Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Seorang Istri

Wew .. nggak nyangka Maya bakal bertindak sefrontal itu. Mengundurkan diri dan minta dinikahi Anto. Gila sih.
Kayaknya Adam bakal memaafkan nih
 
Diary seorang Istri
Part 64 - Rencana Maya


Proses pemindahan Adam ke Jakarta berjalan lancar, tanpa ada kendala berarti, pengaruh uang dan kekuasaan sangat berperan dalam hal ini, pihak rumah sakit PadaMaya telah siap menyambut kedatangan pasien, setibanya di rumah sakit, Adam langsung dimasukkan ke ICU untuk memantau kondisinya, Tim Dokter ingin memastikan proses hibernasi Adam tak terganggu akibat perjalanan dari Surabaya ke Jakarta.

Maya, Anisa dan Santoso yang ikut dalam helikopter berlari kecil mengikuti gerakan paramedis yang sangat lincah dan sigap membawa Adam ke ruangan ICU.

Selama perjalanan dan kini menyusuri lorong rumah sakit, tak henti-hentinya Dokter dan Perawat memantau fungsi vital Adam melalui monitor, dokter yang ikut mendampingi terus berkomunikasi dengan profesor Suharso untuk melaporkan parameter yang tertera di monitor, profesor Suharso sendiri tidak ikut menemani ke Jakarta, beliau telah mempercayakan penanganan Adam pada koleganya di jakarta, kapanpun dibutuhkan profesor Suharso siap ke Jakarta.

Maya duduk menunduk di depan ruang ICU, terlihat mulutnya komat Kamit seperti membaca doa, begitu juga Nissa,walaupun terlihat tenang, namun jelas sekali gadis cantik itu gelisah. Sedangkan Santoso berdiri mondar mandir wajah Santoso terlihat tegang, walau perangainya keras, namun apa yang menimpa sahabatnya membuat hatinya sedih, apalagi dia memergoki sendiri istri sahabatnya itu malah asyik bersenang-senang dengan pria lain, kesal, marah, geram dan cemas tergambar dari raut wajahnya yang tegang.

Terdengar di kejauhan suara langkah sepatu semakin mendekat, Maya menoleh dan tersenyum melihat kedatangan sahabatnya Milla, perempuan itu datang ditemani suaminya, Maya berdiri dan menunggu Milla, segera mereka berpelukan, tangis Maya tumpah di pelukan sahabatnya itu. Milla hanya mengelus punggung sahabatnya itu, setelah reda tangis Maya, mereka duduk menjauh dari depan ruang ICU.

“Makasih ya Mil, udah dateng..” Ujar Maya sambil menggenggam jemari sahabatnya itu.

“Gue pasti datang say, baru aja gue mau cari tiket ke Surabaya, gimana keadaan Mas Adam.” Tanya Milla, Maya menjelaskan mengenai prosedur yang dilakukan oleh tim medis, Milla hanya mengangguk, walau tak mengerti istilah yang diucapkan Maya, namun dia tahu kalau kondisi Adam sangat serius.

“Lu sabar ya say, gue yakin Mas Adam akan kembali pulih kayak semula, pokoknya jangan putus doa, gak ada yang kita bisa lakuin secara medis, tapi kita bisa berdoa untuk kesembuhan orang yang kita cintai say.” Ujar Milla mengusap punggung tangan sahabatnya itu.

“Thanks ya Mil, oh ya gimana kabar Fajar, sori banget gue gak bisa nemenin lo..” Ucap Maya.

“Alhamdulillah Fajar baik-baik saja, ternyata apa yang di prediksi dokter salah, dokter juga bingung, tapi gue rasa itu jawaban dari setiap doa yang gue panjatkan May, dan gue yakin Mas Adam bakalan baik-baik saja.” Jawab Milla.

Milla melihat wajah sahabatnya ini sangat pucat dan letih, lingkaran hitam samar terlihat di bawah kelopak mata Maya, “May..lu juga harus mikirin diri sendiri juga, kalau lu ikutan sakit kan malah berabe, muka lu tuh pucet banget.” Ujar Milla lagi.

Sebagai wanita yang sudah berpengalaman, Milla menangkap sesuatu sedang terjadi dengan sahabatnya ini, letih dan pucat dari pancaran wajah Maya, bukan hanya karena kondisinya yang letih menunggui suaminya, namun Milla mulai curiga kalau Maya sedang hamil.

“May, apa lu lagi isi?” Tanya Milla.

Maya sedikit terkejut mendengar pertanyaan sahabatnya itu, sebenarnya Maya tak ingin membicarakan kehamilannya ini, dia juga bingung bagaimana Milla bisa menduga seperti itu, “Gak tau Mil, gue sih emang udah terlambat, gue cek pake alat tes kehamilan emang garis dua, tapi gue belum periksa ke dokter, mungkin setelah Mas Adam dipindahkan ke ruang perawatan, gue bakalan periksa ke dokter.”

Milla tersenyum, “Nah kan, tebakan gue bener, duh selamat ya say, akhirnya…pokoknya gak usah banyak pikiran ya, serahkan aja semua sama dokter, gue yakin para Dokter aka benrusaha maksimal buat memulihkan kondisi Mas Adam, lu harus banyak istirahat, jangan stress, demi bayi yang lu kandung, selamat ya May…gue seneng banget dengernya.” Milla memeluk sahabatnya itu.

Andai lo tahu siapa yang menghamili gue Mil, lu mungkin gak bakalan memeluk gue kayak gini, mungkin lo akan jijik ama gue.” Ucap Maya dalam hati.

“Makasih ya Mil..” Ucap Maya singkat.

“Eh ya tadi di jalan gue beli ini, makan ya say.” Milla memberikan sebuah Kotak berwarna hijau bertuliskan Subway, Milla kemudian membuka kotak tersebut, ternyata isinya adalah beberapa roti Sandwich berukuran besar, “Ntar aja Mil gue makan, mulut gue pahit.” Ujar Maya.

“Jangan lupa makan ya, inget kehamilan lu juga musti diperhatikan.” Ucap Milla.

Setelah bercakap-cakap sebentar, Milla memohon diri untuk pulang, dia dan suaminya tak bisa berlama-lama karena fajar saat ini dititipkan ke tetangga, mereka kemudian saling berpelukan, tak henti-hentinya Milla mengingatkan Maya untuk Makan, Maya mengantar Milla hingga ke lift. “Thanks ya say.” Ujar Maya kembali memeluk Milla.

“Inget ya May, jangan stress, makan tuh ya yang tadi gue bawa.” Ujar Milla.

“Ya Mil, makasih ya bang Andi.” Ujar Maya kepada suami Milla, Andi tersenyum dan mengangguk, pintu lift telah terbuka, mereka berdua masuk kedalam Lift, Milla melambaikan tangan pada Maya sebelum kemudian pintu lift menutup.

Maya masih terpekur di pintu lift, dia berjalan gontai menuju ruang tunggu ICU, Pintu Lift kembali terbuka, Maya menoleh dan melihat seorang ibu dan seorang gadis remaja berjalan terburu-buru, kedua orang itu ternyata adalah kerabat dari Nissa, ya mereka adalah Bulik Hari dan Sekar.

Maya melihat mereka langsung berbincang dengan Nissa, Saat Maya mendekat, Bulik Harti menoleh padanya lantas berdiri dan bersalaman dengannya, wanita paruh baya itu menyampaikan rasa simpatinya atas apa yang menimpa Adam, Maya mengucapkan terima kasih atas kedatangan dan rasa simpati bulik Harti tersebut, “Maaf bu, saya tinggal dulu mau ke toilet.” Maya tiba-tiba merasakan perutnya sungguh sakit, rasa sakit diperutnya bagai orang yang sedang kebelet buang air besar.

Maya bergegas menuju toilet, namun rasa sakit ini terus menyerangnya, perutnya bagai diremas oleh sesuatu, sungguh perih, Maya tertunduk memegang perutnya, keringat dingin mengucur dari tubuhnya, “kayaknya aku masuk angin ini..” Maya meringis menahan perih, Maya mencari obat penahan nyeri yang selalu dibawanya di dalam tas, setelah ketemu, dengan terburu-buru maya menelan sebutir obat. Maya masuk ke bilik toilet dan duduk diatas toilet, perlahan rasa perih diperutnya mulai mereda.



Saat keluar dari toilet, Maya melihat Anissa rupanya hendak berpamitan pulang, “Maaf bu, saya pulang dulu ya, besok Insya Allah saya akan kembali ke sini, Ibu juga sebaiknya pulang, karena gak banyak yang bisa kita kerjakan disini, saya pamit ya Bu.” Anissa menjabat tangan Maya, begitu juga Bulik Harti ikut berpamitan pada Maya.

Sepeninggal mereka, Maya kembali duduk di ruang tunggu ICU, Maya sedikit heran dengan sikap Anissa, walau terkesan ramah, namun Maya melihat Anissa agak canggung dan berusaha menghindar dari dirinya, semenjak di surabaya, tak sekalipun gadis itu berbicara langsung dengannya, Sikap Anissa sama persis seperti Santoso, keduanya hanya berbicara yang perlu saja, seperti pamit pulang atau menyuruhnya pulang untuk istirahat, tak ada sepatah katapun dari mereka mengucapkan simpati atau kesedihan pada dirinya.

Maya juga bisa merasakan kalau perhatian gadis itu pada suaminya terkesan berlebihan, ya memang gadis itu diperintahkan oleh Big Boss untuk memantau kondisi suaminya, namun Maya merasa Gadis itu terlihat begitu khawatir dengan kondisi Adam, dan Maya bisa merasakan kalau gadis cantik itu memiliki perasaan lebih terhadap suaminya, dan Maya mulai sedikit kesal terhadap gadis itu, lebih tepatnya Maya mulai merasa terancam dengan kehadiran Nissa.

“Mbak Maya…” Suara seorang pria mengejutkannya.

Maya menoleh, dilihatnya Santoso berdiri di samping tempat duduknya, “Mbak, sebaiknya mbak Maya pulang saja, istirahat di rumah, tadi saya bicara dengan dokter, kata mereka, Adam baru bisa dipindahkan besok siang setelah 24 jam masa observasinya, tak ada yang bisa kita lakukan disini, mari saya antar pulang.” Ujar Santoso.

Maya menatap Santoso, apa yang dikatakan pria ini ada benarnya, tubuhnya juga mulai lelah setelah beberapa hari kurang tidur, entah mengapa Maya merasa tubuhnya sangat lesu belakangan ini, Maya kemudian mengangguk dan menyetujui saran dari Santoso.

***​

Pagi berikutnya

Maya terbangun agak siang, dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, pengaruh obat pereda nyeri yang diminumnya mampu membuat tidurnya sedikit pulas, Maya terduduk di ranjang, rasanya semua ini adalah mimpi, dan dia memang berharap ini hanya mimpi, Maya menoleh ke sisi ranjangnya, tak ada Adam suaminya disana, tak ada suara merdu yang menyapanya dengan senyum pagi itu, Maya melipat lututnya dan mulai menundukkan wajahnya, tangisnya mulai terdengar kembali, hatinya terasa sakit, bukan karena disakiti, tapi Maya merasa hatinya sakit karena dia telah berbuat keji terhadap suaminya, lelaki tampan yang selalu memanjakan dirinya, yang selalu memeluknya saat petir menggelegar, yang selalu mengecup keningnya sebelum tidur, namun kini lelaki itu terbaring tak berdaya, Maya kembali terisak hebat saat menyadari kalau dia tengah hamil benih pria lain.

Maya terpekur di ruang tamu, ditatapnya foto besar dalam figura indah di dinding, foto pernikahannya, Maya melihat dirinya begitu bahagia dalam foto itu, raut wajah berseri-seri, rona kebahagiaan tergambar jelas di kedua wajah dalam foto itu.

“Apa aku masih berhak menjadi istrimu yank?” Ucap Maya lirih sambil mengelus foto Adam, kini Maya menyadari apa yang dilakukannya semua adalah kesalahan, namun semua telah terjadi, dan Maya tak bisa kembali untuk merubahnya, “Aku telah melakukan kesalahan besar yank, aku tak pantas berada di sisimu lagi, bukan karena aku tak lagi mencintaimu, tapi aku yang gak berhak lagi mencintaimu yank, aku gak berhak lagi mendampingimu, aku gak berhak lagi mendapat kasih sayangmu…aku…aku…” Maya terisak hebat.

Maya terjatuh duduk bersimpuh, Maya menangis hebat untuk beberapa saat, setelah reda maya meletakkan foto Adam kembali di tempatnya, “Ya…ini adalah jalan terbaik yank, aku akan pergi jauh, aku gak sanggup lagi bertemu denganmu yank, karena aku kotor dan hina, kini aku akan melakukan baktiku sebagai istri untuk yang terakhir kali, aku akan merawat dan memastikan kamu sadar kembali, setelah itu aku akan pergi…aku tak mungkin bisa berhadapan denganmu dan berkata jujur tentang apa yang terjadi, karena aku tak sanggup melihat wajah kekecewaanmu yank, tapi aku harus menjelaskan kepadamu tentang perbuatan nistaku ini, dan aku berharap kamu akan paham alasan kenapa aku pergi, aku sungguh berharap kamu akan membenciku yank, agar kamu tak mengingatku lagi, itu yang berhak aku dapatkan darimu…Benci!!!”

Tiba-tiba Maya mengeram, perutnya terasa perih seolah ada sesuatu yang meremas kuat di dalam sana, keringat Maya mulai bermunculan bagai biji jagung, Maya berusaha bangkit dan mencari obat pereda nyeri, dengan tangan gemetar dan wajah meringis, Maya meraba-raba kotak obat, dan akhirnya menemukan obat yang dicarinya, dengan tangan gemetar menahan perih, Maya segera meminum beberapa butir obat tersebut, lalu berjalan tertatih menuju kamar.

***​

Setelah berbaring sesaat, serta pengaruh obat nyeri, Maya mulai merasa lebih baik, rasa perih yang tadi terasa hebat diperutnya mulai hilang, Maya beranggapan kalau rasa perihnya karena pengaruh kandungannya, memang sejak mengetahui dirinya positif hamil, Maya belum memeriksakan kehamilannya ke dokter kandungan, Maya berencana jika ada kesempatan nanti dia akan memeriksakan diri di rumah sakit tempat Adam dirawat.

Mata Maya menatap langit-langit kamarnya, dia sedang memikirkan jalan keluar dari permasalahan ini, “Yank maafin aku, mungkin ini saatnya kita berpisah, ini jalan terbaik bagi kita, aku tak bisa terus-menerus membohongimu, kamu gak pantas diperlakukan seperti itu yank, aku merasa tak ada jalan keluar terbaik selain berpisah, semakin lama kandunganku ini akan semakin besar, dan semua ini akan semakin menyakitimu, sungguh aku tak sanggup lagi menyakitimu yank, aku sangat mencintaimu yank, terlalu mencintaimu hingga aku merasakan sakit teramat perih jika harus melihatmu kecewa, semua ini telah terjadi, kesalahan yang aku mulai tak mungkin aku bisa hapus begitu saja, jika kamu telah sadar aku akan mengajukan cerai yank, maafkan aku, nanti aku akan menjelaskan semua kepadamu, hingga kamu tau alasanku, mungkin nanti kamu membenciku yank, biarlah aku memang pantas di benci, aku juga benci diriku sendiri kenapa bisa seperti ini, tapi semua tak bisa lagi kubah yank…maafin aku..”

Maya bangkit dari ranjang, dinyalakan laptopnya, sambil menunggu laptopnya loading, Maya seperti memikirkan sesuatu, “aku akan memberitahu mas Anto soal kehamilanku ini, mungkin takdirku seperti ini, aku dan mas Anto mungkin bisa bersama dan memulai hidup baru di tempat lain jauh dari semua kenangan yang indah ini, aku gak tahu apa aku bisa hidup bahagaia bersama dia seperti aku bahagia bersama mas Adam, tapi jika itu memang takdirku, aku harus terima semuanya, apalagi benih mas Anto yang ada dirahimku sekarang, mungkin itu tanda langit aku harus hidup bersamanya.”

Maya mulai membuka aplikasi word di laptopnya, dengan memilih dokumen baru, Maya menggunakan template surat resmi sebagai pengaturan dokumennya, Maya mulai mengetik kata-kata sebagai pembuka suratnya, SURAT PENGUNDURAN DIRI!!!

****

BERSAMBUNG
part ini bikin perasaan campur aduk...ada rasa marah bercampur kasihan ke maya,krn terlena sama SSI seorang tukang parkir dan merasakan keperkasaan si kecoa kampung tanpa mikirin kedepannya akan gmn...stelah terkena musibah baru merasakan perbandingannya bhw sesuatu yg sdh lama itu pasti banyak kenangannya di banding yg baru....pelajaran berharga banget krn ini sering terjadi di kehidupan sehari hari....suhu pujangga2000 memang top markotop,bisa memadukan kejadian sehari hari mnjadi sebuah cerita yg menguras emosi...mkasih update nya suhu
 
Waduh Maya.. Iya sih ga ada pilihan selain menjauh dari kehidupan Adam. Tapi kalo menjauh dengan cara hidup bersama kecoa kampung, yakin deh bakalan lebih merana. Karena kecoa kampung cuma cari sex toys dari Binor, belum lagi ikut morotin duitnya. Tersiksa batin sama fisik nanti. Lebih pilih Maya pergi tanpa ada siapapun.

Kasihan di Maya tapi ngerasa greget karena kegoblokannya kena Trap gombal doang dah baper.

Mana mau kecoa kampung nampung lu May? Bakalan dibuang dan diludahin ada juga. Terlebih kecoa kampung bisa kena Amarah dari Oliv karena ngerasa di duakan. Bahkan bisa Maya jatoh secara psikologis karena pasti Oliv ga akan tinggal diam dan bisa nyulut dendam ke Maya sendiri..

Nah kan Ruwet lu may.. Lagian sih kena jutsu manis gitu aja dah ngangkang..

Yakinkan saya hu @pujangga2000 kalo Santoso dan Edwin bakalan buat dendam dan pelajaran Sadis buat kecoa kampung..

Emang saya benci di Maya tapi kalo posisi Maya balek di Kecoa kampung ngerasa ga rela. Apa lagi balek ke Adam tambah ga ridho saya.. Better Maya jalan dengan sendirinya..


Nunggu part 65 rilis aja buat pencerahan..

Thanks update ini btw hu @pujangga2000
 
Kandungan Maya Bermasalah, trus keguguran. Apa ini yg dimaksud "hal yg menjadi titik balik", suhu?

Mari kita nantikan...
 
Maya pilihan lho salah.
Loe tuch cwe mandiri, gue setuju lu menjauh dr adam tapi ga bersatu sama anto juga.
Nanti lu yang menderita may.
 
life is always about what we choose...
kabur dari kenyataan juga pilihan...
bukan begitu,Maya?
 
Maya bersatu dg Anto, biar nanti maya dipakai Anto bareng gengnya. Biar Maya kapok skalian :pandaketawa:
 
Bimabet
Diary seorang Istri
Part 64 - Rencana Maya


Proses pemindahan Adam ke Jakarta berjalan lancar, tanpa ada kendala berarti, pengaruh uang dan kekuasaan sangat berperan dalam hal ini, pihak rumah sakit PadaMaya telah siap menyambut kedatangan pasien, setibanya di rumah sakit, Adam langsung dimasukkan ke ICU untuk memantau kondisinya, Tim Dokter ingin memastikan proses hibernasi Adam tak terganggu akibat perjalanan dari Surabaya ke Jakarta.

Maya, Anisa dan Santoso yang ikut dalam helikopter berlari kecil mengikuti gerakan paramedis yang sangat lincah dan sigap membawa Adam ke ruangan ICU.

Selama perjalanan dan kini menyusuri lorong rumah sakit, tak henti-hentinya Dokter dan Perawat memantau fungsi vital Adam melalui monitor, dokter yang ikut mendampingi terus berkomunikasi dengan profesor Suharso untuk melaporkan parameter yang tertera di monitor, profesor Suharso sendiri tidak ikut menemani ke Jakarta, beliau telah mempercayakan penanganan Adam pada koleganya di jakarta, kapanpun dibutuhkan profesor Suharso siap ke Jakarta.

Maya duduk menunduk di depan ruang ICU, terlihat mulutnya komat Kamit seperti membaca doa, begitu juga Nissa,walaupun terlihat tenang, namun jelas sekali gadis cantik itu gelisah. Sedangkan Santoso berdiri mondar mandir wajah Santoso terlihat tegang, walau perangainya keras, namun apa yang menimpa sahabatnya membuat hatinya sedih, apalagi dia memergoki sendiri istri sahabatnya itu malah asyik bersenang-senang dengan pria lain, kesal, marah, geram dan cemas tergambar dari raut wajahnya yang tegang.

Terdengar di kejauhan suara langkah sepatu semakin mendekat, Maya menoleh dan tersenyum melihat kedatangan sahabatnya Milla, perempuan itu datang ditemani suaminya, Maya berdiri dan menunggu Milla, segera mereka berpelukan, tangis Maya tumpah di pelukan sahabatnya itu. Milla hanya mengelus punggung sahabatnya itu, setelah reda tangis Maya, mereka duduk menjauh dari depan ruang ICU.

“Makasih ya Mil, udah dateng..” Ujar Maya sambil menggenggam jemari sahabatnya itu.

“Gue pasti datang say, baru aja gue mau cari tiket ke Surabaya, gimana keadaan Mas Adam.” Tanya Milla, Maya menjelaskan mengenai prosedur yang dilakukan oleh tim medis, Milla hanya mengangguk, walau tak mengerti istilah yang diucapkan Maya, namun dia tahu kalau kondisi Adam sangat serius.

“Lu sabar ya say, gue yakin Mas Adam akan kembali pulih kayak semula, pokoknya jangan putus doa, gak ada yang kita bisa lakuin secara medis, tapi kita bisa berdoa untuk kesembuhan orang yang kita cintai say.” Ujar Milla mengusap punggung tangan sahabatnya itu.

“Thanks ya Mil, oh ya gimana kabar Fajar, sori banget gue gak bisa nemenin lo..” Ucap Maya.

“Alhamdulillah Fajar baik-baik saja, ternyata apa yang di prediksi dokter salah, dokter juga bingung, tapi gue rasa itu jawaban dari setiap doa yang gue panjatkan May, dan gue yakin Mas Adam bakalan baik-baik saja.” Jawab Milla.

Milla melihat wajah sahabatnya ini sangat pucat dan letih, lingkaran hitam samar terlihat di bawah kelopak mata Maya, “May..lu juga harus mikirin diri sendiri juga, kalau lu ikutan sakit kan malah berabe, muka lu tuh pucet banget.” Ujar Milla lagi.

Sebagai wanita yang sudah berpengalaman, Milla menangkap sesuatu sedang terjadi dengan sahabatnya ini, letih dan pucat dari pancaran wajah Maya, bukan hanya karena kondisinya yang letih menunggui suaminya, namun Milla mulai curiga kalau Maya sedang hamil.

“May, apa lu lagi isi?” Tanya Milla.

Maya sedikit terkejut mendengar pertanyaan sahabatnya itu, sebenarnya Maya tak ingin membicarakan kehamilannya ini, dia juga bingung bagaimana Milla bisa menduga seperti itu, “Gak tau Mil, gue sih emang udah terlambat, gue cek pake alat tes kehamilan emang garis dua, tapi gue belum periksa ke dokter, mungkin setelah Mas Adam dipindahkan ke ruang perawatan, gue bakalan periksa ke dokter.”

Milla tersenyum, “Nah kan, tebakan gue bener, duh selamat ya say, akhirnya…pokoknya gak usah banyak pikiran ya, serahkan aja semua sama dokter, gue yakin para Dokter aka benrusaha maksimal buat memulihkan kondisi Mas Adam, lu harus banyak istirahat, jangan stress, demi bayi yang lu kandung, selamat ya May…gue seneng banget dengernya.” Milla memeluk sahabatnya itu.

Andai lo tahu siapa yang menghamili gue Mil, lu mungkin gak bakalan memeluk gue kayak gini, mungkin lo akan jijik ama gue.” Ucap Maya dalam hati.

“Makasih ya Mil..” Ucap Maya singkat.

“Eh ya tadi di jalan gue beli ini, makan ya say.” Milla memberikan sebuah Kotak berwarna hijau bertuliskan Subway, Milla kemudian membuka kotak tersebut, ternyata isinya adalah beberapa roti Sandwich berukuran besar, “Ntar aja Mil gue makan, mulut gue pahit.” Ujar Maya.

“Jangan lupa makan ya, inget kehamilan lu juga musti diperhatikan.” Ucap Milla.

Setelah bercakap-cakap sebentar, Milla memohon diri untuk pulang, dia dan suaminya tak bisa berlama-lama karena fajar saat ini dititipkan ke tetangga, mereka kemudian saling berpelukan, tak henti-hentinya Milla mengingatkan Maya untuk Makan, Maya mengantar Milla hingga ke lift. “Thanks ya say.” Ujar Maya kembali memeluk Milla.

“Inget ya May, jangan stress, makan tuh ya yang tadi gue bawa.” Ujar Milla.

“Ya Mil, makasih ya bang Andi.” Ujar Maya kepada suami Milla, Andi tersenyum dan mengangguk, pintu lift telah terbuka, mereka berdua masuk kedalam Lift, Milla melambaikan tangan pada Maya sebelum kemudian pintu lift menutup.

Maya masih terpekur di pintu lift, dia berjalan gontai menuju ruang tunggu ICU, Pintu Lift kembali terbuka, Maya menoleh dan melihat seorang ibu dan seorang gadis remaja berjalan terburu-buru, kedua orang itu ternyata adalah kerabat dari Nissa, ya mereka adalah Bulik Hari dan Sekar.

Maya melihat mereka langsung berbincang dengan Nissa, Saat Maya mendekat, Bulik Harti menoleh padanya lantas berdiri dan bersalaman dengannya, wanita paruh baya itu menyampaikan rasa simpatinya atas apa yang menimpa Adam, Maya mengucapkan terima kasih atas kedatangan dan rasa simpati bulik Harti tersebut, “Maaf bu, saya tinggal dulu mau ke toilet.” Maya tiba-tiba merasakan perutnya sungguh sakit, rasa sakit diperutnya bagai orang yang sedang kebelet buang air besar.

Maya bergegas menuju toilet, namun rasa sakit ini terus menyerangnya, perutnya bagai diremas oleh sesuatu, sungguh perih, Maya tertunduk memegang perutnya, keringat dingin mengucur dari tubuhnya, “kayaknya aku masuk angin ini..” Maya meringis menahan perih, Maya mencari obat penahan nyeri yang selalu dibawanya di dalam tas, setelah ketemu, dengan terburu-buru maya menelan sebutir obat. Maya masuk ke bilik toilet dan duduk diatas toilet, perlahan rasa perih diperutnya mulai mereda.



Saat keluar dari toilet, Maya melihat Anissa rupanya hendak berpamitan pulang, “Maaf bu, saya pulang dulu ya, besok Insya Allah saya akan kembali ke sini, Ibu juga sebaiknya pulang, karena gak banyak yang bisa kita kerjakan disini, saya pamit ya Bu.” Anissa menjabat tangan Maya, begitu juga Bulik Harti ikut berpamitan pada Maya.

Sepeninggal mereka, Maya kembali duduk di ruang tunggu ICU, Maya sedikit heran dengan sikap Anissa, walau terkesan ramah, namun Maya melihat Anissa agak canggung dan berusaha menghindar dari dirinya, semenjak di surabaya, tak sekalipun gadis itu berbicara langsung dengannya, Sikap Anissa sama persis seperti Santoso, keduanya hanya berbicara yang perlu saja, seperti pamit pulang atau menyuruhnya pulang untuk istirahat, tak ada sepatah katapun dari mereka mengucapkan simpati atau kesedihan pada dirinya.

Maya juga bisa merasakan kalau perhatian gadis itu pada suaminya terkesan berlebihan, ya memang gadis itu diperintahkan oleh Big Boss untuk memantau kondisi suaminya, namun Maya merasa Gadis itu terlihat begitu khawatir dengan kondisi Adam, dan Maya bisa merasakan kalau gadis cantik itu memiliki perasaan lebih terhadap suaminya, dan Maya mulai sedikit kesal terhadap gadis itu, lebih tepatnya Maya mulai merasa terancam dengan kehadiran Nissa.

“Mbak Maya…” Suara seorang pria mengejutkannya.

Maya menoleh, dilihatnya Santoso berdiri di samping tempat duduknya, “Mbak, sebaiknya mbak Maya pulang saja, istirahat di rumah, tadi saya bicara dengan dokter, kata mereka, Adam baru bisa dipindahkan besok siang setelah 24 jam masa observasinya, tak ada yang bisa kita lakukan disini, mari saya antar pulang.” Ujar Santoso.

Maya menatap Santoso, apa yang dikatakan pria ini ada benarnya, tubuhnya juga mulai lelah setelah beberapa hari kurang tidur, entah mengapa Maya merasa tubuhnya sangat lesu belakangan ini, Maya kemudian mengangguk dan menyetujui saran dari Santoso.

***​

Pagi berikutnya

Maya terbangun agak siang, dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, pengaruh obat pereda nyeri yang diminumnya mampu membuat tidurnya sedikit pulas, Maya terduduk di ranjang, rasanya semua ini adalah mimpi, dan dia memang berharap ini hanya mimpi, Maya menoleh ke sisi ranjangnya, tak ada Adam suaminya disana, tak ada suara merdu yang menyapanya dengan senyum pagi itu, Maya melipat lututnya dan mulai menundukkan wajahnya, tangisnya mulai terdengar kembali, hatinya terasa sakit, bukan karena disakiti, tapi Maya merasa hatinya sakit karena dia telah berbuat keji terhadap suaminya, lelaki tampan yang selalu memanjakan dirinya, yang selalu memeluknya saat petir menggelegar, yang selalu mengecup keningnya sebelum tidur, namun kini lelaki itu terbaring tak berdaya, Maya kembali terisak hebat saat menyadari kalau dia tengah hamil benih pria lain.

Maya terpekur di ruang tamu, ditatapnya foto besar dalam figura indah di dinding, foto pernikahannya, Maya melihat dirinya begitu bahagia dalam foto itu, raut wajah berseri-seri, rona kebahagiaan tergambar jelas di kedua wajah dalam foto itu.

“Apa aku masih berhak menjadi istrimu yank?” Ucap Maya lirih sambil mengelus foto Adam, kini Maya menyadari apa yang dilakukannya semua adalah kesalahan, namun semua telah terjadi, dan Maya tak bisa kembali untuk merubahnya, “Aku telah melakukan kesalahan besar yank, aku tak pantas berada di sisimu lagi, bukan karena aku tak lagi mencintaimu, tapi aku yang gak berhak lagi mencintaimu yank, aku gak berhak lagi mendampingimu, aku gak berhak lagi mendapat kasih sayangmu…aku…aku…” Maya terisak hebat.

Maya terjatuh duduk bersimpuh, Maya menangis hebat untuk beberapa saat, setelah reda maya meletakkan foto Adam kembali di tempatnya, “Ya…ini adalah jalan terbaik yank, aku akan pergi jauh, aku gak sanggup lagi bertemu denganmu yank, karena aku kotor dan hina, kini aku akan melakukan baktiku sebagai istri untuk yang terakhir kali, aku akan merawat dan memastikan kamu sadar kembali, setelah itu aku akan pergi…aku tak mungkin bisa berhadapan denganmu dan berkata jujur tentang apa yang terjadi, karena aku tak sanggup melihat wajah kekecewaanmu yank, tapi aku harus menjelaskan kepadamu tentang perbuatan nistaku ini, dan aku berharap kamu akan paham alasan kenapa aku pergi, aku sungguh berharap kamu akan membenciku yank, agar kamu tak mengingatku lagi, itu yang berhak aku dapatkan darimu…Benci!!!”

Tiba-tiba Maya mengeram, perutnya terasa perih seolah ada sesuatu yang meremas kuat di dalam sana, keringat Maya mulai bermunculan bagai biji jagung, Maya berusaha bangkit dan mencari obat pereda nyeri, dengan tangan gemetar dan wajah meringis, Maya meraba-raba kotak obat, dan akhirnya menemukan obat yang dicarinya, dengan tangan gemetar menahan perih, Maya segera meminum beberapa butir obat tersebut, lalu berjalan tertatih menuju kamar.

***​

Setelah berbaring sesaat, serta pengaruh obat nyeri, Maya mulai merasa lebih baik, rasa perih yang tadi terasa hebat diperutnya mulai hilang, Maya beranggapan kalau rasa perihnya karena pengaruh kandungannya, memang sejak mengetahui dirinya positif hamil, Maya belum memeriksakan kehamilannya ke dokter kandungan, Maya berencana jika ada kesempatan nanti dia akan memeriksakan diri di rumah sakit tempat Adam dirawat.

Mata Maya menatap langit-langit kamarnya, dia sedang memikirkan jalan keluar dari permasalahan ini, “Yank maafin aku, mungkin ini saatnya kita berpisah, ini jalan terbaik bagi kita, aku tak bisa terus-menerus membohongimu, kamu gak pantas diperlakukan seperti itu yank, aku merasa tak ada jalan keluar terbaik selain berpisah, semakin lama kandunganku ini akan semakin besar, dan semua ini akan semakin menyakitimu, sungguh aku tak sanggup lagi menyakitimu yank, aku sangat mencintaimu yank, terlalu mencintaimu hingga aku merasakan sakit teramat perih jika harus melihatmu kecewa, semua ini telah terjadi, kesalahan yang aku mulai tak mungkin aku bisa hapus begitu saja, jika kamu telah sadar aku akan mengajukan cerai yank, maafkan aku, nanti aku akan menjelaskan semua kepadamu, hingga kamu tau alasanku, mungkin nanti kamu membenciku yank, biarlah aku memang pantas di benci, aku juga benci diriku sendiri kenapa bisa seperti ini, tapi semua tak bisa lagi kubah yank…maafin aku..”

Maya bangkit dari ranjang, dinyalakan laptopnya, sambil menunggu laptopnya loading, Maya seperti memikirkan sesuatu, “aku akan memberitahu mas Anto soal kehamilanku ini, mungkin takdirku seperti ini, aku dan mas Anto mungkin bisa bersama dan memulai hidup baru di tempat lain jauh dari semua kenangan yang indah ini, aku gak tahu apa aku bisa hidup bahagaia bersama dia seperti aku bahagia bersama mas Adam, tapi jika itu memang takdirku, aku harus terima semuanya, apalagi benih mas Anto yang ada dirahimku sekarang, mungkin itu tanda langit aku harus hidup bersamanya.”

Maya mulai membuka aplikasi word di laptopnya, dengan memilih dokumen baru, Maya menggunakan template surat resmi sebagai pengaturan dokumennya, Maya mulai mengetik kata-kata sebagai pembuka suratnya, SURAT PENGUNDURAN DIRI!!!

****

BERSAMBUNG
end part 64
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd