Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Elsha: Perjalanan Seorang Budak Seks

Bimabet
Masa Orientasi Lonte


"Kenapa berhenti Er?"

Erna hanya tersenyum tanpa menanggapi pertanyaanku, tampak dia sedang mencari sesuatu dari dalam tasnya

"Angkat rok lu dan ngangkang, cepet…!!!" perintah Erna

"Apaan sih El, udah gila lu" ucapku sambil menggeser duduk ku menjauh darinya

"Lu pilih ngangkang atau gw telpon Reno sekarang?"

Aku terdiam sejenak kemudian menghela nafas panjang, kusadari kehendak bebas ku telah direnggut beberapa jam lalu, aku tak lebih dari mainan yang bisa mereka mainkan sesuka hati mereka. Dengan pasrah kuangkat rok abu-abuku dan mengangkangkan pahaku menghadap Erna.

"Nah gitu dong, jangan jaim sesama lonte, apalagi gw senior lu, yah meskipun kayaknya elu yang lebih berbakat jadi lonte, hahahaha" dia tertawa sambil mengeluarkan benda pink dari tasnya

Erna kemudian memasukkan benda pink itu kedalam vaginaku

"Aduhhh Er, pelan-pelan masih nyeri, gw mau lu apain sih Er?" Aku berusaha menahan tangan Erna agar tak terlalu kasar memasukkan benda tersebut

"Santai, entar lu juga ke-enakan" ucap Erna sambil terus berusaha membenamkan benda tersebut ke vaginaku yang telah menyempit kembali

Baru beberapa menit lalu aku berharap hal baik terjadi, tapi alam semesta ternyata tak menghendaki harapanku. Terbesit dalam pikiranku yang berkabut tentang mimpiku menjadi akademisi seperti papaku, tapi naasnya takdir malah menjerumuskanku menjadi lonte rendahan, budak pemuas hasrat seksual milik para manusia-manusia jahannam ini.

"Woi jangan bengong, sekarang lu keluar, pergi ke warung di depan sana, beli.in gw nasi goreng" dia menunjuk ke arah gerobak nasi goreng di seberang jalan. Aku juga sangat heran kenapa bapak-bapak tua itu berjualan di jalan yang sepi seperti ini.

"Hah!!! Please Er jangan, ga mungkin gw kesana dengan wajah dan pakaian yang seperti ini"

"Bodo amat, ini bagian dari orientasi lo sebagai lonte, buruan!!!"

"Please Er…" aku memelas dengan mataku yang semakin memerah

"Yakin lu ga mau?" Dia mengambil HP nya hendak menelpon Reno, aku tau yang dia maksud, aku pun terpaksa keluar dari mobil dengan benda aneh ini yang masih menancap di liang kewanitaanku, aku merapikan kemejaku, berusaha menyembunyikannya puting ku yang menyembul.

Berat sekali kaki ini melangkah, bukan lagi karena nyeri di selangkanganku, tapi karena beban malu yang akan aku tanggung. Jalanku terhenti di langkah ketiga ku, aku menatap ke langit menahan air mata yang hampir jatuh dari mataku, kulihat langit yang mulai berwarna jingga, matahari senja yang mulai meredup bersiap menyambut kelamnya malam. Kupejamkan mataku sejenak, suara kecil dalam hati berkata "Mungkinkah hari ini adalah senja untuk jati diriku, tenggelamnya sinar harapan dalam diriku, bersiap menyambut jati diri baru yang kelam segelap malam, jati diri yang binatang-binatang tadi menyebutnya sebagai lonte"

Aku segera tersadarkan oleh suara klakson mobil Erna, isyarat buatku untuk segera kembali melangkah, dengan berat aku pun kembali melangkah.

"Pak, nasi gorengnya satu ya" ucapku lirih

"Oh iya mbak, mau pedes?" Ucap bapak tua penjual nasi goreng

Aku hanya merespons dengan anggukan kepala, sementara tanganku menyilang rapat di dadaku, berusaha menutupi putingku yang jelas akan terpampang dari balik seragamku.

"Maaf non, mulutnya kenapa non?"

Tentu saja bapak ini menanyakan mulutku yang penuh dengan sisa sperma yang mengering, tak mungkin aku menjawab jujur pada penjual nasi goreng ini

"Ehmm, itu pak,ehmm, kulitku sensitif pak, jadi aku kasih salep pak" jawabku seadanya, aku berharap dia percaya ucapanku, meskipun jelas bau sperma masih sangat menyengat

Sesaat kemudian, entah kenapa benda di dalam vaginaku bergetar sangat hebat, membuat tubuhku terhentak, tanganku pun refleks berpegangan pada gerobak di depanku, aku menoleh mobil Erna, kulihat Erna tertawa puas dengan melambaikan tangannya berlalu pergi begitu saja.

"Mbak kenapa?" bapak itu bertanya padaku, tapi matanya justru menatap lurus ke dadaku, pasti dia sedang menikmati pemandangan putingku yang menyembul dari balik seragamku

"Ehmm Ahhh, enggak pak" getaran dari benda ini benar-benar merangsang hebat vaginaku, aku menggigit bibir bawahku untuk menahan jangan sampai desahan lolos dari bibirku

"Wah mbak nggak pake BH ya? Putingnya mau loncat tuh" bapak itu mengomentari penampilanku bersamaan dengan senyum mesumnya

"Ehmmm, ahhh, itu pak, ahhhhh, ehmmm itu" aku berusaha menanggapinya namun desahan yang berusaha aku sembunyikan justru yang keluar

"Waduh mbak, kok malah mendesah, mancing-mancing nih mbak, lagi sange atau gimana?" Aku yakin dia pasti sudah melihat wajahku yang jelas-jelas terangsang.

Sementara getaran di vaginaku semakin dahsyat, kakiku lemas dibuatnya hampir tak mampu menopang tubuhku.

"Ahhhhkk, ehmmmm, ahhhkkkk ahh" aku tak tahan lagi menahan desahanku, kakiku kini benar-benar lemas, pegangan tanganku yang juga ikut lemas pun tak mampu menahan tubuhku berdiri, aku membiarkan tubuhku terduduk di aspal hitam merapatkan pahaku menahan seluruh rangsangan ini, tanganku menekan selangkanganku berharap mampu mengurangi getaran ini, sesekali desahanku lolos dari bibirku, mataku terkadang memejam dan membelalak menahan nikmat di area kewanitaanku, cairan kewanitaan ku mulai merembes keluar membasahi rokku, bapak itu menyaksikan kelakuanku tanpa berkata satu katapun, terlihat jelas tonjolan di balik celana kainnya, aku yakin penisnya menegang karena kelakuanku ini. Imaginasi penis penjual nasi goreng ini terus berkelibat di kepalaku, anehnya hal ini semakin membuatku terangsang, membayangkan penis hitamnya di depan wajahku, membayangkan wajah keriputnya yang dibuai nikmat ketika aku menjilati batang kemaluannya. Aku berusaha sekuat mungkin menepis pikiran-pikiran ini, tapi getaran di selangkanganku mempersulit usahaku.

Pikiran sehatku akhirnya terbakar habis oleh birahi yang membara, tak menyisakan sedikitpun pikiran logis dikepalaku. Aku merangkak menghampiri bapak itu, berlutut 3 sentimeter dari selangkangan nya, aku mendongak melihat wajahnya yang memandangku

"Boleh pak?" ucapku manja sambil mengelus tonjolan di celananya.

Seakan dia mengerti maksudku, diapun dengan terburu-buru membuka resletingnya dan mengeluarkan penisnya, sesekali dia menoleh ke kanan dan kekiri memastikan tak ada yang melihat.

Penis hitam tegak itu sekarang tepat di hadapanku, "ahh ini yang aku inginkan" pikirku saat itu, aku tak mempedulikan bahwa saat ini aku dipinggir jalan hendak menghisap penis bapak tua penjual nasi goreng pinggiran, benda didalam vaginaku ini tak hanya menyumbat lubang vaginaku, tapi juga menyumbat jalan pikiranku.

"Mbak kamu serius mau ngisepin punya bapak?"

Aku tersenyum manja dan mengangguk pelan. Dengan tetap menatap wajahnya, kuraih penis itu, kujulurkan lidahku mengarah pada penis itu, dengan pelan kujilat ujung dari penis bapak tua itu. Aku tersenyum saat melihat dia melenguh pelan saat pertama aku jilat. Akupun menjilat kembali penisnya, kali ini dengan tempo yang cukup cepat, aku putar-putar lidahku diujung penisnya, sekian waktu berlalu dan aku lahap habis penisnya, aku hisap kuat penisnya sambil aku jilati di dalam mulutku, sesekali aku maju mundurkan kepalaku mengocoknya di dalam mulutku.

"Ahhhh, ga menyangka saya bisa menikmati mulut cewek SMA secantik mbak"

Pujian bapak ini membuat hatiku sangat senang, sangat kontras dengan hinaan-hinaan yang aku dapat tadi siang.

"Enak ya pak? Hihihi" aku tertawa manja sambil mengocok penisnya yang berlumuran ludah dengan tanganku

"Ahhh, enak bgt mbak, istriku saja ga pernah mau kalo aku suruh isep punyaku mbak"

Bahagia rasanya ketika bapak ini memuji skill ku dalam mengulum penisnya, entah mengapa aku merasa bangga bapak ini menikmati sex oral pertamanya denganku

Akupun kembali mengulum penisnya, sesekali aku benamkan penuh penisnya hingga batang tenggorokanku, aku menyukai ekspresi bapak ini ketika aku melakukannya, sementara itu getaran di selangkanganku semakin dahsyat, kenikmatan yang dihasilkannya menyebar ke setiap sel yang ada di tubuhku.

"Wihh, Pak Samsul, lagi enak ga ngajakin kita nih?"
"Bayar berapa nih pak cewek SMA secakep dia? Kita juga mau nih kalo modelnya kayak dia"

Aku dan bapak penjual nasi goreng yang ternyata bernama Samsul sangat kaget ketika dua mas-mas ini tiba-tiba memergoki kelakuan kami ini, aku segera bangkit berdiri merapikan baju dan penampilanku, sementara Pak Samsul terburu-buru memasukkan penisnya kedalam celananya

"Engg…enggak mas, ehm, mbak ini bukan cewek kek gitu" Pak Samsul berusaha membelaku

"Ah mana mungkin cewek secantik dia mau ngisepin bapak di pinggir jalan kalo bukan perek, udahlah pak bagi ke kita, kasih tau bayar berapa" ucap mas-mas berotot ini. Dari baju dan celananya yang kotor dan lusuh penuh debu dan tanah aku bisa menebak dia ini adalah kuli bangunan.

"Berapa mbak? Kita juga mau dong mbak" ucap temannya yang berperawakan agak buncit sambil tangannya membelai rambutku

"Mas, ehmm, jangan macem-macem ya, aku bukan cewek seperti yang kalian pikirkan"

"Udah mas, mau pesen nasi goreng kan?, saya bikinin mas, tinggal aja, nanti saya anter ke tempat proyek mas" aku sangat senang Pak Samsul berusaha menengahi dan mencegah mereka berbuat cabul kepadaku

Mereka tak sedikitpun menggubris Pak Samsul, mas-mas ini malah semakin berani membelai leher dan bahkan menyingkap rokku, salah satu dari mereka mulai mengelus paha putihku dengan tangan hitam dan kasarnya. Aku mematung, membeku tak bergerak sedikitpun, seakan dunia berhenti berputar sekian detik

"Mas jangan, lepass.. atau aku teriak minta tolong" aku berteriak sekencang mungkin seraya berusaha menepis tangan-tangan usil mereka dari tubuhku. Salah satu dari mereka merogoh saku celananya, mengeluarkan sarung tangan kotor dan menyumpalkan ke mulutku.

"Mas, mas!!! Sudah kasian mbaknya" Pak Samsul sekali lagi berusaha mencegah perbuatan bejat kedua kuli ini

"Diam lu pak, elu sih enak udah nyobain mulut perek ini, sekarang lu bantu kita gendong dia ke tempat kita, atau gw aduin kelakuan lu ke bini lu" bentak kuli bertubuh buncit itu kepada Pak Syamsul.

Mereka bertiga segera menggendongku, sementara tangan dan kakiku terus memberontak mulutku berusaha berteriak sekencang mungkin, namun hanya gumaman lemah yang keluar dari mulutku yang tersumpal.

Mereka membawaku ke rumah tua berjarak 4 atau 5 rumah dari gerobak nasi goreng, rumah yang sepertinya telah lama tak ditinggali, aku melihat gundukan pasir dan batu didepannya, mungkin disinilah tempat kuli bangunan itu bekerja.

Terlihat jelas kilasan-kilasan tentang apa yang hendak mereka lakukan pada tubuhku, tubuhku diselimuti rasa takut hingga getaran di dalam vaginaku tak lagi terasa, habis sudah harapan ku tenggelam bersama matahari di penghujung senja ini.

Mereka menurunkan tubuhku ke lantai didalam ruangan yang hanya diterangi oleh sebuah lampu pijar kuning, salah satu dari mereka menjambak rambutku memaksaku berdiri

"Kalo lu mau selamat dari sini, turutin semua perintah kita berdua, ngerti lu…!!!"

Tubuhku bergetar hebat, kali ini bukan karena nikmat orgasme, tapi karena rasa takut yang hebat, mataku agak sedikit berkunang.

"JAWAB!!!" rambutku dihentakkan ke bawah, aku hampir jatuh karena jambakan kasar ini

Aku perlahan mengangguk, tanganku mengusap pipiku yang telah basah karena derasnya air mataku. Pak Syamsul melepas sumpal dari mulutku setelah diperintah oleh salah satu dari dua kuli ini.

"Maafin bapak ya mbak" dia membisikkan kalimat ini pelan seraya membuka sumpal dimulutku. Tak lama kemudian jambakan rambutku dilepas oleh kuli yang ada dibelakangku, dia mendorong Pak Syamsul hingga terjerembab jatuh, kedua tangannya kini meremas secara kasar payudaraku yang masih tertutup seragam.

"Bangsat din, dia ga pake BH, emang lonte sekolahan nih cewek kayaknya" dia berbicara pada kuli kekar di depanku yang ternyata bernama Udin

"Hahaha, udah nikmatin aja mar…!!!, kapan lagi nikmatin lonte semuda dan sebening ini" Udin menanggapi Umar sambil menyingkap rokku setinggi pinggang, dia kini bisa melihat gundukan kemaluanku didepannya.

"Anjing lu, nggak pake kancut juga lu, emang bener-bener perek lu ya"

Isakan tangisku semakin hebat mendengar kalimat-kalimat bernada melecehkan ini

"Eh perek, lu masukin apa memek lu anjing" dia mencabut benda pink yang sedari tadi bergetar di dalam vaginaku.

"Bangsat, lu make vibrator dari tadi…? Haus kontol lu ya, hah? Pengen di kontolin memek lu? Pantesan lu mau isep kontol syamsul di pinggir jalan? Memek lu udah gatel pengen dikontolin ternyata" tak sedikitpun aku menanggapi lecahan umar padaku, aku bisa memahami muasal dari lecehan mereka, setiap orangpun yang melihatku tak memakai bra dan celana dalam, apalagi tahu bahwa vibrator menancap di dalam liang vaginaku, pasti akan menganggap diriku lonte rendahan

"Hahaha, gaya lu tadi sok sok.an nolak, dasar lonte" sahut Udin

Umar menyeretku ke salah satu ujung ruangan, mendorongku terjatuh telentang ke kasur yang penuh dengan debu, akupun terbatuk-batuk menghirup debu yang terlepas akibat hempasan tubuhku. Di sisi lain Udin sibuk menanggalkan seluruh pakaiannya.

"Anjing, udah banjir bgt memek si lonte ini" komentar dia seraya melorot paksa rokku

Sementara itu umar yang telah sukses melepas celananya mengangkangkan pahanya tepat di dadaku, dia menjepit penis yang luar biasa panjang miliknya dengan kedua payudaraku.

"Kenyal bgt tetek lu" ucapnya sambil memaju mundurkan pinggulnya berusaha menggesek-gesekan penisnya disela kedua payudaraku

"Emmppp…" eranganku tertahan gigitan kecil bibirku saat Udin menggesek-gesekan tangannya di klitorisku

"Eh mar, liat memeknya nih, gundul abis, mulus banget, bikin gw makin ngaceng" ucap Udin sambil terus melancarkan gesekan jari-jari kasarnya di klitorisku

"Ahhhhh, ehmmm, mas pelan…." erangku seraya tanganku berusaha menggapai tangan Udin

Tak sedikitpun Udin menghiraukan, justru eranganku membuatnya mempercepat gesekan jarinya, pinggangku mulai mengangkat menahan rangsangan di bibir vaginaku

Umar yang sepertinya mulai bosan dengan permainannya di payudaraku sekarang menodongkan penisnya tepat ke arah mulutku, aku segerah menoleh dan menutup rapat mulutku, meskipun sebenernya aku tau maksudnya.

"Lonte bangsat, isepin kontol gw"

Aku menolaknya dengan diamku, tak sudi aku memasukkan penis yang berbau khas air seni ini ke mulutku.

"Bangsat" dia menampar pipi kanan ku

"Am.. ampun mas… ampun…" Isak tangisku semakin menjadi setelah tangan kuli ini mendarat di pipiku

Dengan kasar dia menolehkan kembali kepalaku tepat ke arah penisnya, jari-jari kotornya berusaha membuka bibirku yang aku rapatkan sekuat tenaga, setelah jarinya berhasil masuk kedalam mulutku, dia mengobok-obok setiap sudut mulutku, bahkan sekali dia menghujamkan jarinya ke tenggorokanku yang membuatku ingin muntah

"Iya mas ampun, iya mas aku hisap, ampuun"

Aku menjulurkan lidahku mengarahkan ke penisnya, namun aroma yang sangat menyengat merangsek masuk ke rongga tenggorokanku, Umar yang sudah tak sabar memaksa penisnya masuk tanpa menghiraukan mual yang kutahan.

"Ahhh, anget bgt mulut lu" dia membenamkan seluruh penisnya kedalam mulutku, ujung penisnya sudah mentok dibatang tenggorokanku. Dia memosisikan tubuhnya menindih kepalaku, membuat penisnya semakin dalam masuk ke tenggorokanku.

"Ehhmmmmppl ehmmpp" aku hanya bisa memukul pahanya berharap dia sedikit menarik penisnya, namun justru dia memaju mundurkan pinggangnya, penisnya bergerak maju mundur di dalam mulutku, beberapa kali aku tersedak, namun tak sedikitpun dia menghiraukanku.

Udin yang sedari tadi menggesekkan jari-jarinya di vaginaku, kini membenamkan wajahnya di antara pahaku, dia mulai menjilati lubang vaginaku, aku bisa merasakan dia membuka bibir vaginaku dengan jarinya kemudian menijlat dan menghisap liang kewanitaanku, dalam hati aku sungguh menikmati permainan lidah Udin di selangkanganku, namun aku tak berani menunjukkan hal ini pada mereka. Beberapa kali dia mengangkat pahaku agak tinggi sehingga lubang anusku terpampang jelas di depannya, sesekali dia menjilati lubang anusku tanpa sedikitpun rasa jijik, dia bahkan mencoba membuka anusku dengan tangannya, dan kemudian menjilatnya.

"Ahhhkkk ehmmpp" aku mengerang keras ketika Udin berusaha memasukkan dua jarinya ke anusku, dia tak mempedulikan erangan kesakitanku sama sekali, jarinya justru bergerak maju mundur kedalam anusku tanpa menghentikan jilatannya pada kemaluanku

Tersedak di tenggorokanku, perih di lubang pantatku, aroma tak sedap di rongga hidungku, adrenalin yang membuat jantungku berpacu, nikmat di liang vaginaku, kombinasi dari semua sensasi-sensasi ini memberikan pengalaman baru yang membuatku justru semakin terangsang. Aku bahkan tak mengenali diriku, kenapa aku bisa terangsang dengan hal menjijikkan seperti ini, apakah jati diriku benar-benar telah hilang, ataukah mungkin ini sebenarnya jati diri gelapku yang selama ini dibelenggu logika dan sekarang berhasil bebas? Kemelut perang eksistensial ini begitu berisik didalam tempurung kepalaku, namun kesadaranku seakan tak mempedulikan perang ini sama sekali, kesadaranku justru memilih menikmati kombinasi sensasi-sensasi baru ini.

"Ahhlkk, ehmmmpp, aahmm" rintihanku tertahan sumpalan penis Umar di mulutku

Sekian detik berlalu, tubuhku mengejang sedemikian rupa, pinggangku mengangkat tak berarah, dan cairan vaginaku keluar deras membasahi dada Udin yang penuh dengan bulu hitam. Nikmat duniawi kembali menjalar di setiap centimeter tubuhku

Mereka berhenti melakukan apapun yang mereka lakukan, melihatku dan membiarkanku telentang mengejang menikmati setiap detik berharga kenikmatan orgasme ini.

"Mar, gila njing, ini cewe bener-bener mulus, sexy, cakep, anjing sempurna bgt" komentar Udin setelah memperhatikanku telentang dan mengejang

"Hahaha, emang dah, sayang dia lonte, eh gw udah ga tahan, gw mau nyoba memek nya " sahut Umar

"Ambil aja memeknya, gw lebih tertarik sama lubang pantatnya"

Udin membantuku bangkit dari kasur yang telah basah karena cairan kewanitaanku, sementara itu umar telentang di tempat tadi aku berbaring, Udin memberikan isyarat untukku duduk di atas paha Umar, aku yang masih lemaspun menurutinya tanpa perlawanan sedikitpun.

"Eh lonte, udah siap di kontolin" ucap Umar merendahkanku

Aku menggelengkan kepalaku "jangan mas, aku mohon, aku isep aja punya nya mas sampe keluar ya, aku mohon jangan masukin ke punyaku" ucapku memelas di tengah energiku yg terkuras

"Kalo ke lubang pantat boleh?" sahut Udin sambil tertawa terbahak-bahak

"Tolong mas jangan, aku mohon, kasihani aku mas, papaku kaya mas, mas boleh minta uang berapapun ke papaku, asal jangan perkosa aku"

Aku memelas iba kepada mereka yang jelas-jelas bukan manusia, meskipun aku menikmati permainan-permainan mereka, tapi nalarku masih sedikit waras, aku tak mau lubang kewanitaanku seenaknya di pakai oleh kuli rendahan ini.

"Juih, eh lonte jangan seenaknya lu ngomong, kita ga butuh uang dari papa lu, kita cuma pengen nikmatni body lu, dasar perek!! Lu mau ga selamet ngehina kita kek gitu, hah?" bentak Udin padaku seraya meludahi dan menampar wajahku

Tubuhku benar-benar bergetar ketakutan, kakiku serasa lemas mendengar ancaman ini

"I…iya mas maaf, a..aku ga bermaksud seperti itu, aku cuma ga mau hamil mas, aku masih sekolah" ucapku memelas dengan air mata yang kembali membasahi mata dan pipiku

Umar menjambak rambutku dari bawah "Eh perek, kita ga akan pejuin memek lu, asal lu nurut sama kita berdua"

"Iya mas, aku nurut" ucapku lirih sambil menahan isak tangisku

"Pinter!!!, gitu dong, jadi lonte harus nurut, yaudah masukin kontol gw ke memek lu, gw mau nyobain rasanya memek mulus lu"

Aku hanya bisa menuruti perintahnya, aku raih penisnya dan memasukkan tepat ke lubang vaginaku, vaginaku yang sudah benar-benar basah, memudahkan penisnya masuk kedalam.

"Ahkkkk, ehmmmm" refleks aku mendesah pelan ketika penisnya berhasil masuk

"Hahah, nikmat kan kontol gw?" sahut Umar bersamaan dengan senyum mesumnya di wajahnya yang kini berjarak hanya sejengkal dari wajahku.

Aku hanya mengangguk pelan, sejenak aku diam telungkup diatas dada bidang Umar merasakan vaginaku yang penuh dengan penisnya.

"Ehhmmm, ahhkkkk, ehmmm" aku mulai menggoyang pelan pinggangku.

"Ahhhkk, ehmmmm, mass ….. ehmmm" racauanku mulai tak jelas seiring dengan goyangan pinggangku yang semakin cepat, aku bisa dengan jelas melihat Umar sangat menikmati goyanganku, ekspresi wajahnya membuatku semakin bersemangat menggoyang pinggangku, sesekali pinggangku aku putar-putar.

"Enak banget goyangan lu lonte… ah memek lu gigit banget" Umar memujiku sambil tangannya meremas-remas payudaraku

Beberapa kemudian aku merasakan Udin meludahi anusku, dia meratakan ludahnya ke sekitar anusku dengan tangannya. Segera aku menoleh kebelakang, aku lihat udin meludahi penisnya, dan mengarahkan ke arah anusku, akupun sangat takut jika ia benar-benar memasukkan penisnya ke dalam anusku.

Benar saja, dia menekan penisnya masuk kedalam anusku

"AHHHKKKKKKK, MAS BERHENTI, SAKITT!!!" erangku kesakitan seraya menghentikan goyanganku

"Hahahah, udah diem lu perek!!! Mau memek lu gw pejuin?"

"Jangan mas, tapi tolong pelan pelan, sakit banget mas…"

Dia memasukkan jari telunjuknya dari setiap tangannya kedalam anusku, dan mencoba membuka anusku, ketika anusku terbuka, dia meludah kedalam anusku.

"Mass, ahhhkkk, ampun mass, ahhkk sakit…. stop mas please" aku merasakan ujung penisnya telah masuk

"Ahkkkkkkhhkk, mass, ahkkkkkkhhkk" tubuhku terkulai lemas diatas Umar merasakan sakit di anusku ketika Udin membenamkan seluruh penisnya kedalam lubang pantatku

"Anjing sempit banget lubang pantat lu lonte, hahahaha"

Dua lubang di area selangkanganku kini dipenuhi dengan kontol-kontol kuli bangunan ini, aku tak menyangka 7 penis berbeda telah menikmati berbagai lubang di tubuhku hari ini.

Udin mulai memaju mundurkan pinggulnya secara perlahan, aku mengernyitkan dahiku menahan sakit dan perih, Umarpun mulai sedikit demi sedikit menggoyang pinggangnya, memberikan nikmat yang sedikit mengalihkanku dari perih di anusku. Tubuhku kini terguncang tak beraturan, dihantam 2 penis dari belakang dan bawah. 6 jam yang lalu aku gadis perawan yang tak pernah di jamah pria, namun kini 2 penis kuli bangunan menghujam di dua lubang yang berbeda di tubuhku.

"Ahhkk mas, ahhkk, ehmmm" sensasi perih dan nikmat bercampur aduk, anusku mulai terbiasa dengan ukuran penis Udin, hentakan demi hentakan di anus dan vaginaku membuat birahiku kembali membara

"Eh lonte, Gimana rasanya di ewe sekaligus di sodomi? " celoteh Udin sambil menampar pantatku

"Enak mas, ehmmm, enak, terus mas, ahhkkk, kontol kalian enak banget" aku benar-benar lupa jika aku sedang diperkosa oleh dua kuli bangunan, yang ada di otakku hanya kenikmatan yang semakin lama semakin memuncak

"Hahaha, mantap nih lonte, udah mulai menghayati perannya" ucap Umar setelah melepas sejenak mulutnya yang sedari tadi menghisap putingku

Hampir 10 menit kita bertiga saling mengguncang satu sama lain, Udin semakin mempercepat hentakan penisnya ke anusku, dia menjambak rambutku dari belakang

"Ahhhkk, lonteee.. ahhhkk, gw keluar…!!!" Udin mengerang sejadi-jadinya, tubuhnya sedikit bergetar, dan aku merasakan semburan cairan hangat di dalam anusku.

Kini tinggal Umar yang masih menggenjot vaginaku, akupun sekarang bisa leluasa ikut bergoyang karena Udin tak lagi berada di belakangku, akupun mulai berani menciumi wajah dan leher Umar, sesekali aku elus puting umar dengan jariku. Sesaat kemudian aku bangkit dan mengambil posisi menungging, Umar paham maksudku, dia menghujamkan penisnya kembali kedalam vaginaku dengan posisi doggy style, sepertinya dia sangat menyukai posisi ini, aku bisa mendengar lenguhannya semakin keras. Beberapa menit kemudian dia mempercepat gerakannya, hingga aku dibuat mendesah hebat karenanya, penisnya yang panjang menghujam habis menyentuh mulut rahimku. Sesaat kemudian dia mencabut penisnya secara tiba-tiba, aku mengerti dia hendak klimaks, dengan sigap aku balikkan tubuhku berlutut didepan selangkangannya, aku jilati batang kemaluannya, aku lahap dan hisap penisnya kuat-kuat.

"Ahkkkkk, gw keluar" dia berteriak sambil menekan kepala belakangku ke arah selangkangannya, membuat penisnya mentok di tenggorokanku

"Ehhmmmmpp" aku merasakan semburan dahsyat sperma dari penis hitamnya meleleh kedalam tenggorokanku

Beberapa saat kemudian dia mencabut penisnya dari mulutku, sebagian spermanya yang tercampur ludahku menetes dari mulutku ke lantai disamping kasur kotor ini

"Woi lonte,siapa yang nyuruh buang peju gw, jilatin itu peju gw di lantai ampe bersih"

Aku sama sekali tak melawan, aku menungging dan menjilat sperma sperma yang menetes di lantai yang penuh dengan debu ini. Suara tawa puas mereka menggema di ruangan ini, dua kuli ini segera memakai bajunya, berlalu tanpa pamit.

Aku melihat Pak Syamsul menghampiriku, dia mengambil seragam dan rok ku dari lantai

"Ayo mbak saya bantuin pakai baju" aku benar benar terharu mendengar kalimat Pak Syamsul ini, kalimat ini adalah satu-satunya kejadian baik pertama di hari ini.

"Terimakasih ya pak udah baik sama aku" aku bangkit berlutut dan memeluk kaki Pak Syamsul

"Pak, aku lanjutin isepin punya bapak ya sebagai ucapan terimakasihku, tapi aku nanti anterin pulang" ucapku manja sambil membuka resletingnya

Aku menghisap penis Pak Syamsul dengan lembut hingga beberapa menit kemudian dia menyemburkan spermanya di dalam mulutku, akupun menelan spermanya tanpa sedikitpun paksaan dari dia. Aku bangkit dan menciumi bibir hitam Pak Syamsul

"Terimakasih ya mbak, ayo saya bantuin pakai baju, saya anterin pulang" aku memeluknya beberapa menit sebelum akhirnya dia membantuku memakai baju seragamku,

Dari jauh kulihat vibrator milik Erna, ingin sekali aku mengin
jak melampiaskan marahku pada benda itu, namun aku sadar itu hanya akan membuat Erna marah, aku ambil benda itu dan kumasukkan kedalam kantong kemejaku

Tepat pukul 20.04 aku sampai didepan kompleks perumahan, akupun melambaikan tanganku ke Pak Syamsul ketika dia berlalu meninggalkanku.

---------- BERSAMBUNG ---------

Lanjut Part 04 disini hu "Tertangkap Basah Oleh Supirku"
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd