Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Seorang Istri Season 2

Susah juga sih soalnya dr awal maya udah di buat klepek2 am nto dr batang dan perhatian nya
 
Gak rela sih klo nanti Anto pemenangnya
 
Diary Seorang Istri Season 2
Part 8

by pujangga 2000 (waone53)



Suara hingar bingar dentuman musik house memekakkan gendang telinga, para pengunjung seolah sudah tak merasakan kebisingan itu, mereka bergoyang menggeleng atau menganggukkan kepala mereka mengikuti irama, asap rokok membumbung tinggi seolah seperti Awan atau kabut yang menyelimuti, perempuan-perempuan berbusana minim meliukan tubuh sintal mereka seolah sedang memamerkan kehangatan yang siap mereka tawarkan kepada pria-pria pencari cinta semalam.

Seorang pria bermata sipit dengan kemeja bercorak bermuda terlihat menonjol diantara para pengunjung, wajahnya terlihat sangar ditambah Tatto yang menghias sekujur tangan dan dadanya, kalung emas tebal dan panjang melingkar di leher seolah menjadi penanda kalau pria ini adalah seorang gangster, memang siapapun yang melihat pria ini, pasti akan terintimidasi, wajahnya yang terlihat mengesalkan sekaligus juga dingin membuat pria yang masih terlihat muda ini menakutkan. “Belum koh, gua kemarin kesana, tapi target ternyata sedang ada urusan ke Jakarta..ya ini gua lagi cari tau di mana posisi dia sekarang..” ujar Aliong pada seseorang yang menelponnya, tak lama dia memasukkan hpnya ke saku celananya, di sedotnya rokoknya dalam-dalam, seorang perempuan cantik dan seksi yang duduk disampingnya menuangkan isi botol wiski kedalam gelas Aliong.

Suara sekelompok lelaki di sebelah tabel yang di tempati oleh Aliong sedikit mengganggunya, Aliong melihat ke arah mereka, sekelompok pria tertawa terbahak-bahak, mata salah seorang diantara mereka beradu pandang dengan Aliong, Mata itu mendelik melotot memandang Aliong, pria bermata sipit itu mengalihkan pandangannya, ternyata pria yang melotot tadi tak senang dengan sikap Aliong, dia bangkit dari duduknya menghampiri Aliong.

“Eh ada masalah lo, ngapain lo liatin gua, gak seneng lo..” Hardik orang itu di depan Aliong, salah seorang kawan Aliong hendak bangkit, namun di tahan oleh Aliong, “Jawab anjing!!!” pria itu semakin kasar, Aliong manatap pria yang tengah bertumpu di mejanya ini. Dihadapannya tengah berdiri seoarang pria bertubuh ramping dengan rambut gimbal, wajahnya cukup menyeramkan dengan anting di bibirnya yang tebal.

“Siapa yang pengen liatin mukalu yang jelek!!” Ujar Aliong dingin.

“Apaan lu Bilang…dasar Cina bangsat lu!!” ucap pria gimbal itu sambil meludahi wajah Aliong. Rekan Aliong yang sejak tadi mulai terpancing emosi segera bangkit dan mendorong pria gimbal itu, sontak kawan-kawan si Gimbal segera berhamburan dari kursinya dan menghampiri mereka, para pengunjung yang berada didekat mereka segera menyingkir, Aliong hanya duduk santai sambil mengelap ludah yang menempel dipipinya. Diteguknya wiski yang tersisa digelasnya, Aliong bangkit dan mendekati pria gimbal itu, kedua kelompok saling berhadapan dengan suara riuh, Aliong menarik kaos si gimbal dan membenturkan kepalanya ke wajah si gimbal sekuat tenaga, sontak sigimbal berteriak kesakitan dan terjatuh, pelipis matanya robek dan mengeluarkan darah yang memenuhi wajahnya mirip seperti petinju yang terluka pelipisnya.

Kedua kelompok mulai saling jual pukulan, Aliong dengan keahliannya beladiri mampu menjatuhkan beberapa orang sekaligus dengan pukulan tinjunya, musik house terus berdentum seolah tak peduli dengan yang sedang terjadi, petugas keamanan klub tampak berlari mendekati area perkelahian, mereka menarik tubuh Aliong yang tengah memukuli si gimbal dengan brutal, saat Aliong berhasil ditarik dan diamankan, tampak sigimbal terkapar dengan wajah hancur dan berdarah, tak ada pergerakan dari si gimbal, Aliong berusaha keras melepaskan diri dari petugas keamanan yang bertubuh besar, tiga orang petugas keamanan membawa Aliong menjauh, teman-teman si Gimbal terlihat panik dan berusaha membawa si Gimbal keluar mendapat pertolongan, para petugas keamanan berhasil meredakan suasana, dan ikut membantu para kawanan itu membawa tubuh si gimbal keluar dari arena klub.

Beberapa jam kemudian tampak sejumlah petugas polisi memasang garis kuning polisi di depan klub tersebut, sejumlah masyarakat berkerumun menonton kejadian yang baru saja terjadi, tampak dari dalam klub, beberapa petugas polisi berpakaian preman membawa sejumlah orang yang diduga terlibat dengan perkelahian, diantara orang yang digelandang tampak Aliong berjalan diiringi oleh petugas di kiri kanannya, wajah Aliong menunduk dan saat kamera wartawan membidiknya, dia melirik kearah kamera dan tersenyum mengerikan seolah puas dengan apa yang telah dilakukannya. “Sejumlah pria ditahan oleh polisi buntut perkelahian yang terjadi di klub X daerah Dharmawangsa Jakarta selatan, menurut Kabid Humas polres Jakarta Selatan, dari peristiwa tersebut, satu orang sedang berada dalam kondisi kritis akibat dipukuli dengan brutal oleh lawannya, Polisi belum menetapkan tersangka dalam peristiwa ini, berikut pernyataan dari Kabid Humas Polres Jakarta Selatan..” Stefanus menekan tombol off pada remote tvnya, wajahnya terlihat kesal, diambilnya hpnya yang tergeletak di meja, dicarinya sebuah nomor, lalu ditekannya nomor itu, tak lama terdengar sahutan dari lawan bicaranya, “Selamat malam ndan…” Stefanus berdiri dan membawa hpnya ke dalam kamar.



***​



“Halo Dam..ini aku sedang di Jakarta, bisa aku ke kantormu, eh kamu masih ngantor apa sudah cuti bro..” Ujar Santoso melalui Hpnya.

“Serius Di Jakarta To, ya gua di kantor nih, belum gua belum cuti, masih beberapa hari lagi kok due datenya, oke gua tunggu di kantor ya.” Balas Adam sambil tersenyum-senyum.

1 jam kemudian Santoso telah tiba di ruangan Adam, “Wah kantormu tambah mewah dan besar Dam, tambah sukses kowe Dam.”

“Ah Bisa aja lu, kayaknya lu yang tambah sukses, resort lu kabarnya akan jadi akomodasi buat peserta konferensi menteri ekonomi Asia ya..mantap tenan..” ujar Adam balas memuji.

“Setik-sitik jos lah bro hahahah, piye kabare Nissa.” Tanya Santoso.

“Nissa alhamdulillah sehat dan sudah siap lahir batin, doain ya to..” Jawab Adam.

“Yo pasti lah, eh beneran, jarene.. Maya teko?” Tanya Santoso lagi

Adam mengangguk, “baru datang kemarin To..”

“Wah-wah…enake…ada cadangan devisa toh, yang satu turun mesin eh saiki penggantine wes teko hahahahah..” Canda Santoso

“Apaan sih lo…ada ada aja..” Ujar Adam yang juga ikut mesem mendengar kelakar sahabatnya itu.

“Aku sebenarnya iri loh karo kowe Dam, wes tambah sukses, bojone loro ayu-ayu, wahhhh…” Ucap Santoso.

“Jadi lo mau cari bini lagi gitu To?” Canda Adam.

“Sembarangan!! Ndaklah, istriku yang sekarang sudah komplit buatku Dam, rasane aku ndak punya nyali untuk nyakiti hatinya..” Ucap Santoso sambil tersenyum.

“Weleh..romantisnya bapak satu ini, lah lo gak pernah ngajak bini sama anak kalau ke Jakarta.” Tanya Adam.

“Anakku sekolah Dam, pengen sih aku ajak, kalau istriku sedang mabuk belakangan ini..” Jawab Santoso.

“Haaa…meteng lagi?” Tanya Adam lagi. Santoso tertawa sambil mengangguk-angguk..

“Waduh, kan anaklu yang kedua baru berapa To umurnya, sekarang udah isi lagi? Mantap tokcer!!” ujar Adam sambil tersenyum, Santoso juga tersenyum sambil mengangkat bahu..

“Pasti lu belum makan siang kan, betewe anak buah lo gak diajak?” Tanya Adam lagi.

“Ada... si Murad ama Rebon ada di bawah..” Jawab Santoso. “Kayaknya kamu juga perlu pengawal sekarang bro, kadang kita gak tau apa yang terjadi, palagi sekelas kamu, pasti banyak saingan yang iri karo kowe, kita untuk jaga-jaga saja.” Lanjut Santoso.

“Ahh ada-ada aja, tapi apa yang lu bilang masuk akal juga bro, ntar deh gua pikirin, kita makan siang dulu yuk..” Ujar Adam kemudian menelpon seseorang melalui pesawat telpon di mejanya, tak lama seorang gadis cantik memasuki ruangan Adam.

“Tolong pesankan 2 meja untuk siang ini di tempat biasa ya nov, oh ya nanti saya gak balik ke kantor, kamu handel dulu disini ya, kalau ada sesuatu yang urgent baru hubungi saya oke.” Ujar Adam pada sekretarisnya.

“Baik pak, oh ya pak, untuk reminder saja, besok ada meeting dengan jajaran kementerian ESDM di jam 11 siang, dan juga undangan dari Kadin sore besok..” ucap gadis cantik itu, Adam mengangguk, “Oke…” Sambil mencatat di buku agendanya, tak lama sekretaris tadi meninggalkan ruangan Adam.

“Apa ada acara siang ini Dam?” Tanya Santoso, Adam menggeleng, “Gak ada, gua cuman mau pulang aja, nemenin Nissa.”

“Ohhh, nemenin Maya juga toh..” Sahut Santoso, Adam hanya tersenyum.

Pesawat telpon di mejanya tiba-tiba berbunyi, Adam mengangkatnya, “Oke..thanks ya Nov.” sekretarisnya memberitahu kalau sudah dipesankan untuk dua meja di restoran langganan Adam.



***



“Gulai cincang disini favorit gua nih bro, gimana menurut lo enak kan makanannya.” Tanya Adam, siang itu cukup ramai pengunjung restoran ini, setiap hari restoran ini ramai dikunjungi para pelanggan untuk makan siang, hingga tak heran kalau untuk makan ditempat ini harus memesan meja terlebih dahulu.

“Lumayan bro, tapi agak pedes ya…” Jawab Santoso, wajahnya penuh peluh dan sedikit kemerahan.

“Kayaknya anak buah lo lahap bener makannya To.” Ujar Adam sambil tersenyum mengangguk pada Murad, yang juga mengangguk membalas Adam. Santoso menoleh kearah anak buahnya, lalu kembali menikmati makanannya.

Santoso mencuci tangan di sebuah kobokan yang tersedia, lalu mengeluarkan rokok dari sakunya, ditawarkannya pada Adam, namun Adam mengangkat tangannya, “Gua udah gak ngrokok bro.” Ujar Adam.

“Serius? Baguslah, aku malah belum bisa berhenti.” Ujar Santoso mengambil sebatang rokok dan dibakarnya, “Aku lihat pengaruh Anissa cukup baik buat kamu Dam, maksudku bukan hanya berhenti merokok saja, tapi aku lihat kamu lebih segar, lebih bersemangat.” Lanut Santoso.

“Aku juga bingung To, maksud gua soal Maya…gua entahlah..gua kok merasa bersalah dengan Nissa saat bersama Maya.” Adam menghela napasnya.

“Maksudmu?” tanya Santoso.

“Semalam aku tidur bersama Maya, awalnya aku benar-benar canggung bersamanya, bisa lo bayangkan, Maya kan istri gua, tapi gua malah merasa canggung dan bingung, namun suasana membuat gua akhirnya tidur sama Maya tadi malam, tapi setelah itu gua merasa seperti sedang berselingkuh, gua merasa bersalah ama Nissa bro..” jawab Adam.

“Mungkin karena kamu baru ketemu lagi setelah sekian lama bro, jadinya canggung gitu.” Ucap Santoso.

“Mungkin seperti itu ya, tapi gua juga merasa Maya juga sama To. Yang semalam gua dan Maya lakukan seolah hanya kepuasan seks saja, bukan hasrat yang mengalir karena rindu dan cinta…tapi gua juga gak tahu, mungkin aja gua salah..maksud gua kalau gua melakukan dengan Anissa itu ahhhh..”

“Maksud kamu kalau sama Anissa itu make love, tapi sama Maya seks? Kaya seks tanpa cinta gitu?” Tanya Santoso dengan mimik serius.

“Ya itu yang gua takutkan To.” Jawab Adam sambil menyenderkan punggungnya di bangku, Santoso menatap Adam dengan serius, memang sejak bertemu dengan sahabatnya ini, setiap menyebut Anissa, mata sahabatnya ini terlihat berbinar-binar, Santoso mengenal benar sahabatnya ini, dia tak bisa menyimpan dua cinta dalam hatinya, namun Santoso juga tak ingin gegabah menyarankan sesuatu pada sahabatnya ini.



***



Bersambung
 
Diary Seorang Istri Season 2
Part 9

by pujangga 2000 (waone53)



“Kamu yakin dia karyawan perusahaan kita?“ Tanya Indra, manager SDM PT Serayu Tambang, dihadapannya terlihat sosok Anto tengah mendapat pertolongan oleh beberapa petugas medis.

“Iya pak, namanya Anto Darmadji, bertugas sebagai supir, lama bekerja 3 bulan, status karyawan kontrak, kalau alamat KTPnya Jakarta pak.” Ujar Dharman yang merupakan asisten dari Indra.

Indra mengambil kertas yang berisikan data karyawan dari tangan Dharman, dia membaca data yang tertera disana, terlihat salah seorang petugas medis mendekatinya.

“Bapak perwakilan dari pasien?” Tanya petugas medis tersebut. Indra menganggukkan kepalanya, “Pak dokter ingin menemui bapak untuk membicarakan kondisi pasien, mari pak saya antar.” Indra dan Dharman kemudian mengikuti petugas medis tadi.

“Selamat malam bapak-bapak, saya Dr Wiguna, barusan saya sudah melakukan cek menyeluruh terhadap kondisi pasien, saat ini pasien dalam kedaan stabil, namun perlu penanganan lebih lanjut, karena berdasarkan pemeriksaan ada gumpalan darah yang perlu operasi secepatnya, tadi saya sudah konsultasi dengan spesialis bedah, dan beliau juga menyarankan untuk operasi secepatnya.”

Indra dan Dharman berpandangan sesaat, “Lakukan yang terbaik saja pak untuk pasien, kalau memang penanganan harus seperti itu, kami hanya bisa mengikuti.” Ujar Indra, dia tahu kalau bos besar perusahaannya ini selalu memprioritaskan pada kesejahteraan karyawan, dan itu termasuk juga dengan kesehatan Karyawan, apalagi setiap karyawan baik yang berstatus tetap ataupun kontrak telah dibekali dengan asuransi, terutama bagi petugas lapangan seperti supir ataupun pekerja tambang.

“Baik pak, kami akan melakukan koordinasi untuk segera melakukan operasi, dan nanti suster akan memberikan beberapa formulir untuk diisi, silahkan bapak-bapak tunggu di luar.” Ujar dokter Farid.

“Terima kasih pak.” Ujar Indra, lalu kedua pria itu meninggalkan ruangan dokter menuju ke tempat Anto sementara.

Seorang pria celingukan di ruangan IGD, “Maaf pak, sedang mencari siapa?” Tanya seorang perawat pria pada lelaki tadi yang rupanya Muklis.

“Saya cari teman saya mas, namanya Anto, katanya kecelakaan dan masuk IGD beberapa jam lalu.” jawab Muklis.

“Ohh supir PT Serayu? Itu di ruangan isolasi pak, nanti diujung lorong itu belok kiri.” ujar Perawat tersebut.

“Terimakasih mas,” Muklis bergegas menuju tempat yang ditunjukkan perawat tadi.



***



Murad mencari sesuatu di sebuah kotak kecil penyimpanan barang-barang, diaduk-aduknya barang-barang yang ada disana, senyum sumringah membentang diwajahnya yang seram saat dia menemukan sesuatu yang tengah dicarinya, diambilnya benda hitam kecil yang rupanya sd card handphone, dengan cepat dimasukkannya ke dalam sebuah card reader, Murad bangkit dan menuju ke televisi LED yang ada dikamarnya, dicolokkannya card reader di slot usb yang tersedia, murad melirik Rebon yang tengah terlelap dengan dengkuran kerasnya, diambilnya remote tv, murad lalu membuka isi card readernya, tampak sejumlah file dari Sd Card tertera di layar TV, Murad menuju ke file video, dengan tangan gemetar dikliknya tulisan Ok di remote yang dipegang, Murad juga menekan tombol mute suara, tak berapa lama layar televisi menampilkan adegan yang cukup mendebarkan, tampak wajah seorang perempuan tengah tersenyum manja kepada sang perekam video, tubuh perempuan tadi polos tanpa benang sehelaipun, terlihat buah dada perempuan itu membusung indah, dan sebuah tangan hitam tengah memilin putting berwarna pink milik perempuan tersebut, kulit perempuan itu terlihat putih dan mulus, sungguh kontras dengan tangan hitam yang tengah meraba dan meremas buah dada yang indah itu.

Murad mematikan televisinya saat terkejut mendengar Rebon yang tiba-tiba mengigau, Murad menoleh ke arah Rebon, dilihatnya temannya itu sedang asyik terlelap kembali, Murad menghela napas, dia sungguh tak ingin rebon tahu apa yang tengah ditontonnya ini, perlahan Murad kembali menyalakan televisinya, kini di layar televisi terlihat wajah perempuan cantik itu tengah tenggelam dalam kenikmatan, wajahnya bersemu merah dengan bibir terbuka, Murad menaikkan volume suara televisi, terdengar desahan dari perempuan cantik yang ada di layar televisi itu, tubuh perempuan itu terguncang-guncang, ekspresi wajah perempuan itu cukup merangsang gairah Murad, perlahan Murad meremas kontolnya yang mulai bangun, “Luar biasa memang Non Maya ini…cantik menggairahkan, beruntung banget si bajingan itu..” dengus Murad.

Sejak pertemuannya kembali dengan Maya siang tadi, murad teringat dengan SD CARd yang didapatkannya beberapa tahun lalu dari Anto, sudah berkali-kali murad menonton video mesum antara Maya dan Bajingan Anto itu, namun kali ini terasa beda, mungkin karena Murad melihat sendiri sosok Maya yang telah lama tak dilihatnya, Maya yang tampil anggun dengan hijab, seolah dimata Murad terlihat polos tanpa pakaian, apalagi Maya kini terlihat lebih montok, buah dada perempuan itu terlihat semakin membusung, timbul pikiran gila bagi Murad untuk bisa menikmati kehangatan tubuh Maya, namun resikonya sungguh besar, apalagi bosnya juga belum mengetahui penghianatannya saat melepas Anto begitu saja. Murad mematikan Tv, dan mengeluarkan card readernya, ekspresi wajah Maya saat disetubuhi Anto begitu menggoda hasrat Murad, dia ingin juga menikmati kehangatan tubuh Maya, ahhhhhhh….murad menjadi kesal, diremasnya rambutnya, dia ambil jaket dan rokok di meja, Murad keluar dari kamar hotel mencoba menenangkan dirinya.



***



Maya mengeringkan rambutnya yang basah dengan hair dryer, ditatapnya wajahnya di cermin, wajah cantiknya terlihat segar setelah mandi, teringat tadi sore saat menerima kunjungan Santoso di rumahnya, Santoso dan dua orang pengawalnya datang bersama Adam, sudah hampir dua tahun Maya tak pernah lagi berjumpa dengan Santoso.

Sebenarnya Maya cukup canggung bertemu dengan Santoso, karena pria itu tahu benar kesalahan yang pernah dibuatnya di masa lalu, pria itu juga mengetahui betapa hancur hidup Maya saat itu, bahkan pria itu juga tahu betapa Maya memilih untuk menemui Bajingan Anto disaat suaminya dalam keadaan koma, betapa banyak kelemahan dan kesalahan dirinya yang diketahui oleh Santoso, namun anehnya sikap pria itu terhadapnya seolah tak pernah terjadi apa-apa.

Maya meletakkan hair dryernya di meja rias, handuk putih yang membalut tubuhnya dilepaskan perlahan, tubuh Maya kini telah bugil, Maya kemudian mengenakan tanktop berwarna putih dengan hotpants berwarna biru, Maya memutuskan untuk tak mengenakan dalaman, udara Jakarta malam ini terasa cukup panas, meskipun Ac kamarnya telah full di setel di suhu 18 derajat, namun masih terasa panas, entahlah mungkin Acnya rusak atau apa, yang jelas Maya cukup kegerahan malam itu.

Maya mematut dirinya di cermin, penampilannya cukup menggiurkan bagi siapapun pria yang melihatnya, tanktop putih tipis dengan tali kecil dipundak, buah dada yang membulat dengan ujung pentil mencuat, dan hotpants yang dikenakan Maya juga cukup pendek, hotpants itu cukup ketat sehingga membentuk belahan vaginanya, Maya mengusap belahan vaginanya, gairah merambat perlahan menyusuri setiap syaraf birahinya, gairahnya begitu cepat tersulut belakangan ini, apalagi semenjak tadi malam, pertama kali dalam dua tahun dia merasakan kembali penis pria mengaduk-ngaduk vaginanya, Maya memejamkan mata sambil menggesek belahan vaginanya, dia ingin Adam ada disini bersamanya, Maya ingin mengulang kembali persetubuhannya tadi malam, satu-satunya pria yang syah menyetubuhinya adalah Adam suaminya, walau Maya merindukan persetubuhan dahsyat seperti saat memacu hasrat dengan Anto, namun Maya sadar dia tak mungkin bisa mengulangi hal tersebut, Sungguh Maya merasa berdosa pada Adam karena membayangkan pria lain saat menyatu bersamanya, meskipun begitu Maya tak bisa menolak ketika gairahnya malah menyala-nyala saat membayangkan bajingan Anto dalam diri suaminya.

Maya terengah-engah terduduk di atas ranjang, Suaminya saat ini tengah bersama Santoso mengunjungi resortnya, entah kapan Adam akan pulang, bahkan Maya tak tahu apakah Adam akan pulang ke rumah ini atau ke rumah Anissa, tiba-tiba Maya teringat pada sesuatu, segera dia berdiri menuju celana panjangnya yang tergantung, di carinya sesuatu di sakunya, Maya kemudian mengambil kertas yang terlipat di dalam saku celananya, benaknya melayang pada kejadian sore tadi.

Pria bertubuh tegap dengan wajah menyeramkan berlari kecil mendekati Maya, sejak tadi Maya merasa jengah dengan tatapan mata pria tersebut, Maya tahu kalau pria itu adalah salah seorang pengawal Santoso yang bernama Murad, Tatapan tajam Murad seolah menelanjanginya, Maya sebenarnya tak terlalu ingat pada pria itu, namun kini Maya merasa seolah pria itu juga tahu kebinalan masa lalunya. “Mbak tolong dibaca nanti ya, saya tunggu responnya.” Ujar pria seram itu tiba-tiba sambil menyerahkan sebuah kertas yang telah dilipat kecil, Maya hanya diam dan meletakkan kertas itu di saku celananya, tak lama pria itu ikut pergi bersama Santoso dan Adam menuju resort milik Santoso.

Maya melihat lipatan kertas di tangannya, dengan hati berdegup, Maya membuka lipatan kertas itu, sebuah tulisan membuat kening Maya berkerut, “Ada sesuatu yang ingin saya beritahu, dan ini penting, soal masa lalu, dan bisa membuat mbak dalam posisi sulit, hubungi saya di nomor xxxx, agar kita bisa mengatur waktu bertemu, tolong jangan beritahu pak Adam atau Pak Santoso soal ini, karena yang rugi nanti Mbak sendiri!!”

Maya sekali lagi membaca surat yang diberikan Murad, Soal masa lalu? Dan bisa membuatnya dalam posisi sulit? Maya sama sekali tak memiliki petunjuk maksud dari surat ini, rasanya dia belum pernah bertemu dengan Murad secara personal, seingat Maya dia hanya bertemu lelaki itu saat Santoso dan pengawalnya menjemput di rumah ketika Adam mengalami kecelakaan, dan juga beberapa kali saat Adam dirawat di Jakarta, selebihnya Maya tak ingat apa-apa lagi, bahkan Maya seratus persen yakin tidak pernah bercakap-cakap dengan pria sangar itu sebelumnya.

“Lalu Kenapa dia bilang Masa Lalu? Apa yang ingin diberitahukannya padaku?” Maya duduk termangu di pinggir ranjang, ingin rasanya dia memberitahu Adam soal ini, namun sepertinya pria sangar yang bernama Murad itu mengetahui sesuatu yang penting tentang dirinya dan masa lalunya. “Ahh biarkan saja, lagipula dia gak akan berani macam-macam padaku, sebaiknya aku gak usah meladeninya.” Maya menyimpan kembali surat itu di dalam tasnya, Maya kemudian menyibakkan tirai jendela kamarnya, lingkungan kompleks sudah mulai sepi, tak ada seorangpun melintas di depan rumah, Maya menggeliatkan tubuh sintalnya, “Ahh kayaknya mas Adam juga gak akan pulang kesini, sebaiknya aku tidur saja..” Maya menutup tirai kamarnya, dan melangkah menuju tempat tidur..



***

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd