Diary Seorang Istri Season 2
Part 8
by pujangga 2000 (waone53)
Suara hingar bingar dentuman musik house memekakkan gendang telinga, para pengunjung seolah sudah tak merasakan kebisingan itu, mereka bergoyang menggeleng atau menganggukkan kepala mereka mengikuti irama, asap rokok membumbung tinggi seolah seperti Awan atau kabut yang menyelimuti, perempuan-perempuan berbusana minim meliukan tubuh sintal mereka seolah sedang memamerkan kehangatan yang siap mereka tawarkan kepada pria-pria pencari cinta semalam.
Seorang pria bermata sipit dengan kemeja bercorak bermuda terlihat menonjol diantara para pengunjung, wajahnya terlihat sangar ditambah Tatto yang menghias sekujur tangan dan dadanya, kalung emas tebal dan panjang melingkar di leher seolah menjadi penanda kalau pria ini adalah seorang gangster, memang siapapun yang melihat pria ini, pasti akan terintimidasi, wajahnya yang terlihat mengesalkan sekaligus juga dingin membuat pria yang masih terlihat muda ini menakutkan. “Belum koh, gua kemarin kesana, tapi target ternyata sedang ada urusan ke Jakarta..ya ini gua lagi cari tau di mana posisi dia sekarang..” ujar Aliong pada seseorang yang menelponnya, tak lama dia memasukkan hpnya ke saku celananya, di sedotnya rokoknya dalam-dalam, seorang perempuan cantik dan seksi yang duduk disampingnya menuangkan isi botol wiski kedalam gelas Aliong.
Suara sekelompok lelaki di sebelah tabel yang di tempati oleh Aliong sedikit mengganggunya, Aliong melihat ke arah mereka, sekelompok pria tertawa terbahak-bahak, mata salah seorang diantara mereka beradu pandang dengan Aliong, Mata itu mendelik melotot memandang Aliong, pria bermata sipit itu mengalihkan pandangannya, ternyata pria yang melotot tadi tak senang dengan sikap Aliong, dia bangkit dari duduknya menghampiri Aliong.
“Eh ada masalah lo, ngapain lo liatin gua, gak seneng lo..” Hardik orang itu di depan Aliong, salah seorang kawan Aliong hendak bangkit, namun di tahan oleh Aliong, “Jawab anjing!!!” pria itu semakin kasar, Aliong manatap pria yang tengah bertumpu di mejanya ini. Dihadapannya tengah berdiri seoarang pria bertubuh ramping dengan rambut gimbal, wajahnya cukup menyeramkan dengan anting di bibirnya yang tebal.
“Siapa yang pengen liatin mukalu yang jelek!!” Ujar Aliong dingin.
“Apaan lu Bilang…dasar Cina bangsat lu!!” ucap pria gimbal itu sambil meludahi wajah Aliong. Rekan Aliong yang sejak tadi mulai terpancing emosi segera bangkit dan mendorong pria gimbal itu, sontak kawan-kawan si Gimbal segera berhamburan dari kursinya dan menghampiri mereka, para pengunjung yang berada didekat mereka segera menyingkir, Aliong hanya duduk santai sambil mengelap ludah yang menempel dipipinya. Diteguknya wiski yang tersisa digelasnya, Aliong bangkit dan mendekati pria gimbal itu, kedua kelompok saling berhadapan dengan suara riuh, Aliong menarik kaos si gimbal dan membenturkan kepalanya ke wajah si gimbal sekuat tenaga, sontak sigimbal berteriak kesakitan dan terjatuh, pelipis matanya robek dan mengeluarkan darah yang memenuhi wajahnya mirip seperti petinju yang terluka pelipisnya.
Kedua kelompok mulai saling jual pukulan, Aliong dengan keahliannya beladiri mampu menjatuhkan beberapa orang sekaligus dengan pukulan tinjunya, musik house terus berdentum seolah tak peduli dengan yang sedang terjadi, petugas keamanan klub tampak berlari mendekati area perkelahian, mereka menarik tubuh Aliong yang tengah memukuli si gimbal dengan brutal, saat Aliong berhasil ditarik dan diamankan, tampak sigimbal terkapar dengan wajah hancur dan berdarah, tak ada pergerakan dari si gimbal, Aliong berusaha keras melepaskan diri dari petugas keamanan yang bertubuh besar, tiga orang petugas keamanan membawa Aliong menjauh, teman-teman si Gimbal terlihat panik dan berusaha membawa si Gimbal keluar mendapat pertolongan, para petugas keamanan berhasil meredakan suasana, dan ikut membantu para kawanan itu membawa tubuh si gimbal keluar dari arena klub.
Beberapa jam kemudian tampak sejumlah petugas polisi memasang garis kuning polisi di depan klub tersebut, sejumlah masyarakat berkerumun menonton kejadian yang baru saja terjadi, tampak dari dalam klub, beberapa petugas polisi berpakaian preman membawa sejumlah orang yang diduga terlibat dengan perkelahian, diantara orang yang digelandang tampak Aliong berjalan diiringi oleh petugas di kiri kanannya, wajah Aliong menunduk dan saat kamera wartawan membidiknya, dia melirik kearah kamera dan tersenyum mengerikan seolah puas dengan apa yang telah dilakukannya. “Sejumlah pria ditahan oleh polisi buntut perkelahian yang terjadi di klub X daerah Dharmawangsa Jakarta selatan, menurut Kabid Humas polres Jakarta Selatan, dari peristiwa tersebut, satu orang sedang berada dalam kondisi kritis akibat dipukuli dengan brutal oleh lawannya, Polisi belum menetapkan tersangka dalam peristiwa ini, berikut pernyataan dari Kabid Humas Polres Jakarta Selatan..” Stefanus menekan tombol off pada remote tvnya, wajahnya terlihat kesal, diambilnya hpnya yang tergeletak di meja, dicarinya sebuah nomor, lalu ditekannya nomor itu, tak lama terdengar sahutan dari lawan bicaranya, “Selamat malam ndan…” Stefanus berdiri dan membawa hpnya ke dalam kamar.
***
“Halo Dam..ini aku sedang di Jakarta, bisa aku ke kantormu, eh kamu masih ngantor apa sudah cuti bro..” Ujar Santoso melalui Hpnya.
“Serius Di Jakarta To, ya gua di kantor nih, belum gua belum cuti, masih beberapa hari lagi kok due datenya, oke gua tunggu di kantor ya.” Balas Adam sambil tersenyum-senyum.
1 jam kemudian Santoso telah tiba di ruangan Adam, “Wah kantormu tambah mewah dan besar Dam, tambah sukses kowe Dam.”
“Ah Bisa aja lu, kayaknya lu yang tambah sukses, resort lu kabarnya akan jadi akomodasi buat peserta konferensi menteri ekonomi Asia ya..mantap tenan..” ujar Adam balas memuji.
“Setik-sitik jos lah bro hahahah, piye kabare Nissa.” Tanya Santoso.
“Nissa alhamdulillah sehat dan sudah siap lahir batin, doain ya to..” Jawab Adam.
“Yo pasti lah, eh beneran, jarene.. Maya teko?” Tanya Santoso lagi
Adam mengangguk, “baru datang kemarin To..”
“Wah-wah…enake…ada cadangan devisa toh, yang satu turun mesin eh saiki penggantine wes teko hahahahah..” Canda Santoso
“Apaan sih lo…ada ada aja..” Ujar Adam yang juga ikut mesem mendengar kelakar sahabatnya itu.
“Aku sebenarnya iri loh karo kowe Dam, wes tambah sukses, bojone loro ayu-ayu, wahhhh…” Ucap Santoso.
“Jadi lo mau cari bini lagi gitu To?” Canda Adam.
“Sembarangan!! Ndaklah, istriku yang sekarang sudah komplit buatku Dam, rasane aku ndak punya nyali untuk nyakiti hatinya..” Ucap Santoso sambil tersenyum.
“Weleh..romantisnya bapak satu ini, lah lo gak pernah ngajak bini sama anak kalau ke Jakarta.” Tanya Adam.
“Anakku sekolah Dam, pengen sih aku ajak, kalau istriku sedang mabuk belakangan ini..” Jawab Santoso.
“Haaa…meteng lagi?” Tanya Adam lagi. Santoso tertawa sambil mengangguk-angguk..
“Waduh, kan anaklu yang kedua baru berapa To umurnya, sekarang udah isi lagi? Mantap tokcer!!” ujar Adam sambil tersenyum, Santoso juga tersenyum sambil mengangkat bahu..
“Pasti lu belum makan siang kan, betewe anak buah lo gak diajak?” Tanya Adam lagi.
“Ada... si Murad ama Rebon ada di bawah..” Jawab Santoso. “Kayaknya kamu juga perlu pengawal sekarang bro, kadang kita gak tau apa yang terjadi, palagi sekelas kamu, pasti banyak saingan yang iri karo kowe, kita untuk jaga-jaga saja.” Lanjut Santoso.
“Ahh ada-ada aja, tapi apa yang lu bilang masuk akal juga bro, ntar deh gua pikirin, kita makan siang dulu yuk..” Ujar Adam kemudian menelpon seseorang melalui pesawat telpon di mejanya, tak lama seorang gadis cantik memasuki ruangan Adam.
“Tolong pesankan 2 meja untuk siang ini di tempat biasa ya nov, oh ya nanti saya gak balik ke kantor, kamu handel dulu disini ya, kalau ada sesuatu yang urgent baru hubungi saya oke.” Ujar Adam pada sekretarisnya.
“Baik pak, oh ya pak, untuk reminder saja, besok ada meeting dengan jajaran kementerian ESDM di jam 11 siang, dan juga undangan dari Kadin sore besok..” ucap gadis cantik itu, Adam mengangguk, “Oke…” Sambil mencatat di buku agendanya, tak lama sekretaris tadi meninggalkan ruangan Adam.
“Apa ada acara siang ini Dam?” Tanya Santoso, Adam menggeleng, “Gak ada, gua cuman mau pulang aja, nemenin Nissa.”
“Ohhh, nemenin Maya juga toh..” Sahut Santoso, Adam hanya tersenyum.
Pesawat telpon di mejanya tiba-tiba berbunyi, Adam mengangkatnya, “Oke..thanks ya Nov.” sekretarisnya memberitahu kalau sudah dipesankan untuk dua meja di restoran langganan Adam.
***
“Gulai cincang disini favorit gua nih bro, gimana menurut lo enak kan makanannya.” Tanya Adam, siang itu cukup ramai pengunjung restoran ini, setiap hari restoran ini ramai dikunjungi para pelanggan untuk makan siang, hingga tak heran kalau untuk makan ditempat ini harus memesan meja terlebih dahulu.
“Lumayan bro, tapi agak pedes ya…” Jawab Santoso, wajahnya penuh peluh dan sedikit kemerahan.
“Kayaknya anak buah lo lahap bener makannya To.” Ujar Adam sambil tersenyum mengangguk pada Murad, yang juga mengangguk membalas Adam. Santoso menoleh kearah anak buahnya, lalu kembali menikmati makanannya.
Santoso mencuci tangan di sebuah kobokan yang tersedia, lalu mengeluarkan rokok dari sakunya, ditawarkannya pada Adam, namun Adam mengangkat tangannya, “Gua udah gak ngrokok bro.” Ujar Adam.
“Serius? Baguslah, aku malah belum bisa berhenti.” Ujar Santoso mengambil sebatang rokok dan dibakarnya, “Aku lihat pengaruh Anissa cukup baik buat kamu Dam, maksudku bukan hanya berhenti merokok saja, tapi aku lihat kamu lebih segar, lebih bersemangat.” Lanut Santoso.
“Aku juga bingung To, maksud gua soal Maya…gua entahlah..gua kok merasa bersalah dengan Nissa saat bersama Maya.” Adam menghela napasnya.
“Maksudmu?” tanya Santoso.
“Semalam aku tidur bersama Maya, awalnya aku benar-benar canggung bersamanya, bisa lo bayangkan, Maya kan istri gua, tapi gua malah merasa canggung dan bingung, namun suasana membuat gua akhirnya tidur sama Maya tadi malam, tapi setelah itu gua merasa seperti sedang berselingkuh, gua merasa bersalah ama Nissa bro..” jawab Adam.
“Mungkin karena kamu baru ketemu lagi setelah sekian lama bro, jadinya canggung gitu.” Ucap Santoso.
“Mungkin seperti itu ya, tapi gua juga merasa Maya juga sama To. Yang semalam gua dan Maya lakukan seolah hanya kepuasan seks saja, bukan hasrat yang mengalir karena rindu dan cinta…tapi gua juga gak tahu, mungkin aja gua salah..maksud gua kalau gua melakukan dengan Anissa itu ahhhh..”
“Maksud kamu kalau sama Anissa itu make love, tapi sama Maya seks? Kaya seks tanpa cinta gitu?” Tanya Santoso dengan mimik serius.
“Ya itu yang gua takutkan To.” Jawab Adam sambil menyenderkan punggungnya di bangku, Santoso menatap Adam dengan serius, memang sejak bertemu dengan sahabatnya ini, setiap menyebut Anissa, mata sahabatnya ini terlihat berbinar-binar, Santoso mengenal benar sahabatnya ini, dia tak bisa menyimpan dua cinta dalam hatinya, namun Santoso juga tak ingin gegabah menyarankan sesuatu pada sahabatnya ini.
***
Bersambung