Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Dunia Abnormal Another Story

Bulan ke 3 Part 2
Kuhempaskan bokongku di kursi kantor sore itu. Lelah rasanya setelah muter2 mengunjungi nsabah yang sering telat bayar angsuran. “Dapet berapa yang bayar Gus?” Tanya mbak Ririn yang baru saja selesai tutup kas siang itu.

“Cuma satu mbak, nih uangnya” Kuserahkan 350 ribu yang kubawa dari slah satu nasabah tadi. Total ada 10 nasabah lebih kukunjungi tadi tapi cuma 1 yang bayar. Heran aku orang2 ini lagi pada seret semua kali ya.

“Dah gakpapa, lumayan ini mah daripada gak ada sama sekali. Prepare Gus udah jam 3 ini. Mbak baru aja nutup kas. Kamu belum ibadah kan? Sana doa dulu”

Iya sih seharian aku belum ibadah. “Yaudah aku ke rumah ibadah di belakang gang dulu mbak” pamitku kepadanya. Beribadah di universe ini cuma sekali sehari aja dan bebas dilakuin jam berapapun yang penting masih masuk antara jam 6 pagi sampai jam 6 sore.

Tapi ibadah cowok gak boleh sendiri, beda dengan cewek yang boleh berdoa sendiri sambil nancepin dildo ke memeknya. Cowok harus didampingi 1 orang cewek buat ngocok kontolnya selagi dia memanjatkan doa. Dan doa dianggap selesai kalo sudah ngecrot. Aku berniat ngajak Erin sore itu tapi Erin menolak, tangannya pegel katanya. Dan mbak Ririn juga sibuk nulis laporan. Tinggal mbak Mega tapi doi mau nggak ya? Biasanya sama aku agak judes gitu.

Kuberanikan aja ngajak dia diluar dugaan dia mau dong haha. “Ayo” dah gitu soang jawabnya. Kami berdua berjalan menuju rumah ibadah di belakang gang ruko kantorku.

Sampai sana kami diwajibkan cuci tangan dan kaki, jaga kebersihan coy. Setelah kami berdua selesai bersih2 aku masuk ke rumah ibadah yang agak luas ini. Di sini ada beberapa bapak2 juga yang lagi doa sore.

Aku duduk bersimpuh begitu juga mbak Mega di sampingku. Masuk sini wajib pake Jilbab dan mbak Mega pake waktu itu, nanti juga dilepas lagi sih. Tapi toketnya itu loo walaupun ketutup jilbab tapi kan kainnya tipis. Jadi masih agak kelihatan ukurannya yang gede dan putingnya yang menggoda.

Beberapa bapak2 yang baru masuk rumah ibadah waktu ngiler dan gak fokus. Ada yang sampe nabrak tiang bangunan anjir sambil keliatan kontolnya pada ngaceng.

Mbak Mega lalu meludahi tangannya dan mengocok kontolku pelan. Aku sedikit mendesah merasakan tangannya. Lembut juga ternyata. Aku mulai berdoa untuk kesembuhan ibuku dan keinginanku segera melepar perjaka.

“wahay sang Deus. Sore ini hamba berhadap padamu mengharap kesembuhan ibu hamba uh... sh... dan juga keinginan hamba untuk segera melepas perjaka di memek seseorang ah...” kocokan Mbak Mega terlalu enak. Aku semakin susah mempertahankan fokus.

Aku terus mengulang -ulang doa yang sama selama lima menit hingga akhirnya pertahananku jebol dan pejuhku ngecrot juga. Tumpah ruah banyak banget membasahi tangan Mbak Mega dan lantai tempat ibadah di depanku. Aku bernafas seperti orang habis berlari. Bedanya ini karena enak udah ejakulasi.

Pejuhku yang ditangan Mbak Mega langsung dijilat sampai habis, lanjut menjilati yang berceceran di lantai. Sebenernya gak harus dijilat pendamping ibadah sih soalnya udah ada petugas kebersihan yang selalu sedia membersihkan pejuh2 orang – orang yang datang berdoa.

Tapi kan ini karena aku masih perjaka. Jadi pejuhku pasti bakalan 100% dikonsumsi cewek – cewek yang percaya tahayul. Yasudahlah toh gak merugikan akunya juga.

Selesai berdoa aku dan Mbak Mega kembali ke kantor. Sebenernya habis ibadah orang – orang biasanya lanjut ngentot di tempat. Tapi kan aku belum boleh sial banget lah.

Jam 4 kurang 15 menit kami berkumpul lagi ber4 di kantor sembari menunggu jam 4 sore baru bergegas pulang. Biasa lah formalitas aja. Dan di sore itu Mbak Ririn minta dikencingin. Ini lsgi nambah mitos gak cuma pejuh perjaka, kencing perjaka juga dianggep berkhasiat mengencangkan kulit dan bikin kulit lebih cerah.

Biasanya memang gitu masing – masing dari mereka bergiliran minta kukencingin setiap sore sebelum pulang. Dan hari ini adalah jatah Mbak Ririn. Mitos2 yang mereka percayai aku gak mempermasalahkan sih toh enak juga ngelakuinnya.

“siap mbak? Nih terima kencingku” kulepaskan seluruh isi kantung kemihku sore itu ke tubuh Mbak Ririn yang masih mengenakan seragam lengkap hingga badannya setengah basah kuyup. Selesai kencing diratain deh itu air kencingku ke rambut, wajah dan badannya secukup mungkin.

“Makasih ya Gus, nah gini kan kulit mbak bakalan awet kencengnya” badannya yang basah bikin aku ngaceng lagi ternyata. Apalagi susunya itu dengan puting coklat. Kusodorkan kontolku ke muka Mbak Ririn tapi belum aja nempel mukanya, jam udah menunjukkan pukul 16:00. “Besok aja ya Gus, atau kamu mau mampir ke rumah mbak? Di rumah nanti tak emut kontolmu sampe puas”

“Ndak deh mbak, aku mending pulang. Ibuku di rumah juga lagi sakit” kurapikan kembali celanaku, tanggung sih lagi ngaceng. Tapi gakpapa lah di rumah bisa minta ke sepupku nanti atau ada Mbak Yeyen juga bisa minta sepong dia nanti.

Besoknya aku lagi kerja seperti biasa. Nasabah yang telat udah kudatangi semua. Jadi hari ini aku dikantor seharian nulis laporan penagihan mingguan. Hari itu sabtu pagi, kantor cuma buka setengah hari. Selesai mengerjakan laporan aku berniat minta titfuck ke Mbak Mega. Susunya yang segede pepaya itu selalu bikin aku penasaran bagaimana rasa jepitannya. Baru aja kupelorotkan celanaku dan dengan kontol yang ngaceng kuhampiri Mbak Mega yang duduk tak jauh dariku.

Kutempelkan kontolku ke lengan atas sebelah kanannya dia menoleh ke arahku mengira aku minta disepong. “Mbak boleh minta tolong jepit kontolku pake susumu gak?” pintaku memberanikan diri. “Tumben?” gitu doang jawabannya singkat. Tapi tak ada tanda penolakandan dia segera memposisikan duduknya menghadapku. “Tapi ingat, nanti pejuhmu tembakin ke muka mbak, jangan di susu”

“siap mbak” jawabku. Ngikut ajalah kemauan wanita otw paruh baya yang mulai insekyur soal penampilannya. Daripada nanti kena omel dan ga jadi dititfuck kan.

Tanpa perlu membuka seragamnya karena bagian dadanya udah didesain bolong biar payudaranya bisa langsung dipegang. Baru aja aku mulai merasakan jepitan pepaya gantung hangat punya Mbak Mega tiba – tiba hpku bunyi ada telfon masuk. Terpaksa kuangkat dan saat aku dengar orang di seberang berbicara, aku langsung panik dan langsung memasukkan kembali kontolku.

Dengan gegabah aku ambil tasku dan segera beranjak menuju motorku di depan kantor. “lho lho ada apa Gus?” Mbak Mega tentu saja merasa heran dengan tingkahku yang tiba – tiba. “Gus kamu mau kemana Gus?” tanya Mbak Ririn yang juga kaget akan tingkahku.

“Maaf mbak aku harus segera pulang, aku baru dapat kabar dari rumah kalau ibuku sekarat. Jadi ini biar kutelfon Pak Didik dulu buat izin pulang” sontak mereka ber 3 melarangku. Menurut mereka mending gak usah izin.

“Jangan Gus, gak usah izin. Kamu tau sendiri Pak Didik itu orangnya resek banget. Pasti kamu gak bakal dikasih izin pulang. Dan nanti setelah ga dikasih izin pasti orangnya bakalan nyari kamu. Mending langsung pulang aja temuin ibumu. Udah biar mbak yang ngurus di sini. Toh ini sabtu nanti jam 13:00 kantor kan udah tutup”

“Yaudah mbak aku langsung pulang aja. Makasih ya mbak” Mereka mengangguk saja. Segera kupacu motorku menuju rumah. Kucoba tenangkan diri selama di jalan. Kupacu motorku tak kurang dari 50km/jam. 30 menit kemudian aku sampai juga. Kuparkir motorku kan kuberlari ke dalam.

Di depan rumah ada beberapa tetangga yang berkunjung dai dalam dalam sudah ada beberapa yang ngentot di kursi ruang tamu. Ada yang threesome dan ada yang 1vs1. Tak kupedulikan karena tujuanku adalah kamar ibuku.

Di dalam kamar ada mbak Yeyen yang sedang menyusui Yunika. Ada mbak Wina juga yang duduk sambil memegangi tangan ibu di sampingnya. Ibuku cuma pakai baju atasan saja waktu itu. Bagian pinggang kebawah udah telanjang dan ada pak RT yang terus ngejilatin meki ibuku di sana.

Di adat daerahku kalau ada orang yang sekarat, harus ada yang standby jilatin memek atau ngemut kontolnya. Supaya nanti kalau sudah nyampai ajal mereka bisa pergi dengan nikmat dan tidak kesakitan. Dan itulah yang dilakukan pak RT. Menjilati memek ibuku sampai basah.

Melihat akudatang, tangan ibu yang lemah melambai memberikan aku isyarat untuk mendekat. Segera aku duduk di seberang Mbak Wina dan kupegang lembut. “Bagus..”panggilnya dengan suara yang lembut. “Iya buk Bagus di sini ibuk” kudekatkan telingaku ke wajahnya karena suaranya lirih sekali.

“Ingat pesen ibuk satu ini ya Gus. Kamu harus.... cari Anggi. Nanti.... lepas perjaka kamu sama dia. Ah.... shhh.” Ibuku mendesah karena jilatan pak RT di memeknya juga karena nafasnya sudah sangat lemah. Aku tak menjawab dan hanya memandanginya dengan mata yang berkaca – kaca.

“Kamu janji ya, cari Anggi. Ah.... Agus.... akh... hmmmm” Ibuku memejamkan mata dan kepalanya mendongak keatas. Beliau mendapatkan orgasme dan bersamaan dengan itu, memeknya menyemprotkan cairan hingga membasahi wajah pak RT juga nafas terakhirnya telah terhembus.

“Semoga tenang bersama Deus” ucap beberapa orang tetanggaku dan kerabatku yang berada di kamar ibuku saat itu. Ibu telah pergi. Aku menangis sejadi – jadinya begitu juga dengan Mbak Yeyen dan Mbak Wina. Ke empat orang tua kami telah berpulang ke sisi Deus untuk selama – lamanya.

Sore itu setelah jenazah ibu dimandikan dan dipakaikan gaun yang sangat cantik, ibuku lalu dimakamkan di pemakaman desa. Seluruh saudariku hadir sore itu kecuali Mas Ari karena masih di Bali dan belum sempet terbang pulang dan Mbak Lulu karena masih di luar kota.

Selesai proses pemakaman kucium nisan ibu. “Selamat jalan ibu, semoga tenang di alam sana, ibu sudah bisa ketemu lagi sama bapak - bapak di sana.” Aku lalu berdiri dan menghampiri Mbak Ninik karena dia kakak perempuanku yang tertua.

“Mbak, sebelum ibuk wafat beliau membisikkan aku kalau aku harus mencari Anggi. Siapa itu anggi? Dan kenapa ibu bilang aku harus lepas perjakaku sama dia?” Mbak Ninik menunjukkan sedikit ekspresi kaget di wajahnya. “Kita bicarakan Gus, tapi gak di sini ya. Kita kerumahmu dulu, biarkan ibuk beristirahat dengan tenang” aku mengangguk saja lalu kami beranjak menuju rumahku.

Kami berempat tiba di rumahku dan duduk di kursi ruang tamu. Aku, Mbak Ninik, Mbak Wina, dan Mbak Yeyen yang sedang menggendong Yunika yang sedang tertidur duduk bersebelahan. Aku duduk di sebelah mbak Ninik, Mbak Yeyen di sebelah Mbak Wina. Kami berusaha saling menguatkan sore itu.

“Surat warisan. Kalau kalian membaca ini, berarti ibu sudah berpulang ya anak – anakku. Dan dengan surat ini ibu ingin mewariskan beberapa hal kepada kalian. Satu, sawah sepetak berukuran 14x25 meter kuwariskan kepada Ninik tolong dikelola dengan baik ya nak dan jangan dijual.”

Untuk Wina, kuwariskan mobil antik peninggalan bapak pertamamu. Tolong dirawat ya nak, mesinnya masih bagus dan berfungsi dengan sangat baik. Semoga bisa berguna buat kamu dan kedua cucuku Rebecca dan Cintya”

“Untuk Yeyen aku mewariskan bangunan ruko kosong di dekat jalan raya sebelah timur desa. Saran ibu, kamu jadikan tempat karaoke mesum dan pekerjakanlah beberapa orang perek. Pergunakanlah sebaik – baiknya demi kebaikan bersama.”

“Terakhir untuk Bagus, kuwariskan surat tanah dan rumah ini untuk kamu tinggali. Dan satu wasiatku harus kamu penuhi, cari dan temuilah Anggi. Bawalah dia pulang ke rumah ini dan nikahilah dia. Bawa surat ini ke pak Bagas.”

“Nubuat : Aku sengaja tidak mewariskan apa – apa kepada Ari dan Luluk karena mereka sudah kuat berdiri sendiri tanpa bantuan dari ibu. Sekian dari ibu anak – anakku. Aku menyayangi kalian semua”

Bingung ku dibuatnya, bukan soal ngurus rumah ini sendiri tapi soal yang bernama Anggi. Siapa Anggi itu? Aku tak pernah kenal sama dia tapi ibu malah menyuruhku menikahinya.

“Anggi adalah saudari kembar kamu Gus. Kamu dan Anggi adalah sudara kembar yang lahir bersamaan dari hasil pejuh bapak ke3 kita. Tapi di usianya yang baru 1,5 tahun Anggi diadopsi sama pak Bagas karena beliau susah banget dapat keturunan. Dan behubung ibu adalah teman baik pak Bagas maka ibu memberikan Anggi unyuk beliau adopsi”

Tanpa menungguku bertanya, Mbak Ninik menjelaskan soal Anggi. Aku punya saudara kembar? Kenapa ibuk gak cerita dari dulu? Kenapa aku bar mengetahuinya sekarang? Dan lagi di mana tempat tinggal Pak Bagas ini?

"Kamu harus mencari Anggi Gus, dia yang sedarahnya paling deket sama kamu. Kamu dan dia datu ibu dan satu bapak. Beda dengan kami yang satu ibu saja denganmu tapi beda bapak. Jadi kamu harus lepas perjaka sama dia dan nikahi saudari kembarmu itu."

Iya Mbak Ninik benar. Aku tak bisa lepas perjaka dengan Mbak2ku karena ada yang lebih deket sedarah sama aku. Andai aku gak punya saudari makan sah hukumnya kalau melepas perjaka pakai memek mbak2ku yang di sini.

“Lalu di mana Pak Bagas ini tinggal mbak?” tanyaku penasaran. “Beliau tinggal di kota S*r*b*a Gus.” Kota itu kan tempat Mbak Luluk bekerja. Kebetulan sekali, aku bisa berkunjung kesana dan ada tempat untukku menginap ya di rumah mbak luluk di kota S.​
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd