Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Davina (Bandung-Jakarta Underground Stories)

Bimabet
Gampang banget loh di ewe nya

imel?
atau semua tokohnya maksudnya?

Si davin kapan hamil nya?
Di cekokin obat kah?
Hufft
sampai saat ini aku belum hamil.
kapan hamil ndak tau, mungkin klo sering keluar di dalem trus telat rutinan pil kb uhuhuhu
 
Marahin aja kak, sudah tau updatenya mengandung puzzle
Wkwkwk

Mungkin sudah berumur jadi rada susah mencerna
Hohoho
padahal aku setiap posting udah luangin 80 % untuk pasti ada adegan seks. sisanya deskripsi sama narasi cerita.
simpelnya tulisan aku kyk kamu lagi baca diari cewek.
cewek curhat tentang kehidupan dia, ngapain aja, sama siapa, apa aja yang terjadi. :rose:
 
padahal aku setiap posting udah luangin 80 % untuk pasti ada adegan seks. sisanya deskripsi sama narasi cerita.
simpelnya tulisan aku kyk kamu lagi baca diari cewek.
cewek curhat tentang kehidupan dia, ngapain aja, sama siapa, apa aja yang terjadi. :rose:
Bener tante ... jangankan diary ... Obrolan / curhatan biasa aja kl cowok yg gk peka akan sulit mencerna arahnya kok ... Mmg gk semua cowok peka thd perempuan😘
 
Bener tante ... jangankan diary ... Obrolan / curhatan biasa aja kl cowok yg gk peka akan sulit mencerna arahnya kok ... Mmg gk semua cowok peka thd perempuan😘
utk tokoh cewek yg juga hidup bareng aku di rumah Mama Lara ini udah semua kuceritain masing2 diary.
sisanya cuma cewek yg kos biasa jadi next cerita tentang kami aja kehidupan di rumah ini.
yg susah dari bikin cerita itu ngenalin tokoh sama backgroundnya. ini udah yg teteh teteh inti di rumah :hati:
 
Vina kenapa langkahmu semakin jauh
Apakah kenikmatan dunia ini membentukmu?
Apakah sekiranya ada seorang pahlawan yang menyelamatkan kehidupanmu?
Ataukah emang takdir dirimu harus terus menjalani kehidupan brengsek ini
Oh hanya ts yang tau
Ckck
 





Gaya hidupku telah berubah dari sejak aku masih berada di Yogyakarta. Dulu yang kulakukan jika bukan olah raga zumba ya bersepedah bersama teman wanitaku yang membuatku akhirnya mengenal nikmatnya hubungan lesbian. Sekarang BDSM menjadi bagian dari hidupku. Ketika aku diterima oleh Mama Lara di rumah ini, aku bersedia menjadi puterinya yang bersyarat juga menjadi submissive-nya. Aku tidak makan seperti Koh Ari di tempat makan anjing, merangkak makan lahap menggunakan mulut. Aku tetap makan di meja makan berpakaian sebagaimana anak kosan puteri biasanya.

Hari itu papa memiliki urusan dan harus pergi ke garut selama 3 hari bersama kakak Dion, atas perintah Om Barata. Teh Puri juga ada urusan dengan keluarganya tidak berada di rumah sedangkan Teh Riska diam-diam di belakang papa dengan alasan pekerjaan luar kota, pergi bersama klien L.C. nya ke Malang untuk bercinta selama dua hari. Amelia dia lebih banyak berada di luar entah bersama teman-temannya yang mana. Di rumah hanya ada aku, Mama Lara, Koh Ari, dan juga teteh-teteh kosan.

Pagi hari itu ketika orang-orang rumah keluar, teteh-teteh kosan juga ada yang bekerja dan ada yang Open BO, rumah ini terlihat kosong dan sepi sekali. Mama sibuk dengan teleponnya dan aku sendiri sibuk di meja makan duduk menyilangkan kaki sambil membuka laptop membuka situs forum kasak-krusuk. Aku yang biasa makan salad segar, menyantap itu sambil membuka berita membaca apa saja yang menarik melihat drama forum apa saja yang terjadi.

Mama yang berjalan ke belakang melewatiku beberapa saat lalu, kembali bersama Koh Ari menuntunnya menarik tali rantai seperti membawa hewan peliharaannya. Koh Ari masih bertelanjang mengenakan collar pada lehernya serta topeng hitam kulit bdsm pada kepalanya. Mama duduk kembali di sofa ruang tengah memainkan HP nya sedangkan Koh Ari berjongkok di dekatnya diam tidak bicara. Aku yang masih menikmati salad, ditegur mama, “Davina lepas pakaian kamu, temen mama mau datang,“ seru mama yang mengenakan daster hitam berbunga berjalan ke arahku.

Sepertinya tamu mama itu orang besar. Karena aku diminta untuk jaga bersikap dan diam jika tidak diminta bicara oleh mama ku langsung. Aku, Davina yang kini sudah telanjang bulat, berlutut sambil mama pakaian Neck to Restraint Bondage hitam, yaitu collar yang memiliki ikat pinggang terpasang di belakang leherku menyelusur punggung yang di bagian pangkalnya terdapat double wrist leather cuff yang dipasang pada kedua pergelangan tanganku, membuat kedua lenganku lurus terikat di belakang.


Mama ketika belum menjadi mistress begitu berbeda. Aku ini sedang dibelai rambutnya yang sebelumnya sudah kucatok agar lurus. Mamaku sendiri yang mengoleskan lipstik merah pada bibirku. “Mama akan mengenalkan kalian pada seseorang, agar dia tahu mama masih seorang mistress,” seru mama ku lembut. Aku tidak begitu mengerti apa maksud kalimat Mama Lara. Aku kemudian dimintanya duduk di sofa ruang tengah sementara Koh Ari masih juga berlutut di posisinya sejak tadi, mama pergi berlalu meninggalkan kami untuk berdandan. Berbeda dari biasanya, mistress kali ini tidak mengenakan pakaian yang beratributkan seorang dominatrix seperti sarung tangan kulit, sepatu long knee boots, atau gaun kulit dengan harness. Aku melihat mistress berdandan sangat cantik elegan feminim seperti wanita classy yang berusaha memikat lawan jenisnya.

Rambutnya cokelat itu digerai panjang menggelombang. Wajahnya memakai KCC BB cream, eyelinernya bukan untuk mempertegas tapi lebih cantik dengan eyeshadow cokelat kemerahan, bulu matanya lentik, blush on di pipinya pink pudar, bibirnya dilapisi lipstik merah tapi tidak pekat. Pada telinga mistress terpasang anting putih panjang menjutai talinya yang seperti bola-bola kalung mutiara. Pakaian top mistress adalah blouse berokat putih seperti kebaya yang transparan, memperlihatkan payudaranya yang terbalut bralette hitam. Sedangkan roknya rok ketat putih panjang yang memiliki garis belahan pada paha kiri. Pada bagian pinggang rok putihnya terdapat rantai keemasan.

Aku sempat bingung apa ini tentang bdsm atau bukan karena dari tampilan mistressku tidak ada sedikitpun trait dominatrix yang melekat sekarang ini. Sekitar setengah jam berlalu, akhirnya tamu mistress datang. Aku masih duduk menyamping feminim di sofa dengan tangan yang terikat. Kokoh masih dalam posisi berlututnya sejak tadi. Daun pintu kemudian mama buka setelah mendengar ketukan dari luar dan tibalah rekan mama yang mama tunggu sejak tadi. Masuk seorang pria berjas rapih hitam berkemeja putih dan berdasi merah garis-garis hitam. Rambutnya dicepak, kumis, dan janggutnya terlihat tipis. Mistress memanggil tamunya itu dengan nama Rian. Ia membawa dua pria berbadan besar berjas juga yang berketurunan ambon, wajahnya gahar seperti debt collector dan keduanya berkepala pelontos mengenakan kaca mata hitam. Terakhir aku melihat wanita cantik mengenakan hijab pink segi empat bergaun serba hitam polos panjang sampai kaki yang ketat mencetak tubuhnya. Fitriani itu nama wanita itu yang dikenalkan Om Rian kepada Mama Lara sebagai istrinya.

Ada rasa canggung pada diriku ketika Om Rian dan Tante Fitriani duduk di depanku yang telanjang mengenakan aksesoris bdsm ini. Kalau kokoh tetap diam tidak bergeming telanjang juga didepan seorang istri yang kadang melirik ke arah penis kokoh yang tegang. Mungkin karena canggung juga. Misstress Lara duduk tepat di sampingku. Berbicara santai dengan Om Rian dan Tante Fitriani, bicara tentang bisnis. Sedangkan dua orang ambon berbadan besar dengan kulit gelap berkacamata hitam itu berdiri tegap di belakang Tante Fitriani.

Aku yang mendengar pembicaraan mereka sepertinya bisa sedikit memahami bahwa Om Rian dan Mama Lara terlibat bisnis tapi ternyata itu hanya basa-basi saja dan kutahu bahwa Om Rian ternyata salah satu anggota circle bdsm mama dan menanyakan masalah gathering yang lalu. Ia lalu mengambil sesuatu dai saku jasnya dan itu ternyata adalah sarung tangan hitam kulit seperti yang biasa kugunakan menaiki motor. Dikenakannya itu di depan kami. “Ini Ari sub gue belum lama,” mama kenalkan Koh Ari yang berposisi diam seperti furnitur, “lalu ini Davina, puteri angkat gue,” tutup mama.

“Anak lu sendiri lu jadiin sub?” tanya Om Rian, “Apa lu gak takut terlalu berlebihan memberikan rasa sayang lu sebagai ibu sedangkan dia itu sub elu?”

“Gue enggak sama dengan Siska yang bikin anak kandungnya jadi budak seks submissive, sampai lupa peran dia sebagai ibu,” jawab mistressku. Pembicaraan menjadi agak panas namun disela Tante Fitriani yang sejak tadi melihat kontol Koh Ari yang makin tegang. Koh Ari dan Tante Fitiriani saling mencuri pandang, “Pah…” ucapnya, jemarinya itu menyentuh paha kiri suaminya yang duduk di sampingnya.

Om Rian yang diam sejenak lalu bangkit dari tempat duduknya mendekatiku. Aku agak takut karena tidak tahu apa yang ingin dia perbuat. Ia kemudian berlutut dengan satu kaki sambll melepaskan jas hitamnya. Dipakaikannya itu pada bahuku sehingga aku yang telanjang di ruangan ini badannya tertutupi sebagian dan juga itu membuat tubuhku lebih hangat.

Om Rian lalu berdiri dan menginstruksikan dua ajudan ambonnya itu untuk duduk disamping istrinya. Seperti di adegan film porno, Tante Fitriani mulai berciuman dengan ajudannya itu, masih dalam berpakaian diremas-remas payudaranya itu oleh kedua ajudannya. Apa yang membuatku tercengang adalah gaun hitam ketat itu dirobek agar menyembulkan payudara Tante Fitriani yang kemudian dilumat lalu tangan lainnya mulai mengobok-obok vaginanya yang masih terpasang celana dalam ungu. Mereka bermain di depanku di depan sofa mama. Sepertinya Tante Fitriani senang memperlihatkan dirinya digerayangi kepada Koh Ari yang diam saja sejak tadi.

Gaun hitam yang disobek sobek itu dibuang ke karpet ruang tengah ini. Tante Fitriani yang duduk berada di tengah ajudannya kemudian berposisi spooning, membuka resleting lantas menghisap kontol besar ajudan itu, sedangkan ajudan lain di sisinya, sedang menghisap payudaranya yang pink itu sambil membuka resleting celananya menyentuh-nyentuhkan penisnya dari belakang ke bibir vaginanya yang celana dalamnya disinkap ke pinggir. Om Rian duduk di tengah aku dan pinggir sebelahnya ada mistressku. yang duduk menyilangkan kaki. Tidak ada kecemburuan sama sekali dari Om Rian. Kami bertiga di sofa ini seperti menonton film porno langsung.

“Jadi kapan suami lu mau?” tegur Om Rian pada mama, “Dia tidak akan pernah mau swinger, selalu bikin posisi gue gak enak karena selingkuh,” jawab mistress getir.

“Kalau gue minta itu sekarang, apa lu mau?” bisik Om Rian sambil menyentuh paha kiri mama yang putih. “Menurut lu apa alasan gue dandan secantik ini?” goda mistressku sambil tersenyum.

Aku harus menjadi saksi mata mama berselingkuh di rumah ini dari papa?

Suara decakan dan empotan vagina yang basah diaduk oleh kontol besar sebesar pisang ambon itu disertai desahan Tante Fitriani dalam posisi doggy style membuatku merinding dan gatal sekali vaginaku mulai berair mengalir. Tante yang bugil hanya mengenakan jilbab pink tergerai saja di kepalanya, sepertinya sudah naik gairah karena lumatannya pada kontol besar yang hanya setengah masuk mulutnya itu terlihat liar belepotan oleh air liurnya sendiri. Kontol yang memompanya itu sudah masuk seluruhnya dan dipompa didepan mataku hingga aku menelan ludah, bisa bisanya kontol sebesar itu dilahap vagina Tante Fitriani, apa mereka sering bermain dan dipuaskan dan Om Rian sepertinya membiarkan itu.

“Ini namanya cuckold, Davina,” tegur Om Rian padaku yang kontolnya sedang dihisap bibir berlipstik merah mama, “Om seneng lihat istri sah om diperkosa begitu oleh ajudan-ajudan om. Lebih seksi, lebih menjadi dirinya sendiri,” ujarnya padaku. Suara slurrp slurrp yang keluar dari mulut mama menaik-turunkan kontol itu di mulutnya dan kadang sesekali dikocoknya membuatku ingin merasakannya juga.

Aku mulai bergairah sendiri, namun tanganku terikat tidak bisa menyentuh klitorisku. Akibatnya aku gesek-gesekan pelan vaginaku yang basah pada bidang sofa ini demi merasakan sensasinya. Seperti tribadism saat melakukan kegiatan seks lesbian, aku berusaha memuaskan dahaga birahiku sendiri.

Mistressku kemudian membuka reseleting rok panjang putihnya melebihi lutut lalu menanggalkan itu membuangnya ke karpet ruangan. Hanya memakai blouse berokat transparan, vagina mama yang ternyata telah dicukur bersih itu mulai berada di atas penis Om Rian yang tegang menantang. Om Rian yang sedang duduk di sofa, diduduki mistressku yang mengangkang, mudah sekali kontol om masuk menuju rahimnya sekali bleess. Mama duduk mengangkang lebar di pangkuan Om Rian lalu melingkarkan kedua tangannya di belakang lehernya sebelum memulai ciuman mesra. Romantis sekali di mataku walaupun aku tahu ini salah dan pasti menyakiti hati papa jika ia melihatnya.

Aku bisa mendengar desahan kecil mistress dan di sisi lain desahan-desahan nakal Tante Fitriani yang digarap oleh dua ajudannya secara kasar, sampai terdengar pelecehan “Pelacur, enak kan kontol kita,” seperti perkosaan. Suara empotan mistress terdengar saat mistress menaik-turunkan pantatnya melahap kontol Om Rian. Suara plok plok dan terkadang kentut dari vagina mama itu membuat birahiku naik, aku duduk tidak bisa diam. Mistress mendesis melepaskan ciumannya menikmati kontol temannya itu hingga memejamkan mata menegadahkan kepalanya ke atas. Rambut cokelat mistress yang panjang tergerai itu memberi kesan lebih sexy.

Salah satu ajudan Tante Fitriani tiduran di sofa panjang itu. Tante kemudian berposisi di atasnya memasukan kontol itu ke dalam memeknya yang basah, entah sudah berapa orgasme di dapatkannya. Ajudannya yang lain kemudian memposisikan tubuh. tante yang wot itu agar rendah dan berusaha memasukan kontolnya ke dalam lubang anusnya. Aku melihat Tante dalam posisi double penetration. Ia mengerang mendesah hebat kesetanan saat ajudannya mulai memompa lubang analnya dengan kontol yang besar itu. Ahh ahhh sambil mendesis lalu ajudan yang terbaring di bawah tante sibuk menghisap meremas payudaranya yang berukuran 34B.

Suara hentakan keras dan plok plok plok membuatku benar-benar ingin masuk ke dalam permainan seks yang terjadi. Koh Ari di sana pun yang berlutut hanya bisa melihat Tante Fitriani digagahi kasar, penisnya sudah tegang dan cairan precumnya sudah mulai mengalir mentes-netes.

Om Rian mengangkat ke atas blouse berokat mama di atas dada, ia lalu menyibak ke atas juga mangkuk bralette hitam mistress sehingga kedua payudara berukuran 36D itu dapat terpampang jelas dilahap oleh mulutnya. “Digedein lagi Ra biar mirip pepaya,” bisik nakal om menarik-narik lepas hisapan mulutnya pada puting cokelat mama. “Berapa kali ****** itu bini lu gara-gara ajudan lu ssshh," desis mama. “Dua kali, anak gue juga pernah liat mamanya digilir pembantu di rumah,” jawab Om sambil mengecup-ngecup leher mistressku. Goyangan mama yang membenamkan seluruh kontol om di vaginanya membuat om ku kepayahan berkeringat. Aku melihat cairan putih berbuih mengalir di batang kontolnya akibat persenggamaan naik turun itu. “Di dalem aja Rian, gue gak akan hamil,” manja mistressku bernafas tersenggal sambil mengaduh aahh ahh.

“Gue malah pengen ngehamilin elu, Ra. Pengen lihat perut elu bunting anak gue,” om lalu memegang pinggang mistress dan menekannya ke bawah menahannya.

Mistress mengerang, kedua pahanya bergetar sepertinya merasakan klimaks yang menyelusur gila pada seluruh kulit di tubuhnya. cairan mistress yang bening putih mengalir keluar bercampur dengan air mani dari kontol yang terbenam itu. “Erotis banget, gue orgasme di depan bini lu yang juga lagi dibikin orgasme berkali-kali,” seru mistress binal.

“Makanya Ra, rayu suami lu, biar gua gak merasa bersalah pake elu trus sedangkan dia cicip tubuh bini gue kagak,” manis kata om sambil membelai rambut mama menggunakan tangan kanannya yang terlapis sarung tangan kulit.

Taplak meja serta vas bunga yang ada disingkirkan mistressku. Aku yang sudah seperti sakau menginginkan dipuaskan diperintah untuk menungging di atas meja ruang tengah ini. Tante Fitriani yang sudah selesai berhubungan seks duduk sambil mengocok-ngocok kontol kedua ajudannya yang duduk di kiri-kanannya, melihatku menjadi tontonan. Om Rian sendiri sudah duduk biasa menyeletingkan celananya lagi. Mistress yang setengah telanjang hanya blouse yang di angkat di atas dada saja menyembulkan bebas kedua payudara yang besar, kemudian menarik rantai tali Koh Ari dan menyuruhnya untuk memompa vaginaku. Di atas meja. Kami dua slave Mistress Lara memperlihatkan atrakasi seks doggy style untuk tamu mistress yang datang hari ini. Aku meringis mendesah dan orgasme cepat sekali karena memang sudah tinggi sekali dipaksa menahan sejak tadi. Sampai aku klimakspun aku tetap dipaksa dipompa oleh Koh Ari hingga akhirnya dia keluar menyemprotkan air maninya di kedua pantatku.

“Jika elu gak pengen slave slave elu dipake juga sama anak inner circle kita gak masalah Ra, asal lu jangan yang cabut aja. Gimanapun juga itu temen-temen lu. Ngerti kondisi lu.”

Mistress diam duduk di sebelah Om Rian yang peduli sampai mengatakan hal seperti itu. “Komunitas itu mau di bawa ke mana? Jika masing-masing domnya saja tidak mau mengerti aturan dan seenaknya saja melewati batas dom lain,” jawab mistress pelan yang kudengar saat tubuhku ini menungging kelelahan, merasakan geli saat Koh Ari menjilati vaginaku yang habis dia pompa.

“Sebenernya banyak yang pengen elu role jadi sub terus digangbang di acara komunitas, elu yang selalu nolak berkeras elu dom.”

“Gue punya master dulu tapi itu dulu, gue gak mau balik lagi mainin role sub.”

“Lu menikmatinya kan? Jangan bilang lu gak pernah coba minta suami lu perlakuin diri lu sebagai sub.”

“Dia gak mau ikut ke gaya hidup BDSM gue,” jawab mistressku pelan.

“Lalu kenapa lu mau menikah bareng dia ngejalanin hidup bareng, padahal dia banyak tidak terima apa yang lu mau?”

Kalimat Om Rian itu tidak dijawab mistressku. Mistressku hanya diam menghela nafasnya, membuangnya panjang. “Gue bakalan biasa aja sama komunitas, gue gak pengen ada kejadian kayak kemarin lagi sentuh puteri gue,”

“Iya gua ngerti itu, gua pastikan komunitas tahu. Gua aja di sini gak sentuh puteri lu.”

Hari itu pertemuan itu berakhir. Kokoh setelah dibersihkan mama badannya mandi menggunakan selang air di taman belakang, kemudian kembali ke kamarnya yang kecil dengan berjalan merangkak. Aku setelah bersih-bersih mandi lalu mengenakan kemeja lengan panjang putih, membalut bra hitam berenda pada kedua payudaraku. Vaginaku ku pakaikan thong berwarna merah. Lalu celana jeans biru pensil. Ya, ada acara hari ini aku dengan teman perempuanku. Aku kemudian yang telah bersiap-siap dan wangi-wangi menggunakan parfum dari oriflame, menegur mama yang melamun di sofa ruang tengah.

Mama sudah berpakaian daster lagi saat kutemui, daster merah. “Aku pergi dulu ya, mama,” ujarku ijin untuk pergi. “Davina kamu jangan ceritain pengalaman kamu tadi ke papa ya,” jawab mama yang membuatku mau berjalan pergi menjadi tertahan sebentar.

Aku mengangguk dan bilang, “Mama sayang papa?”

Mama tersenyum letih, “Kalau gak sayang, mama udah kabur sama pria lain ninggalin papa mu itu.”

Ya, aku tidak ingin mendebat itu atau mengorek lagi lalu kenapa melakukan perselingkuhan ini. Aku sendiri tidak bisa mengerti kenapa Ibuku Maya memilih pergi meninggalkan aku, meninggalkan Ayah Berwin demi membangun keluarga dengan pria lain.

Setidaknya Mama Lara tidak begitu…

- Diary 6
no quote
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd