Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Davina (Bandung-Jakarta Underground Stories)

Lanjutkan curhatmu @Davina-hime , aku selalu menunggu apalagi yg kau alami, yg mungkin sulit dialami orang lain hehehe
lagi banyak pengalaman baru beberapa hari ini uhuhu :rose:
iya nanti tunggu aja next diarinya.

klo bisa bantu ganti halaman dulu deh, nanggung ini dipos klo hampir ganti halaman.
 


3wives.jpg

3toys-Sora.jpg


Aku saat ini sedang duduk di teras depan rumah, melihat Kakak Dion sedang sibuk mengoprek motor Honda ADV 150 warna putih milik temannya. Melamun sejenak melihat langit kelabu di atas sana, kuharap tidak hujan karena aku siang ini berniat untuk jalan keluar, “Kak Dion, punya siapa sih itu motor?” tanyaku mengganggunya yang sedang membuka bagian badan motornya, “Punya Rendy mau touring bandung-bali katanya,” jawabnya. “Padahal tinggal naik pesawat aja sampai cepet ndak capek,” sahutku lagi. “Beda Davina,” potongnya, “sensasi turing rame-rame dengan anak-anak beda rasanya. Yang seru itu perjalanannya,” tutup Kak Dion dengan tangan penuh oli hitam dan sebagian oli itu menempel di pipinya, tersenyum padaku.

Kak Jaka meneleponku. Ia bilang persiapan pindahannya hampir beres. Kalau aku mau mampir, bisa karena berangkatnya satu keluarga itu sore hari jam 4an. Kubilang aku mau mampir, mau melihat jagoan kecil sebelum nanti susah ketemu lagi kalau udah jauh berjarak di batam. Aku duduk di meja makan, bingung menuliskan apa di kartu kecil ini untuk jagoan kecil. Kue ultah black forest sudah datang tadi diantar gojek dan kini sedang kumasukan di dalam kulkas. Hadiah dariku sudah aku bungkus menggunakan kertas kado merah bermotif hati, diikat juga box itu menggunakan pita merah. “Bukannya ultahnya masih 4 hari lagi ya, Davina?” tegur mama padaku yang sedang sibuk berpikir mau menuliskan apa, “Gak apa-apa aku kasih kadonya duluan aja. Daripada nanti susah harus kirim via JNE.”

Mama Lara berlalu, tidak lama ia membawa kotak kecil hitam diberikannya itu padaku. “Kasih ini buat jagoan kecil,” katanya sambil diberikannya itu, “Kenapa ndak mama kasih sendiri aja?” tanyaku. “Masih canggung sama Arini,” potong mama singkat.

Mama Arini adalah istri dari Abang Jaka, ibu dari jagoan kecil. ia adalah teman mama saat SMA dan juga sahabat Papa Rangga. Ada desas-desus di kalangan keluarga bahwa anak laki-laki Arini adalah anak dari Rangga. Itu gosip yang sudah hampir diketahui semua anak-anak tapi tidak ada seorangpun yang berani mengangkat karena masih menghargai Jaka sebagai suaminya. Mama Arini tidak pernah bicara itu begitu juga papa. Abang Jaka sendiri tidak pernah membahas itu dan kalau ada sedikit aja yang nyerempet ke hal itu ia pasti bilang Anggara ‘jagoan kecil’ itu puteranya. Melihat gelagat Mama Lara, aku tahu apa kebenaran dari gosip itu. Bagaimanapun hidup tetap berjalan.

“Mama belum memberikan nama pada putri mama yang berada dikandungan mama. Sampai akhirnya mama ambil satu nama, menyimpan itu, hingga kemudian mama katakan ‘Kayla’ untuk memberi tahu papamu rahasia apa yang selama ini mama simpan sebelum pergi ke Bali,” mama duduk bersamaku di meja makan curhat tentang masa lalunya.

“Mantan itu memang seharusnya tidak dihubungi lagi,” ujarku yang dibalas tatapan sedih mama.

“Mama masih cinta sama mantan tunangan mama itu, cinta membuat mama lupa siapa saja yang udah mama sakiti.”

“Itu kenapa papa benci banget sama mantan mama. Ironinya sekarang dia hidup bahagia bersama istri dan anaknya, sedangkan papa…”

“Mama berusaha minta maaf untuk dosa mama itu, tapi itu tidak papa mu dengar. Hidup mama dan papamu tidak akan pernah utuh, itu yang kami berdua sadari.”

Mama minta kepadaku sampaikan ucapan selamat jalan untuk Arini dan salam sayang untuk jagoan kecil darinya.

Aku, Davina yang sudah bersiap mengenakan jaket kulit serta sarung tangan kulit di kedua tanganku, menenteng helmet full face abu-abu NH*K untuk bergegas pergi keluar rumah. Kak Dion memanggilku yang tahu aku hendak keluar. Katanya sebaiknya aku mencoba menggunakan ADV 150, ada bagasinya jadi kue ultahnya bisa disimpan aman. Awalnya aku enggan karena motor ADV 150 itu tinggi, tapi akhirnya aku ganti sepatu wedges supaya bisa agak tinggi pijakanku. “Pelan-pelan aja bawanya,” seru Kak Dion padaku, “Iya,” kujawab singkat.

Modifikasi-Honda-ADV-150-2.jpg

Kutelusuri jalanan Kota Bandung dengan setelan motor lengkap menggunakan helmet full-face, berjaket kulit menaiki Honda ADV 150 yang sudah diseting untuk turing. Motornya enak terasa lebih gagah saat aku membawanya. Bentuk motornya yang lebih modern serta wind shield-nya yang bisa diturun-naikkan aku suka. Stang motornya yang terasa lebih lebar, lurus, tetapi rendah membuat kedua tanganku berposisi lurus agak membuka tegas mengendarainya karena posisi stang dan badan dekat. Yah, serasa naik motor trail. Suspensi depannya enak tetapi untuk suspensi belangkang itu keras mirip seperti suspensi belakang N-Max Teh Riska.

Aku akhirnya sampai di daerah kopo, bertamu di rumah Abang Jaka dan Mama Arini. Bertemu jagoan kecil yang menyambutku dengan memanggilku “Tante Irma…” aku peluk dia, aku kangen sudah lama ndak ketemu. Apalagi sekarang mau pergi dan jauh nanti dari tante di bandung. Kuberikan kado ulang tahun dariku pada jagoan kecil, setelah ia sekeluarga bersamaku bernyanyi selamat ulang tahun lalu meniup lilin Ke-10. Kue pertama ia berikan padaku bukan pada mamanya. Itu membuatku terharu. “Buka dong hadiah dari Tante,” ujarku genit, “pasti jagoan kecil suka,” tutupku membuatnya penasaran membuka kotak kado untuk mendapatkan hadiahnya.

Mainan figur Play-Arts-Kai Cloud Strife yang sedang menaiki Motor Harley Daytona, itu hadiah yg kuberikan padanya. Sosok jagoan berambut runcing visual-kei yang menyimpan pedang pada punggungnya, persis seperti kakak-kakak dan om-om bandung yang juga anak motor, yang dulu juga membawa katana samurai seperti Kak Dion. “Itu pasti mahal mainannya ya, Vin?” tanya Mama Arini padaku. “Enggak apa-apa biar jagoan kecil juga inget sama anak-anak bandung,” jawabku sambil mempermainkan rambut ponakanku ini yang sedang memaju-mundurkan motor mainan itu di lantai. Ia terlihat senang aku kemudian sun pipinya itu yang membuatnya agak malu-malu gimana gitu.

Kukatakan pesan dari Mama Lara dan juga memberikan kotak hitam kecil hadiah darinya untuk jagoan kecil. Mamah Arini kemudian membuka kotak itu, ternyata didalamnya berisi bros perak dengan lambang pisces zodiak Mama Lara. “Kenapa gak datang sendiri kalau memang care sama anak gue,” gumam Mama Arini menutup kembali kotak kecil itu.

“Mama Arini pasti lebih pengen papa yang datang ya, sebelum berangkat? Cuma papa lagi ada tugas keluar udah 3 hari ndak pulang,” kataku yang dibalas senyum sedih seorang istri.

Harapan Mama Arini dan harapan papa itu sama, ingin agar Anggara ‘jagoan kecil’ mengambil jalan hidup yang berbeda dan menjalani simple life, biar apa yang pernah dijalani Abang Jaka, apa yang masih dijalani papa, masih dijalani Kak Dion, bahkan Om Barata, itu tidak harus dia terima juga. Aku memandangi, jagoan kecil yang senang bermain dengan mainan barunya itu. Kamu nanti kalau udah gede jangan lupain Tante Irma ya.

***​

Aku dan Mama Lara naik mobil Honda Jazz Merah, pergi berdua saja mengenakan pakaian resmi blouse serta rok bergaya kantoran, berangkat dari bandung menuju ke soreang. Langit sepertinya mendung mau hujan tapi kami tetap pergi dan janji yang dibuat tidak dibatalkan. Tidak lama setelah papa bicara kepada mama, aku kira mama akan marah besar tapi tidak, mama cuma ingin bertemu dengan Nadia Soreang. Sudah 6 tahun sejak mama dahulu marah dan sakit hati ketika papa pernah memilih untuk memulai segalanya dari nol bersama wanita lain. Sekalipun itu tidak pernah terwujud, aku tahu rasa benci mama dan rasa dikhianati itu pasti masih ada, luka itu terkubur tapi bisa terangkat dan perih lagi.

Resha adalah putera dari Mama Nadia Soreang. Kami bertemu di salah satu rumah makan steak sesuai dengan janji bertemu yang sudah disepakati. Aku melihatnya Resha itu pendiam tidak banyak bicara atau bertingkah. Hanya sibuk memutar spaghetti bolognese, mengabaikan ibunya Nadia yang seperti berusaha memperlihatkan kedekatan dirinya dengan puteranya pada kami berdua. Kami bicara santai sambil makan, tidak sedikitpun menyebut papa, hanya saling bercerita bagaimana kehidupan di bandung dan di soreang. Tidak ada pertengkaran disitu yang ada adalah seperti kolega yang bertemu berusaha menjaga perasaan masing-masing. Papa sendiri tidak tahu jika kami berdua bertemu di belakangnya menemui Mama Nadia.

Mama Lara kemudian bicara berdua dengan Mama Nadia di meja lain yang cukup jauh dariku dan Resha, memesan kopi seperti bicara dari hati ke hati yang tidak bisa kudengar. Kuperhatikan Resha yang masih belum menghabiskan spaghettinya, “Ayo dong dimakan, mau tante irma suapin?” seruku yang dibalas cuma melihat, “masih malu-malu sama tante ya? Ahh iya tante punya sesuatu buat Resha, sebentar,” ujarku sambil mengambil sesuatu dari tas selendangku. Kotak hadiah itu tidak besar ukurannya kecil, “Ini buat Resha, dibuka deh.” Kuberikan kotak yang dilapisi kertas kado putih bergambar sapi emoo padanya.

Dibukanya hadiah dariku itu, wajahnya yang terlihat murung sebelumnya menjadi ceria, sepertinya dia suka dengan hadiah dariku. Nendoroid Sora dari Kingdom Heart III yang lucu moe kuberikan padanya. “Sora?” tanyanya, “Iya ini namanya Sora dia itu pahlawan yang selalu positif ceria dan pelindung teman-temannya,” kataku sambil bercerita sedikit.

Aku berharap Resha jika besar nanti itu seperti Sora. Walaupun cepat atau lambat dunia ini akan mengajarkan tentang realita yang pelik, ia akan tetap mengambil jalan seperti Sora. Melindungi orang banyak, sayang ke temen-temennya, tetap optimis walaupun jalan yang dilalui terjal, penuh tekanan, dan banyak kegagalan. Aku tahu suatu saat mungkin anak ini akan bertemu papa dan bertanya mengapa papa lebih memilih wanita lain, meninggalkan ibunya dan dirinya. Tidak bisa kubayangkan kebencian seperti apa yang akan Resha rasakan dalam hatinya, dan aku harap itu tidak akan membuatnya mengambil jalan yang pelik, kasar, penuh kebencian dia jalani dalam hidupnya. “Tante Irma sayang sama Resha. Nah Resha juga harus sayang sama Tante Irma,“ ujarku.

“Tante Irma… Ibu Lara itu simpanannya Ayah Rangga?”

Pertanyaan yang membuatku sejenak terdiam. Jadi anak ini sudah tau sejak sedini ini, “Tante Irma sama Mama Lara itu keluarganya Papa Rangga, kamu juga sama Mama Nadia keluarganya Papa Rangga.”

Dia bilang dia pernah bertemu dengan Ayah satu kali di wilayah lapangan luar Stadion Jalak Harupat. Ia datang begitu saja saat mama Nadia menemaninya belajar naik sepeda. “Kamu nanti udah gede Tante Irma yang ajarin naik motor. Motor Matic, Motor Bebek, Motor Kopling, biar keren biar banyak cewek-cewek nempel kayak perangko. Yukk dihabisin itu makanannya sedikit lagi,” mendorongnya untuk menghabiskan makanannya.

Papa bilang padaku, sekarang aku menjadi BigSis. Umurku sudah 25 tahun dewasa, sudah harus bertanggung jawab dengan hidupku sendiri, dan care sama adek-adekku. Imel, begitu juga Tiara yang tidak lama ini Mama Lara kenalin dan akhirnya dibolehin tinggal di rumah-kosan ini bersama teteh-teteh yang lain. Keponakan-keponakanku ini juga termasuk. Anggara ‘jagoan kecil’ yang sekarang tinggal di batam, begitu juga Resha ‘jagoan kecil’ dari soreang. Aku tahu papa mulai sibuk dengan pekerjaannya membuatnya sulit untuk singgah di rumah. Itu tugasku untuk menggantikan keberadaan papa untuk Imel, untuk Resha.

Sebelum pulang ke bandung, kami menepi di pinggir jalan di daerah Cimahi. Mama membuka kaca mobilnya lalu merokok Mild tidak bicara. Seperti sedang memikirkan sesuatu, tidak berani aku bertanya. Aku hanya menemaninya sambil membalas pesan WA dari Mei, temanku Rio yang menanyakan kabarku, dan dari Ayah Berwin.

“Nadia tidak mau mama membantu finansial untuk puteranya. Dia masih punya suaminya,” tiba-tiba saja mama bercerita, “Papa mu pasti hadir untuk itu dan bantuan itu pasti dia terima,” gusarnya sambil melihat kendaraan roda 4 dan roda 2 melewati kami.

“Bagaimanapun Resha itu akan jadi beban pikiran papa, itu yang akan membuat hubungan dengan Mama Nadia tetap ada. Tidak bisa memutuskan itu walaupun mama ingin,” seruku, “jangan biarkan rasa benci mama sama mama nadia itu membuat mama ndak suka sama Resha, anak itu ndak tau apa-apa. Dia ndak minta dilahirin, ayah dan ibunya yang harus menanggung jika itu adalah kesalahan.”

“Mama ingin mencoba mencintainya, tapi sulit. Begitu juga dengan puteranya Arini. Mama gak bisa, walaupun mama ingin,” jawab mama seperti berada dalam keadaan serba salah.

“Biar Davina aja,” seruku sambil menyentuh paha putih mama di sampingku di kursi kemudi. “Mama jangan kepikiran gimana-gimana, nanti waktu juga ngajarin mama untuk bisa nerima mereka. Mama Lara aja bisa nerima aku,” ujarku berusaha menenangkan hatinya. Mama itu sebenernya baik banget, walaupun klo tegas kelihatan kayak jahat banget jadi ibu-ibu. Kalau keponakan-keponakanku itu mencintai mama, mama pasti 2x lipat lebih mencintai mereka balik.

Aku selama hidup tidak pernah membuang orang lain. Mungkin pernah terpaksa menjaga jarak dengan salah satu teman wanitaku saat masih di semarang. Itu juga karena dia fitnah aku rebut pacarnya sedangkan kenyataannya pacarnya yang ngejar-ngejar aku sambil berusaha ngelecehin aku. Terkadang memang ada sesuatu yang ingin kita perbaiki hubungan itu agar bisa ada komunikasi yang indah. Ku ngerti perasaan mama. “Hidup mama kompleks, bahkan untuk berusaha mencintai yang bukan darah daging mama aja sulit. Hati mama yang sebagian masih menolak dan juga rasa terbuka diberikan jalan untuk itu yang lebih mama harapkan ada. Mama tahu papa mu bakalan lebih cinta sama Nadia,” getirnya curhat kepadaku.

“Papa itu lebih sayang mama, pernah bilang kok itu sama aku langsung. Kalau harus iri itu, bahkan teteh-teteh di rumah juga irinya sama mama. siapa lagi klo bukan lara yang paling dibela dan jadi tempat buat pulangnya papa,” jawabku sambil melepas seat belt lalu mendekat mengecup bibir mama. Kenapa sih mama seperti kelihatan mau menagis? Padahal mama itu ya yang paling disayang sama papa.

***​

Teh Anne meneleponku yang saat itu sedang nongkrong di Warung kopi Mbak Rina dan Om Ricky di sapan. Aku yang ngobrol santai sambil minum lemon tea bersama bagas cukup kaget ketika dimintai tolong tiba-tiba. Hari ini ada acara ulang tahun temennya keponakanku dari jakarta sayangnya Teh Anne yang sudah berjanji mengantar tidak bisa karena ada urusan. Aku menyetujuinya dan bilang akan segera mampir ke rumah untuk mengantarnya. Kubilang kepada Bagas yang baru saja mengkredit Motor Vario F1 Putih untuk ngerawat itu motornya dan pake kunci gembok di cakramnya supaya gak digondol maling. Ini kalau Om Barata tahu bisa ketawa mestinya dia yang udah jadi anggota keluarga itu kredit motor kopling. Ya, gimana juga kalau kebanyakan dipakai dalam kota memang sih praktis matik kayak vario atau honda beat 2008 papa.

Aku yang menaiki Honda CB150 Verza sampai di Kota Bandung, mampir ke rumah Teh Anne yang disambut oleh pembantu rumah tangga perempuan yang bilang “Den Arjuna udah siap dari tadi, teh.” Aku kemudian diiizinkan masuk dan menunggu di ruang tamu yang cukup besar bergaya klasik dengan pemandangan perabotan kayu jati untuk furnitur meja dan kursinya.

Arjuna adalah putera dari Teh Anne dan Om Barata. Dia adalah ‘Jagoan Kecil’ aku dari Jakarta dan kini sedang berada di Kota Bandung. Umurnya masih 7 tahun. Kami berdua tidak banyak bicara, tapi sudah sering ketemu. Kuingat juga pernah ada pertanyaan darinya yang membuatku terdiam saat ia bertanya “Kenapa tante rebut papah dari mamah,” padahal aku tidak pernah merebut ayahnya dari ibunya Anne. Kami saling berbagi suami itu iya.

Ia menghampiriku dengan setelannya bercelana jeans hitam sedangkan badannya ia kenakan jaket hoodie hitam parasit eig*er. “Tante Irma yang anter?” serunya, “Iyah, yuk sekarang berangkat.”

Jagoan Kecilku Arjuna ini memeluk pinggangku erat saat dibonceng motor. Padahal kecepatan yang kugunakan itu 30-40km per/jam, terkadang waktu jalan utama kosong baru aku angkat 60km itu membuatnya meremas pinggang jaketku. Rumah temannya itu ada di areal perumahan bandung, ketika sampai di sana acara sudah dimulai pas ketika sedang bernyanyi untuk meniup lilin. Tidak ada yang spesial acaranya tapi yang seperti ini akan terkenang sampai dewasa oleh si anak. Malah banyak anak-anak di luar sana yang tidak dirayakan saat ultahnya.

Kuajak Arjuna untuk jalan-jalan terlebih dahulu setelah acaranya selesai. Di pelataran hall cihampelas walk mall, aku duduk di kursi panjang yang tersedia bersama keponakanku itu. Kami berdua minum boba. “Seneng jalan sama tante?” tanyaku padanya, dia hanya mengangguk. Ahh introvert sekali padahal kalau lihat ayahnya itu sifatnya berbeda lebih sanguinis populer.

“Tante Irma bisa kembaliin papah?” ucapnya padaku.

“Tante ndak pernah ambil papahmu sayaaang. Bagaimana Tante Irma bisa kembaliin?” jawabku padanya sambil merangkulnya yang duduk di sampingku.

Aku berusaha mengerti perasaannya. Bagaimana ia tahu ayah dan ibunya mulai berjalan masing-masing. Walaupun tidak ada perceraian di sana, tapi masing-masing punya hidupnya sendiri. Om Barata sibuk dengan kerjaannya sedangkan Mama Anne sibuk dengan dunia seksnya. Pada akhirnya kondisi Arjuna mengingatkanku pada diriku waktu di kala muda. Ketika harapan keluarga itu sirna. “Kalau kamu kesepian, telepon Tante Irma aja nanti Tante Irma ajak main. Suka main TimeZone gak? Ngumpulin tiket buat ambil hadiah?” kataku berusaha menghiburnya. Aku tahu ada rasa di dalam hatinya yang membenciku, karena aku hadir di antara papah dan mamahnya. Akan tetapi untukku itu tak apa. Kuingin Arjuna jika besar nanti jadi pria yang lebih baik dari Ayahnya.

Kami berdua berjalan-jalan mengelilingi Mall Ciwalk. Masuk ke petshop melihat anjing kecil yang lucu, Arjuna cukup suka itu cuma dilarang ibunya beli waktu aku telepon. Kami berdua nonton bioskop, film horror indonesia yang lucu tidak seram tapi dia selama film seringkali menutup matanya karena takut. Kami berdua makan ramen hangat dengan katsu, dia terlihat mulai lebih ceria dan lebih menerimaku. Aku senang ketika jarak di antara kami mulai semakin pendek.

Kuantar Arjuna pulang saat malam mulai larut sekitar jam 19.00 pm aku mengantarnya sampai di rumah. “Wih ada yang baru jalan-jalan ngedate sama Tante Irma,” ujar Mama Anne pada Arjuna menyuruhnya cepet masuk terus mandi udah disiapin air hangat. “Maaf mbak kelamaan sampai malem gini,” seruku sambil duduk di ruang tamu, meneguk teh hangat yang diberikan pembantunya. “Gak apa-apa asal sama Davina, kamu juga kelihatan seneng ngajakin bocil jalan-jalan.”

Aku lihat kamar Arjuna. Cukup berantakan banyak mainan berserakan di sana. kamarnya kurang lebih mirip kamar Andy di Toy Story. Agak lelah diriku ini, aku duduk di pinggir ranjang kecilnya, memegang satu mainan nendoroid yang dahulu pernah kuberikan terdiam diletakkan di bagian atas meja belajarnya. Nendoroid Roxas anggota Organization XIII yang mengenakan mantel hitam panjang memegang dua keyblade putih dan hitam. Arjuna masih menyimpan ini yang dahulu kuberi saat aku mampir ke jakarta.

Kenapa aku berikan nendo ini? Karena aku ingin saat dia besar nanti, Arjuna tetap masih memiliki hati walaupun dia tentu akan menjadi bagian dari organisasi. Itu bukan berarti ia harus kehilangan hatinya, Roxas juga begitu dia melawan organisasi untuk melakukan apa yang menurutnya benar, melindungi teman-temannya walaupun jalannya berat dan tragis seseorang yang berhati mulia seperti itu.

Bagian dari hatiku ingin agar keponakan-keponakanku mengambil jalan yang lebih baik dari apa yang telah dijalani oleh orang tuanya. Tidak harus mengulang hal yang sama, menjalani kehidupan pelik penuh darah yang sama. terluka dan kehilangan yang terbawa hingga dewasa.

“Tante Irma ngapain dikamarku?” tanyanya yang sudah mengenakan piyama putih bergambar kelinci dan wortel.

“Lagi lihat ini, kamu masih simpan hadiah dari tante,” jawabku sambil memperlihatkan nendo Roxas. Arjuna mendekat lalu mengambil nendo yang kuberikan dengan tanganku itu, “ini bagus keren,” ucapnya. “Ini Roxas mirip kamu, inget ya Arjuna kamu harus jaga keluarga kamu dan juga jaga teman-teman kamu,” sambil mempermainkan rambutnya menggunakan jemariku.

Arjuna tiba tiba saja memelukku. Itu membuatku kaget. Nendoroidnya jatuh di karpet kamar. Aku kemudian memeluknya juga yang kepalanya menyamping menekan kedua payudaraku. “Kamu sayang tante ya?” kataku padanya. “Tante Irma lebih perhatian dari mamah...” serunya membalas. “Tapi tetep kamu harus sayang sama Mamah Anne dan Papah Barata.”

Ya aku mengerti perasaannya saat dirinya cerita lebih memilih tinggal bersamaku saja, karena dia tinggal di rumah pun sendirian. Ibu Bapaknya sibuk sendiri. Aku bilang aku tidak bisa mengajaknya tinggal di rumah, tapi kalau memang kangen bisa telepon tante aja, nanti kalau tidak ada acara Tante Irma yang temuin Arjuna di bandung. Kamu juga harus kuat strong kayak papah kamu kalau tinggal di jakarta.

***​

Jadi aku sebut berantem ndak, cuma lagi ndak enak sama mas pacar di jakarta. kebangun tadi jam 3 kurang dini hari. biasa ambil minum, liat imel adikku juga udah bangun ke WC. aku ke kamar mandi pipis bebersih bab juga. ndak lupa semprotin air ke anal hole udah biasa biar bersih. udara dingin sih sekitar 16-18 derajat kyknya sambil liat chat HP.

Beres tuh lewat ke kamar mama papa di lantai satu. sebelum naik tangga keatas kepikiran masalahku terus turun lagi liat mama lagi apa (pengen curhat). liat mama papa di ranjang nikahnya lagi bobo pake selimut. keliatan sih habis ML cuma pake selimut aja.

Iseng sih awalnya cuma duduk ditepi ranjang aja. meuni ndak ngajak-ngajak ml teh. mr.p kupegang aja awalnya lama-lama kukocok, kunaik ketempat tidur aku bj. kujilatin pinggirnya trus kueemut gitu. papa bangun, aku senyum aja. mama tuh lilir bilang "Ngapain Davina masuk kamar mama?”

Aku lanjutin aja. udah bj sambil kusentuh klit sendiri, udah naik aku lepasin aja kaos aku. biasa tidur cuma kaos sama cd aja), lepas juga CD-nya udah basah. aku WOT, aku yg aktif berusaha lepasin birahiku sendiri. mama tuh tidur nyamping sambil liatin aku jadinya. Ndak tau masturbasi, ndak tau ndak. "setengah ngantuk gue liatin anak gue main"

Aku liuk-liuk aja squat naik turun gak lama sampai mentok terus aku goyang tuh. anget ada yg penuh didalem. lagi ndak mikirin hal lain kecuali nikmat yg kurasain, ehh mama malah dibelakangku malah cium pundak sambil remes remes susu aku, dua jarinya malah dimasukin ke anal aku. itu bikin vaginaku ku ngejepit

Papa bangkit (ndak tau ambil tisu magic atau minum apa), aku ciuman sama mama sambil saling fingering. mama ambil lube sambil fingering anal aku. nyusu kayak dedek bayi, terus ngambil dilaci masukin dildo keanalku. 69 sambil jilatin vagina mama, sedang mama lebih fokus mainin toys-nya ke aku.

lanjut, missionary pantatku dikasih bantal biar agak tinggi. enak sih nyentak nyentaknya, udah suka kalau missionary / doggy style sama papa rate 8.5. mama agak nakal jepitin nipple clamps yg ada rantainya terus tarik-tarik pelan. sakit enak nyampur itu udah mendesis pedes kyk apa, melayang sih. ciuman sama mama sambil posisi masih missionary. mama ngeludah ke mulut aku terus ciuman mainin itu sambil mainin lidah. itu aku orgasme sambil ditarik nipple clamps enak banget (yang pernah scene BDSM tau tih rasanya). perih iya, kerasa sebadan-badan lega lepas enak sih.

Aku dibiarin tiduran bntar, enak sih beberapa saat melayang gitu. kayaknya papa mama main juga gantian. tiba-tiba udah di atas mama aja, nipple clamps udah ndak jepit putingku. pantat aku diangkat agak tinggi kyk doggy style tapi badan rendah, susu aku sama mama yg gede saling nemplok udah kyk sandwich aja. analku kerasa basah dikasih lube, walaupun udah main bentar analnya tetep pas masukin awal itu sakit. sakit sampai setengah lega pas udah mentok. mama belai rambut aku, ciuman aja sambil mama fingering sendiri.

Anal sensasinya enak sih. ritmenya pelan ndak kasar. udah setiap goyangan dada aku sama mama saling gesek gitu. udah mendesah ngelengguh saling keringetan gitu. sakitnya lama-lama nyampur ke rasa sesek enak di bagian dalem analku. begitu ritmenya main cepet itu makin enak. Mentok sampai dalem. sampai akhirnya kontraksi perutku tuh mules, ada yg mau keluar tapi ndak ada yg keluar sampai lutut aku lemes banget. aku lagi enak gitu diciumin mama, enak gitu udah lidahku diisep isep.

udah ahh lemes.

Gantian aku dibawah trus mama yg di-doggy di atasku. aku ketiduran terus bangun-bangun waktu shubuh. papa ndak ada, aku sama mama tidur berdua kelonan.

“Ada yang mau kamu ceritain ke mama?” tanya Mama Lara padaku. "Itu Om Barata cerita sesuatu dan cukup bahaya kerjaannya. Aku ndak suka dan bilang jangan dikerjain ehh jadinya berantem,” tutupku jadi kesal.

Mama bilang jadi perempuan itu ndak bisa hentiin apa yang sedang dikerjain pria. Om Barata mau bilang itu ngasih pelajaran biar aku ngerti apa yang sedang dia alami. Bahkan mama aja yang gak suka apa yang papa kerjain ndak bisa buat hentiin tugas papa. Dilema itu aku rasakan sendiri sekarang.

Itu kenapa aku ingin jagoan-jagoan kecil aku jalanin hidup yang berbeda. Akankah mereka bisa saat nanti beranjak dewasa? Bertemu dengan cinta pertama, mengenal rasa sakit hati, dikhianati, ditinggalkan, apa mereka bisa hidup tetap seperti sekarang yang polos dan diajari untuk hidup penuh dengan kebaikan.

- Diary 16

no quote

3.800 kata

littleheroprincess.jpg
 
Terakhir diubah:
Jalan hidupmu memang unik @Davina-hime ...
Kamu seperti seorang manusia yg ingin menjadi bidadari, tapi tetap saja tak kan pernah sama, manusia punya hati sedangkan bidadari tidak ...
Dan kamu spt seekor semut yg berjalan diantara gajah2, mencari jln sdri tp tetap aja ada diatas jln para gajah,...
sulit menggambarkanya 😁
 
3 Jagoan Kecil yang telah merasakan kesedihan dan kesepian di masa kecilnya, dengan kondisi ini naluri mereka akan semakin tajam dan terlatih terutama disaat moment yang sama terulang kembali. Anak kecil itu mempunyai daya Ingat yang paling kuat, apa yg mereka lihat, rasakan, alami dan bagaimana cara mengapresiasikannya serta selalu teringat seumur hidup.
Dengan kasih sayang dan perhatian dari Davina, semoga kesedihan dan kesepian mereka dapat terobati.
Semoga sis Davina bisa menjadi guardian Angel, dan tante kesayangan bagi mereka...

Diary ini kisahnya dalem banget.... ditunggu next story nya Sis @Davina-hime :rose::rose::rose:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd