God In Earth
Kakak Semprot
- Daftar
- 16 Jul 2012
- Post
- 155
- Like diterima
- 772
--- 01 ---
GANJAL DI PAGI YANG GANJIL
GANJAL DI PAGI YANG GANJIL
Apa yang dikatakan oleh orang yang hadir di mimpinya selama tiga malam ini terjadi juga. Aco mendapati burungnya hilang tak bersisa, menyisakan penyesalan telah begitu angkuh memiliki burung yang ukuran dan panjangannya diatas rata-rata kawan sebayanya sekampung. Pagi itu dia meraung-raung keras, kakinya menggedor-gedor ranjang, tangannya memukul-mukul tembok. Perawakannya seperti orang kerasukan jin yang entah darimana datangnya. Sontak membuat kampung gempar. Tiap menit tiap jam rumah dia sesak dengan orang-orang yang penasaran apa yang telah terjadi. Rasa penasaran itu tidak terbayar, bahkan semakin bertambah. Sepulang dari rumah itu, setiap orang menjadi semakin muram penuh pertanyaan, "Kok bisa begitu ya?" atau gurauan asal, "Lari kemana tuh burung!"
Ujaran-ujaran dari mulut orang-orang kampung terkadang diselingi tertawa puas seperti ada dendam yang terbayar. Keramaian lambat laun mereda, menyisakan Aco yang penuh cemas. Barang yang dia banggakan tiba-tiba lenyap. Barang yang selalu dikagumi oleh seluruh perempuan sekampung baik yang telah bersuami, janda, ataupun anak gadis itu hilang bagai ditelan bumi. Benaknya melayang kemana-mana, menghitung, bahkan menerka tentang hal yang membuatnya mendadak menjadi manusia terkutuk. Sekian jam melamun di kekosongan kamarnya, tidak ada satupun jawaban. Di tengah kegusarannya itu tiba-tiba,
KRAAAAAK!
CAAARRRR!
"Bajingan! Siapa itu?", teriak Aco mendapati kaca rumahnya pecah dilempari batu yang berukuran sekepalan tangan. Dia lantas berlari ke ruang belakang rumahnya. Matanya awas keluar dari kaca jendela yang pecah mencari sosok siapa orang yang menambahi urusannya pagi itu. "Sudah kontol hilang, masih ada orang yang iseng begini. Sial betul hari ini. Bajingan!"
Nihil adalah jawaban dari pencarian yang sebentar itu. Pelaku tidak meninggalkan jejak satupun bahkan sebatas bayangan. Aco hanya menemukan sepucuk surat yang ditulis dengan terburu-buru diletakkan di bawah kaca jendela yang pecah. Dia buka dengan perlahan, "Nyamuk Mati Gatal Tak Lepas. Apa-apaan ini?"
Secarik surat itu semakin membuat wajahnya begitu muram penuh pertanyaan. Dia menerawang langit-langit kamar yang begitu kelabu mengakhiri sore. Pertanyaan demi pertanyaan mengalir pelan dari mulutnya yang penuh menghamba. Dia hanya mengingat sehari sebelum kejadian, burungnya berjumpa dengan mulut seorang perempuan yang baru ditemuinya di sebuah pondok kecil di pekarangan tempatnya meladang.
Ujaran-ujaran dari mulut orang-orang kampung terkadang diselingi tertawa puas seperti ada dendam yang terbayar. Keramaian lambat laun mereda, menyisakan Aco yang penuh cemas. Barang yang dia banggakan tiba-tiba lenyap. Barang yang selalu dikagumi oleh seluruh perempuan sekampung baik yang telah bersuami, janda, ataupun anak gadis itu hilang bagai ditelan bumi. Benaknya melayang kemana-mana, menghitung, bahkan menerka tentang hal yang membuatnya mendadak menjadi manusia terkutuk. Sekian jam melamun di kekosongan kamarnya, tidak ada satupun jawaban. Di tengah kegusarannya itu tiba-tiba,
KRAAAAAK!
CAAARRRR!
"Bajingan! Siapa itu?", teriak Aco mendapati kaca rumahnya pecah dilempari batu yang berukuran sekepalan tangan. Dia lantas berlari ke ruang belakang rumahnya. Matanya awas keluar dari kaca jendela yang pecah mencari sosok siapa orang yang menambahi urusannya pagi itu. "Sudah kontol hilang, masih ada orang yang iseng begini. Sial betul hari ini. Bajingan!"
Nihil adalah jawaban dari pencarian yang sebentar itu. Pelaku tidak meninggalkan jejak satupun bahkan sebatas bayangan. Aco hanya menemukan sepucuk surat yang ditulis dengan terburu-buru diletakkan di bawah kaca jendela yang pecah. Dia buka dengan perlahan, "Nyamuk Mati Gatal Tak Lepas. Apa-apaan ini?"
Secarik surat itu semakin membuat wajahnya begitu muram penuh pertanyaan. Dia menerawang langit-langit kamar yang begitu kelabu mengakhiri sore. Pertanyaan demi pertanyaan mengalir pelan dari mulutnya yang penuh menghamba. Dia hanya mengingat sehari sebelum kejadian, burungnya berjumpa dengan mulut seorang perempuan yang baru ditemuinya di sebuah pondok kecil di pekarangan tempatnya meladang.
"Aku emut ya? Soalnya bentuknya gede gitu.", tanya perempuan itu di pertemuan yang tidak sengaja. Aco hanya membalas dengan anggukan. Setan apa yang merasuki Aco hingga dia hanya menurut saja apa yang dikatakan perempuan itu. Celananya tanggal perlahan, menyisakan burungnya yang menggantung lemas. Tangan perempuan itu meraih dengan sempurna hingga sepersekian menit burung yang semula murung sudah menjadi begitu gagah.
"Gila! Jago banget kamu. Baru kali ini ada perempuan yang bisa bangunin burung secepat ini.", tanya Aco ditengah kepanikan bercampur kenikmatan itu. Lantas mulut perempuan itu membuka dan melahap habis burung itu dengan sempurna. Entah bagaimana burung yang besar dan panjang itu dalam sekali waktu sanggup masuk sempurna di mulut perempuan itu. Lidahnya menggeliat di balik senyum sinis dan mata mengejek Aco yang keenakan.
Lima menit berselang, burung yang begitu gagah mengeluarkan cairannya begitu deras di mulut perempuan asing itu. Tak tanggung-tanggung dia langsung menelannya hingga tak menyisakan sebarang tetes air mani itu. Aco hanya meringis kesakitan geli diperlakukan seperti itu. Di tengah lamunannya selepas aksi di hari yang gerah itu, tangannya meraih celana panjang yang ditanggalkan itu. Pembicaraan siang itu diakhiri dengan pertanyaan yang belum terjawab, "Siapa namamu?" kepada perempuan asing yang baru dijumpainya itu.
Perempuan hanya beranjak dari pondok dan berlari meninggalkan Aco dengan berbagai pertanyaan yang semakin bertambah. Langit-langit mendadak gerimis, seperti doa yang lekas dijabah. Hari yang begitu gerah drastis menjadi basah.
--- BERSAMBUNG ---
UPDATE 02 - SI GADIS MERAHUPDATE 03 - ORANG ASING
UPDATE 04 - MENU MAKAN MALAM YANG PANAS
UPDATE 05 - TANDA TANYA
UPDATE 05A - TANDA TANYA
UPDATE 05B - TANDA TANYA
UPDATE 05C - TANDA TANYA
Terakhir diubah: