Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Seorang Istri Season 2

siap besok malam update barengan ama sebelah
 
Diary Seorang Istri Season 2
Part 33

--cerita original karya Pujangga 2000--


“Tambah lagi nak Maya..” Suara nenek Amira terdengar lembut di telinga, hati Maya terasa hangat dengan sikap dan perlakuan perempuan tua itu, terasa hangat dan lembut seperti seorang ibu, Maya yang tak memiliki ibu, merasa menemukan sikap seorang ibu dari perlakuan nenek Amira itu.

“Duhh kenyang banget bu, aku emang gak bisa makan banyak, masakan ibu enak banget..” Jawab Maya sambil memegang perutnya.

“Coba dulu kunci rumah ditinggalin, bisa ibu bantu bersihin, paling ibu sapu aja halamannya, soalnya beberapa minggu terakhir hujan lebat.” Ujar Nenek Amira.

“Ya ampun ibu, ngapain repot-repot nyapu rumah, saya jadi gak enak..” Tukas Maya.

“Ahh gak apa-apa nak, ibu kan gak banyak kegiatan, kalau keseringan diam gak bergerak, nanti bisa jadi penyakit..” Balas nenek Amira.

Maya hendak beranjak saat melihat Teguh membereskan piring-piring bekas makan mereka, namun Teguh sontak melarangnya, “Dah Mbak Maya duduk aja, biar saya yang beresin..” Ujar Teguh tersenyum.

Maya kembali duduk, “Iya biarin aja Teguh beresin nak…oh ya kamu mau teh hangat?” ucap Nenek Amira.

“Gak usah bu, sudah kenyang perut saya..” Maya menolak halus, dan melihat Teguh yang pergi ke belakang meletakkan piring-piring kotor.

Maya tersenyum melihat Amira yang sejak tadi diam saja, “Amira gimana sekolahnya..udah banyak teman?” Tanya Maya.

Amira menggeleng, “belum banyak bu..hmm ibu besok mulai ngajar?” Tanya Amira.

Maya tersenyum, terlihat sekali sikap anak perempuan cantik itu lebih dewasa dibandingkan usianya, sepanjang makan malam, anak itu terlihat serius menyantap makanannya. “Mungkin lusa ibu baru ngajar, kamu udah kenal ama Josie?” Tanya Maya.

Saat nama Josie disebut, Amira menjadi antusias, dia mulai bercerita banyak tentang kegiatan sekolahnya, pembicaraan Maya dan Amira menjadi lancar, dengan gaya yang lucu, Amira bercerita tentang teman-temannya yang agak konyol, nenek Amira ikut tertawa menimpali percakapan mereka.

Di sudut ruangan, Teguh memperhatikan interaksi antara Maya dan putrinya, Teguh tersenyum melihat putrinya terlihat ceria saat bercerita dan berbincang dengan Maya, perempuan cantik itu semakin mencuri hatinya, Maya adalah karakter tepat untuk menjadi ibu pengganti Amira, namun Teguh juga tahu kalau semuanya tak mungkin, Maya bukanlah perempuan bebas, dia adalah istri orang, Teguh menghela napasnya dan berjalan menuju meja makan tempat orang-orang tercintanya tengah berkumpul.



***​



“Pakai diantar segala pak, Cuma didepan rumah..” Ujar Maya saat sudah berada di depan rumahnya, Teguh hanya tersenyum sambil memegang tangan Amira yang menemaninya mengantar Maya.

“Terima kasih ya pak, sudah repot-repot jemput, Amira makasih ya..” Lanjut Maya.

“Ya bu…” Jawab Amira.

“Ya udah saya masuk dulu ya pak, ibu masuk dulu ya Mira, kamu bobo ya, kan besok sekolah..” Ujar Maya.

“Ya bu..” Jawab Mira.

“Ya sudah kami pulang dulu ya mbak..., yuk Mira kita pulang, bu Maya pasti lelah, biarin bu Maya istirahat ya..” Ucap Teguh pada putrinya, Mira mengangguk dan tersenyum.

“Mira pulang ya bu, dadaah..” Mira melambaikan tangan pada Maya, dan dibalas dengan lambaian tangan Maya.

Teguh dan Mira berjalan kembali ke rumahnya, Maya memperhatikan mereka hingga masuk kedalam rumah, sebelum masuk Mira kembali melambaikan tangan pada Maya.

Maya beranjak masuk kedalam rumah, rumahnya masih terlihat rapih, Maya menghempaskan pantatnya ke sofa, dia lupa menyalakan hpnya sejak turun dari pesawat, namun Maya memutuskan untuk membiarkan saja hpnya mati, badannya terasa lelah, tiba-tiba mata Maya mendelik, dia baru sadar kalau selama di rumah Teguh tadi, dia sama sekali tak mengenakan celana dalam, maya tersenyum sendiri menyadari kekonyolannya.

Maya bangun dari duduknya menuju kamar, dibukanya gamisnya, tubuhnya terasa lengket, gamisnya telah lepas dari tubuhnya, hanya tanktop putihnya yang tersisa, bagian bawahnya polos tanpa penutup, Maya duduk di depan cermin meja riasnya, dia mulai membersihkan makeup wajahnya, sambil membersihkan wajah, Maya teringat lagi pada sikap Teguh, sejak pertemuan mereka di Jakarta, Maya merasa lelaki tegap dan gagah itu memiliki perhatian yang khusus pada dirinya, Maya menyadari itu, namun Maya sama sekali tak ingin memulai hubungan baru, dia ingin menikmati hidupnya yang sekarang, perceraiannya sedang diproses oleh Adam, dan memiliki hubungan baru bukanlah prioritas di hidupnya sekarang.

Maya mengambil handuk, dibukanya tanktop dan bra yang dikenakannya, sepasang payudara mengkel dengan putting susu berwarna pink mencuat indah, Maya memperhatikan tubuh telanjangnya di depan cermin, kulit putihnya semakin bersinar, mulus tak tercela, tiba-tiba Maya merasa horni, di sentuhnya belahan vaginanya yang tak berbulu, di kepalanya seolah terputar kembali saat bibir kasar Murad mengulum vaginanya dengan penuh napsu, “Ahhhhhhhhh..ssssssssssssss..” Maya mengelus klitorisnya sendiri, desiran gairah mulai menguasai hati dan pikirannya, Perasaan menggerumut memenuhi kalbunya, desakan gairah semakin kuat, Maya adalah perempuan normal yang masih butuh kehangatan dan keintiman dari lawan jenisnya, pengalaman ranjangnya dengan Anto yang begitu luar biasa, serta pelecehan yang dilakukan Murad semakin membekas dalam memori gairahnya, setiap gairah yang muncul otomatis perlakuan mereka yang teringat, terlebih pengaruh theraphi hormon seolah menjadi bahan bakar gairahnya semakin menyala-nyala dari sebelumnya


ILUSTRASI MAYA​

Maya hanya bisa melampiaskan gairah yang menyiksanya dengan sebuah dildo yang sengaja dibelinya, bagi Maya itulah cara terbaik yang bisa dilakukannya, ketika gairah tak tertahankan, Maya menuntaskannya dengan Dildo, untuk sementara alat bantu itu bisa memuaskan semua gairahnya, namun pengalaman seksnya yang tak lazim membuat Maya kerap bosan, dia butuh seorang lelaki perkasa yang menguasainya di ranjang, seorang lelaki yang kasar, seorang lelaki yang begitu bernapsu dengan kemolekan tubuhnya, seorang lelaki yang begitu terobsesi dengan setiap inchi tubuh indahnya, lelaki seperti Anto dan Murad, lelaki semacam itu yang bisa membuatnya menjerit melepaskan dahaga birahinya dengan tuntas…


-------------------

Sebulan kemudian



Hari-hari berlalu dengan normal bagi kehidupan setiap jiwa di Kalimantan, Maya beraktifitas kembali sebagai seorang guru taman kanak-kanak, berkumpul bersama anak-anak yang polos mampu membuat Maya tak melulu terjebak dalam gairah birahinya yang menyala-nyala, begitu juga dengan Kompol Teguh, walau dia sangat menyukai Maya, namun Kompol Teguh masih bersikap sopan dan mampu menjaga jarak dengan Maya, Kompol Teguh sama sekali tak tahu kalau Maya, wanita yang disukainya telah bercerai dengan suaminya, Maya baginya adalah seorang perempuan bersuami yang tak boleh diganggu, Kompol Teguh mampu menjaga perasaannya dengan baik terhadap Maya.

Lingkungan kerja Maya yang berubah, sejak mengetahui Maya adalah istri dari bos perusahaan Serayu, kepala sekolah dan jajaran guru sedikit kikuk saat berinteraksi dengan Maya sebagai kolega, khususnya ibu kepala sekolah, namun Maya meminta mereka untuk bersikap seperti dulu saja, Maya sama sekali tak bercerita kalau dia telah bercerai dengan Adam, bagi Maya urusan pribadinya tak perlu diungkap ke publik.

Di tempat lain, kehidupan Anto berubah 180 derajat sejak menguasai hati Dahlia, Anto mulai dipercaya oleh ayah Dahlia untuk menjadi salah seorang kepercayaannya, Apang sangat mencintai putri semata wayangnya, melihat Dahlia yang begitu lengket dan bahagia dengan Anto, mau tak mau Apang juga harus memperhatikan Anto.

Sejak menjadi orang kepercayaan Apang, penampilan Anto mulai necis dan keren, sebuah mobil menjadi kendaraannya kini, dulu Anto hanyalah seorang supir dump truk, kini Anto menjelma bagai orang kaya baru, Anto mulai melupakan sumpahnya untuk berubah, Anto telah putus asa mengharapkan Maya, bagi Anto, Maya hanyalah perempuan yang tak bisa dipercaya, dan Anto merasa akan membuang waktu saja mengharapkan Maya kembali.

Anto yang sekarang tak ubahnya seperti Anto saat menjadi piaraan Olivia dulu, namun Anto tak bisa lagi bersikap seperti don juan, Anto lebih hati-hati dalam bersikap terlebih pada wanita, dia tahu resikonya jika mempermainkan Dahlia, keluarga Dahlia bukan keluarga yang bisa diajak main-main, salah-salah kepalanya akan lenyap jika dia menyakiti hati Dahlia.

Anto tahu, dia tak mungkin bisa mencintai Dahlia, hatinya telah terisi oleh sosok Maya, walau Anto mencoba melupakan Maya, namun sosok Maya malah semakin kuat bertahan di hati dan pikirannya, paling tidak dia akan berusaha untuk tak menyakiti Dahlia, Anto yakin suatu saat dia bisa mencintai Dahlia dengan sepenuh hatinya.

Begitu juga dengan Aliong, baru sebentar bergabung dengan geng Apang, dia bisa mencuri perhatian Apang, kenekatan dan keberaniannya yang membuat Apang kagum, Aliong mempunyai fisik yang kuat serta memiliki keberanian yang tinggi, ketika terjadi konflik dengan kelompok lain, Aliong dengan gagah berani menumbangkan pimpinan kelompok lawan, walau dengan keadaan babak belur, Aliong berhasil mengalahkan kelompok lawan Apang, Along tahu, dia harus tampil mencolok untuk bertahan, bagi Aliong tak ada bedanya nekat dengan tertangkap, paling tidak dia merasa posisinya aman bergabung dengan kelompok Apang.

Anto sama sekali tak menyukai Aliong, saat bertemu dengannya pertama kali di rumah orang tua Dahlia, Anto merasa Aliong begitu mengesalkan, gayanya yang sok acuh dan terkesan sombong membuat Anto kesal, apalagi Aliong sama sekali tak menunjukkan rasa hormat padanya selaku calon menantu Apang, pernah dia bercerita pada Dahlia tentang perasaannya pada Aliong, Dahlia hanya mengatakan gak usah di ambil hati, cuekin saja itu kata Dahlia, namun kekesalan Anto pada sosok lelaki bernata sipit itu tak surut, namun Anto juga tak punya nyali untuk mengungkapkan kekesalannya pada Aliong, Anto melihat sendiri bagaimana sepak terjang Aliong yang begitu beringas, apalagi terlihat Apang sangat menyukai Aliong, Anto hanya bisa memendam kekesalannya dalam hati.



***​


Sore itu Maya sedang asik menonton drakor di televisi, tiba-tiba terdengar suara memanggilnya, Maya mematikan Tv dan mengintip dari balik gorden, terlihat Amira dan Kompol Teguh berdiri didepan rumahnya, Maya tersenyum dan membuka pintu.


ILUSTRASI MAYA​

“Hai Amiraa…kirain siapa..” Ujar Maya.

“Bu maya, mira datang ama papah..” ucap Amira dengan ceria.

“Ohh silahkan masuk pak…” Ujar Maya mempersilahkan tamunya masuk.

“Terima kasih mbak.” Kompol Teguh masuk dan duduk di sofa, Amira juga ikut duduk di dekat papahnya.

“Kok tadi gak masuk sekolah? Mira sakit?” tanya Maya.

“Gak mbak, tadi kebetulan saya pagi-pagi ada urusan di Polda, jadi Amira gak ada yang antar..” Kompol Teguh menjelaskan.

“Ohh kenapa gak bilang, kan Mira bisa ikut ama saya pak..” Ujar Maya.

“Takut merepotkan mbak..” Balas kompol Teguh.

“Ya gak lah, kan satu tujuan..” Timpal Maya tersenyum, Kompol Teguh sejenak terpana melihat senyum Maya, penampilan Maya yang tak berhijab membuatnya gugup sejak tadi, apalalgi Maya saat itu mengenakan celana jeans sebatas lutut, membuat kaki indahnya terlihat jelas, Kompol Teguh yang melihat Maya setiap hari mengenakan gamis, cukup terpukau dengan kemulusan kulit Maya yang putih.

“Ya terima kasih mbak, hmmm gini mbak…kalau mbak Maya tak ada acara, hmmm…” Kompol Teguh seperti bingung hendak berkata.

“Ihh papah, malah diem, bu, ibu mau ikut ke acara di kantor papah kan ntar malem..” Ucap Amira, kompol Teguh terkejut mendengar anak gadisnya berbicara terus terang seperti itu.

Maya sedikit bingung, dipandanginya Mira dan Teguh, “Maksudnya gimana sayang..” Tanya Maya pada Amira.

Amira memandang ayahnya, Kompol Teguh tersenyum kecut, “Hmmm gini mbak, nanti malam ada acara penyambutan Kapolda baru, anggota yang diundang harus membawa keluarga, Amira mau ikut, tapi saya bingung kalau ajak Amira nanti gimana, ehh tau-tau dia punya ide ngajak mbak Maya..maaf ya mbak..” Kompol Teguh tersenyum salah tingkah.

“Ibu ikut ya…” Tatapan Amira setengah memohon pada Maya, melihat Amira seperti itu, Maya terenyuh, dia merasa Mira mirip dirinya yang tak memiliki ibu sejak kecil, Maya memandang wajah polos Amira, Maya juga saat ini merasa bosan, mungkin ikut kesana bisa membawa suasana baru, apalagi Amira terlihat mengharapkn dirinya ikut.

“Hmm…jam berapa pak acaranya..” Tanya Maya.

Kompol Teguh terlihat berseri-seri mendengar kata-kata Maya, “Jam tujuh malam mbak, ini acara bebas kok, gak acara resmi..” Ujar Kompol Teguh.

“Ya udah, kebetulan saya juga gak ada acara apapun, ya sayang…ibu akan temenin Mira..” Ucap Maya tersenyum pada Mira.

“Asikkk…..makasih ya bu….” Ujar Mira dengan ceria, Maya hanya mengangguk dan tertawa kecil melihat keceriaan Mira.

“Ya udah kita pulang ya sayang, kita siap-siap, bu Maya juga kan musti siap-siap..” Ujar Kompol Teguh pada anaknya.

Mira mengangguk, “Ya udah Mira pulang dulu ya bu.” Mira mencium tangan Maya dan meninggalkan rumah Maya bersama ayahnya.


***​


Aliong melajukan mobilnya memasuki sebuah gedung, terlihat ramai para tamu undangan yang menghadiri acara di gedung tersebut, Aliong menghentikan mobilnya tepat di lobi, Apang dan seorang asisten pribadinya turun, Aliong melihat beberapa orang menyalami Apang, saat Apang telah masuk ke dalam gedung, Aliong lalu melajukan mobil menuju tempat parkir, para petugas parkir memandu mobil-mobil yang hendak parkir, Aliong melajukan mobilnya mengikuti aba-aba salah seorang petugas parkir, mobil Aliong berjhenti menunggu sebuah mobil yang tengah parkir, setelah mobil tersebut parkir sempurna petugas parkir memberi aba-aba pada Aliong untuk masuk didepan mobil tadi.

Penumpang Mobil yang dibelakang Mobil Aliong turun, tanpa sengaja Aliong melihat dari kaca spion seorang lelaki dan perempuan berserta seorang anak kecil turun dari mobil. Tiba-tiba jantung ALiong seolah berhenti untuk sesaat, di fokuskan kembali pandangannya pada kaca spion, wajah perempuan yang turun dari mobil itu semakin jelas, “Dia!!!” batin Aliong, saat wanita itu melewati mobil Aliong, lelaki itu memperhatikan dengan cermat, matanya membelalak, perempuan yang lewat di samping mobil Aliong tak mengetahui kalau sedang diawasi oleh pengemudi mobil, Aliong sebagai pengemudi mobil kaget bukan kepalang melihat sosok Maya ada di dekatnya, Aliong tak bisa melupakan wajah cantik itu, wajah cantik yang tengah ketakutan saat peristiwa penusukan Murad tempo hari..

Aliong menghempaskan punggungnya ke kursi mobil, hatinya berdegup kencang, “Kenapa cewek itu ada disini?” Batin Aliong penuh tanda tanya, apalagi ini acara polisi, “Apa lelaki itu suaminya? Rasanya ahhhh…” wajah Aliong pucat bagai melihat hantu.



***

Bersambung
 
besok malam kita lanjutkan part 34
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd