-sayup terdengar desahan Melanie yang mulutnya masih dibekap oleh Natalie.
"Aawwhh.. Mmhh.. Sshh..", jerit kecil Melanie mulai muncul saat Natalie memberanikan melepas bekapannya.
Natalie beranjak dari posisinya semula yang berada di atas tubuh Melanie, lalu seolah membantuku memberikan rangsangan pada Melanie, ia mengarahkan serangan ke puting Melanie yang telah mengencang dengan tetap menahan tangan Melanie agar tak melawan. Melihat hal ini, aku pun tak tinggal diam. Kumainkan sebelah payudara Melanie dengan mulutku, bersamaan dengan tanganku yang masih meliuk di dalam rahimnya.

"Kamu lanjutin ya", kata Natalie padaku, tanpa tau apa yang hendak ia lakukan.
Aku pun memberanikan diri mendekatkan wajahku ke wajah Melanie, dan mulai memagut bibir mungilnya dengan mulutku. Tanganku mulai kutarik sedikit, kumainkan klitorisnya dengan gerakan memutar.

"Mmhh.. Nngghh.. Mmhh.. Mmhh.. Mmh..", desah Melanie saat lidah kami saling bertautan dalam sebuah cumbuan panas.
Tubuhnya bergejolak, tapi tidak lagi melawan. Kali ini pertahanannya telah terbuka sepenuhnya. Aku pun membaringkan tubuhku dalam posisi miring sambil tetap memberikan rangsangan pada Melanie.

"Aahhh!", aku sedikit terpekik saat kurasakan hangat dan basah di batang kemaluanku.
Aku menengok ke bawah, ternyata Natalie telah membuka seluruh pakaiannya dan melumat penisku dengan mulutnya. Sungguh sensasi yang luar biasa.

"Hmmhhh.. Sshhh.. Hnngghhh..", rintih Melanie menyadarkanku akan tugas utamaku.

"Tak akan kubiarkan Melanie tersadar dari rangsangan ini meski hanya sejenak", pikirku.
Seketika itu juga kulumat putingnya yang berwarna coklat muda itu. Payudaranya sedikit lebih kecil dari milik Natalie, namun lebih padat. Ini membuatku betah membenamkan wajahku di buah dada Melanie.
Penisku sudah tegang seluruhnya, dan Natalie tau betul aku sudah menggebu-gebu ingin melesakkannya ke dalam vagina Melanie.

"Mmhh.. Nngghhh.. Nngghh..", sambil dijilatinya buah zakarku, Natalie mengarahkan batang kemaluanku yang sudah mengeras itu menuju liang vagina Melanie.

"Aawwwhhhh.. Ahhh.. Ahhh.. Mmhhhh.." desah Melanie mengawali tusukan yang dalam dari penisku ke memeknya.
Setelah masuk sempurna, kumundurkan perlahan, kemudian kuhujamkan lagi batang pelirku ke dalam vaginanya.
"Ahh.. Ahh.. Mmhh.. Awhhh.. Hmmhh.. Ahh.. Ngghh..", Melanie menjerit-jerit kecil saat mulai kupompa liang vaginanya dengan ritme yang konstan.
Dalam situasi ini, pelan-pelan kubangkitkan tubuhku, dengan penis yang tetap menancap di liang senggama Melanie. Kuarahkan wajahku menelusuri leher Melanie yang jenjang, lalu kurapatkan bibirku dan bibirnya begitu penjelajahanku tadi sampai pada bagian wajahnya.

"Nnghh.. Mmhh.. Aahhh.. Ahh.. Aawwwhh..", suara desahan yang akrab di telingaku mulai terdengar.
Aku kemudian melirik ke arah asal suara itu. Rupanya Natalie telah berbaring di sebelah Melanie yang sedang sibuk melayani serangan penisku.
Ia terlihat sedang mengusap-usap bibir memeknya, sambil memainkan puting susu sebelah kanannya. Puting kirinya masih tampak sedikit bengkak akibat proses tindik yang baru beberapa hari ia lewati. Namun bagiku, payudaranya yang berhiaskan piercing model barbel itu sungguh menggairahkan. Ingin sekali rasanya aku segera bisa memainkannya. "Mmhhh.. Sshhh.. Hmmhh.. Mmhh.. Owyeahh..", mata Natalie terpejam di sela-sela desahannya, sambil sesekali melirik ke arah kami. Ia tampak mencoba menikmati self-actionnya, meski kadang bisa kulihat kecemburuan dalam sorot matanya, terutama saat aku menyerbu bibir Melanie dengan cumbuan khasku.

"Sini, kamu ke atas sini", kataku memberi kode pada Natalie untuk bangkit, lalu berlutut dengan posisi berhadapan denganku.
Dengan begini, vaginanya akan tepat berada di wajah Melanie.

"Aahh.. Aahh.. Mmhh.. Aahh! Aawwhh, shitt!", jerit Melanie saat kupercepat gerakan pinggulku menyodokkan penis ke dalam memeknya.
Ini kulakukan agar Melanie tidak banyak bicara saat Natalie menyodorkan vagina ke hadapan wajahnya. Benar saja, ia tak menyadari pergerakan Natalie karena sibuk menahan pinggulku. Matanya terpejam, ia menjerit-jerit kecil sambil menggelengkan kepalanya.
Begitu Natalie berada pada posisi berhadapan denganku, kulumat bibir Natalie dengan lembut, kuraba payudaranya, lalu kuturunkan sedikit demi sedikit tubuhnya supaya vaginanya menyentuh mulut Melanie.

"Awwhhh.. Nggghhh.. Mmhh.. Ahh.. Ahh..", desah Natalie saat lidah Melanie mulai menyambut klitorisnya.
Natalie pun tak tinggal diam. Ia membalas perlakuan Melanie dengan mengocok bibir memek Melanie yang sedang menikmati kerasnya batang kemaluanku.

"Nnghhh.. Mmhh.. Mhhh.. Ce, mmpphh.. Cowok inihhh.. Mmhh.. Siapaaahh..? Mmpphh..", tanya Melanie di antara tarikan nafasnya, saat mulutnya tertahan oleh memek Natalie yang sudah basah.

"Aawwhh.. Ngghh.. Diaa, nngghh.. Dia itu kak Reyyhh.. Aaagghhh..", jawab Natalie.
Aku mulai sedikit kuatir. Kuatir ketika Melanie mengetahui siapa aku, ia akan meminta kami untuk berhenti melakukan ini.

"Ahhh.. Apaahh? Jadi kaliaan? Mmhh.. Mmpphh.. Mmhh.. Ssshh..", kata-kata Melanie terputus.
Aku pun langsung membuka topeng yang kukenakan. Buat apa lagi kupakai topeng itu? Toh rahasianya sudah terbuka.

"Mmhh.. Maaf, Meyyyhh.. Ngghh.. Akuu, ughhss.. Aku terpaksaahh.. Mmhh.. Ngelakuin semua iniihh.. Aawhhh..", sergah Natalie.
Namun anehnya, Melanie tidak meminta kami untuk berhenti.

"Ce, mmpphh.. Balik badan yahhh.. Mmhh..", ujar Melanie beberapa saat setelah percakapan tadi.
Natalie pun berpindah posisi membelakangiku.
"Mmhh.. Tahan duluuuhh.. Nnghh.. Kak Rey", lanjutnya.
Aku pun menghentikan laju genjotanku. Melanie melepaskan penisku dari memeknya. Tanpa kusangka, ia kemudian ternyata menggeser tubuhnya turun, menggenggam batang kemaluanku, lalu mengocok dan mengulumnya kuat-kuat sambil sesekali menyedotnya.

"Aagghh.. Fuck!", kataku saat Melanie memainkan penisku dengan ganas di mulutnya.
"Damn! Liar juga oralnya nih anak", batinku.

"Mmhh.. Awwwhh.. Kak Reyyy.. Nnghhh.. Nakaal.. Mmphh.. Mmpphh.. Ngghh!", ujar Melanie saat kuarahkan tanganku meraba vaginanya.
Ia tak bisa banyak bicara, karena mulutnya penuh oleh kontolku. Sementara itu, Natalie memainkan vaginanya sendiri dengan posisi menungging.
"Mmhh.. Ce, mmhh.. Mmppphh.. Mundurinn.. Nnghh.. Badanmu..", kata Melanie kemudian sambil tetap mengulum dan mengocok batang kemaluanku.
Dipegangnya penisku yang sudah basah oleh kulumannya itu, lalu diarahkannya ke liang senggama Natalie.

"Aawwwhh..", jerit Natalie saat penisku menyeruak masuk ke rongga rahimnya.

"Mmpphh.. Pantesann.. Mmh.. Cece doyann.. Mmpphh.. Sama Kak Reyy.. Nghhh.. Ternyata.. Sshh.. Mmh.. Kak Rey jago.. Mmh.. Mainnyaahh..", kata Melanie sambil menjilati kelaminku dan Natalie yang sedang bersenggama.

"Awwhh.. Sini, Mey.. Ahh.. Ahh..", ujar Natalie sambil menyuruh Melanie berpindah ke depannya yang sedang kugenjot dalam posisi doggy style.
Melanie pun mengambil posisi mengangkang di hadapan Natalie.

"Aahh.. Cee.. Mmhh", racau Melanie saat Natalie memainkan memek Amey yang terpampang lebar di depan wajahnya.
Luar biasa, aku tak pernah membayangkan akan melihat aksi seperti ini sebelumnya. Situasi ini berlangsung selama beberapa menit, dan aku sungguh meledak dalam nafsu.
Melanie kurasa juga benar-benar horny malam itu. Ia mengusap-usap klitorisnya dengan tangan selagi Natalie menjilati vaginanya.
Aku tidak tahan melihat kelakuan Melanie yang justru makin membakar birahiku. Kulepaskan penisku dari vagina Natalie, lalu kurebahkan tubuhku di tempat tidur.

"Mel, sini naik di atasku", ujarku meminta Melanie agar mengubah posisinya.
Ia pun langsung bangkit, lalu menaiki tubuhku. Tanpa dikomando, ia mengarahkan penisku memasuki memeknya.
Aku pun meminta Natalie untuk mengangkang di atas wajahku, agar bisa kujilati vaginanya yang haus akan batang kemaluan itu.

"Mmhh.. Mmhh.. Sshh.. Ngghh.. Ahh..", kudengar desah Melanie dan Natalie yang bibirnya menyatu saling memagut berburu nafsu.
Di satu sisi vagina Melanie sedang terpompa oleh penisku, di sisi lain memek Natalie kulumat dengan liarnya menggunakan mulutku. Tak berselang lama, kurasakan cairan hangat membasahi batang kemaluanku.
"Aaaaaaawwwhhhhhhh..", jerit Melanie menandai gelombang orgasmenya setelah beberapa saat liang senggamanya naik turun di atas batang pelirku.
Tubuhnya seperti mendadak lemas, terkulai berbalut peluh di atas badanku. Perlahan kulepaskan penisku dari Melanie, lalu kuminta Natalie untuk terlentang di hadapanku.

"Aahh.. Yank.. Mmhh.. Awhhh.. Nngghh..", ujar Natalie mulai meracau saat kusodok vaginanya, di saat yang sama Melanie ikut memainkan bagian paling sensitif itu dengan usapan tangannya.
Makin lama, kuhujamkan kontolku ke dalam memek Natalie dengan ritme yang makin cepat.
"No, baby! Nnghhh.. Mey, stooopphh.." tak jelas Natalie bicara pada siapa.
"Aaaaaarrrrrgggghhhhhhhhh.. Mmhh..", jerit Natalie meraih puncak kenikmatannya.

"Mmhh.. Both of you.. Oughhh.. Bitchhh.. Aaaaaaarrrgggghhhh", aku pun tak dapat menahan laju spermaku yang membuat penisku serasa ingin meledak.
Kucabut penisku dari vagina Natalie, namun hal itu tidak membuatku lolos dari keganasan kocokan Melanie. Dengan wajah innocent-nya di hadapan penisku, disertai jilatan-jilatan kecil di ujung kepala kontolku, permainan tangan Melanie membuat pejuku muncrat, membasahi hampir seluruh wajahnya dan sebagian turun ke memek Natalie.

"Orgasme yang hebat!", ucapku dalam hati.
Kami bertiga menghabiskan malam itu dengan penuh nafsu, hingga permainan antara aku, Natalie, dan Melanie, terulang lagi sejam setelahnya.
Pagi hari pun menjelang, Melanie berpamitan untuk kembali ke kostnya.

"Ada apa sih?", tanyaku pada Natalie setelah saudara kembarnya itu pergi meninggalkan kami berdua.
Aku bertanya seperti ini karena kulihat wajah Natalie yang cemberut usai Melanie pulang. Matanya menatapku dingin, seolah ingin menghabisi nyawaku.

"Bodo amat!", jawab Natalie ketus.
Baru kuketahui, ternyata Melanie berbisik pada Natalie pada saat ia undur diri.

"Kapan-kapan, aku mau main sama Kak Rey lagi yaa", begitu kata Melanie berbisik pada Natalie.
Aku pun hanya bisa pasrah, ketika si kembar memintaku untuk menyetubuhi mereka lagi di lain kesempatan..

TO BE CONTINUED..
 
Terakhir diubah:
Lah malah minta nambah......
 
Bangke rey lucky abisss
Ayo permintaan ketiga rey
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd