Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Davina (Bandung-Jakarta Underground Stories)



riderkf2x400.jpg


Kukecup bibir Bagas yang sedang terbaring tepat di bawah diriku. Kecupan sayang itu kuberikan sambil tubuh molekku merendah sehingga kedua payudaraku menyentuh dadanya pria yang lebih muda dariku. Kugoyang memutar naik-turun pinggulku ini membuat kontolnya yang telah basah oleh cairan kewanitaanku melesak masuk sampai menyentuh bibir rahimku. Keluar-masuk menikmati seks pompaanku dan bibirku tidak berhenti-berhentinya mendesis, mengaduh, mendesah enak di depannya. Aku lebih senang saat memegang kendali seperti ini, karena aku bisa melihat paras wajahnya yang menahan rasa keenakan, mungkin karena malu. Bagian diri polosnya yang pasrah atas perlakuanku seperti permen manis untukku.

Empat kondom bekas sudah terpakai terikat dikasur ini. Sesungguhnya aku lebih menikmati seks RAW dibandingkan mengenakan kondom seperti ini. Bagas senang sekali menikmati tubuhku pada posisi doggy style. Aku juga paling menikmati hentakannya itu dalam posisi seks itu. Sekarang terkadang dia masukan dua jari pada lubang analku sambil memompa vaginaku. Mungkin masih penasaran masih belum mau untuk menikmati seks yang di luar biasa. Lengguhan nafasnya terdengar memburu sambil meremas kedua bongkahan pantatku menikmati memaju-mundurkan kontolnya itu masuk dari belakang plok plok plok suaranya karena vaginaku sering ML tidak lagi sesempit saat masih jarang berhubungan seks. Nafasnya terdengar menikmati begitu juga aku yang merasakan hentakan-hentakan itu. Dulu yang kuminta adalah orgasme, tetapi sekarang aku ingin ia bahagia menikmati tubuhku ini. Karena aku tahu Bagas tentu akan memiliki kekasih dan tidak hanya dariku dia bias mendapatkan kepuasan seks dari wanita lain.

“Udah?” tanyaku ketika dia mencabut kontolnya sambil menyemprotkan air mani putihnya pada pantatku. Rasanya hangat. “Main gak pake caps mau teh?” tanyanya padaku yang membalikkan badan dan kini telentang. “Teteh lagi banyak main sama cowok dan belakangan keluarin di dalem terus, buat safety kamu jadi enggak deh,” ujarku. Lalu ternyata kondom fies*ta berbintil telah habis boxnya kosong. Aku melihat kekecewaan dari wajah Bagas yang sepertinya masih ingin bermain seks.

Seperti yang pernah Mama Lara bilang, ikatan chemistry, hubungan personal rasa, itu akan lebih indah dari sekedar seks yang dirasakan badan. Aku merasakan sendiri ketika seks hanya sebagai kebiasaan atau orang-orang yang menikah sering menyebutnya sebagai memberi jatah. Memberi karena memang menjadi kebiasaan. Bukan lagi karena libidoku benar-benar naik. Di kondisi seperti inilah yang mama bilang wanita memegang kendali, karena biasanya pria yang hanya mereka pikirkan hanya keinginan ejakulasi semata.

Menjadi kebiasaanku juga untuk nongkrong di warung kopi Teh Rina. Menghabiskan siangku untuk mampir di sana, mendengar kabar tentang anak-anak dan terkadang ada anggota keluarga yang mampir unntuk menemui Kak Ricky. Biasanya Bagas datang menaiki Vario F1 putih kreditannya itu untuk menemaniku di sini, tapi hari ini sepertinya dia ada urusan. Aku internetan menggunakan handphone-ku membuka korean fashion terkini, banyak gaya kasual yang bagus namun tidak bekerja kalau harus dipakai saat menaiki motor. Kembali lagi mencari style yang menggunakan celana panjang. Mungkin secara tampilan luar terlihat tomboy tapi sebenarnya aku menyukai pakaian-pakaian feminim seperti blazer, blouse karyawati dengan rok pendek.

Aku mendengar kawan-kawan Bagas berdua sedang ngobrol di meja warung tidak jauh dariku di wilayah outdoor. Aku yang duduk di meja teras depan warung mendengarkan mereka yang bicara soal cosu; itu adalah komunitas cosplay yang berpenampilan seperti tokoh anime atau tokoh game dalam acara tertentu. Mereka sedang bicara ingin berpenampilan sebagai apa di next event nanti. Salah satunya malah membawa satu helmet Kamen Rider The First ke warung ini. Siang ini udarav terasa sangat panas, sepertinya nanti akan turun hujan. Aku kemudian menarik kaos putih ketatku ke atas dan melepaskannya dari badanku. Teh Rina dari dalam melihat kelakuanku tapi tidak menegurku. Kini aku hanya mengenakan bralette hitam pada payudaraku, memperlihatkan jelas kulit tubuhku yang putih serta pusarku, dan ke bawahanku masih mengenakan legging kulit hitam ketat. Teman-teman Bagas melihatku yang sedang berdiri menggunakan bra saja dan berlegging hitam panjang. Sampai aku duduk kembali pada kursiku sepertinya mereka sering mencuri pandang melihat tubuhku.

Tidak lama hadir motor CBR 250RR mampir ke rumah ini. Motorsport berwarna merah-hitam itu aku kenal itu motor siapa. Ketika helm hitam full face-nya dilepas ternyata benar, itu Kak Dion mampir ke tempat ini. Aku cukup kaget, karena aku tidak janjian. Di standar 1 motornya itu sebelum akhirnya dia mendekat menuju ke dalam bertemu Teh Rina. “Kok bugil-bugil gitu sih Davina?” tanyanya yang berjalan melewatiku. “Panas, Hereudang (panas)…” kataku. Aku minum lemon tea dingin di gelasku yang tinggal terisi setengah dan kini esnya sudah mencair semua. Sepertinya Kak Dion ada urusan dengan Kak Ricky di belakang di bengkelnya. Lama ia di dalam sebelum akhirnya hadir lagi di warung depan memesan minuman lalu duduk bersamaku sambil menyimpan kopi hitam panasnya di mejaku.

“Kenapa mampir ke sini?” tanyaku pada Kak Dion.

“Udah lama gak muter nyamperin anak-anak, udah lama gak ke sini juga… jadi silahturahmi aja,” jawabnya.

Aku tersenyum, “Aku kira jadi mata-mata si papa buat mantau aku di luar ngapain aja,” hardikku bercanda.

Kami berdua bicara santai sebentar hingga akhirnya Kak Dion harus masuk lagi karena dipanggil oleh Kak Ricky. Aku pun akhirnya kembali main hp melihat toko online, melihat pakaian-pakaian yang dijual di sana. jadinya aku lebih mendengarkan obrolan-obrolan cosu teman-teman Bagas, sambil mataku melihat page per page model-model pakaian di HP-ku ini.

“Berapa harganya?” tanyaku pada teman bagas itu yang sepertinya sedang berusaha menjual helmet cosu Kamen Rider The First karena sedang butuh uang. Mereka kaget karena aku datang menghampiri mereka dan terlihat sekali mereka fokus menikmati pemandangan kedua payudaraku yang mengenakan bralette hitam saja di depan mereka. “Lagi butuh 300k teh, klo teteh mau 250k juga ambil aja lagi butuh banget,” ujarnya agak memelas. Aku pegang helm kamen rider itu dan memang bagus sih. Bagian mulutnya juga bisa dilepas-dipasang. “Yaudah ini teteh ambil, anggap aja teteh lagi bantuin kamu,” jawabku sambil memberikan uang merah 3 lembar padanya.

cosplay-kamen-rider-next-no1-1-scale-1-c600c3ec1bcf8f3b9392344ee21ddeba.jpg

“Makasih teh. Teteh sexy banget,” godanya padaku.

“Iya dong,” jawabku singkat sambil berlalu dari meja mereka membawa helmet itu.

Entah apa yang ada dipikiranku, kenapa aku membeli helmet ini. Ya tidak apa-apa namanya juga bantuin orang. Harganya sih cukup lumayan setara dengan half-face helmet IN*K. Kak Dion datang kembali ke mejaku dan kini menyeruput kopi hitamnya yang sudah dingin. Dia bertanya padaku, helm apa ini, aku bilangin aja tadi beli dari temen anak cosplay. Kakak Dion lalu memakai lagi sarung tangan motornya sepertinya akan segera berkendara lagi. “Mau ikut keliling nemuin anak-anak? Sekalian kenalan sama anak-anak seangkatan kakak?” tanyanya padaku yang terlihat tidak ada kerjaan dan main HP terus. Tentu saja ajakan itu kujawab sigap, “Eeeh! Boleh dong.”

Kutitipkan motorku pada Teh Rina, aku tanpa berpakaian lagi langsung mengenakan jaket kulit hitamku lalu memakai helmet hitam full-face KY*T milik Kak Dion. Aku meminta Kak Dion untuk memakai helmet Kamen Rider The First, “Nanti ditilang polisi,” katanya walaupun itu full-face juga. “Gak apa-apa tinggal bayar tilang aja,” kataku, “lagian ada kadang orang yang pake kostum full kamen rider kok dijalan pernah liat videonya di youtube. Iseng aja kakak Dion, pake ihh,” pintaku memelas.

Kak Dion membuang nafas tapi akhirnya mengikuti apa yang kumau. Teman-teman Bagas melihat itu dan memberikan jempol pada Kak Dion “Keren Kak! Takeshi Hongo, Hopper 1,” aku tertawa kecil sedangkan Kak Dion hanya mengangguk saat sudah mengenakan helmet itu di kepalanya.

Aku lalu dibonceng Kak Dion naik motor Honda CBR 250RR. Entah kenapa rasanya keren banget dibonceng naik motor sport ini. Udah suara knalpot after marketnya enak, keras pas dipake ngebut di putaran atas. Akan tetapi pas bonceng aku Kak Dion lebih sering dikecepatan biasa 40-60km perjam. Apalagi sedang memakai helmet kamen rider begitu, sebagian pengendara juga ada yang ngeliatin pas lagi stop di lampu merah. Kamen Rider lagi bobogohan (pacaran) mungkin dipikirannya huhu.

Honda CBR 250RR SP itu motor sport yang direview bagus oleh youtuber otomotif iwan banaran. Secara lux juga mewah dan tajam bentuk tampilannya terlihat keren. Sebagai pesaing ketat Ninja 250R ini adalah motor yang malah telah naik tenaga mesinnya menembus 41,2 hp melewati pesaingnya ninja sama-sama 2 silinder hanya di 38.4 hp. Akselerasinya juga lebih bagus karena ada fitur quick shifter yaitu mode perpindahan gigi di rpm atas untuk naik gigi tanpa harus menekan tuas kopling seperti pada moto gp.

Aku berdua bersama Kak Dion mengelilingi Kota Bandung. Singgah di beberapa tempat untuk bertemu dengan teman-temannya. Kakak-Kakak yang kutemui itu baik. Ada yang kerja di bengkel pinggir jalan, ada teteh-teteh yang kerja di counter HP, ada yang jadi gojek pas ketemuan di depan Giant pahlawan, ada yang ketemuan sama Kakak-Kakak di Braga itu cukup diliatin banyak orang saat Kak Dion pake helmet Kamen Rider gitu, untungnya sih gak disuruh ke pinggir sama polisi dan gak ada razia juga. Ke daerah gunung batu juga ketemu kawan lamanya yang baru aja di phk. Hanya orang-orang menengah yang kutemui tidak yang terlihat kaya atau hedon walaupun mungkin sebenarnya ada cuma tidak ditemui hari itu.

Kami minggir dan makan dulu di dekat terminal leuwi panjang. Makan baso berdua seperti orang yang pacaran bener. Cuma lucunya Kakak Dion itu mau aku godain gimana juga biasa aja. Aku flirting juga gak nanggepin, bete jadinya. Kakak Dion bukan tipe cowok bucin sih. Terakhir kami berdua nemuin teteh-teteh naik vixion di jalan panjang soekarno-hatta. Teteh-teteh itu pake jeans biru, pakaiannya blouse putih ketat dibalut kardigan pink, terus helmetnya pake half-face IN*K, pake masker motor di mulut. Cantik sih temen Kakak Dion ini, tionghoa gitu. Dia awalnya juga kaget ketika dideketin pemotor yang pakai helmet kamen rider gitu, cici Milea dia ndak nyangka kalau itu Kakak Dion. Aku biarin mereka berdua bicara karena sepertinya pembicaraannya personal. Aku diem di deket parkir motor aja, sedangkan Kak Dion bersama teteh itu bicara tidak jauh dari tempat aku.

Pertemuan hari itu pun usai, teteh itu pergi ke arah cibiru sedangkan aku dan Kak Dion pergi naik motor menuju ke arah kiara condong menuju jalan BKR. Aku tidak bertanya tentang siapa teteh itu atau apapun soal kehidupan pribadi Kak Dion, walaupun sebenarnya penasaran.

Masih di Jalan Soekarno-Hatta, kami berdua yang naik motor dengan kecepatan 30km/jam melihat teteh-teteh dijambret tasnya oleh pemotor dan berteriak minta tolong tapi tiada yang mau menolong. Kak Dion langsung berhenti di pinggir korban jambret itu memintaku turun, “Bareng tetehnya dulu Davina, biar kakak kejar,” seru kak dion padaku yang mengenakan helmet kamen rider. Entah kenapa rasanya keren banget dan heroik. Aku pun akhirnya turun menemani teteh-teteh karyawati habis pulang kerja itu dan membiarkan kakak Dion memacu motornya digeber melewati Bus Damri yang sebelumnya melewati kami.

“Teh.. teteh ndak luka?” tanyaku padanya yang terlihat kebingungan, kesal, dan sedih. “Iya, tapi itu di tasnya ada uang kantor,” katanya terlihat masih syok. Kubilang seharusnya kalau bawa uang kantor itu ditemenin, sepertinya teteh udah diincer dari jauh buat dijambret. Kutenangin tetehnya dan bilang pelakunya dikejer Kak Dion jadi tenang aja. Kakak ku itu jago bawa motor pasti bisa kekejer dan ketangkep pelakunya.

Aku kemudian mengajak teteh korban itu untuk makan di KFC Margahayu Bandung yang dekat dengan posisi kami. Masih terlihat syok dan kebingungan tapi tetap kuajak makan karena bisa jadi akan butuh waktu sampai Kakak Dion selesai dengan pengejarannya. Aku minum coca-cola dan makan kentang goreng yang dipesan. Teteh muda itu juga yang terlihat seumuran denganku hanya minum saja belum menyentuh dada ayam krispi dengan nasi pesanannya. “Gak apa-apa teh, makan aja dulu,” seruku sambil mulai makan ayam krispy pesananku dengan nasinya dicocol saos tomat dan saos cabe.

Hari kemudian berlalu hingga menuju magrib dan langit mulai gelap. Teteh itu terlihat sangat khawatir dan tanggung jawab uang kantornya itu yang jadi pikirannya dia curhat itu padaku, “Iya kalau nanti gak berhasil aku anter teteh ke kantor polisi buat laporan,” ucapku berusaha menenangkan. Tidak lama kemudian hp-ku berbunyi dan ternyata itu telepon Kakak Dion. Ia bertanya posisiku di mana sekarang. Aku berikan lokasi posisiku di KFC dan bilang sedang makan, Kak Dion mengerti lantas segera menuju ke tempat kami berdua. Karena telah selasai makan bersama teteh ini, kami berdua menunggu di teras luar restoran. Tidak lama kemudian datang Kak Dion dengan CBR 250RR-nya mendekat dan berhenti di parkiran tempat ini. Diberikannya tas selempang yang dijambret itu pada teteh-teteh yang menjadi korban. Dia sangat berterima kasih pada Kakak Dion yang malah belum melepas helmetnya. Jaketnya terlihat agak kotor olehku, sepertinya berantem sama pelakunya.

“Lain kali hati-hati,” ucap Kak Dion yang dibalas dengan terima kasih banyak dari teteh-teteh itu. Dia pamit setelah teman kantornya yang seorang pria datang dengan mobil brio untuk menjemputnya di sini. Bukan hari yang kukira bakalan ada kejadian gitu. Aku kira hari ini yang akan kukenang itu makan baso dengan Kak Dion, tapi ternyata tidak. Helmetnya itu ia buka pada bagian mulutnya lalu ia lepas helmnya dari kepalanya, “Ini panas dipake kelamaan,” serunya. “Tapi keren kan berantem pake helm gitu udah jadi kayak ksatria baja hitam aja lawan gorgom huhu,” guyonku padanya.

Untuk aku, Kakak Dion itu memang Hero sih.

***​

Akhirnya sampai juga. Paketnya hari ini sampai di anter abang gojek yang kubeli beberapa hari lalu melalui online. Aku Davina yang terlihat senang sekali kemudian membuka bungkusannya. Imel yang baru saja selesai membuat supermie kuah menyimpan mangkuk itu di meja makan lantas duduk berhadap-hadapan denganku yang sedang membuka paket. “Apa itu teh?” tanyanya padaku yang terlihat kegirangan. “Jaket, teteh beli online kemarin-kemarin,” jawabku singkat sambil mengangkat jaket hitam army berlengan pendek dan panjangnya selutut terbuat dari kulit sintetis. “Bagus jaketnya..” ujar Imel sambil makan mie, “buat siapa itu? ukurannya L gak muat buat papa tuh.”

“Buat berondong teteh ini, klo papa kan udah punya jaket militer hijau dari mama yang harganya 1,3 juta,” potongku bicara.

“Gak pengen ngelangkahi Mama Lara ya teh?” seru Imel padaku.

“Ya, bagaimanapun juga jaket militer hijau dari mama pasti berarti buat papa. Habis dibeliin langsung dipake kan tuh pensiunin jaket abu-abu army denim yang udah pudar belel.”

Aku kemudian melipat lagi jaket cosplay Noctis itu yang kulihat dan kuperhatikan cukup bagus jahitannya begitu juga kualitas zipper-nya. Kumasukan lagi jaket army hitam itu pada plastik lalu kusimpan pada goodie bag. Aku yakin Bagas pasti akan suka ini.

Sudah aku mengingatkannya untuk janjian hari ini di Taman Musik di dekat SMAN 5 Bandung. Agak lama kutunggu di tangga duduk seperti punden berundak taman dari waktu yang ditentukan tetapi tidak apa. Kulihat anak-anak muda sedang bermain basket di lapangan sebelah taman ini. Untuk menghabiskan waktu menunggu Bagas agar tidak jenuh, aku lihat permainan mereka.

SMAN 5 Bandung, aku jadi inget sedikit cerita Kak Dion. Di sini waktu tahun 2007 sebelum diresmikan dan diubah namanya menjadi taman musik Kota Bandung, taman yang memiliki lapangan basket ini adalah tempat sering bertemunya Kak Dion dan Cici Milea semasa sekolah dulu. Sampai kudengar saat date iseng juga ke Taman Lalu Lintas tidak jauh dari sini pacaran sambil melihat anak-anak kecil bermain.

Saat kutanya kenapa Kak Dion ndak nikahin Cici Milea aja, Kak Dion tidak bisa menjawab. Kak Dion sudah tidak punya siapa-siapa lagi tanpa keluarga kecuali Mia, makanya fokus hidupnya itu sekarang adalah untuk adiknya Mia. Mungkin Cici Milea meminta sesuatu yang tidak bisa Kak Dion berikan, tapi kukatakan pada Kak Dion bahwa di usianya sekarang yang sudah wanita dewasa sudah seharusnya menikah, Cici Milea masih belum menikah. Bisa saja itu karena menunggu Kak Dion untuk meminangnya. Lalu wanita juga punya batas untuk menunggu pria, jadi jangan sampai kemudian Kak Dion menyesal jika Cici Milea pergi dan menikah dengan yang lain.

Dalam lamunanku itu Bagas mengagetkanku. Aku yang kaget marah juga karena dia datang telat dari janji dan membuatku menunggu cukup lama. Dia meminta maaf padaku walaupun begitu masih ada rasa kesal di hatiku.

“Ini,” ucapku sambil memberikan goodie bag padanya yang kubawa. Ia terlihat kebingungan dan kemudian membuka isinya. Bagas yang memakai kaos hitam polos berlengan panjang dan bercelana jeans biru, membuka hadiah dariku dan didapatinya jaket kulit sintetis army berwarna hitam berlengan pendek yang cukup panjang bawahannya itu selutut. Hal pertama yang keluar dari mulutnya adalah, “Keren! Buat aku ini teh?” tanyanya yang dijawab anggukan serta senyuman dariku. Tidak menunggu lama ia kenakan Jaket Noctis itu, terlihat gagah berondongku itu yang berani melawan pemerkosa yang dibeking ormas huhu.

“Memang modelnya lengan pendek ya? Jarang liat jaket army lengan pendek gini,” ujarnya yang dibalas diam tersenyum aku. Tidak kukatakan jika itu adalah jaket cosplay Noctis dari Final Fantasy XV.

“Kamu suka jaketnya?”

“Suka teh, makasih Teh Davina.”

Kami berdua kemudian masing-masing menaiki motor kami lalu berangkat berdua menuju ke puncrut. Melintasi jalanan Kota Bandung ini aku bersamanya. Makan di puncrut, tertawa, bahagia, seperti kala momen pacaran teringat dahulu saat aku SMA di Semarang. Aku sayang padanya, karena ada sesuatu dalam dirinya yang menarikku, sesuatu dalam dirinya yang membuatku senang dan sayang. Miripnya dia dengan papa saat ingin menolong harga diri wanita, kehilangan, dan harus menerima kenyataan bahwa dunia ini tidak fair. Apa yang dialaminya itu menarik diriku.

Kami berdua kemudian berpisah di jembatan layang pasupati. Aku pulang ke rumah mama sedangkan dia pulang kembali ke sapan.

Ketika aku pertama menginjakkan kaki di kota ini, alasanku adalah karena papa. Akan tetapi jika dilihat sekarang, alasanku berada di kota ini karena aku cinta Kota Bandung. Aku senang dengan teman-teman, kakak-kakak, teteh-teteh, om-om ku yang kukenal di sini.

Begitu juga adek-adean aku Mei, sangat senang ketika aku mampir ke kosannya membawakannya kue atau martabak telur. Kuberikan Kasih sebagaimana iman yang kukenal. Untuknya Mei, untuk Bagas, untuk Imel, untuk semua keluarga ku di Kota Bandung. Itulah mungkin kenapa aku tidak merasa berat menjalani ini semua. Karena aku memberi, bukan wanita yang kehilangan arah di bandung dan meminta banyak cinta.

Ketika merasa kesepian pun, kami semua di rumah ini merasakan kesepian yang sama saat papa tidak pulang beberapa hari. Seperti yang pernah papa bilang kami di sini kuat makanya ditinggal pun papa ndak khawatir ketika sedang tugas/kerja. Mama selalu menjadi wanita dominan di rumah ini, tanpa papa pun rumah ini tetap memiliki mama. Teh Puri yang biasanya hanya mampir sesaat jadi lebih betah tinggal di sini.

Ketika semuanya sudah kujalani, dan aku mulai memahami tempo kebiasaan yang kulakukan, mama mengajak aku bicara. Permintaanku untuk ikut bersama mama akhirnya mama berikan karena aku sudah menjadi wanita dewasa. Mama mengajariku bagaimana untuk bersikap (manner) dan bagaimana cara bicara dengan klien. Walaupun belum terjun ke dunia itu, mama mengajari aku pelan-pelan.

Aku yang terlihat tomboy mengenakan legging ketat hitam dan jaket kulit menaiki motor Honda CB150 Verza. Aku yang telanjang bulat mengenakan body harness open breast BDSM. Aku yang mengenakan blazer ketat rok pendek dengan high heels. Aku yang mengenakan tanktop no bra dan g-string hitam saja jika di rumah.

Itulah hidupku.

- Diary 17

no quote

noctjacketx400.jpg
 
Terakhir diubah:
Semangat apdate nya ...
Baru tau mbak @Davina-hime ky nya mulai ada rasa sm brondong ya??
kayaknya sejak Diary 11 udah diceritain aku punya berondong :rose:
iya ada rasa. klo ndak, ndak mungkin aku pilih berondongnya.
 
Alur cerita nya semkin mengharukan ya .... Sexy hot Davina yang mulai sudah mulai menikmati kebahagiaan disana. Kamu memiliki hati yang hangat, berani, penyayang dan suka menolong. Especially Binal...
Mirip mirip karakter black widow di apenger.
Apakah bagas akan jadi pendamping setia mu atau tidak...
Mari kita tunggu kisah selanjutnya..
Kalo boleh request... Cerita in ttg Lisbeth ya lovely sis... 😍
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd