Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Davina (Bandung-Jakarta Underground Stories)

Wuihh seruu banget pengalaman nya sis. Bakalan banyak nih peminat dan penikmat genre bdsm

Ngacengin bgt dah kisah nya.. Lancrotkan sis tambahin ama lesbian scene yak biar makin ngilu nikmat jadinya 🤤🤣😍
 
Pov mama maya kalau begitu hu
Hehe

Mama lara bertahan karna kebutaan tentang cinta dan obsesinya...

Hmm, bisa jadi cinta itu kan membutakan mata hati dan telinga

Ane lebih demen davin curhat
Ckck

aku aja sampai skrg ndak tau kenapa Ibu Maya begitu huhu
iya cinta sih sama papa, kehidupan pernikahan malah kompleks klo udah dijalanin.

ini juga aku curhat, jelasin kondisi rumah :rose:

Nyimak yah
Sapa tau dapat ilmu dari ts ini

silahkan :rose:

nice personal experience sis

makasih :hati:

Duh emang sex begitu bisa dinikmati kah?

seks dengan bdsm? atau seks dengan cuckold? bisa itu :rose:
tergantung fetishnya gimana.

Wew masuk hot thread mbak rosa

iya nih masuk hot thread :hati:

Wuihh seruu banget pengalaman nya sis. Bakalan banyak nih peminat dan penikmat genre bdsm

Ngacengin bgt dah kisah nya.. Lancrotkan sis tambahin ama lesbian scene yak biar makin ngilu nikmat jadinya 🤤🤣😍

memang pengalamanku lebih banyak lesbiannya sih sama mff.
daily life bdsm juga biar yg baca tahu bdsm bukan sadis kyk di film porno.

Suhu, emng eh papa rangga? Nggak tau kalo mama lisa begini?

Eh mama lisa mama lara suhu

tahu klo mama hobi bdsm, diijinin. sering diminta swinger sama mama, iya udah lebih dari 3x tapi ditolak terus.
tahu klo selingkuh? mungkin tahu cuma diem aja.

Makasih updatenya @Davina-hime
Misteri kehidupan disekitar davin penuh teka teki

Papah davina kapan menengok?
Sapa tau pas escort si papah yang nyewa
Hahaha

papa sering nengok cuma seks bareng papa blm aku ceritain lagi aja
wah kok tahu papa nyewa escort? klo nyewa juga papa sewa escort panlok surabaya. :hati:

Jangan lesbi mulu lah
Gangbang aja
Hehehe

masalahnya aku pengalaman gangbang ndak ada, lebih byk lesbian uhuhu :rose:
pengalaman Mama Lara gangbang sih ada.
 


misstresshijb.jpg



Ada undangan pernikahan dari salah satu keluarga circle ini. Kedua pasangan itu sebenarnya bukan generasi papa, tapi lebih muda lagi 4 tahun kemudian baru masuk menjadi keluarga ini. Dibuat acara makan-makan untuk ngumpul anak-anak bandung sebagai selebrasi sebelum pernikahan. Dilaksanakan di wilayah Riung Bandung. Aku, Mama, Teh Riska, Teh Puri, Termasuk adikku Imel naik mobil Avanza hitam untuk ikut serta dalam acara itu. Di wilayah yang jauh dari jalan raya dan masuk ke dekat daerah persawahan itu, rumah yang menjadi tempat acara terlihat ramai. Tidak hanya mobil yang parkir tapi juga motor motor sport dan juga bebek terparkir seperti ada acara hajatan.

Kami di sini berusaha bercengkrama dengan pasangan dari kk kk yang kami kenal. Baik yang statusnya istri, pacar, atau selingkuhan yang dibawa ke sini, itu tidak masalah. Aku mengambil baso tahu yang diberikan pada mangkuk plastik, diguyur siomay itu beserta tahu putih menggunakan bumbu kacang lalu diberi garis kecap hitam manis sebelum kubawa pergi dari counter makanan.

Aku, Davina berjalan keluar mengenakan kaos putih ketat, bercelana jeans pensil hitam, mengenakan sepatu wedges krem. Aku berjalan mencari papa hingga ke daerah tempat parkir yang dekat dengan areal persawahan yang membentang. Di sana aku melihat papa berdiri mengenakan jaket abu-abu tentaranya, berkemeja hitam, dan bercelana jeans cokelat, mengenakan sepatu pantofel hitam. Di sampingnya om ku Barata berdiri mengenakan jas hitam mewah berkemeja putih, rambut om ku panjang tapi dimodel sisir arah belakang, Om ku ganteng wajahnya bersih tidak berkumis atau berjanggut, berbeda dengan sosok papa yang rambutnya gondrong agak ikal, berkumis dan berjanggut lebat. Mereka sedang bicara dan kucuri dengar. Diam di dekat mobil salah satu kakak ku.

“Jadi beceng M1911 milik Alm. bokap gua masih belum lu pake buat bunuh keparat yang memang harus mati?” sindir om barata pada papa.

“Dia masih punya tanggungan istri dan anak dua laki-laki dan perempuan yang belum bisa menafkahi hidup mereka sendiri dan ibunya,” jawab papa ku dingin.

“Alasan lu doang itu anjing!” seru om mengambil sesuatu di belakang pinggangnya di balik jas hitamnya. Kulihat pistol beretta 92fs hitam Om Barata ambil dan arahkan langsung ke kepala papa. Papa tidak bergeming dalam posisi itu, dia tetap memandangi sawah yang luas di depannya sedangkan om ku mengarahkan senjata itu tepat di sampingnya.

“Ta, kalau gua mati, lu harus jagain Lara dan semua keluarga ini,” ucap papa pelan yang membuat hatiku sedih juga.

“Bicara apa lu, Rangga? Yang ada gua mati dibunuh sindikat dan elu sendiri yang harus gantiin posisi gua jagain anak-anak bandung sekalian anak jakarta,” jawab om tegas menurunkan todongan pistolnya itu, “Anjing denger gua, ganti tahun RI 1 aja berubah, kabinet berubah, pejabat berganti tetapi keluarga ini tetap, Rangga. Teroris keparat yang dulu bikin bom sampai di raid densus88 itu bukan tanggung jawab lu. Emang bangsat yang nutupin kebaikan dikehidupan sosial dan ternyata teroris yang bikin bom buat neror negara ini,” marah Om Barata mengecam.

“Masalah dengan Tiongkok juga, gua gak tahu gimana beresnya kalau bukan dengan kenalan lu dari kalangan mereka juga. Perempuan Bandung dijanjiin dapet suami dinikahin kenyataannya jadi budak seks di negara asing,” ujar papa terdengar sedih lalu membuang kaleng bir bintang itu yang ia remas rusak ke sawah, melemparnya jauh.

“Jangan mati Rangga, emang lu tega ninggalin Davina?”

Aku tidak kuat mendengarkan pembicaraan papa dan om ku, lebih baik pergi dan kembali ke tempat pesta. Ku tidak ingin mendengar jawaban papa atas pertanyaan terakhir Om Barata tadi. Aku tidak ingin jika mendengar bahwa papa rela ninggalin aku lagi. Teh Puri menegurku yang terlihat murung kenapa saat kembali ke tempat berkumpul anak-anak. Wanita lain sedang makan parasmanan dan aku malah tertunduk duduk di kursi lipat hajatan seperti habis patah hati ditinggal pacar.

Aku menggelengkan kepala lalu mengobrol ringan dengan Teh Puri yang duduk disebelahku sambil makan nasi parasmanan di sini. Anehnya walaupun pernah ada sesuatu antara Teh Puri dan Om Barata tapi saat acara ngumpul seperti ini, mereka berdua menjauh seakan pura-pura tidak kenal, tidak dekat. Teh Anne Istri dari Om Barata memang ada di sini juga bersama jagoan kecil, aku tadi mengajaknya main dia memanggilku Tante Davina. Apa anak kecil itu tahu kalau aku itu pacar dari Ayahnya. Teh Anne pun tahu itu dan membiarkanku tidur dengan suaminya menjalin kasih, ketika hubungan rumah tangga mereka jauh walaupun tidak sampai pisah ranjang.

***​

Ayahku Berwin mengirimkan pesan text dan lagi-lagi mengirimiku uang dalam jumlah uang dollar singapur. Kusimpan handphoneku itu karena tidak peduli. Aku yang tidur pada ranjang ini bertelanjang tanpa busana mengamati langit-langit, melamun. Pak Baskoro seperti biasa mandi terlebih dahulu showering sebelum akhirnya mulai untuk menikmati tubuhku. Ia yang keluar dari shower dalam keadaan basah dan fresh, menegurku yang terlihat seperti ada masalah. “Kenapa Davina? Mau cerita sama Bapak?”

Kujawab aku hanya mengkhawatirkan papa. Apa bapak bisa mengalihkan tugas kepada orang lain jadi aku dan orang rumah tidak harus sangat khawatir kalau papa harus pergi tugas. Om Baskoro melepas handuknya telanjang bugil mendekatiku di atas ranjang. Ia kemudian menciumi perutku lalu melahap payudaraku menghisap-hisapnya seperti anak kecil, “Bisa diatur itu Davina, untuk hal remeh temeh bapak kasih kerjaan ke orang lain. Hanya hal yang benar-benar mendesak bapak kasih ke papa mu itu.”

Jawaban itu tidak membuat hatiku lega atau tenang.

Aku setelah memberi service indah kepada Pak Baskoro, duduk di Dago Tea House. Berusaha untuk melupakan masalah pikiran yang meracuniku, menikmati saja keasikan wilayah dago lalu kemudian aku berjalan-jalan ke cihampelas masuk ke mallnya. Aku memesan boba duduk saja melihat orang yang berlalu-lalang dan sebagian pria muda seperti berusaha menggodaku yang kuabaikan saja. Handphone-ku berdering, ternyata Mama Lara meneleponku. Aku dimintanya untuk segera pulang untuk bantuin mama.

Di rumah ternyata ada tamu, dia adalah Ukhti Febriyanti, submissive pertama yang menjadi kesayang Mama Lara. Cantik sekali ukhtiku dari Indramayu ini berjilbab panjang berpakaian sopan. Mama mengenalkan diriku padanya membiarkan aku mengobrol berdua. Di sela obrolan santai, kukatakan begitu juga aku adalah sub mama selain ukhti.

Aku kira semuanya baik-baik saja. Ternyata aku diminta datang cepat pulang ke rumah-kosan ini karena ada alasan lain.

Ukhti Febriyanti akhirnya memperlihatkan kepadaku luka yang ada di balik daster yang ia pakai. Luka-luka biru lebam akibat pemukulan yang ada di tangannya, di punggungnya, wajahnya saja yang dibiarkan tetap ayu agar tidak banyak orang yang tahu kelakuan asli suaminya. Ternyata selama ini alasan kenapa ukhti jadi jarang menghubungi mama adalah karena ingin melindungi suaminya. Dia tidak bisa scene dengan tubuh memar seperti ini.

“Ini bukan bdsm, walaupun kamu kulatih menjadi sub, ini bukan berarti dia bisa seenaknya memukulimu seperti ini,” ujar mama geram, “Ini adalah kdrt termasuk ke sadisme.”

Aku mendengarkan mama berbincang dengan Ukhti Febriyanti yang kemudian tidak bisa menahan air matanya untuk menangis. Awalnya semuanya tidak terlalu parah tapi menjadi lebih kejam setelah suaminya tahu bahwa dirinya mandul dan tidak bisa memberikannya keturunan. Sejak itu suaminya mulai main perempuan, jarang pulang ke rumah, sekalinya pulang ia menyiksanya. Pola itu terus berulang.

Sempat berpikir panjang, mama kemudian memanggil papa yang sedang membaca koran di teras lantai dua. Aku baru sadar bahwa Kakak Dion ternyata ada di rumah dan sedang ngobrol bersama papa. Kakak Dion yang kebiasaannya mengenakan jaket gunung berwarna dominan abu-hitam bercelana PDL putih, perawakannya tinggi kurus dan gaya rambutnya seperti boyband super junior pendek lurus rapih, ikut mendengarkan apa yang mama katakan. Diperlihatkannya foto badan Ukhti Febriyanti memar-memarnya itu pada papa dan Kak Dion dari HP mama.

“Laporin saja langsung oleh korban ke polisi biar itu langsung diurus. Itu ada di delik aduan pasal 26 UU PKDRT.”

“Kok kamu gitu sih, Yang!?” Sontak mama seperti tidak suka dengan jawaban papa, “Ini temen gue apa menurut kamu ini gak masuk lingkaran keluarga kita!?”

Mama dan Papa cekcok di lantai dua, kak Dion kemudian bangkit dari kursi rotannya membawaku untuk turun membiarkan mama dan papa menyelesaikan masalah di antara mereka. Kakak Dion kemudian menghampiri Ukhti Febriyanti yang masih duduk di ruang tengah. Kedua matanya sembab karena habis menangis. Ada beberapa bekas tisu juga di meja.

Kak Dion tidak banyak bicara hanya menanyakan nama suami dan tempat kerjanya. Ia mencatat itu pada buku kecil seukuran saku baju kemeja hitamnya. Kakak lalu memintaku membuatkan lagi teh hangat manis untuk ukhti agar ia bisa lebih tenang. Aku lalu kembali ke dapur menyiapkan itu dan melihat papa membuka brangkas besi tersembunyi di bawah di tangga. Aku melihat papa mengambil M1911 milik Alm. Bokap Om Barata, dan memasukkan magazine peluru .45 ACP sebelum mengunci safety-nya.

Papa yang mengambil jaket tentara abu-abunya yang tergantung di dekat tempat licinan baju rumah ini, di datangi oleh Kak Dion, “Gua udah dapet infonya, tinggal cari ke lapangan,” sambil memperlihatkan buku catatan saku yang sebelumnya ia tulis saat mewawancarai Ukhti Febriyanti. Mama yang turun ke lantai satu dengan wajah masam, marah melihat Papa dan Kak Dion masih berdiri saja. “Pinjem mobil, nanti aku kabarin,” seru papa yang dibalas diam marah oleh mama.

***​

Ukhti Febriyanti yang masih mengenakan hijab kremnya yang kini dimodel pashsmina pendek, berposisi tubuh collar me, yaitu berjongkok mengangkang dengan kedua tangan yang melipat di belakang kepalanya. Febriyanti sudah telanjang bulat terlihat ukiran hena pada kedua lengannya sampai jemarinya dan juga ukiran hena indah di bagian bawah kedua payudaranya. Walaupun ada luka lebam kebiruan pada beberapa bagian tubuhnya, mama tetap dengan cekatan mengikat tali merah membentuk simpul shibari pada badan Febriyanti.

“Gue walaupun udah lama jadi dom elu, gak pernah sampai ngelukain kulit indah lu ini. Gua masih menjaga kulit lu tetep cantik,“ kata mistress berbisik pada Febriyanti, “Lu tuh kesayangan gue Feb, lu jarang ke sini aja gue kangen.”

Mistress Lara kemudian mengangkatnya berdiri, berjalan membawanya ke arah ranjang dengan warna dasar hitam untuk sprei, selimut, bantalnya. Dibaringkannya tubuh ukhti telentang lalu kedua tangannya di borgol pada dipan ranjang. “Lu nikmatin aja scene-nya,” seru mistressku.

Aku yang berlutut dengan dua kaki telanjang hanya mengenakan collar saja hanya bisa melihat mistress fokus pada Febri, lalu kulihat mistress berjalan mengambil tali rantai Koh Ari yang sejak tadi berposisi merangkak agar ikut berjalan menuju ke arah ranjang. Misstres melepaskan collar itu lalu membantu Koh Ari untuk berdiri, “Sekarang gue gak akan minta buat lu gak ejakulasi. Gue pengen elu ejakulasi sebanyak-banyaknya dirahim slut gue ini. Dia gak bisa hamil jadi lu bebas keluarin sebanyak-banyaknya. Mistress kemudian mendorong jatuh Koh Ari ke ranjang hitam.

Mistressku kemudian mengambil open leather breast bondage, yaitu tali kulit hitam berbentuk body suit menyilang yang mempelihatkan payudara, mengikat tubuh kuat sehingga payudara semakinn tegak menggantung sexy. Ia memakaikan itu padaku lalu menyuruhku merangkak seperti anjing ke samping kasur hitam tempat sub lain terbaring. Ukuran ranjang yang double bed itu kemudian membuatku bisa berlutut di atas ranjang di samping Febriyanti yang pasrah sedang dihisapi payudaranya oleh Koh Ari. Mistressku lalu mengambil suatu tatakan keramik di tempatkan di belakang pantatku, lalu memasangkan dildo besar berukuran 12 inchi pada bidangnya dan cukup panjang. Dilumurilah dildo hitam itu dengan cairan pelumas seks, ia menyuruhku untuk melakukan woman on top sendiri.

Aku pernah melihat angels angels cam di website porno melakukan ini. Mereka bermasturbasi menggunakan dildo dalam posisi woman on top sambil melakukan live di depan audiensnya. Aku mengangkangkan kedua kakiku lebar memposisikan vaginaku tepat di atas helmet dildo itu yang besar. Kutekan dengan menurunkan pantatku rasanya sakit saat helmet kepala dildo itu menyeruak bibir luar vaginaku karena ukurannya yang besar. Aku naik-turunkan hingga lama-lama berkeringat dan kepalanya mulai bisa masuk lancar karena lubrikan serta keadaan memekku yang mulai basah.

Mistress kemudian mencambuk bongkahan pantatku menggunakan whip miliknya yang berwarna hitam. Rasanya sakit dan membuat vaginaku menjepit. Kudengar suara desis serta rintihan Febriyanti yang sedang dalam posisi missionary dimaju mundurkan tubuhnya oleh Koh Ari yang mengenakan topeng hitam. Suara decakannya mulai terdengar bergemuruh plok plok plok. Aku mulai menaik turunkan pantatku sendiri berusaha menyeruak dinding vaginaku yang sempit ini agar bisa dimasuki oleh dildo yang baru setengah bisa memasuki tubuhku, “Sampai pangkal!” suara mistress tinggi sambil kembali memecut bongkahan pantatku dengan whipnya. Rasanya peres, perih, berdenyut-denyut panas bagian yang terkena cambukan.

Kutempatkan kedua tanganku lurus di depanku agar menjadi tiang tumpuan. Kutegadahkan kepalaku ke langit dan memejamkan mata, berusaha fokus pada vaginaku ini menaik-turunkan. Mulai merasakan rasa hangat, nikmat kegelian dibalik rasa nyeri pedih, mendesah-desah, lalu akhirnya kutekan semakin cepat dan amblas semuanya sampai pangkal dildo itu. Aku melengguh keras keenakan merasakan sesuatu yang besar memenuhi sesak vaginaku dan terasa di dalam tubuhku ini. Mistress memecut pantatku lagi membuatku menjepit dildo itu yang sepenuhnya masuk, lalu kemudian dalam nafas yang tersenggal, dalam bibir yang mendesis aku gigit, kunaik-turunkan pantatku merasakan nikmat kontol besar artificial yang mulai bisa kunikmati ukurannya. Gila rasa kegeliannya itu bercampur dengan rasa sesak di dalam membuatku keenakan sampai gila.

Aku tidak lagi mempedulikan ukhti yang sedang digenjot Koh Ari dan klimaks. Aku hanya peduli pada apa yang dirasakan tubuhku sendiri. Merasakan kedua payudaraku yang cukup besar bergoyang naik turun, merasakan cairan kewanitaanku semakin basah mengalir keluar. Terkadang mistress memecut pantatku lagi dan kini itu menjadi sensasi nikmat lain yang akhirnya membuatku kontraksi, dari dalam ingin mengeluarkan sesuatu dan akhirnya aku orgasme keluar dalam posisi membenamkan dildo itu sampai pangkal. Kedua pahaku bergetar, ada rasa sesak di dadaku tapi ada rasa plong yang lepas, rasa geli enak pada vaginaku yang membuatku melayang indah sejenak.

Entah apa yang terjadi tapi begitu kusadar, aku sedang menungging dan disodok dari belakang oleh Koh Ari. Ukhti Febriyanti kini bermain dengan vibrator rabbit getar yang keluar masuk berputar menggunakan baterei. Koh Ari menyodok-nyodokan penisnya dengan kasar atas arahan dari mistressku. Aku yang merasakan perih sulit untuk menikmati itu, tapi akhirnya itu semua biasa ketika birahiku muncul lagi. Memek aku terdengar berdecak plok plok dan buah pelir Koh Ari yang diikat karet hitam memukul-mukul klitorisku membuatku merasakan enak saat sodokannya masuk sampai pangkal.

Suara Koh Ari seperti kuda liar yang kepanasan. Ia memompa seperti kesetanan membuat tubuhku maju-mundur juga mengikuti gerakan irama sodokannya. Ia menyodokkan keras menumpahkan air maninya pada rahimku. Enak rasanya aku dibuatnya.

Scene hari itu selesai.

Mistress memperhatikan kami tiga sub miliknya yang kelelahan di atas ranjang habis memacu birahi.

“Gue sayang kalian semua. Siapapun yang berani nyentuh kalian nyakitin kalian… selain gue, bakalan berurusan langsung sama gue dan laki gue.”


- Diary 7


no quote
 
Terakhir diubah:
Glek.... dalem banget kisahnya.... diangkat ke layar perak bagus juga nih :genit:
cuma keganjal di BDSM Scene...

Itu scene bdsm detail banget yak.....sampai gak tau mo komentar apa... tercengang dan terpesona.. ama ceritanya
Keren banget sis... di tunggu kelanjutanya :alamak:
 
Bimabet
Sungguh rumit ... Benar2 rumit kisah hidup loe @Davina-hime ... (benarkah ini kisah hidup loe???) ...
Berasa kayak nonton film mafia italia ... 😁😁😁 ... BTW masihkah kau menginginkan kehidupan yg normal??? ky nya susah cari cowok normal yg berani sm loe dehh .. 😥😥😥
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd